Professional Documents
Culture Documents
BAB III IDENTIFIKASI, POTENSI, DAN MASALAH DESA KRUENG JULI BARAT
3.1
Bireuen.
B.
Topografi
Kondisi topografi Desa Krueng Juli Barat berada pada kemiringan lahan 0%-3% dengan ketinggian 0-5 meter dpl, kondisi ini relatif datar.
Sebelah Selatan bersebelahan dengan Desa Teumpak Tunang. Sebelah Timur Sebelah Barat bersebelahan dengan Desa Krueng Juli Timur. bersebelahan dengan Desa Beurawang.
C.
Letak geografis Desa Krueng Juli Barat sesuai dengan penyelusuran koordinat Foto Udara yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL versi UTM (Universal Transverse Mercator), dengan Zone 47 N.
ORIENTASI utara timur selatan barat X_COORD 232330,3974 233972,7784 231892,2406 231674,5757 Y_COORD 575947,6295 575119,3719 574797,1147 575158,9474 KETERANGAN Selat Malaka Desa Krueng Juli Timur Desa Teumpak Tunang Desa Beurawang, Desa Lipah Cut
D.
Jenis Tanah
Jenis tanah di Desa Krueng Juli Barat, meliputi: Aluvial, Hidromorf kelabu, dan Podsolik Merah Kuning. Jenis tanah Aluvial umumnya relatif subur dan sesuai untuk pengembangan pertanian, jenis tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman perkebunan atau tahunan.
Desa Krueng Juli Barat dibagi menjadi 2 dusun, yaitu sebagai berikut. 1. 2. Dusun Nelayan Dusun Batee Beutong
E.
Untuk lebih jelasnya mengenai batas administrasi Desa Krueng Juli Barat Kecamatan Kuala dapat dilihat pada Gambar 3.1.
III-1
( -
Gambar 3.1
III-2
F.
Desa Krueng Juli Barat berpotensi mengalami bencana kegempaan ditinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional Pulau Sumatra yang sewaktu-waktu dapat
3 4 5 6 7
Sebelum Bencana Persentase Luas (Ha) (%) 3,07 5,00 0,35 12,26 35,23 8,41 61,38 0,57 19,98 57,40 13,70 100,00
Setelah Bencana Luas (Ha) 3,35 0,35 12,06 35,23 8,59 61,38 Persentase (%) 5,46 0,57 19,65 57,40 14,00 100
menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan-patahan tersebut. Desa Krueng Juli Barat juga berpotensi rawan tsunami yang beresiko sedang. Faktor penyebab di sepepanjang pesisir pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove, yang mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi daerah perairan pantai Kuala 2060 meter yang juga berpengaruh terhadap laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut dan semakin ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah (refraksi gelombang).
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
I.
Vegetasi
Jenis Vegetasi yang tumbuh di Desa Krueng Juli Barat adalah: kelapa, kedondong,
G.
pinang, mangga, dan jambu. Di pekarangan rumah ditanami dengan pohon jambu dan pohon mangga. Vegetasi tersebut pada saat ini masih banyak yang utuh, sebagian tercerabut dan perlu dilakukan suatu penanaman ulang, terutama untuk mengembalikan ekosistem di sepanjang pesisir pantai (bagian utara desa) sebagai sabuk hijau penahan gelombang dan angin serta vegetasi sekitar tambak.
H.
Pola Penggunaan Lahan 3.1.3 Orientasi dan Integrasi Desa dengan Wilayah Sekitarnya
Penggunaan lahan setelah bencana untuk Desa Krueng Juli Barat termasuk kedalam wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen yang terhubung dengan desa-desa disekitarnya oleh jaringan jalan utama desa. Berikut jarak dan waktu tempuh dari wilayah Desa Krueng Juli Barat terhadap Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten. Berdasarkan data jarak dan waktu tempuh di atas maka keterhubungan Desa Krueng Pola penggunaan lahan desa sebelum terjadi bencana Juli Barat terhadap Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten termasuk memiliki keterhubungan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya mengenai aksesibilitas orientasi dan integrasi desa dengan wilayah tsunami dan setelah bencana selengkapnya disajikan dalam Tabel III.1 dan Gambar 3.2. sekitarnya dapat dilihat pada Tabel III.2 dan Gambar 3.3. pertanian/sawah menempati urutan terbesar, sebesar 57,40% atau 35,23 Ha, berikutnya untuk perumahan penduduk sebesar 19,98% atau 12,26 Ha.
Tabel III.1
Luas Penggunaan Lahan Desa Krueng Juli Barat Sebelum dan Setelah Bencana
Sebelum Bencana Persentase Luas (Ha) (%) 0,07 0,12 1,98 3,23 Setelah Bencana Luas (Ha) 0,12 1,68 Persentase (%) 0,19 2,74
No 1 2
Jenis Penggunaan Lahan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Bangunan Hatchery Udang
III-3
Gambar 3.2
III-4
Gambar 3.3 Peta Orientasi Desa Krueng Juli Barat Kecamatan Kuala
III-5
Tabel III.2
Tujuan Ibukota Kecamatan Kuala Desa Teumpak Tunang Desa Desa Krueng Timur Desa Beurawang
e. Kepala dusun adalah pimpinan dusun yang dipercaya oleh warga dusun untum memimpin dusun. Untuk selengkapnya mengenai struktur pemerintahan desa dapat dilihat pada Gambar 3.4. Gambar 3.4
Tuha Peut
Sebelum bencana aksesibilitas komunitas desa ke sumber daya eksternal khususnya ke pusat kecamatan dan pusat kegiatan cukup baik, untuk mencapai pusat kecamatan yang berjarak 1,7 km, dapat dicapai dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih 37 menit dengan melalui jalan utama desa. Sedangkan untuk mencapai pusat
Kadus Nelayan Kadus Batee Beutong Keur. Agama & Adat Keur. Pemerintahan Keur. Pembangunann
kegiatan/pasar yang berjarak 1,7 km dan terletak dipusat kecamatan dapat di capai selama 37 menit dengan kendaran bermotor. Aksesibilitas komunitas desa ke sumber daya internal seperti sekolah, menasah, air bersih, listrik sebelum dan sesudah bencana umumnya mudah di capai dengan kendaraan bermotor atau berjalan kaki dengan jarak yang sangat dekat dengan permukiman penduduk, karena lokasinya di kawasan permukiman. Pranata sosial lain yang tidak termasuk adalah panglima laot yang bertugas mengatur organisasi atau kelompok nelayan dalam melakukan aktifitasnya, panglima laot ini berskala mukim atau kecamatan yang juga memiliki kewenangan untuk mengatur nelayan yang ada di desa.
3.2
3.3
Barat Kecamatan Kuala terletak di antara desa-desa sekitar, yaitu: Desa Meunasah Blang, Desa Beurawang, Desa Limpah Cut, Desa Cot Trieng, dan Desa Krueng juli Timur. Beberapa permasalahan pascatsunami yang lalu, jalan-jalan yang menghubungkan antardesa rusak, sehingga menghambat kegiatan antardesa dalam melakukan kegiatan sosial dan ekonomi. Beberapa potensi yang dimiliki oleh Desa Krueng Juli Barat adalah sebagai berikut.
Potensi Berdasarkan hasil survai bersama masyarakat dapat diketahui kerangka sistem desa dibentuk melalui kerangka jalan di Desa Krueng Juli Barat, adalah sebagai berikut. a. Jalan Juli Barat sebagai Jalan Lokal Primer yang menghubungkan Desa Krueng Juli Barat dengan wilayah desa tetangga, b. Jalan Lingkar Desa sebagai Jalan Lokal Sekunder sebagai jalan utama desa yang menghubungkan Dusun nelayan dan Dusun Batee Beutong, c. Jalan Hacthery 1, jalan lingkungan yang menghubungkan antar kawasan
a. Hasil pertanian sawah yang sangat tinggi dan pertambakan serta perkebunan
membutuhkan segera jalan-jalan dan jembatan penghubung antardesa dan dusun untuk dapat mendistribusikan hasil pertanian dan tambak,
permukiman utama desa. Sedangkan struktur ruang Desa Krueng Juli Barat yaitu Pusat Primer yang terdiri dari lokasi sekitar meunasah. Keterhubungan Desa Krueng Juli Barat dengan desa sekitarnya dihubungkan oleh jaringan jalan utama desa (Jl. Juli Barat). Berdasarkan dari hasil survai, maka ruang utama Desa Krueng Juli Barat adalah meunasah yang terletak di Dusun Nelayan; kondisi bangunan baik (sedang direhabilitasi), tidak mengalami
b. Adanya keterkaitan garis keturunan yang sangat erat dengan penduduk desa
lainnya, di mana kecenderungan sebaran penduduk antardesa dapat dipastikan memiliki garis keturunan yang sama.
kerusakan parah dan dapat dijadikan Escape Area, selama ini berfungsi sebagai pusat desa. Ketersediaan lahan di sekitar meunasah masih mencukupi untuk pembangunan fasilitas polindes,, balai pertemuan dan Taman Kanak-Kanak. Area Meunasah dan bangunan sekelilingnya dapat difungsikan sebagai Civic Centre (Pusat Desa). B. Saluran Utama Irigasi dan Sungai Permasalahan Tidak adanya saluran drainase di Desa Krueng Juli Barat dan mendangkalnya saluran utama irigasi menyebabkan jalan lingkungan dan jalan utama desa terjadi genangan air apabila turun hujan. Penanganan saluran drainase di Desa Krueng Juli Barat merupakan hal yang penting di masa mendatang setelah terjadinya tsunami terkait dengan kualitas prasarana lingkungan permukiman penduduk yang semakin menurun. Potensi Sumber Daya Air Permukaan di Desa Krueng Juli Barat Kecamatan Kuala meliputi Sumber Daya Air Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng/Sungai (Kuala 185 Ha, Bugeng 40 Ha dan Kukue 35 Ha), Paya/Rawa (Paya Kameng 7 Ha dan Pinto Rimba 3,5) dan Waduk Paya Lot 7 Ha.
