You are on page 1of 23

LAPORAN HASIL DISKUSI Blok Clinic SKENARIO BANGSAL LUKA BAKAR Minggu ke-8 Tanggal 24 s.

d 26 April 2012

Disusun oleh Kelompok J Yasmin Al Habsy 0910730015

Harijadi Tri Nugraha 0910733026 Lutvita Yuniar R Ika Susanti Urfi Yuniar Risqina Marsella Nindita 0910730083 0910730010 0910730073 0910730021

Nevi Vilanti Wijaya 0910730012 Devi Chandra Larasati Hasaptias 0910730088 0910733007

Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2012


1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI .. BAB I KEGIATAN DISKUSI A. Kompetensi Yang Akan Dicapai . B. Skenario C. Daftar Unclear Term.. D. Daftar Cues . E. Daftar Problem Identification .. F. Hasil Brainstorming .. G. Hipotesis H. Learning Issues .. I. Pembahasan Learning Issues .. BAB II KESIMPULAN DAN REKOMENDASI REFERENSI/ DAFTAR PUSTAKA . TIM PENYUSUN ........ LAMPIRAN

1 2

3 3 3 4 4 5

8 8 20 21 23 24

BAB I KEGIATAN DISKUSI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI CD 33. Mhasiswa mampu merancang dan melakukan asuhan gizi pada pasien berdasarkan status gizi pasien CD 7. Mampu mengawasi, mengkoordinir dan memimpin team untuk pendokumentasian suatu pangkajian maupun intervensi gizi B. SKENARIO Bangsal Luka Bakar Seorang ahli gizi Rumah Sakit Kartaharja bertugas di ruang luka bakar yang menangani pasien dewasa dan anak anak. Untuk menangani pasien pasien tersebut, ahli gizi harus memahami penatalaksanaan gizi pada pasien luka bakar yang meliputi pemberian zat gizi dan immunonutrient. Disamping itu, ahli gizi diharapkan mampu mendokumentasikan proses asuhan gizi dengan menggunakan format pendokumentasian yang tepat.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM Luka Bakar Suatu trauma yang disebabkan oleh panas, listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (IRNA bedah RSUD dr. Soetomo dalam Sam, 2011). Immunonutrient Zat gizi yang memegang peranan penting dalam peningkatan sistem imun dengan mempengaruhi aktivitas sel-sel sistem kekebalan tubuh (Calder, 2007) berkaitan erat dalam perjalanan klinis pasien critikal ill maupun yg mnjalani pembedahan mll jalur enteral maupun parenteral (Harun, 2007). Dokumentasi Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan informasi (KLBI) Proses Asuhan Gizi Serangkaian langkah yang terkait dan berurutan dalam membuat keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi mulai pasien dikatakan mempunyai masalah gizi sampai pasien sembuh terdiri dari 4 tahapan yaitu assessment, diagnosis, intervensi, monitoring dan evaluasi (DEWAN PIMPINAN PUSAT ASDI, 2009). 3

D. DAFTAR CUES Ahli gizi memahami penatalaksanaan gizi pada pasien luka bakar baik dewasa maupun anak anak yang meliputi pemberian zat gizi dan immunonutrient dan mampu mendokumentasikan proses asuhan gizi dengan menggunakan format pendokumentasian yang tepat.

E. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION Penyebab luka bakar Klasifikasi luka bakar pada anak dan dewasa o o o Berdasarkan kedalaman Berdasarkan luas luka bakar Berdasarkan berat ringannya luka

Perubahan perubahan yang terjadi pada pasien luka bakar o o o Hipermetabolisme Hiperkatabolisme Penurunan fungsi imun

Penatalaksanaan gizi o o o o Perbedaan penatalaksanna pasien luka bakar anak dan dewasa Tujuan diet Prinsip diet Syarat diet Kebutuhan energy Kebutuhan zat gizi spesifik & immunonutrient Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan Kebutuhan cairan 4

Bentuk makanan

Edukasi pada pasien luka bakar Dokumentasi o o tujuan dan manfaat pendokumnetasian format pendokumentasian yang tepat

