You are on page 1of 20

PENDEKATAN IRFANI DALAM KAJIAN TARJIH, MUNGKINKAH?

Moh.Nurhakim

PengertianIrfani
Kata Irfani dari masdar arafa sama dengan marifah atau ilm yang berarti mengetahui. Dalam bahasa Yunani: gnose-gnosis. Kalua 'Irfaniyyah atau irfanisme adalah aliran atau mazhab dari Irfani. Dalam kamus Lisan al-Arab, al-irfan diartikan dengan al-ilm.

Sebagian orang mengartikan Irfani dengan tasawuf dalam arti umum. Sebagian yang lain membedakannya. Tasawuf lebih umum, sedangkan Irfani bagian di dalamnya. Maksudnya, Irfani disamakan dengan faham marifah dalam tasawuf, seperti pemikiran Zunnun al-Mishri. Intinya: irfani merupakan suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun untuk mengeluarkan makna batin dari lafadz dan 'ibarah teks; ia juga merupakan istinbat al-ma'rifah al-qalbiyyah dari Al-Qur'an.

Asal-Usul

Ada dua pendapat: 1. Dari luar Islam (Yunani, Persia, Nasrani dan Yahudi); 2. Dari dalam Islam (sumber al-Quran dan alSunnah, dan praktek-praktek sebagian ulama terdahulu). Di kalangan Syiah, Irfani sangat kuat

Metode dan Teknik Irfani

Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalaman bathin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi kashfi dan iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf menggunakan teknik riyadah dan mujahadah.

Pendekatan 'irfani menolak atau menghindari mitologi. Kaum 'irfaniyyun tidak berurusan dengan mitologi, bahkan justru membersihkannya dari persoalan-persoalan agama dan dengan irfani pula mereka lebih mengupayakan menangkap haqiqah yang terletak di balik shari'ah, dan yang batin (aldalalah al-isharah wa al-ramziyah) di balik yang zahir (aldalalah al-lughawiyyah). Dengan memperhatikan dua metode di atas, diketahui bahwa sumber pengetahuan dalam irfani mencakup ilham/intuisi dan teks (yang dicari makna batinnya melalui ta'wil).

Kata Kunci

Kata-kata kunci yang terdapat dalam pendekatan 'irfani meliputi tanzilta'wil, haqiqi-majazi, mumathilah dan zahir-batin. Hubungan zahir-batin terbagi menjadi 3 segi :

1)siyasi mubashar, yaitu memalingkan makna-makna ibarat pada sebagian ayat dan lafz kepada pribadi tertentu;
2) ideologi mazhab, yaitu memalingkan makna-makna yang disandarkan pada mazhab atau ideologi tertentu; dan 3) metafisika, yakni memalingkan makna-makna kepada gambaran metafisik yang berkaitan dengan al-ilah al-mut'aliyah dan aql kully dan nafs al-kulliyah.

Contoh-contoh

Contoh penggunaan metode irfani dalam hukum Islam : pakaian rapi yang menutup aurat secara maksimal. Berdasarkan hadis menutup aurat dan rukun shalat itu tidak disebutkan akan tetapi secara irfani tidak dinyatakan benar karena tidak memenuhi unsur kebaikan kepada Allah Memperlakukan orang Ahmadiyah sesuai dengan ajaran makarimal akhlaq yang diajarkan Rasulullah saw. Berempati dan bertoleransi kepada pemeluk agama lain karena memahami batin agama dan pengalaman keagamaan yang berbeda Dakwah kultural Prblem-problem kemanusiaan dan kepekaan serta solidaritas sosial

Tiga Level Pengetahuan menurut kaum Arifin

Dalam mistisisme Islam mutakhir, Irfan dianggap sebagai pengetahuan yang paling tinggi, di mana pengetahuan tersebut sampai kepada hati manusia melalui metode kasyf atau ilham: 1. Bayani (ain al-yaqin) 2. Burhani (ilm yakin ) 3. Irfani (yaq al-yaqin)

Hubungan-Tasawuf-Irfani A. Tasawuf Akhlaki

Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat marifah kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-Aql dan al-Qalb. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan. Sebagaimana digambarkan dalam al-Quran, surat as-Syams : 7-8 . Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain : Hasan al-Basri (21 H 110 H), al-Muhasibi (165 H 243 H), al-Qusyairi (376 H 465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid alGajali (450 H 505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain.

B. Tasawuf Falsafi

Tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang filosof. Kaum Syiah banyak yang menekuni jenis tasawuf ini. Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat: 1. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.2. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, 3. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.4. Penciptaan syatahiyyat yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya. Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah alHallaj (244 309 H/ 858 922 M) Ibnu Arabi (560 H 638 H) al-Jili (767 H 805 H), Ibnu Sabin (lahir tahun 614 H) as-Sukhrawardi dan yang lainnya.