III-7
Gambar 3.5 Peta Pola Struktur Ruang Desa Juli Barat Kecamatan Kuala
III-8
Penyebaran area pemukiman merata di sepanjang jalan utama, jalan lingkungan, dan lorong yang membentuk pola radial konsentris dan sudah sesuai dengan struktur jaringan jalan, yang menghubungkan antardusun dan desa tetangga. Permasalahan 1. Sistem penyebaran perumahan masih terkait dengan hubungan persaudaraan sehingga tidak dilengkapi dengan akses langsung ke jalan. 2. Warga belum menyadari pentingnya lebar jalan dan GSB (Garis Sempadan Bangunan). 3. Kondisi pemukiman warga yang terkesan kumuh karena merupakan perkampungan nelayan.
3. Area permukiman, tambak dan persawahan sebagai salah satu unsur pembentuk
struktur Desa Krueng Juli Barat.
4. Dalam satu kapling ditemukan lebih dari 2 rumah. 5. Masih adanya bantuan rumah yang belum terselesaikan/terhenti pembangunannya dan juga masih terdapat beberapa permohonan rumah yang perlu mendapat perhatian. Potensi 1. Hampir sebagian besar seluruh area pemukiman adalah milik warga sehingga memudahkan proses perencanaan dan sertifikasi. 2. Memiliki batas kapling yang jelas sehingga mengurangi konflik antarmasyarakat yang berkaitan dengan tanah. 3. Terdapat lahan baru yang telah memiliki struktur jaringan jalan yang jelas.
III-9
Permasalahan 1. Belum dibangunnya kembali tempat pembibitan udang. 2. Harga bibit yang tinggi menyebabkan nelayan tambak mengalami kesulitan membelinya. 3. Kurangnya modal. 4. Kurangnya sarana pendukung seperti pompa air untuk meningkatkan hasil produksi. 5. Masih banyaknya area tambak yang belum dimanfaatkan atau terbengkalai. 6. Lahan tambak masih ada yang dikelola secara alami sehingga produktivitasnya rendah. 7. Belum adanya pelatihan untuk meningkatkan hasil produksi tambak. 8. Pendangkalan saluran utama mengakibatkan terhambatnya pasokan air dari Sungai/Krueng Krueng Juli Barat bila musim kemarau. Potensi 1. Sumber Daya Air Permukaan di Desa Krueng Juli Barat Kecamatan Kuala meliputi Sumber Daya Air Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng/Sungai (Kuala 185 Ha, Bugeng 40 Ha dan Kukue 35 Ha), Paya/Rawa (Paya Kameng 7 Ha dan Pinto Rimba 3,5) dan Waduk Paya Lot 7 Ha. 2. Mudahnya mendapatkan bibit udang dan ikan banden serta pakan ikan/udang. 3. mudahnya menjual hasil panen udang dan ikan bandeng.
Luas area kebun di Desa Krueng Juli Barat sebesar 3,07 ha sebelum terjadi tsunami dan setelah bencana tsunami luas penggunaan mengalami lahan untuk
perkebunan
peningkatan,
yaitu 3,35 ha. Kondisi alam di Desa Krueng Juli Barat sangat cocok untuk usaha perkebunan, adapun perkebunan yang dominan di desa ini adalah
Foto: Area kebun kelapa di Desa Krueng Juli Barat
wilayah yang memiliki pembibitan udang windu di sebelah utara Desa Krueng Juli Barat, tepatnya di Dusun Nelayan dan kini telah hancur dan belum dibangun kembali tempat pembibitan tersebut. Areal tambak yang ada di Desa Krueng Juli Barat memerlukan penanganan yang tepat untuk meningkatkan perekonomian warga.
Polindes di samping Meunasah LAPORAN FINAL RENCANA PENGEMBANGAN DESA
Mangga, Sawo, Kopi, Coklat, Pepaya, Pisang, Belimbing, Kelapa, dan Manggis.
III-10
Polindes di samping Meunasah
Permasalahan 1. Rusaknya area perkebunan kelapa karena terletak di pinggir pantai. 2. Lahan kebun yang rusak belum pulih karena tidak mendapat bantuan rehabilitasi kebun. Potensi 1. Semua lahan kebun dimiliki oleh warga. 2. Dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan warga. 3. Dapat dikembangkan menjadi lahan perkebunan dengan komoditas tanaman tahunan (sawo, kopi, coklat, pepaya, pisang, belimbing, kelapa, dan manggis) dengan konsep rumah kebun.
Potensi 1. Luas lahan di Desa Krueng Juli Barat masih cukup luas sehingga kebutuhan untuk area pemakaman masih dapat disediakan. 2. Memiliki batas kapling yang jelas sehingga mengurangi konflik antarmasyarakat yang berkaitan dengan tanah. 3. Terdapat lahan baru yang telah memiliki struktur jaringan jalan yang jelas.
tambak juga sebagai nelayan. Para nelayan ini lebih banyak melaut seadanya meskipun tidak ada bantuan. Permasalahan dihadapi warga adalah
Foto: Area pantai di Desa Krueng Juli Barat
peralatan yang tidak memadai, penggunaan jaring yang seadanya, cuaca yang kurang menentu dan perahu yang sudah tua. Akibatnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh tidak optimal atau sama dengan ketika sebelum terjadi tsunami. Berdasarkan informasi dari warga bahwa mereka hanya mampu menghasilkan tangkapan ikan dengan nilai antara Rp 30.000,-s/d Rp 50.000,-untuk sekali melaut. Polindes di samping Meunasah Masyarakat berharap ada kemudahan untuk mengakses modal guna memperbaiki perahu dan jaring untuk menangkap ikan. Penduduk Desa Krueng Juli Barat berharap bantuan pelatihan dalam rangka mempermudah akses modal dengan cara membentuk sebuah kelompok nelayan (koperasi nelayan).
3.5
Permasalahan 1. Kondisi pemakaman tidak terawat. 2. Lahan pemakaman sebagian besar merupakan milik warga untuk pemakaman keluarga mereka.
III-11
Tercatat berdasarkan informasi dari geuchik sejumlah 37 KK yang mengungsi dan setelah masa tanggap darurat selesai penduduk kembali menempati rumahnyaHal ini menunjukan bahwa kepadatan penduduk di Desa Krueng Juli Barat sangat jarang atau tidak terlalu padat.
No 3 4 5 6
Jenis Mata Pencaharian Karyawan Swasta Wiraswasta Pedagang Petani/Buruh Tambak Pemilik Tambak Petani/Peladang Nelayan Bengkel Pengangguran Lain-lain/Pensiunan TOTAL
Sebelum Bencana Jumlah Jiwa 74 87 20 19 35 558 334 18 43 26 1.354 % 5,5 6,4 1,5 1,4 2,6 41,2 24,7 1,3 3,2 1,9 100,0
Setelah Bencana Jumlah Jiwa 50 76 38 21 19 588 313 17 56 25 1.327 % 3,8 5,7 2,9 1,6 1,4 44,3 23,6 1,3 4,2 1,9 100,0
7 8 9 10 14 15
Sumber: Draf RTRW Kabupaten Bireuen. 2006, Data Statistik Map Frame 3 dan Survai Lapangan, 2007
Tabel. III.3
No 1 2 3
Sumber: Draf RTRW Kabupaten Bireuen. 2006, Data Statistik Map Frame 3 dan Survai Lapangan, 2007
Laki-laki
537
2 Perempuan 806 812 806 796 805 805 Sumber: Draf RTRW Kabupaten B Sumber: Draf RTRW Kabupaten Bireuen. 2006, Data Statistik Map Frame 3 dan Survai Lapangan, 2007ireuen. 2006, Data Statistik Map Frame 3 dan Survai Lapangan, 2007
relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat adalah tamatan SD, dan sebagian kecil lulus SMA atau Perguruan Tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat diakibatkan
III-12
oleh rendahnya kemampuan orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
pengembangan dan penataan sosial budaya dan agama desa Krueng Juli Barat dapat bersifat fisik maupun nonfisik. Pengembangan bidang sosial budaya harus mampu menerjemahkannya menjadi kebutuhan ruang bagi terselenggaranya berbagai kegiatan
sosial, budaya, dan agama. Kondisi sosial masyarakat Desa Krueng Juli Barat adalah desa yang mempunyai tingkat kemiskinan yang relatif rendah, meskipun mata pencaharaian penduduk sangat bergantung pada hasil pertanian. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 85 KK atau 66,41%. Ditinjau dari sisi tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Desa Krueng Juli Barat adalah rata-rata lulusan SD untuk usia produktif (15-55 tahun). Desa ini termasuk desa yang tertinggal, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota. Ditinjau dari etnisnya bahwa masyarakat desa Krueng Juli Barat adalah kebanyakan berasal dari Suku Aceh, salah satu ciri khas yang dapat ditemui pada masyarakat yang mencerminkan status sosial di antara mereka adalah kekhasan bahasa dan budaya.
B.