F. HASIL BRAINSTORMING Luka bakar adalah luka pada kulit yang terjadi karena sengatan listrik, radiasi, bahan kimia dan suhu tinggi.Luka bakar diklasifikasikan menjadi : Derajat 1: ditandai dengan kemerahan, hanya mengenai epidermis tanpa membentuk lepuhan dan bersifat irreversible. Derajat 2: ditandai dengan adanya vesikasi (lepuhan) yang mengenai epidermis dan dermis sebagian saja dan bersifat irreversible. Derajat 2 dibagi menjadi 2, yaitu : derajat 2 dangkal : sedikit dibawah lapisan epidermis (bagian superfisial dermis) derajat 2 dalam : pada seluruh bagian dermis

Derajat 3: ditandai dengan nekrosis diseluruh kulit yang merusak epidermis maupun dermis, bahkan sering mengenai jaringan subkutis dan bersifat reversible/ireversible.

Ada beberapa perubahan yang terjadi pada pasien luka bakar seperti perubahan metabolisme, fisik dan psikis. Pada keadaan luka bakar terjadi peniingkatan kebutuhan, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi katabolisme protein yang menyebabkan nitrogen balance negative yang selanjutnya akan

berdampak pada hilangnya masa otot. Hilangnya masa otot menyebabkan terjadi lipolisis karena aktifitas dari enzim LPL, meningkatnya LPL akan menghambat kerja dari insulin sehingga terjadi hiperglikemi. Lipolisis juga menyebabkan inflamasi dengan meningkat kadar IL-1 dan IL-6, serta stress hormon meningkat, maka terjadi insulin resisten sehingga menyebabkan hiperglikemi. Perubahan psikis ditandai dengan terjadinya stress dan trauma pada pasien. Perubahan fisik juga terjadi ditandai dengan penurunan berat badan yang terjadi pada pasien dengan luka bakar dengan luas luka bakar yang besar. Fase penyembuhan luka pasien luka bakar dimulai dari proinflamasi, lalu inflamasi dan selanjutnya recovery. Fase penyembuhan luka pasti melalui inflamasi, sehingga pemberian vitamin antioksidan kurang tepat, karena justru akan menghambat proses inflamasi. Vitamin antioksidan bisa diberikan saat fase recovery.

Penatalaksanaan gizi pada pasien luka bakar pada anak dan dewasa berbeda dilihat dari kebutuhan energi yang juga sesuai kondisi luka (derajat dan luas) serta kebutuhan kadar zat gizi. Selain itu, pada anak anak dibutuhkan zat gizi tertentu yang jumlahnya lebih tinggi misalnya protein karena masih dalam tahap pertumbuhan. Ada beberapa tujuan dilakukannya penatalaksanaan gizi pada pasien luka bakar, antara lain: Mengoptimalkan status gizi pasien Untuk mempertahakan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh mendukung proses recovery/penutupan luka mencegah terjadinya komplikasi misalnya infeksi untuk meningkatkan imunitas tubuh

Prinsip diet untuk pasien luka bakar adalah TETP, lemak cukup, kebutuhan cairan tergantung derajat dehidrasi & immunonutrient serta pemberian makanan yang mudah cerna, porsi kecil tapi frekuensi sering. Sedangkan syarat diet, meliputi : pemberian immunonutrient, seperti vitamin A yang berguna meningkatkan imunitas tubuh,

vitamin A,C, E berguna sebagai antioksidan diberikan saat fase recovery, albumin yang terdapat pada ikan gabus dan telur. Namun, immunonutrient tidak boleh diberikan pada saat pasien masih inflamasi karena akan memperberat infeksi seperti arginin pemilihan bahan makanan yang mengandung lemak MCT (minyak yang mudah diserap tubuh) seperti minyak zaitun (suplementasi), VCO pemilihan bahan makanan yang tinggi omega3 sebagai anti inflamasi dan omega6 diberikan sebagai proinflamasi pemilihan sumber Karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks, karena karbohidrat berperan dalam penyembuhan luka bentuk makanan tergantung kondisi pasien, jika pasien tidak bisa menelan, dianjurkan menggunakan enteral feeding. Jika cairan pasien kurang, maka menggunakan parenteral feeding. Jika nafsu makan dan kondisi pasien sehat (bisa makan melalui oral) maka bisa diberi makanan biasa Selain itu, Aloe vera dalam bentuk gel daun juga bisa untuk mengeringkan luka bakar yang biasanya dilakukan sebagian para medis (perawat) dengan cara diperbankan pada daerah luka bakar. Disisi lain ahli gizi memanfaatkannya sebagai bahan minuman (minuman selingan pasien) dimana gel lidah buaya ini mengandung banyak mineral dan air. 6