C. Tasawuf Irfani
Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau marifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena siang sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau marifah dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi). Tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfani antara lain : Rabiah alAdawiyah (96 185 H), Dzunnun al-Misri (180 H 246 H), Junaidi alBagdadi (W. 297 H), Abu Yazid al-Bustami (200 H 261 H), Jalaluddin Rumi, Ibnu Arabi, Abu Bakar as-Syibli, Syaikh Abu Hasan al-Khurqani, Ain alQudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin al-Kubra dan lain-lainnya.

Beberapa Kaidah dlm Manhaj Tarjih

1. Mengikuti al-Quran dan al-Sunnah 2. Dalam hal akidah dan ibadah mendahulukan nash, dalam umur al-dunya sangat diperlukan akal (walhasil akal nisbi) 3. Tarjih bersifat terbuka, toleran dan bisa berubah

Beberapa Batasan/kaidah Tasawuf di Muhammadiyah


1. 2. Tasawuf diartikan sebagai kehendak memperbaiki budi dan membersihkan batin. hati, dan ruh dari kotoran yang timbul dari nafsu. Membersihkan akidah dari bidah yang tidak berasal dari al-Quran dan al-Sunnah. Orientasi tasawuf kepada tauhid. Membersihkan rahasia atau niatan buruk dalam hati seperti riya, dan syirik. Memasukkan ke dalam hati yang sudah bersih itu sifat-sifat yang mulia dan terpuji yaitu iman, malu, ikhlas, ridha, syukur, sabar, qanaah, dst. Memelihara dan mensucikan seluruh anggauta badan yang dzahir dari dosa dan perbuatan yang keji, ditambah baik budi kepada sesama sebagaiman Rasul contohkan.

3.
4. 5.

Struktur Tasawuf
1. 2. Hubungan manusia dan Tuhan Orientasi kepada tauhid, tuhan transenden, bukan immanen. Jalan ruhani yang ditempuh Asketisme yang dijalankan melalui peribadatan mahdhah seperti salat, siyam, membaca al-Quran, dst. Penghayatan dan pengalaman Berusaha memenuhi kriteria mukmin yang bertakwa. Takwa merupakan proses dan hasil penghayatan sekaligus pengalaman bertasawuf (Islam, iman dan ihsan). Keadaan luar biasa karamah dalam arti sosio-religius seperti etos sosial yang tinggi, dan bukan karomah yang bersifat magis.

3.

4.

Perilaku dan Pandangan Para Tokoh Muhammadiyah

KH.Ahmad Dahlan:
Anggone podo demen donyo iku entuk diploma tur tanpo sekolah. Nanging anggone podo sekolah demen akhirat iku podo ora biso munggah kelase, tur podo nemen yoiku pertondo wong bakal ciloka donyo-akhirat. Awit ora gelem meper howo nafsu.

KH. Mas Mansur:


(1). Takut kepada Allah T;ala; (2). menetapi perjanjian; (3) benar; (4) rahmah dan mahabbah kepada sesama hamba Allah, teristimewa kepada Muslimin; (5) menegakkan keadilan; (6) melakukan hikmah kebijaksanaan; (7) khashyatullah; (8) istiqamah dan qudwah hasanah;

Ki Bagus Hadikusumo:
1. Istiqamah; 2. tawakkal; 3. selfkoreksi; 4. adil dan jujur; 5. tawadluk dan tidak takabbur; 6. menepati janji; 7. sabar dan halim; 8. hidup sederhana;

Hamka:
Tasawuf modern: Kehendak memperbaiki budi dan men-shifa-kan (membersihkan batin). Atau, Keluar dari budi perangai yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang terpuji. Tasawuf yang perlu diamalkan di zaman modern adalah tasawuf yang memenuhi kriteria: 1. zuhud seperti yang diamalkan Rasul, yaitu memegang sikap hidup di mana hati tidak berhasil dikuasai oleh keduniawian. 2. Sikap hidup zuhud tersebut diambil dari hasil pemahaman terhadap makna dibalik kewajiban peribadatan yang diajarkan resmi dari agama Islam. Karena dari peribadatan itu dapat diambil makana metaforiknya, yang tentu saja peribadatan yang berlandaskan I;tiqad yang benar. 3. Sikap Zuhud yang dilaksanakan berdampak mempertajam kepekaan sosial yang tinggi dalam arti menyumbang pemberdayaan umat, seperti bergairah mengeluarkan zakat dan infaq sebergairah menerima keuntungan dalam kerja

Kesimpulan

1. Tasawuf dan/atau Irfani secara umum ditolak, dan dinilai bertentangan dengan manhaj Tarjih. 2. Tetapi ajaran asketisme (zuhd), tazkiyatu al-nafs, atau ajaran-ajaran lain yang termasuk dalam kawasan akhlak dapat diterima. Seperti taubah, ridha, sabar, tawakkal, dll. 3. Perlu ditekankan pendekatan ke-tasawuf-an-akhlaqi selain pendekatan yang selama ini ditempuh di Muhammadiyah khususnya Tarjih. Menurut Hamka Tasawuf Modern atau menurut Damami Tasawuf Positif.

Alhamdulillah Wassalaam

You might also like