Kegiatan Keagamaan
Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Krueng Juli Barat sehari-hari umumnya dipusatkan di meunasah yang difungsikan sebagai tempat ibadah agama Islam. Meunasah juga digunakan sebagai balai pertemuan baik yang berkaitan dengan pelayanan aparat pemerintah maupun kegiatan kemasyarakatan. Di tempat inilah kegiatan menghimpun orang banyak, seperti rapat desa dan pertemuan masyarakat. Berdasarkan hasil survai bersama masyarakat, maka masyarakat sangat mengharapkan dibangun sarana kegiatan keagamaan berupa balai pengajian yang berada di samping meunasah. Balai pengajian ini bisa dimanfaatkan untuk pengajian ibu-ibu rumah tangga, pengajian remaja dan pengajian anak-anak, serta kegiatan PKK. Pengajian yang telah dilakukan secara rutin di meunasah adalah setiap hari Jumat dan Sabtu menjelang (bada ) maqrib dengan bimbingan ustadz dari dalam dan luar desa. Sementara, untuk
Berdasarkan tabel tersebut, maka pertumbuhan penduduk Desa Krueng Juli Barat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan angka yang tidak begitu tinggi. Pada tahun 2017 jumlah penduduk Desa Krueng Juli Barat sebesar 1.420 jiwa.
C.
Kepemudaan
Kegiatan kepemudaan yang ada di Desa Krueng Juli Barat adalah lebih banyak pada kegiatan olah raga badminton dan bola voly. Kondisi lapangan yang ada perlu dilakukan rehabilitasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan olah raga. Di samping itu,
III-13
kegiatan olah raga ini sangat digemari oleh masyarakat desa mulai dari anak-anak hingga dewasa. Hasil FGD dengan masyarakat potensi yang dapat dikembangkan untuk kegiatan para kaum muda ini adalah sangat besar. Masyarakat sangat ingin ada pemberdayaan kaum muda ini dengan berbagai bentuk pelatihan keterampilan, misalnya keterampilan perbengkelan, pertukangan, atau bentuk keterampilan lain yang bermanfaat.
baik ini, dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk membangun masyarakat menjadi lebih mempunyai rasa keterikatan dan kekeluargaan yang tinggi. Salah satu ciri khas dari masyarakat desa adalah budaya gotong royong. Budaya ini harus dipertahankan untuk kepentingan pembangunan desa ke arah yang lebih baik. Budaya ini juga menjadi modal dasar pembangunan desa, untuk itu harus terus diberi pengarahan/bimbingan melalui kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepetingan publik, misalnya bhakti sosial, menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
D.
F.
Kearifan Lokal
Kearifan lokal berupa tradisi, petatah-petitih, maupun semboyan hidup dimasyarakat sangat menunjang bagi terciptanya kerukunan kehidupan dan mencegah timbulnya konflik. Kearifan yang selaras dengan pesan perdamaian dan kerukunan agama tersebut, ada yang dikenal sejak dahulu dan merupakan kesepakatan baru yang dicapai bersama. Sebagai masyarakat yang sebagian besar beragama Islam, kearifan lokal lebih dipengaruhi oleh religius dan tradisi Islam yang mengajarkan hidup rukun dan damai. Agama menjadi alat ukur utama budaya di desa Krueng Juli Barat. Sebuah budaya yang tidak sesuai dengan agama (Islam), dengan sendirinya tidak dianggap sebagai budaya Aceh. Namun demikian ada juga kearifan lokal yang merupakan tradisi dalam pelaksanakan kegiatan ekonomi misalnya adanya sebutan panglima laut di nelayan. Panglima laut dianggap sebagai pemimpin yang harus dilaksanakan perintahnya ketika lagi melaut. Kedudukannya merupakan pimpinan tertinggi di kapal. Sedangkan pranata-pranata lokal dikehidupan masyarakat juga sangat penting, seperti gampong (desa adat), meunasah, atau tuha peut (dewan orang-orang tua) memiliki makna dan peran penting agar kehidupan bermasyarakat dapat berjalan secara selaras.
E.
Tabel III.7
Karakteristik Sikap.
Permasalahan Seringkali salah interpretasi masyarakat terhadap kebijakan masyarakat terhadap pembangunan.
Keinginan Warga Sosialisasi terhadap program dan kebijakan pembangunan oleh pemerintah.
Keterangan
Nasyid.
Tidak Terdapat
Seni Budaya
Kaum muda.
Prestasi tingkat
III-14
Kegiatan
Karakteristik Islami.
Permasalahan
Keinginan Warga
Sasaran
Keterangan Belum ada bantuan peralatan. Belum ada bantuan peralatan. Belum ada bantuan untuk kegiatan kepemudaan.
Kurangnya peralatan dan perlengkapan dalail khairat. Organisasi yang tidak memiliki kegiatan.
Bantuan peralatan Dalail Khairat. 1. Pemberdayaan pemuda melalui organisasi kepemudaan. 2. Pelatihan keterampilan manajemen organisasi.
Gotong Royong.
Jarangnya kegiatan.
Banyak kegiatan membangun fasilitas umum, kerja bakti dan menjaga kebersihan lingkungan.
Seluruh masyarakat.
3.6
menjadi 6,85% setelah tsunami. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya warga yang tidak beralih profesi atau hanya sedikit yang beralih profesi. Berdasarkan dari hasil diskusi dengan warga, bahwa rata-rata pendapatan masyarakat pasca tsunami tidak lebih dari Rp.350.000,00. Jumlah tersebut masih lebih rendah dibandingkan sebelum tsunami yang dapat mencapai rata-rata Rp.750.000,00 perbulan. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan sektor ekonomi yang diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat. Masyarakat desa Krueng Juli Barat ini sangat tergantung pada pertanian, karena lebih dari 80% penduduknya sebagai petani. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan adalah sebanyak 85 orang. Faktor pendukung wilayah, untuk infrastruktur sarana dan prasarana perikanan dari segi kepemilikannya sebagian besar berusaha dengan menggunakan motor tempel, padahal apabila digunakan untuk menangkap ikan di perairan hanya akan mempunyai jangkauan yang terbatas, sedangkan untuk unit-unit penangkapan ikan mempunyai fishing base namun berukuran kecil sehingga hanya memungkinkan beroperasi di wilayah perairan pantai dengan waktu melaut hanya satu hari. Pada usaha pertanian tanpa melakukan diversifikasi usaha, sehingga pendapatan ekonomi rumah tangga sangat tergantung kepada hasil produksi padinya. Hal ini akan berakibat fatal apabila terjadi kegagalan produksi (panen), yang secara langsung akan
III-15
menurunkan pendapatan ekonomi keluarga. Hanya sebagian golongan kecil petani yang melakukan diversivikasi usaha rumah tangganya selain bertani, yaitu dengan menjadi pengrajin atau pedagang didesanya, sehingga apabila terjadi kegagalan panen, golongan ini relative aman dengan pendapatan cadangan (reserve income) yang dimiliki dari diversifikasi usahanya. Adapun yang bekerja sebagai pengrajin di desa Krueng Juli Barat umumnya memproduksi keperluan alatalat rumah tangga makanan ringan (kue) yang terbuat dari kayu, bambu, dan bahan lainnya yang tersedia di wilayah desa dan sekitarnya. Hasil produksi home industri tersebut dijual ke luar desa atau luar kecamatan, sehingga produk tersebut memiliki nilai tambah bagi pendapatan desa Krueng Juli Barat. Di samping itu terdapat industri makanan ringan (kue) khas Aceh yang dijual di desa atau di luar desa, bahkan ada sebagain yang dijual ke pasar. Dilihat dari faktor pendukung berupa kondisi jalan, jalan utama di Desa Krueng Juli Barat merupakan jalan desa dengan kondisi jalan beraspal baik. Kondisi jalan tersebut sangat mendukung kelancaran pengangkutan sarana produksi dan hasil produksi desa, begitu pula dengan sarana transportasi. Faktor pendukung fisik lainnya, berupa sarana komunikasi yang tersedia, relatif mudah untuk diakses dengan adanya jaringan telepon (telepon seluler) yang menyebar di wilayah desa. Jaringan listrik PLN telah menyebar ke seluruh desa dan sebagian besar rumah penduduk telah menggunakannya. Sarana media massa cetak, berupa surat kabar dan majalah yang beredar di desa Krueng Juli Barat, ketersediaannya sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh permintaan masyarakat akan media cetak tersebut masih rendah. Sedangkan infrastruktur ekonomi, seperti pasar dan perbankan tidak terdapat di Desa Krueng Juli Barat. Namun penduduk dapat mengakses ke dua lembaga ekonomi tersebut di ibukota kecamatan. Karena mudahnya sarana transportasi dari dan ke Desa Krueng Juli Barat, sedangkan untuk sarana fisik bagi pendidikan belum tersedia di desa ini. Sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa Krueng Juli Barat belum tersedia, sehingga perlu ke desa lain, kecuali ke puskesmas atau rumah sakit yang harus ke kota kecamatan atau kabupaten 1025 km, tetapi karena sarana transportasi mudah dijangkau, maka untuk menjangkau sarana kesehatan/puskesmas mudah dan murah. Saluran irigasi teknis untuk areal persawahan yang terdapat di desa Krueng Juli Barat, sangat mendukung usaha pertanian masyarakatnya yang dapat mengairi sawah milik petani sebanyak dua kali dalam setahun, sehingga memberikan kesempatan kepada
LAPORAN FINAL RENCANA PENGEMBANGAN DESA
petani untuk melakukan penanaman padi sebanyak dua kali dalam satu masa tanam (satu tahun). Pengairan areal sawah dilakukan secara bergilir sesuai jadwal yang ditentukan oleh pihak pemerintah kabupaten. Faktor pendukung wilayah, prasarana jalan relatif baik dan beraspal, tetapi sebagian jalan di permukiman-permukiman masih jalan batu dan tanah, sarana perhubungan yang sering digunakan adalah ojek (becak motor) dan kendaraan pribadi. Sedangkan Infrastruktur ekonomi yaitu lembaga keuangan dan fasilitas pasar tidak terdapat di desa ini. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bireuen bagi masyarakat Desa Krueng Juli Barat, umumnya dilaksanakan pemeliharaan dan penyediaan sarana dan prasarana fisik publik, seperti pemeliharaan jalan, pemeliharaan saluran irigasi, penambahan saluran telepon, penambahan sarana pelayanan kesehatan beserta tenaga medisnya. Selain dukungan secara fisik, pemerintah daerah setempat saat ini memberikan pula dukungan nonfisik, seperti kemudahan akses kredit, meskipun pada tataran praktek masih sulit diimplementasikan. Status dan luas kepemilikan sawah menjadi dasar bagi penggolongan tingkat ekonomi, kondisi ekonomi petanian, karena hal ini erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam pengolahan sawahnya. Sebagian besar petani adalah petani dengan luasan di bawah kepemilikan 0,195 ha dan sebagian lagi adalah petani penggarap. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian penduduk termasuk golongan miskin pedesaan, dan sebagian kecil saja yang termasuk golongan ekonomi mampu. Pada saat ini terdapat Badan Perwakilan Desa (BPD) yang dianggap sebagai pengganti LKMD pada masa lalu. Lembaga ekonomi terutama lembaga keuangan yang ada adalah koperasi Unit desa (KUD) sudah tersedia, sehingga keberadaanya sangat membantu warga, khususnya petani. Dalam usaha untuk mengembangkan potensi masyarakat desa, diperlukan bantuan teknis dan financial yang relatif lebih longgar dan luwes dalam prosedur mendapatkannya, sehingga petani memiliki kesempatan luas untuk
mengembangkan usahanya. Kelembagaan ekonomi masih belum memadai bahkan tidak ada, tetapi di lain sisi peran BPD relatif kecil karena yang lebih berperan adalah kepala desa, tokoh masyarakat, pemuka masyarakat dan biasanya para tokoh masyarakat tersebut tidak pernah membawa nama lembaga dalam rapat-rapat desa. III-16
3.6.1 Pertanian
Lahan pertanian Desa Krueng Juli Barat seluas 35,23 Ha memiliki kondisi lahan baik, memiliki saluran irigasi yang sudah teratur. Hasil panen padi di desa ini telah pulih seperti sebelum tsunami, dengan produktivitas padi per Ha 6-7 Ton.