Dalam Edukasi, perlu diperhatikan waktu pelaksanaannya. Pada hari pertama MRS, edukasi lebih ditekankan pada penjelasan tentang diet yang diberikan, selanjutnya menyesuaikan dengan perkembangan/keadaan pasien. Saat pasien akan keluar RS, diberikan edukasi lengkap termasuk pemilihan bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, pola makan, kebutuhan cairan pasien dan sanitasi meliputi kebersihan pribadi yang sewaktu-waktu dapat kontak langsung dengan bagian luka-bakar. Edukasi mengenai sanitasi sangat penting karena pasien luka bakar mengalami penurunan sistem imun tubuh sehingga rentan terkena infeksi . Selain itu, edukasi harus berisi motivasi agar pasien patuh pada diet yang diberikan dan memiliki semangat agar cepat sembuh dan menurunkan tingkat trauma yang dialami dan sesuai dengan kondisi ekonomi pasien. Pada pasien anak, edukasi dilakukan pada orang tua sedangkan pada pasien dewasa, edukasi dilakukan pada pasien dan keluarga. Pendokumentasian proses asuhan gizi bertujuan untuk digunakan sebagai alat untuk monitoring dan evaluasi. Sedangkan manfaat pendokumentasian, antara lain : membantu ahli gizi dan tim asuhan gizi lainnya untuk memberikan intervensi dan monitoring lebih lanjut sebagai bukti tertulis rekam medik pasien & sebagai data dasar untuk tindakan medis & asuhan gizi sebagai alat bantu komunikasi antar tim medis yang menangani pasien tersebut.

Namun, sampai saat ini belum ada aturan baku tentang dokumentasi tersebut. Setiap rumah sakit maupun puskesmas memilki metode penulisan maupun format yang berbeda yang mudah dipahami oleh ahli gizi itu sendiri maupun tim asuhan gizi lainnya. HIPOTESIS SEMENTARA Penyebab

Luka Bakar

Kalsifikasi/Derajat

KH Kompleks, Omega 6

Proinflamasi/.

Nitogen Balance (-)

Diet TETP

Lemak MCT, Omega 3 Inflamasi Vitamin tidak diberikan Peningkatan ROS

Lipolisis

LPL

Hiperglikemia Antioksidan Recovery

H. DAFTAR LEARNING ISSUES Luka Bakar o Penyebab Luka Bakar o Klasifikasi Luka Bakar o Fase Penyembuhan Luka Bakar o Perubahan Perubahan Fisiologi pada Luka Bakar Asuhan Gizi pada Pasien Luka Bakar o Tatalaksana Diet o Edukasi Dokumentasi Asuhan Gizi o Tujuan dan Manfaat Dokumentasi Asuhan Gizi o Prinsip Pendokumentasian dan Hal-Hal yang Harus Didokumentasikan o Format Dokumentasi Gizi

I. PEMBAHASAN LEARNING ISSUES Secara umum, ada beberapa macam penyebab terjadinya luka bakar, yaitu: 1. Luka bakar thermal terdiri dari a. Paparan api o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak. b. Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. c. Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru. 8

d. Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema. 2. Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. 3. Zat kimia (asam atau basa) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al, 1999 dalam

http://www.scribd.com/doc/55156940/1/Latar-Belakang ). 4. Radiasi (Sunburn sinar matahari, terapi radiasi) (Puteri, Astrid M. 2009). Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman luka, luas luka dan berat ringannya luka. Berdasarkan kedalaman, luka bakar dibagi menjadi 3, yaitu : o Tingkat 1: Terjadi kematian pada lapisan atas epidermis disertai pelebaran pembuluh darah menyebabkan kulit kemerahan dan rasa nyeri. o Tingkat 2: Adanya kerusakan epidermis dan dermis.Superfisial(dangkal) menimbulkan rasa sangat nyeri. o Tingkat 3 : Terjadi kerusakan diseluruh sel epitel kulit dan tidak menimbulkan rasa sakit (Sam, 2011) Ada beberapa teori yang mengemukanan klasifikasi luka bakar berdasarkan luas, yaitu : o Metode Rule of Nine Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal atas nama rule of nine atau rule of wallace, yaitu : Kepala dan leher : 9% Lengan masing-masing 9% : 18% Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% Tungkai maisng-masing 18% : 36% Genetalia/perineum : 1% (Sam, 2011) dan deep(dalam)