Tabel III.8
No 1 2
3 Kacang Kedelai 4 ton/ha Rp 4.000 18,3 ha Sumber: Tim Survai VP Lapangan Desa 2007 )* Harga pada saat padi dipanen atau disebut Kering Sawah (KS).
Meskipun demikian, kegiatan pertanian di Desa Krueng Juli Barat masih memiliki permasalahan. Berdasarkan hasil dialog dengan warga permasalahan pada saat ini antara lain: a. mahalnya harga pupuk, b. tidak ada KUD, c. kelompok tani belum dapat berperan secara maksimal, d. minimnya mesin perontok padi dan, e. terbatasnya traktor pengolah lahan, f. Sementara lahan perkebunan yang juga menyatu dengan lahan halaman rumah dengan luas mencapai 3,35 Ha, kondisinya belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Tanaman yang ada di kebun sekitar rumah dibiarkan tanpa perawatan. Jenis tanaman yang tumbuh adalah pisang, pohon kelapa, pandan, lontar, sebagian kecil kopi. Dari sekian banyak jenis komoditi perkebunan yang paling banyak adalah pohon kelapa. Masyarakat masih maksimal memanfaatkan lahan kebun untuk menunjang pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang relatif rendah terhadap pengelolaan lahan kebun, kurangnya permodalan dan keterbatasan akses pasar. Berikut disajikan identifikasi produksi hasil lahan pertanian, selengkapnya lihat Tabel III.8.
Polindes di samping Meunasah
Foto: Area Pertanian di Desa Krueng Juli Barat
III-17
Tabel III.9
No
3.6.3 Peternakan
Sebelum terjadi bencana tsunami sebagian masyarakat desa menggeluti usaha ternak sapi, kambing, dan unggas, hampir setiap kepala keluarga memiliki peliharaan ternak. Kendala pengembangan peternakan sesuai hasil dialog antara lain: a. masih terbatasnya pejantan sehingga pengembangan hewan ternak menjadi terhambat, b. kesulitan pakan ternak, c. sering munculnya penyakit yakni penyakit mata dan kulit (sapi). Diperlukan bantuan ternak berupa lembu, kambing dan unggas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat seperti sebelum terjadi bencana. Selengkapnya mengenai usaha pengembangan peternakan keluarga dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel III.12
No
Udang
Ikan Bandeng
Ikan Kerapu
Tabel III.10
No 1 2 3
Kambing
Sapi
Tabel III.11
No 1 2 3
Sumber: Tim Survai VP Lapangan Desa 2007 Jenis Tambak Udang Bandeng Kerapu
Tabel III.13
No
Jenis Ternak
1 2 3
Sumber: Tim Survai VP Lapangan Desa 2007 )* Kadang-kadang buruh diberi upah Rp 35.000,-per hari (Hasil FGD, 2007)
Sumber: Tim Survai VP Lapangan Desa 2007 )* Diperoleh dari 60% x 209 KK x 6 ekor = 756 ekor ayam. Jadi setiap KK mendapatkan 6 ekor ayam.
III-18
)** )***
Diperoleh dari 100% x 27 group x 3 ekor = 81 ekor kambing. Jadi setiap group mendapatkan 3 ekor kambing Diperoleh dari 100% x 30 KK x 2 ekor = 60 ekor sapi.
a. terbatasnya modal usaha yang diterima dari pemberi bantuan (BRR, NGO, dan Pemerintah),
Tabel III.14
No 1
d. kesulitan memperoleh bahan baku. Berikut disajikan selengkapnya mengenai identifikasi kegiatan industry kecil dan jasa (lihat tabel-tabel berikut).
2 3
Kambing Sapi
3 ekor 2 ekor
-Rp 300.000 per ekor-Rp 400.000 per ekor Rp 2.000.000 per ekorRp 2.700.000 per ekor
Tabel III.16
No 1
Tabel III.15
No 1 2 3
3.6.4 Perdagangan
Pola perdagangan masyarakat umumnya kios, warung kopi, warung nasi, toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, serta sebagian kecil yang berdagang ikan keliling (moge) atau berpangkalan. Dari jumlah 12 pedagang yang ada, terdapat 6 pedagang yang mempunyai tempat usaha. Setelah tsunami kegiatan usaha sudah berjalan normal perdagangannya di tempat mereka tinggal (bagian dari rumahnya dan yang terpisah dengan rumahnya) atau tempat yang belum permanen.
3 Pembuatan Kue 2 Kerajinan Gerabah No 1 Jenis IRT Bordir/Menjahit
Tabel III.17
di rumah
Beroperasi
di Rumah
Beroperasi
III-19
Tabel III.18
Kondisi Eksisting 1. Sawah dapat ditanami padi 2 kali setahun dengan baik. 2. Kacang Kedelai atau Kacang Tanah atau Jagung
Permasalahan Harga padi yang relatif murah. Harga pupuk yang tinggi. Pola distribusi pupuk yang kurang baik. Permbaikan saluran irgasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keinginan Warga Harga padi stabil. Menekan harga pupuk. Distribusi pupuk oleh KUD Perbaikan saluran irigasi penguatan kapasitas petani melalui pelatihan bantuan perontok padi
Keterangan Perlu mendapat bantuan karena salah sartu mata pencaharian utama dan saat masih belum ada bantuan
Untuk palawija (kacang kedelai 1 ha = 4 ton dan kacang tanah 1 ha = 3 ton) Petambak 10 ha x 400 kg = 4000 kg atau 4 ton per 4 bulan udang. Sementara untuk 1 thn dapat produksi 2 kali Perlu direhabilitasi sebagian dan belum ada bantuan
Perikanan (Pertambakan)
1. 2.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Petani kekurangan modal. Penyakit yang menyerang udang. Sulit melakukan pengembangan usaha tambak Jumlah produksi yang semakin menurun Pengelolaan yang masih alamiah Harga pakan yang semakin meningkat Harga udang yang menurun hingga 50%
1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4.
Akses modal yang mudah. Penemuan penyakit udang yang sampai saat ini belum diketahui obatnya (studi oleh dinas pertanian atau lembaga riset). Pelatihan dan pembinaan dalam pengembangan usaha tambak Peningkatan produksi Pembentukan koperasi Subsidi pakan Perbaikan saluran irigasi Rehabilitasi sarana dan prasarana pembibitan udang Penyediaan modal awal untuk usaha pelatihan manajemen usaha pengembangan usaha pembibitan bandeng
Pembibitan Udang
Sarana Pembibitan Udang hancur, meskipun sebagian masih ada tetapi tidak beropreasi
Usaha produksi bibit yang menyerap tenaga kerja banyak dan bersifat padat karya
1. Sarana dan Prasarana hancur. 2. Kekuranngan modal 3. Belum adanya dukungan pembangkitan usaha. 4. keterampilan yang masih kurang
Pengusaha pemebibitan udang dan sebagian masyarakat yang tertarik untuk usaha ini
Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan dapat memberikan pendapatan rata-rata Rp 800.000 Rp 900.000 per bulan
Usaha ini segera mendapat bantuan dari BRR karena mampu mengurangi penggangguran di desa dan meningkatkan pendapatan masyarakat Sampai saat ini belum memeperoleh bantuan
Perkebunan
1.
2. 3. 4.
Masyarakat kurang peduli terhadap tanaman di perkebunan. Kurangnya pemanfaatan lahan kebun. Hanya mengambil buahnya. Tanah dibiarkan ditumbuhi semak dan rumput yang kurang bermanfaat. Belum ada pengelolaan kebun yang baik.
1.
2. 3.
Perlu ada kesadaran masyarakat untuk mengelola kebun dengan menanam tanaman yang menghasilkan uang. Pelatihan tanaman di lading Penanaman pohon pinang
10 ha
1.
1.
1. 2.
III-20
Sektor/Subsektor
Karakteristik 2. 3. 4.
Permasalahan Ketidaktersediaan kandang yang memadai. Pola ternak yang sifatnya perorangan. Mayarakat beternak hanya untuk kepentingan konsumsi dan hanya sebagian yang dijual. Pengetahuan masyarakat yang masih minim tentang beternak ayam yang baik. Ketidaktersediaan modal pengembangan usaha ternak. Ketidaktersediaan kandang yang memadai. Pola ternak yang sifatnya perorangan. Mayarakat beternak hanya untuk mengisi waktu luang. Pengetahuan masyarakat yang masih minim tentang beternak ayam yang baik. 3.
Keinginan Warga Transformasi pola ternak secara tradisional ke modern. Pengadaan ayam bentina 6 buah dan 1 jantan setiap KK, di mana 1 bentina dikembangbiak-kan.
Sasaran beternak, khususnya ibu-ibu rumah tangga, pemuda, dan anakanak (100% KK mempunyai ayam dengan jumlah 25/KK)
Potensi 1000, maka punya potensi pendapatan dari ternak ayam bertelor sebesar Rp 62.100.500,atau Rp 450.000,-per tahun per KK.
Keterangan
4.
5.
2.
Peternakan alamiah
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4.
Kemudahaan akses modal. Pelatihan ternak kambing dan lembu Pertanian berkelompok Beternak secara modern.
Nelayan
1.
2.
Melaut dengan kondisi perahu dan jaring seadanya dan sebagian dengan perahu dan boat bantuan hibah Nelayan hanya mampu menghasilkan tangkapan ikan dengan nilai uang sebesar Rp 25.000,- Rp 50.000,-
1. Kekurangan modal 2. Masih banyak nelayan yang belum mendapat bantuan 3. Nelayan yang menggunakan boat kesulitan membeli BBM. 4. Kondisi laut yang masih belum baik, sehingga tangkapan ikan sedikit. 5. Rendahnya kepasitas nelayan 6. Belum adanya kelompok nelayan
1. 2. 3. 4.
Pinjaman modal Ada bantuan perahu dan jaring untuk melaut Ada subsidi khusus harga BBM untuk perahu boat. Pembentukan kelompok nelayan atau koperasi nelayan
4.
Kekurangan modal Banyak pemilik yang masih kurang memiliki keterampilan Untuk industri kayu dan pembuatan perahu kesulitan pemasaran dan pengadaan bahan baku papan Khusus penjahit, mesin jahit masih tradisional Kesulitan modal untuk pengembangan usaha. Omset penjualan mengalami penurunan. Pendapatan dan jumlah konsumen menurun
1. 2.
3. 4.
Akses modal Pelatihan keterampilan menjahit ibu-ibu rumah rumah tangga dan remaja wanita. Pengadaan mesin jahit dan yang relatif modern. Bantuan akses pemasaran.
Perdagangan
1. 2. 3.
1. 2. 3.
Pedagang
III-21
3.7
Perumahan
Setelah bencana gempa dan tsunami bantuan rumah yang telah diberikan oleh pihak donor (Re-KOMPAK) sejumlah 28 unit rumah. Tersebar di 2 (dua) dusun, sedangkan rehabilitasi terhadap rumah tinggal yang merangkap sebagai toko maupun kedai dilakukan secara swadaya oleh pemilik sendiri. Berikut Tabel III.19 data perumahan di Desa Krueng Juli Barat sebelum dan setelah bencana. Pola perumahan penduduk membentuk pola linier mengikuti arah jaringan jalan.
1. Sirkulasi udara di dalam rumah lancar dengan jendela di tiap ruang. 2. Pencahayaan yang baik dengan jendela yang lebar. 3. Perlengkapan standar MCK (bak mandi, tempat cuci, sumur gali dan WC). 4. Rumah berdinding bata, dengan kusen dan daun pintu/jendela dari kayu. 5. Atap dari seng ataupun metal roof dengan kerangka dari kayu atau besi. 6. Ketinggian rumah dari tanah ke lantai minimal 30 cm.
3.8
Tabel III.19
Rumah
166
Baik
110
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
24 Unit dibangun baru oleh ReKompak Sudah Direhab oleh Pemiliknya Sudah Direhab oleh Pemiliknya
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
Permasalahan 1. Luasan tanah/bidang di beberapa lokasi, tidak memungkinkan untuk membuat GSB sesuai standar peraturan pemerintah yang ada. 2. 1 kapling rumah dihuni lebih dari satu kepala keluarga.
No 1 2 Jenis Transportasi Kondisi Permukaan Keterjangkauan Tipe Angkutan Umum Utama Uraian Darat Aspal, kerikil, batu dan tanah Roda 4 dan Roda 2 Ojek Sepeda Motor Keterangan
Tabel III.20
Potensi 1. Area permukiman yang luas yang kepemilikannya adalah milik masyarakat desa sehingga memudahkan dalam mensertifikasi. 2. Area permukiman yang dengan lokasi yang sangat strategis dekat dengan pusat kota Kecamatan Kuala.
3 4
5 Terminal Tidak Ada Sumber: Survai Lapangan Tim VP, Bireuen-3, PT. Bina Citra, 2007
Untuk akses jalan ke permukiman dan ke dalam lingkungan desa, juga telah dibuat gang atau lorong-lorong untuk menghubungkan antara dusun yang satu dengan dusun yang
Rekomendasi dan diskusi bersama warga untuk standar rumah sehat adalah sebagai berikut.
lain. Informasi lebih jelas tentang kondisi jalan di Desa Krueng Juli Barat dapat dilihat pada Tabel III.21.
III-22
Tabel III.21
Data Jaringan Jalan Desa Krueng Juli Barat Keterhubungan Jalan No 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Jalan Jl. Juli Barat Jl. Lingkar Desa Jl. Hacthery 1 Jl. Hacthery 2 Lorong Arah Mane Lorong Alatif Lorong Ridwan Lorong M. Yahya Lorong Ismail Lorong Adnan Lorong Murdani Lorong Thamrin Yahya Lorong Kuburan Lorong Hamidah Lorong T. Thaher Lorong Rusli GRG Lorong Sulaeman Wahab Lorong Tarmijah Lorong Kuburan 2 Klasifikasi Jl. Utama Desa (Jalan Lokal Primer) Jl. Utama Desa (Jalan Lokal Primer) Jl. Utama Desa (Jalan Lokal Sekunder) Jl. Utama Desa (Jalan Lokal Sekunder) Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Lorong Menghubungkan ke Desa Beruawang-Desa Cot Trieng-Desa Krueng Juli Timur Menghubungkan elemen pembentuk ruang di wilayah internal desa Menghubungkan lokasi industri hatchery dengan pusat desa Menghubungkan lokasi industri hatchery dengan pusat desa Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Menghubungkan antar kawasan permukiman (jalan lingkungan) Lebar (m) 5 5 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 ROW (m) 7 6 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 Konstruksi/Kondisi Perkerasan Aspal Aspal Aspal Aspal Kerikil Aspal Semen Tanah Tanah Aspal Terkelupas Aspal Terkelupas Kerikil Kerikil Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
III-23
Ruas Jalan Utama Desa (Jl. Juli Barat) sudah diperkeras aspal
Ruas Jalan Utama Desa (Jl. Juli Barat) sudah diperkeras aspal Lorong yang masih belum diperkeras aspal
III-24
Analisis Teknis a. Hirarki Jalan Jaringan jalan yang ada di Desa Krueng Juli Barat disesuaikan dengan kebutuhan kawasan. Prinsip penataan sistem jaringan jalan adalah menyesuaikan dengan blok-blok kawasan yang dapat diakses melalui jaringan jalan sesuai dengan fungsinya. Belum semua jaringan jalan yang ada disediakan untuk lalu lintas dua arah. Hirarki jalan disusun untuk membedakan kelas dan fungsi jalan, diantaranya, adalah sebagai berikut. a) Jalan Utama Desa (Jalan Krueng Juli Barat ) berfungsi sebagai jalan kolektor yang mempunyai akses ke ibukota Kecamatan Kuala dan ke desa sekitar. b) Jalan Lingkungan, yaitu jalan yang berada di dalam permukiman yang berfungsi sebagai penghubung jalan-jalan lokal desa. c) Lorong merupakan jalan yang menghubungkan antara rumah dengan rumah sekitarnya di dalam satu dusun. b. Aksesibilitas Desa Krueng Juli Barat dapat diakses dari Kota Banda Aceh melalui Jl. Kecamatan Kuala yang terhubung langsung oleh jalan utama desa (Jalan Krueng Juli Barat). Penanganan dan pembangunan jaringan jalan meliputi beberapa hal, yaitu sebagai berikut. a) Penataan pola hirarki jalan dan land consolidation untuk mempermudah jalur evakuasi menuju tempat penyelamatan (bangunan atau bukit). b) Pembuatan jalan baru dan tembus (disesuaikan dengan aspirasi masyarakat yang merelakan tanahnya untuk pelebaran jalan). c) Perbaikan dan peningkatan jaringan jalan yang mengalami kerusakan diantaranya adalah perbaikan pondasi jalan lingkungan dan peningkatan jalan lingkungan dari jalan tanah menjadi jalan aspal.
pengumpul air dari blok-blok kawasan untuk dialirkan menuju ke saluran primer. Sebagai penampung utama air hujan untuk Desa Krueng Juli Barat adalah saluran primer (sungai) yang menuju laut. Setelah terjadi bencana kondisi konstruksi saluran sekunder mengalami kerusakan pada dinding saluran (hancur) dan terputus, untuk jarinagn drainase yang sudah terbangun di jalan. a. Jl. Krueng Juli barat sepanjang 845 m. b. Jl. Lingkar Desa sepanjang 643 m. c. Jl. Hacthery 1 sepanjang 72 m. Direncanakan penambahan jaringan drainase: a. Jl. Krueng Juli barat sepanjang 679 m. b. Jl Baru I sepanjang 170 m. c. Jl. Lingkar Desa sepanjang 600 m. d. Jl. Hacthery 1 sepanjang 363 m. e. Jl. Hacthery 2 sepanjang 432 m. f. Lorong-lorong pemukiman sepanjang 1450,5 m.. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel III.22 dan Gambar 3.7.