Menurut Corwin (2000) metode rule of nine tidak akurat dalam menentukan luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Karena akan terjadi under dan overestimate, contohnya pada kepala akan terjadi over estimasi yang mana luas luka bakar untuk kepala dibawah rata-rata dan terjadi under estimasi pada tungkai sebab luas luka bakar di tungkai diatas rata-rata. Selain

itu, The rule of 9 bisa memberikan data underestimated atau overestimated karena proporsi tubuh setiap orang berbeda. Misalnya pada lingkar kepala, dan lingkar lutut (WHO, 2007). o Metode Lund and Browder Metode Lund and Browder lebih efektif untuk menentukan presentase luas luka bakar. Prinsipnya dengan membagi tubuh menjadi daerah daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh yang terbakar. Presentase luka bakar pada berbagai bagian anatomi, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan (Brunner & suddarth, 2001).

Presentase area berdasarkan pertumbuhan Umur A kelapa B paha C kaki (Anonim. 2007) 10 0 9 2 2 1 8 3 2 5 6 4 2 10 5 4 3 15 4 4 3 Dewasa 3 4 3

Berdasarkan berat ringannya luka bakar American college of surgeon membagi dalam: o Parah critical: o Tingkat II : 30% atau lebih. Tingkat III : 10% atau lebih. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

Sedang moderate: Tingkat II : 15 30% Tingkat III : 1 10%

Ringan minor: Tingkat II : kurang 15% Tingkat III : kurang 1%

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa factor, yaitu : persentase area/luasnya luka bakar kedalaman luka bakar anatomi lokasi luka bakar umur klien riwayat pengobatan yang lalu trauma yang menyertai atau bersamaan (Sam-ASKEP, 2011)

Pada luka bakar terjadi 3 perubahan yaitu hipermetabolisme, hiperkatabolisme dan penurunan fungsi imun. Hiperkatabolisme Meningkatnya kebutuhan akan glukosa menyebabkan terjadinya glikogenolisis, bila cadangan menurun maka akan memicu terjadinya glukoneogenesis melalui katabolisme protein dan lipolisis. Glukoneogenesis AA akan meningkatkan kehilangan massa otot. Hipermetabolisme Kehilangan cairan dan panas akibat evaporasi Releasenya cathecolamine yang akan meningkatkan aliran darah ke luka, hati dan ginjal, aliran darah ke hati untuk mendukung proses lipolisis sehingga cadangan glukosa tercukupi. Aliran darah ke ginjal untuk mendukung pembersihan nitrogen melalui urin. Releasenya cytokine seperti TNF memicu aktifnya IL 1, IL 6, GF dan GH. Dengan aktifnya mediator-mediator tadi akan merangsang terjadinya sintesis protein acute phase dan meningkatkan kehilangan aa dr otot.

11

Perubahan sistem imun Luka menyebabkan penurunan response limfosit, menganggu dan menghambat produksiIL2 dan merubah fenotip sel imun. Luka bakar menghambat response sel Th, sehingga produksi IL2 yang merupakan stimulasi sel imun lain terganggu. Akibatnya sistem imun akan menurun (Hill, 2005). Secara umum, fase penyembuhan luka bakar terdiri dari 4 fase, yaitu :

Hemostatis Fase ini terjadi sesaat setelah luka terjadi (dalam hitungan menit). Fase ini bertujuan untuk membentuk jaringan yang stabil atau kuat yang dapat menutupi jaringan yang luka. Untuk menutupi luka, maka platelet akan mengeluarkan clotting cascade intrinsic yaitu thrombin yang merangsang perubahan fibrinogen menjadi fibrin.