Tabel III.22
No 1
Kondisi Pascatsunami Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada
2 3 4 Lorong pemukiman Sumber: Survai Lapangan Tim VP, Bireuen-3, PT. Bina Citra, 2007
Drainase adalah sarana atau prasarana untuk mengalirkan air dari suatu tempat ke tempat lain dengan beda ketinggian tertentu sehingga air dapat mengalir. Sistem
drainase harus dihubungkan dengan badan penerima dan dapat menyalurkan, atau menampung air buangan sedemikian rupa sehingga maksud pengeringan daerah dapat terpenuhi. Badan penerima dapat berupa sungai, danau atau kolam yang mempunyai daya tampung yang cukup.
III-25
Ruas Jalan Utama Desa sebelah timur yang sudah memiliki sauran drainase
Ruas Jalan Utama Desa sebelah barat yang belum memiliki saluran darinase Lorong-loromng pemukiman yan belum memiliki saluran drainase diperkeras aspal
III-26
Sistem drainase di Desa Krueng Juli Barat direncanakan untuk menampung air limpasan permukaan yang berasal dari air hujan dan air buangan rumah tangga. Sifat alamiah air selalu mengalir menuju tempat yang rendah karena itu jaringan drainase pada Desa Krueng Juli Barat menggunakan dasar-dasar Analisis gravitasi. Dasar Analisis gravitasi adalah Analisis yang mempertimbangkan topografi wilayah, di mana prinsip air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke ketempat yang lebih rendah. Pemecahan permasalahan drainase di Desa Krueng Juli Barat, yaitu sebagai berikut. 1) Pembangunan saluran drainase baik sekunder maupun tersier. 2) Saluran drainase dibangun pada sisi kanan dan kiri jalan sebagai saluran sekunder (jalan kolektor, lokal, dan lingkungan). Saluran drainase dibangun secara permanen. Kriteria dalam perencanaan sistem drainase, adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna. 2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan. 3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase. 4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul drainase. Potensi Ketersediaan lahan dyang Desa Krueng Juli Barat masih cukup luas untuk perencanaan saluran drainase dan dukungan warga atas perencanaan tersebut. Permasalahan Kondisi drainase yang terdapat di Desa Krueng Juli Barat sebagian besar masih berupa tanah, bahkan masih banyak jalan-jalan desa yang belum dilengkapi dengan saluran drainase. Jaringan drainase di Desa Krueng Juli Barat bermuara di aliran Sungai/Krueng Krueng Juli Barat dengan dimensi lebar 50 cm dengan segmen terbuka.
3.8.4 Persampahan
Sarana pembuangan sampah yang memadai tidak tersedia di Desa Krueng Juli Barat, penanganan sampah yang diterapkan oleh masyarakat adalah penanganan sampah individual di tiap rumah dengan cara menggali, menimbun dan membakar sampah. Untuk lingkungan yang berada di pesisir pantai atau sungai penanganan sampah dilakukan dengan cara membuangnya langsung ke laut dan sungai. Secara umum, kondisi ini masih memenuhi standar pelayanan minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan. Permasalahan Penanganan sampah di Desa Krueng Juli Barat ini masih dilakukan secara individu di masing-masing rumah dengan cara membakar atau menimbun. Namun seiring perkembangan pembangunan, sistem penanganan seperti ini sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu dikembangkan sistem penanganan yang lebih terpadu.
III-27
III-28
Penyusunan Rencana Pengembangan Desa (Village Planning) di NAD Paket 1.7.4. Bireuen-3
Potensi Masyarakat mendukung penerapan pelaksanaan sistem pengelolaan sampah bersama. Hal itu tentu saja dapat terlaksana dengan baik bila peran serta masyarakat untuk membuang sampahnya di TPS (Tempat Penampungan Sementara) juga difasilitasi oleh aparat pemerintahan yang menangani masalah persampahan di wilayah tersebut sehingga pengangkutan sampah dari kontainer (TPS) dapat dilakukan tepat waktu.
No 6 7 8 9 10
Komponen sumber sampah Sekolah Jalan arteri sekunder Jalan kolektor sekunder Jalan lokal Pasar
Volume 0.10-0.15 0.10-0.16 0.10-0.17 0.05-0.10 0.20-0.60 l/org/hr l/m/hr l/m/hr l/m/hr l/m /hr
2
Berat 0.010-0.020 0.020-0.100 0.010-0.050 0.005-0.025 0.100-0.300 kg/org/hr kg/m/hr kg/m/hr kg/m/hr kg/m /hr
2
A.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Desa Krueng Juli Barat dan faktor timbulan sampah di atas, maka dapat diproyeksikan besar timbulan sampah dalam waktu 10 tahun mendatang, untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel III.24. Tabel III.24
No 1 2 3 4 Jumlah Penduduk Target Pelayanan Jumlah Penduduk Terlayani Timbulan Sampah Terlayani a. Permukiman (2.25 l/orang/hr) b. Komersial (0,2 l/orang/hr) m /hr m /hr m /hr m /hr m /hr m /hr m /hr
3 3 3 3 3 3 3
4. 5. 6.
B.
Pengelolaan Persampahan
Untuk penanganan pengelolaan sampah, terlebih dahulu perlu diketahui besarnya timbulan sampah yang ada di wilayah kelurahan ini berdasarkan angka jumlah penduduk. Sesuai dengan SNI 19-3964-1994 tentang penentuan timbulan sampah, maka timbulan sampah ditentukan berdasarkan survai sistematis. Namun bila data survai tidak diperoleh, dapat pula dihitung dengan menggunakan Tabel III.23.
5
c. Fasilitas Umum (0,2 l/orang/h) d. Jalan (0,1 l/orang/hr) e. Saluran (0,1 l/orang/hr) f. Lain-lain (0,1 l/orang/hr) Jumlah Timbulan Kebutuhan Prasarana & Sarana a. Tong/bin kapasitas 120 liter b. Gerobak sampah kap. 1 m3 c. TPS/Kontainer kap. 3 m3
Tabel III.23
No 1 2 3 4 5
Sumber: Analisis Tim Teknis PT. BKG, 2007 dan Deputi Bid.Pengembangan Kawasan, 2006 Komponen sumber sampah Rumah permanen Rumah semi permanen Rumah nonpermanen Kantor Toko/Ruko
sampah, yaitu berkaitan dengan hal-hal berikut. 1. Pemilihan dan penentuan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan dan pengangkutan. 2. Perencanaan rute pengangkutan.
III-29
3. 4.
Potensi Jaringan pipa distribusi dan sambungan rumah PDAM di Desa Krueng Juli Barat telah terpasang tetapi belum mengalir. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai potensi desa untuk
C.
bisa memenuhi kebutuhan air bersih. Pemanfaatan ini tentunya disertai dengan perencanaan jaringan pipa sebaik mungkin supaya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat wilayah ini dengan debit air yang sesuai. Sistem penyediaan air bersih dibagi dua, yaitu sebagai berikut. 1. Sistem individual. a. Rumah. b. Untuk kegiatan pedesaan. 2. Sistem penyediaan air komunal, yaitu dengan menyediakan air bersih untuk seluruh desa, seperti masjid, meunasah, dan lain-lain.
Di Desa Krueng Juli Barat kebutuhan air dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1. Kebutuhan domistik atau rumah tangga (minum, memask, mencuci, WC, dan membersihkan rumah. 2. Kebutuhan nondomestik. a. Sosial: Masjid, polindes, kantor desa, dan sekolah. b. Komersil: kios, kedai, pasar. Berdasarkan potensi yang ada untuk kebutuhan air minum Desa Krueng Juli Barat mengandalkan jaringan PDAM kab Bireuen. Dalam merencanakan sistem jaringan perpipaan untuk kebutuhan air bersih, diperlukan kriteria perencanaan sebagai berikut. a. Sistem pelayanan Kran Umum/Hidran Umum (KU) dan Sambungan rumah (SR). b. Cakupan pelayanan 60%-100% daerah pelayanan. c. Jarak minimum antara kran umum/hidran umum 200 meter. d. Faktor hari maksimum: 1,15. e. Kapasitas reservoir: 2 x hari maksimum. f. Periode desain instalasi 10 tahun.
III-30
Tempat Penampungan Air Bersih yang kondisinya tidak terawat dan rusak
Sumur cincin yang merupakan salah satu sarana kebutuhan air bersih bagi warga Desa Krueng Juli Barat
III-31
Tabel III.25
NO. A. 1 2 3 B. 1
URAIAN Jumlah Penduduk dan Pelayanan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terlayani Tingkat Pelayanan Tingkat Pelayanan Berdasarkan Sambungan Sambungan a. Sambungan Rumah Langsung (SR) b. Kran/Hidran Umum (KU) Jumlah Pelayanan Berdasarkan a. Sambungan Rumah Langsung (SR) b. Kran/Hidran Umum (KU) Jumlah Penduduk per Sambungan Sambungan Rumah Langsung (SR) Kran/Hidran Umum (KU) Jumlah Sambungan Domestik a. Sambungan Rumah Langsung (SR) b. Kran/Hidran Umum (KU) Total Sambungan Tingkat Kebutuhan Air Kebutuhan berdasarkan Sambungan a. Sambungan Rumah Langsung (SR) b. Kran/Hidran Umum (KU) Non Domestik Faktor Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan Air Kebutuhan Domestik a. Sambungan Rumah Langsung (SR) b. Kran/Hidran Umum (KU) Total Kebutuhan Domesatik Kebutuhan Non Domestik Total Domestik + Non Domestik Faktor Kehilangan Air Proses Produksi Loss pada Jaringan Pipa Kehilangan air Produksi dan Distribusi Total Kebutuhan Air Produksi Bersih Faktor Kebutuhan Maksimum Faktor Jam Puncak Kebutuhan Maksimum Harian Kebutuhan Jam Puncak Waktu Produksi Kapasitas Produksi Rata-rata
UNIT
jiwa jiwa %
90 10 731 81 5 50
90 10 735 82 5 50
90 10 740 82 5 50
90 10 868 96 5 50
90 10 873 97 5 50
90 10 876 97 5 50
90 10 1007 112 5 50
90 10 1013 113 5 50
90 10 1018 113 5 50
90 10 1150 128 5 50
C. 1 2 D. 1
samb. samb.
2 E. 1
146 2 148
147 2 149
148 2 150
174 2 175
175 2 176
175 2 177
201 2 204
203 2 205
204 2 206
230 3 233
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
120 30 30
2 F. 1
m /hr 3 m /hr
2 3 G. 1 2 3 H. 1 2 3 4 5 6 7
m /hr % % 3 m /hr m /hr m /hr m /hr m /hr m /hr m /hr jam m /hr ltr/det
3 3 3 3 3 3 3
87,7 2,4 90,2 27 117,2 1 24 28,1 145,4 146,5 1,15 1,75 167,2 11 24 167,2 1,9
88,3 2,5 90,7 27 117,9 1 24 28,3 146,2 147,4 1,15 1,75 168,2 11 24 168,2 1,9
88,8 2,5 91,3 27 118,7 1 24 28,5 147,2 148,4 1,15 1,75 169,3 11 24 169,3 2,0
104,1 2,9 107,0 32 139,1 1 24 33,4 172,5 173,9 1,15 1,75 198,3 13 24 198,3 2,3
104,7 2,9 107,6 32 139,9 1 24 33,6 173,5 174,9 1,15 1,75 199,5 13 24 199,5 2,3
105,1 2,9 108,0 32 140,4 1 24 33,7 174,1 175,5 1,15 1,75 200,2 13 24 200,2 2,3
120,8 3,4 124,1 37 161,4 1 24 38,7 200,1 201,7 1,15 1,75 230,1 15 24 230,1 2,7
121,6 3,4 124,9 37 162,4 1 24 39,0 201,4 203,0 1,15 1,75 231,6 15 24 231,6 2,7
122,2 3,4 125,6 38 163,2 1 24 39,2 202,4 204,0 1,15 1,75 232,8 15 24 232,8 2,7
138,0 3,8 141,9 43 184,4 1 24 44,3 228,7 230,5 1,15 1,75 263,0 17 24 263,0 3,0
III-32
Untuk kebutuhan air domestik, terdapat dua jenis sambungan ke rumah warga, sebagai berikut. a. Sambungan Rumah Langsung (SR). SR digunakan oleh penduduk yang menempati rumah permanen dan semi permanen, dengan asumsi kebutuhan air rata-rata adalah 120 l/jiwa/hari dan bahwa secara umum rumah-rumah tersebut memiliki 5 orang penghuni. b. Kran Umum/Hidran Umum (KU) KU disediakan untuk masyarakat yang menempati rumah nonpermanen. Kebutuhan air untuk dapat hidup dengan layak dan higienis adalah 30 l/jiwa/hr. Jumlah ini yang dijadikan acuan untuk merencanakan pelayanan kebutuhan air melalui hidran umum. Berikut ini adalah tabel kriteria penyediaan air minum yang dikeluarkan oleh Dirjen Cipta Karya. Tabel III.26
No 1 2 5 4 No o. Militer Nama Satuan l/det/hr Kehilangan Air -Sistem Baru -Sistem Lama Kebutuhan Jam Puncak 20% dari kebutuhan rata-rata 30% dari kebutuhan rata-rata 1.75 x kebutuhan rata-rata Metropolitan Besar 10 Sedang Kecil
Kebutuhan air bersih di Desa Krueng Juli Barat diusulkan untuk dapat dilayani dengan menggunakan jaringan pipa PDAM yang telah ada. Kriteria yang digunakan dalam penentuan kebutuhan air bersih di wilayah ini adalah sebagai berikut. a. Tingkat pelayanan: 60%-90% dari total jumlah penduduk. b. Kebutuhan air domestik: 120 lt/orang/hari.
c. Kebutuhan air nondomestik: 30% dari kebutuhan domestik (termasuk kebutuhan air untuk fasilitas umum). d. Jumlah Sambung Langsung Rumah (SR): 4 jiwa/unit melayani 90% dari total pelayanan. e. Jumlah Kran/Hidran Umum (KU): 50 jiwa/unit melayani 10% dari total pelayanan. Jumlah penduduk di Desa Krueng Juli Barat untuk saat ini adalah 545 jiwa, sehingga bila
30
diproyeksikan untuk kebutuhan air bersih dalam waktu 10 tahun mendatang. Dari hasil
0.50-1-00 0.25-0.50 0.15-0.00 0.10-1.00 100-200 15 40 50 80 50 1.00-2.00 1 400 1.00-2.00
1
a. Industri Berat b. Industri Sedang c. Industri Ringan d. Pasar e. Ruko f. TK 3 g. SD h. SMP i. SMU atau lebih j. Kantor pemerintahan k. Masjid l. Gereja m. Rumah Sakit n. Puskesmas
l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr l/det/hr
perhitungan tersebut, maka jumlah kebutuhan air untuk Desa Krueng Juli Barat di tahun 2017 adalah 1.5 l/det. Data tersebut kemudian digunakan sebagai input dalam perencanaan dalam merencanakan pengembangan dan penambahan jaringan. Adapun persyaratan air minum1, adalah sebagai berikut. 1. Syarat fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, temperatur sesuai dan kekeruhan: 15 NTU. 2. Syarat kimiawi.
15% s/d 30% dari Kebutuhan Domestik
a. Tidak ada zat-zat kimia beracun. b. Tidak ada zat-zat kimia yang merugikan dalam pengaliran air di pipa-pipa dalam penggunaan untuk industri, mandi, mencuci, memasak dan lain-lain.
c.
PH: 58,5.
Peraturan Pemerintah RI No.46/MENKES/PER/1X/1990 Mengenai Persayaratan Kualitas Air Bersih
III-33
d. Kesadahan (terutama Ca dan Mg): 5080 ppm CaO (ideal), 8050 ppm CaO (diperbolehkan). 3. Syarat bakteriologis dan radioaktif. Tidak mengandung bakteri yang berbahaya, seperti pathogen dan E. coli, yang dapat menyebabkan penyakit typhus, kolera, disentri, diare, dan lain-lain yang tidak mengandung zat-zat radioaktif. Sistem penyediaan air bersih di Desa Krueng Juli Barat dibagi dua, yaitu sebagai berikut. 1. Sistem individual: Rumah dan Untuk kegiatan pedesaan. 2. Sistem penyediaan air komunal, yaitu dengan menyediakan air bersih bagi seluruh desa, seperti masjid, meunasah, dan lain-lain. Desa Krueng Juli Barat kebutuhan air dapat dikelompokkan menjadi dua, adalah sebagai berikut. 1. Kebutuhan domestik atau rumah tangga a. Minum, masak. b. Mencuci, WC. c. Membersihkan rumah. 2. Kebutuhan nondomestic a. Sosial: meunasah, posyandu, kantor desa, sekolah. b. Komersial: kios, kedai kopi.
membuang hajat langsung di kebun, sawah, atau sungai. MCK yang ada jarang digunakan dan kondisinya tidak terawat. Pembuangan air limbah domestik di Desa Krueng Juli Barat ini belum sepenuhnya terlayani. Limbah domestik berupa air buangan yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti mandi, memasak dan mencuci (gray water) ada yang sudah disalurkan ke sumur gali. Sebagian besar lainnya, air buangan tersebut dibiarkan menggenang atau dibuang kelahan kosong.
Permasalahan Dari kondisi eksisting yang ada di lingkungan Desa Krueng Juli Barat masih ada 47 rumah yang tidak memiliki jamban keluarga (JAGA) pribadi, sedangkan untuk MCK umum yang ada saat ini tidak terawat. Air buangan dari kegiatan rumah tangga seperti mandi, memasak dan mencuci (gray water) ada yang sudah disalurkan ke sumur gali. Sebagian besar lainnya, dibiarkan menggenang. Masih banyak penduduk yang membuang hajat langsung ke sungai, kebun dan sawah dan belum ada pengelolaan air buangan. dapat menyebabkan pencemaran air
3.8.6 Sanitasi
Sarana sanitasi sebagian besar warga menggunakan Jamban
permukaan dan air tanah dangkal. Pencemaran air tanah dangkal dan air permukaan akan menyebabkan tercemarnya sumber air baku air minum penduduk. Potensi Sebagian rumah (34%) sudah memiliki jamban keluarga yang telah memenuhi syarat untuk melayani kebutuhan akan sanitasi. Hal ini tentunya mendorong pengembangan sarana sanitasi jangka panjang di wilayah ini supaya di setiap rumah dapat tersedia jamban keluarga yang layak.