Inflamasi Fase ini ditandai dengan adanya erithema, swelling/bengkak berisi cairan dan panas/warmth. Fase ini berlangsung hingga 4 hari. Fase ini bertujuan untuk membersihkan debris/jaringan mati (pembongkaran fibrin) yang akan dilakukan oleh netrofil. Selain itu netrofil juga memfagositosis mikroorganisme dan membentuk pertahanan terhadap infeksi. Pembongkaran fibrin akan menghasikan produk-produk pembongkaran yang akan dibersihkan oleh mast cell. Untuk mengganti fibrin yg dibongkar tadi, maka makrofag akan membuat pertahanan kedua dan mensekresikan GF untuk memacu pertumbuhan sel.

Proliferasi/Granulasi Fase ini berlangsung selama 4-21 hari, ditandai dengan adanya jaringan berwarna merah atau terlihatnya jaringan subdermal/dermal. Oleh fibroblast pensintesisan kolagen untuk regenerasi dermal. Oleh perycytes pengaktifan kembali lapisan-lapisan kapiler luar yang disebut angiogenesis.oleh keratinocytes terjadinya epitelisasi/penutupan kembali epitel baru.

Remodeling Fase ini terjadi pada hari ke 24 hingga 2 tahun ke depan bertujuan untuk membentuk pertahanan yang lebih kuat

(Keast, 2002) 12

Asuhan gizi pada pasien luka bakar terdiri dari penatalaksanan diet dan edukasi yang diberikan pada pasien dan keluarga pasien. Prinsip diet luka bakar adalah tinggi energi, tinggi protein, tinggi vitamin dan mineral, dan memperhatikan kebutuhan cairan. Tujuan diet luka bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolic serta mempertahankan status gizi secara optimal dengan cara: Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negative Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliserida Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro Mencegah terjadinya curling's ulcer

Perhitungan kebutuhan energi pada pasien luka bakar Dewasa (Cureri) Dewasa normal (ASPEN 2002) Dewasa obese (ASPEN 2002) Anak 25 kkal/kg BB + (40 kkal x % luka bakar 25 30 kkal / kg BB 18 20 kcal / Kg BB. (kalori basal menurut umur x BB) + (40 kkal x % luka bakar)

Kebutuhan zat gizi pasien luka bakar Zat Gizi Karbohidrat Jumlah Diberikan diet tinggi karbohidrat, namun perlu dibatasi hingga 50% dari total kalori. Dextrosa: Bila bayi berikan 5% secara parenteral 5mg/kg/min dan ditingkatkan secara gradual hingga 15mg/kg/min, kebutuhan kalori Bila anak-anak atau dewasa berikan 5-7 mg/kg/min secara parenteral. mampu menyediakan 40-50% Fungsi/kegunaan KH dalam diet luka bakar untuk meningkatkan akumulasi dan mencegah lemak

terjadinya

hiperglikemi.Keadaan hiperglikemi akan merangsang lipogenetic

hepatic dan produksi CO2 yang akan memperberat kerja

ventilator/pernafasan. Karbohidrat dapat katabolisme glukoneogenesis. karbohidrat meningkatkan tinggi insulin akan sehingga menurunkan dan

protein

glukoneogenesis dapat dicegah. Glukosa merupakan sumber 13

energi untuk makrofag, leukosit dan fibroblas yang berperan dalam proses inflamasi

Protein

Protein tinggi, yaitu 20-25% .

untuk menjaga nitrogen balance meningkatkan imunitas tubuh, dan menurunkan resiko infeksi

Pada anak kebutuhan protein 2-3x diatas kebutuhan normal. Kebutuhan protein berdasarkan klasifikasi luka bakar Klasifikasi bakar Moderate (15-30%) Mayor (30 50%) Massive (> 50%) Lemak luka Protein burn 1,5 g/kgBB/hari burn 1,5 2 g/kgBB/hari burn 2 2,3 g/kgBB/hari

Lemak sedang, yaitu 15-20 %. Untuk anak-anak diberikan 4 g/kg lean BW.

Pemberian menyebabkan

lemak

yang

tinggi respons

penundaan

Dengan pemilihan lemak MCT dan Omega 3 untuk kekebalan sehingga pasien lebih mudah memaksimalkan sintesis protein. terkena infeksi

Vitamin

Berikan suplementasi vitamin dengan dosis 2 x Vitamin C: RDA. Vitamin A: 10000 IU/hari, untuk usia < 3 tahun : 5000 IU/hari. Vitamin C: 500mg 2 kali/hari, untuk usia < 3 thn : 250 mg 2 kali/hari. vitamin E 200 SI. dapat menurunkan kehilangan cairan mencegah odema meningkatkan respiratory function untuk pembentukan kolagen bagi penyembuhan luka yang optimal

Mineral

Mineral tinggi di antaranya Fe, Seng, Na, K, Ca, Seng diberikan tinggi karena berfungsi Fosfor, Mg. Diberikan dalam bentuk suplemen. untuk meningkatkan kekuatan tegangan

Seng 6 mg/hari berupa IV selama stress akut, 4 penyembuhan luka. mg/hari berupa IV atau 50-75 mg/hari secara oral bila sudah stabil. 14

Selain zat-zat gizi diatas dalam penatalaksanaan diet pasien luka bakar terdapat zat-zat gizi spesifik yang berperan dalam peningkatan sistem imun tubuh yang disebut dengan Immunonutrient. Dibawah ini adalah beberapa zat gizi yang termasuk Immunonutrient beserta fungsinya.

Zat gizi yang termasuk Immunonutrient Glutamin

Fungsi / Peran - memiliki gugus amin yang berfungsi sebagai tempat donor nitrogen, untuk sintesa purin dan pirimidin - berperan sebagai prekusor glutation (antioksidan yang kuat), sehingga secara tidak langsung glutamin berperan pula menghambat kerusakan sel akibat oksidasi - Penelitian menyatakan suplementasi glutamin secara enteral bisa mencegah pemecahan protein otot rangka dan bisa mempercepat penyembuhan luka. - mencegah atrofi vili2 usus dan integritas mukosa usus agar aliran darah ke GUT meningkat. Dengan meningkatkan

integritas mukosa usus, maka dapat menurunkan resiko terjadinya translokasi bakteri

Arginin

mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan imunitas selluler, peningkatan imunitas melalui jalur nitric oksid, dan pembentukkan kolagen

Asam Amino Rantai Cabang (BCAA)

- merupakan sumber energi utama pada otot dan dapat mengurangi level kesalahan transmitter - berperan dalam menurunkan katabolisme otot, dipercaya lebih efektif memproduksi keseimbangan nitrogen positif

dibandingkan asam amino standar. Nukleotida meningkatkan replikasi dari pertumbuhan sel dengan cepat meliputi sel mukosa GI dan sel imun. Anti oksidan berfungsi dalam pengaturan aktivitas berbagai sel imun seperti limfosit T, sel endotelial dan monosit/makrofag. Omega 3 dan 6 - menurunkan respon inflamasi - aktivasi trombosit dan produksi tromboksan Ornithine - merupakan prekusor dari glutamat dan glutamin serta membantu sintesis arginin - menurunkan katabolisme protein - membantu mempercepat penyembuhan luka 15

- mempertahankan toleransi glukosa serta status gizi Taurin - Membantu menstabilkan membran sel - Sebagai antioksidan - Memperlancar impuls saraf

Pada penatalaksanaan diet pasien luka bakar kebutuhan cairan harus diperhatikan. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock. Rumus pemberian cairan dan elektrolit pada pasien luka bakar Dewasa (Baxter/Parkland) RL = 4 cc x BB x % luka bakar jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama post trauma, jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Anak

Resusitasi = 2 cc x BB x % luka bakar Kebutuhan faali : < 1 tahun = BB x 100 cc 1 3 tahun = BB x 75 cc 3 5 tahun = BB x 50 cc

Kebutuhan total = resusitasi + faali Diberikan dalam keadaan tercampur RL : dextran = 17 : 3 jumlah cairan diberikan pada 8 jam pertama, dan jumlah cairan diberikan 16 jam berikutnya.

Edukasi gizi pasien luka bakar ditujukan kepada pasien dan keluarga pasien. Edukasi disampaikan secara verbal dengan menyediakan instruksi tertulis/pamphlet untuk pasien atau caregiver. Yang dijelaskan selama edukasi antara lain: - Menjelaskan pada pasien/keluarganya tentang prinsip-prinsip makanan bergizi : tentang diet luka bakar (tujuan, prinsip, syarat) yang harus dipatuhi pasien selama fase penyembuhan - Menjelaskan pada pasien/keluarganya untuk memonitor status gizi pasien secara terarur : pada pasien rawat jalan, setidaknya menimbang BB paling sedikit seminggu sekali setelah keluar RS. 16

Kehilangan BB atau berkurangnya asupan makanan yang masuk dilaporkan pada tim kesehatan/ahli gizi saat melakukan control. - Menjelaskan pada pasien/keluarganya tentang makanan pipa di rumah atau NPT bila perlu.

Keseluruhan proses asuhan gizi yang telah dilakukan perlu didokumentasikan. Dokumentasi asuhan gizi mulai dari assessment sampai rencana tindakan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendokumentasian proses asuhan gizi diantaranya sebagai alat komunikasi antar tenaga kerja kesehatan, sebagai sumber data dalam menyusun Intervensi dan monev, sebagai dokumen legal dan informasi perkembangan. Dengan adanya dokumentasi proses asehan gizi dapat memberikan kesempatan pada tim kesehatan lain untuk berpartisipasi dalam proses intervensi, dan manfaat dokumentasi gizi untuk ahli gizi adalah sebagai dokumen yang legal yang dapat melindungi ahli gizi dalam prakteknya. Dalam pendokumentasian proses asuhan gizi terdapat prinsip dan hal-hal yang harus didokumentasikan : 1. Data assesment terkait gizi, riwayat nutrisi dan makanan yang berhubungan, data biokimia, fisik klinis, pengukuran antropometri, dan riwayat gizi. Data-data di atas sebisa mungkin dibandingkan dengan standar. 2. Pernyataan diagnosis harus disampaikan dengan jelas dan ringkas dan ditulis dalam format umum Diagnosisrelated toetiologyas evidenced bysigns and symptoms. Pasien mungkin mempunyai diagnosis gizi lebih dari satu atau bahkan tidak sama sekali. Jika kedua hal diatas terjadi, tetap harus didokumentasikan dalam medical record. 3. Deskripsi dari intervensi gizi yang akan dilakukan, terutama tentang preskripsi diet yang telah disesuaikan RD dengan kebutuhan individu pasien. Intervensi berkaitan dengan diagnosa gizi tertentu. Kesalahan ketika menghubungkan intervensi dengan diagnosis akan diidentifikasi sebagai kekurangan dari sistem dokumentasi yang ada. 4. Deskripsi dari monitoring dan evaluasi digunakan untuk mengidentifikasi outcomes pasien/ klien yang terkait dengan diagnosa gizi dan tujuan serta rencana intervensi. Perubahan dalam indikator outcomes tertentu dapat diukur dan dibandingkan dengan status klien sebelumnya, tujuan intervensi, atau reference standar. (International Dietetics and Nutrition Terninology (IDNT) Third Edition, 2011)

17

Terdapat beberapa format dokumentasi asuhan gizi

(Skipper, Annalynn, 2007)

18

19

BAB II KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan Luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh Zat yang bersuhu tinggi (heat) atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi fisika. Luka bakar dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan api, bahan kimia, sengatan listrik, dan radiasi. Terdapat 3 (tiga) klasifikasi luka bakar yaitu Derajat I, Derajat II (dangkal dan dalam), dan Derajat III. Pada pasien luka bakar terjadi hipermetabolisme, hiperkatabolisme, dan keseimbangan nitrogen negative. Untuk itu

penatalaksanaan diet yang tepat perlu segera diberikan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah mencegah terjadinya gangguan metabolic serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan.

Rekomendasi Diharapkan adanya pengkajian kembali mengenai perhitungan kebutuhan cairan resisutasi pada pasien luka bakar

20

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,Sunita.2005.Penuntun Diet edisi baru Instalasi Gizi RS.Dr.Cipto Manungkusumo.Grmedia:Jakarta Alvarez W, Mobarhan S. Finding a Place for Immunonutrition. Nutr Rev.2003;61(6Pt.1):2148. Azis, A. Latief. Tanpa tahun. Support Nutrisi pada Anak Sakit Berat (Nutritional Support in Critical Ill Child). http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-i9sou3-pkb.pdf diakses 24 April 2012 jam 19.10 Biem, Jay dkk. 2003. Out of The Cold: Management of Hypothermia and Frostbite. [online]. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC140473/?tool=pubmed, diakses tanggal 25 April 2012) DPP ASDI. 2009. Konseo Dan Hubungan Langkah-Langkah Dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) atau Standardized Nutrition Care Process. http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/pelatihan-NCP.pdf diakses 24 April 2012 jam 18.10 Grimble. 2001. Symposium on Evidence-Based Nutrition Nutritional Modulation of Immune Function. [pdf]. (http://journals.cambridge.org/download.php?file=%2FPNS%2FPNS60_03%2FS002966510100043Xa.pdf& code=414318cfb49a76efb810d4d41529542f, diakses tanggal 24 April 2012) Harun Alrasyid, 2007. Immunonutrition , Konsep, dan Kontroversi, (online), Departemen Ilmu Gizi FK-USU Medan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18689/1/mkn-des2007-40%20%284%29.pdf,

diakses 24 April 2012 jam 23.10 wib Hill, S A. 2005. Encyclopedia of Human Nutrition. Four volume. Burns Patients. p 238-246. Elsevier. Academic Press: Oxford. e-book Keast, David; Heather Orsted. 2002. The Basic Principles of Wound Healing. Online. Melalui http://cawc.net/images/uploads/Principles-of-Wound-Healing.pdf, pada 24 Maret 2012 Mahan.L.K athlee.2008.KRAUSE'S FOOD & NUTRITION THERAPY, International Edition, 12 Moore, Mary Courtney. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta : Hipokrates Muar, Zaenul. [tanpa tahun]. Bab II Konsep Dasar. [pdf].

(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-zaenulmuar-5268-2-bab2.pdf, diakses tanggal 24 April 2012) Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, (online), http://www.ichrc.org/pdf/pocketbookbahasa.pdf, (online), diakses tanggal 24 April 2012 23. 20 wib Prins A. 2009. Review: Nutritional Management of the burn patient. 21

Puteri, Astrid M. 2009. Presentasi Kasus Luka Bakar. http://xa.yimg.com diakses 24 April 2012 jam 13.14 Riyanto, Harun. Penanganan Luka Bakar. J7joii1 Edisi 72/Tahun Vll/Januari 2007 n 41.

http://www.gemari.or.id/file/gemari7241.PDF diakses 24 April 2012 jam 20.01 Sam. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar (COMBUSTIO).

http://akpertolitoli.com/files/upload/ASKEP%20LUKA%20BAKAR%20SAM.pdf diakses 24 April 2012 jam 18.11 Slone, D. Sue. 2004. Nutrition Support Of Critically Ill and Injured Patient.

http://medicina.iztacala.unam.mx/medicina/Nutritional%20support%20of%20the%20critically%20ill%20a nd.pdf. Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2012 pukul 20.16 WIB Skipper, Annalynn. 2007. Applying the Nutrition Care Process:Nutrition Diagnosis and Intervention. Support Line December 2007 Volume 29 No. 6.

http://www.adaevidencelibrary.com/files/file/Skipper_Article%20(2).pdf diakses 24 April 2012 jam 14.20

22

TIM PENYUSUN

A. KETUA B. SEKRETARIS C. ANGGOTA

: Nevi Vilanti Wijaya : Marsella Nindita Yasmin Al Habsy : Ika Susanti Lutvita Yuniar R Devi Chandra Larasati Hasaptias Harijadi Tri Nugraha Urfi Yuniar Risqina

0910730012 0910730021 0910730015 0910730010 0910730083 0910730088 0910733007 0910733026 0910730073

D. FASILITATOR E. PROSES DISKUSI

Kemampuan Fasilitator dalam Memfasilitasi Fasilitator cukup baik dalam memfasilitasi, mengarahkan dan membimbing diskusi mengikuti kompetensi yang akan di capai. Fasilitator bersikap professional dengan hadir tepat waktu dan memperhatikan jalannya diskusi.

Kompetensi/ Hasil Belajar Yang Dicapai Oleh Anggota Diskusi Memahami penyebab dan klasifikasi luka bakar Mengetahui perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi akibat luka bakar Mengetahui fase-fase penyembuhan luka bakar Memahami penatalaksanaan gizi pada pasien luka bakar Mengetahui pendokumentasian proses asuhan gizi beserta format pendokumentasiannya

23

You might also like