Keluarga (JAGA), sebanyak 212 rumah atau 64 %, untuk rumah bantuan yang sudah terbangun JAGA tidak dilengkapi dengan sumur resapan, sedangkan 76 rumah (34 %) belum memiliki JAGA. Mereka masih
Kondisi MCK Umum depan Meunasah Desa LAPORAN FINAL RENCANA PENGEMBANGAN DESA
III-34
A. Pengelolaan Sanitasi
Untuk pelayanan kebutuhan sarana sanitasi jangka pendek, diperlukan penambahan fasilitas MCK Umum di beberapa lokasi yang penentuannya dilakukan oleh masyarakat dengan memperhatikan persyaratan umum, sebagai berikut. 1. Memperhatikan kondisi lahan, masyarakat pengguna dan ketersedian air bersih yang menunjang sarana sanitasi tersebut. 2. Mempertimbangkan kemampuan lembaga dan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan MCK. 3. Merencanakan pembuangan air limbah dari MCK Umum melalui unit pengolahan sehingga tidak mencemari air, udara, dan tanah di lingkungan pemukiman.
Luas penampang melintang dan penampang saluran. Jumlah penduduk. Kondisi pengaliran. Ada atau tidaknya rintangan, belokan dan lain-lain. Karekteristik cairan.
Sedangkan untuk kriteria penanganan air limbah sebagai berikut. a. Pembuangan limbah domestik menggunakan sistem setempat (on site sanitation) melalui penyediaan jamban keluarga di masing-masing rumah dilengkapi dengan tangki septik dan bidang resapan, mengingat tingkat kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ha dan masih tersedianya lahan untuk tangki septik dan peresapan. b.
Air bekas mandi, cuci dan dapur disalurkan ke bidang resapan atau saluran pembuangan.
Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/hektar masih tersedia
tangki septik dan bidang resapan, maka pengelolaan limbah rumah tangga dilakukan dengan sistem pembuangan setempat (on site) yaitu pembuangan tinja dari jamban masingmasing rumah ke tangki septik dan resapan sedangkan air buangan mandi cuci dan dapur dialirkan ke bidang resapan atau saluran drainase.
Air limbah rumah tangga dapat dibagi menjadi 2 kategori sebagai berikut. Black water, air limbah yang terdiri dari tinja, air seni, dan air. Gray water, air limbah dari kamar mandi, air cucian, dan dapur.
III-35
Tabel III.29
telekomunikasi khususnya telepon kabel belum masuk di Desa Krueng Juli Barat. Dengan masuknya jaringan
Foto: Jaringan Listrik di Jalan PDG Desa Krueng Juli Barat
GSM dan CDMA membuat masyarakat menggunakan telepon genggam. Letak BTC jaringan GSM dan CDMA (Simpati, Mentarai, IM3, XL, Flexsi) terdapat di
Kecamatan Kuala. Untuk fasilitas kantor pos belum ada sehingga untuk jasa pengiriman surat dan barang harus ke kantor pos di desa terdekat atau ke Kota
Tabel III.28
Bireuen. Kondisi fasilitas penerangan di Desa Krueng Juli Barat bersumber dari PLN dan nonPLN baik sesudah maupun sebelum bencana tsunami dan gempa bumi. Di Desa Krueng Juli Barat jumlah pengguna listrik dari PLN sebesar 80 KK dan sisanya tidak menggunakan listrik atau tidak terlayani oleh PLN (berdasarkan survai lapangan ,2007). Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.10.
III-36
Jaringan Listrik yang melintasi sepanjang Jalan Utama Desa (Jalan Krueng Juli Barat)
III-37
Untuk menindak lanjuti energi listrik pada tahun rencana, diperlukan pengembangan jaringan yang didapat dari hasil perhitungan kebutuhan listrik. Perkiraan kebutuhan energi listrik pada masa 5-10 tahun mendatang dihitung dengan berdasarkan kebutuhan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Tabel III.30
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggunaan fasilitas telepon Desa Krueng Juli Barat dari jaringan TELKOM belum masuk, masyarakat Desa Krueng Juli Barat masih menggunakan perangkat telepon selular, seperti GSM Simpati, Mentarai, IM3, XL) dan CDMA (Flexi). Untuk perencanaan 10 tahun kedepan sambungan telpon dari TELKOM difokuskan pada penggunaan jaringan telepon nirkabel (Telkom Flexi dan operator telepon seluler).
Diasumsikan setiap keluarga terdiri dari 45 jiwa. Standard kebutuhan listrik antara 4501200 Watt untuk rumah tangga. Standar kebutuhan kegiatan sosial dan ekonomi 25% dari kebutuhan rumah tangga. Standar kebutuhan penerangan jalan 15% dari kebutuhan rumah tangga. Daya listrik untuk industri besarnya disesuaikan dengan kebutuhan. Proyeksi Listrik
Uraian Satuan 2007 Jiwa (Jumlah Penduduk/5) x 10% (Jumlah Penduduk/5) x 30% (Jumlah Penduduk/5) x 60% 1300 Watt 900 Watt 450 Watt KW 25% Jumlah Listrik Untuk rumah 15% Jumlah listrik Untuk Rumah KW Tahun Proyeksi 2012 1385 21 63 126 27 KW 57 KW 57 KW 141 KW 55 KW 21 KW 198 2017 1420 25 75 150 33 KW 68 KW 68 KW 168 KW 42 KW 25 KW 235
3.9
Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Type Besar Jumlah Rumah Type Sedang Jumlah Rumah Type Kecil Daya Rumah Type Besar Daya Rumah Type Sedang Daya Rumah Type Kecil Jumlah Kebutuhan Untuk Rumah Sarana (Fasos Fasum) Penerangan Jalan Total Kebutuhan Daya Listrik
Krueng Juli Barat. Untuk rencana tahun 2008 diperlukan pembangunan kantor desa yang akan diletakkan di dekat bangunan meunasah. Berikut ini mengenai kebutuhan fasilitas pemerintahan dapat dilihat pada Tabel III.31.
Dari tabel di atas, dapat diketahui energi listrik yang diperlukan di wilayah perencanaan sampai dengan tahun 2017 adalah sebesar 235 kilowatt (KW). Perhitungan ini merupakan kebutuhan minimum masyarakat yang harus terpenuhi, bila tingkat kebutuhan energi listrik semakin meningkat karena adanya penambahan kegiatan di kelurahan, maka jumlah daya listrik yang harus tersedia juga tentunya akan semakin besar.
No. 1. 3.
Tabel III.31
III-38
Musholla /Meunasah
Baik
Rusak Sedang
Proses
15x19
Balai Pengajian
Baik
Hancur
Hancur
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
TK (Taman Kanak-Kanak)
Dusun Nelayan
Bantuan ReKOMPAK
Tabel III.35 Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Desa Krueng Juli Barat Tahun 20072017
Jumlah Tahun Penduduk (jiwa) 2007 1.342 1.385 1.420 Langgar Unit 2 2 2 (ha) 0,025 0,025 0,05 Jenis Sarana Peribadatan Masjid Unit 0 0 0 (ha) 0,00 0,00 0,00 Gereja Unit 0 0 0 (ha) 0,00 0,00 0,00 Vihara Unit 0 0 0 (ha) 0,00 0,00 0,00 Total Unit 1 1 2 (ha) 0,03 0,03 0,05
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
Tabel III.33
2012 2017
Sumber: Analisis Tim Teknis PT. BKG, 2007 Keterangan: Pddk Pendukung Luas (Ha) TK 1000 0,05 SD 6000 0,35 SLTP 25000 0,4 SMU 30000 0,4 PT 70000 1
Sumber: Analisis Tim Teknis PT. BKG, 2007 Keterangan: Penduduk Pendukung Langgar/Mushala 500 1 masjid 3000 2 gereja 80000 4 viihara 80000 5
Berdasarkan hasil kesepakatan saat dilakukan FGD (Focus Group Discussion) oleh Tim Village Planning warga menginginkan agar bangunan meunasah yang ada perlu perbaikan dan pembangunan tempat wudhu.
III-39
Tabel III.38
Jenis Fasilitas Peribadatan Lap. Bulu Tangkis Lapangan Volly Lapangan Bola Kaki
Fasilitas Ruang Terbuka Hijau dan Olah Raga Desa Krueng Juli Barat
Sesudah Tsunami 2004 Jumlah Sarana (unit) 1 1 Kondisi (RB/RS/R R) Rusak Berat Rusak Berat Rusak Hasil Survai 2007 Jumlah Sarana (unit) 1 1 Kondisi (RB/RS/R R) Proses dibangun Baik Lokasi Luas (m2) Keterangan
Sebelum Tsunami Jumlah Sarana (unit) 1 1 Kondisi (RB/RS/ RR) Baik Baik
Baik
Baik
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
Baik
Baik
Sumber: Survai Lapangan Desa, Bireuen-3, Tim Survai VP, Binacitra KG, 2007
Tabel III.37
Desa Krueng Juli Barat khususnya sehingga belum ada pengetahuan tentang tandatanda bencana gelombang tsunami. Jumlah warga yang meninggal sebanyak 10 (sepuluh) orang menghancurkan bangunan rumah, fasilitas umum dan sosial, serta infrastruktur desa. Berdasarkan pengalaman dari warga Desa Krueng Juli Barat serta berdasarkan analisis faktor penyebab kerusakan bangunan dan korban jiwa di Desa Krueng Juli Barat adalah sebagai berikut. 1. Tidak terdapat sabuk hijau (green belt) yang menahan laju arus tsunami sehingga gelombang tsunami langsung menerjang kawasan permukiman dan merusak bangunan.
Tahun
Penduduk (jiwa)
Sumber: Analisis Tim Teknis PT. BKG, 2007 Keterangan: Pddk Pendukung Apotik 10000 Bp/Klinik 3000 Puskesmas Pembt. 10000 Puskesmas 30000 Luas (Ha) 0,04 0,03 0,02 0,24
2. Tidak terdapat tempat khusus sebagai tempat penyelamatan warga, sehingga warga menyelamatkan diri secara sporadis. 3. Tidak terdapat jalur penyelamatan yang mengarahkan warga ke tempat-tempat penyelamatan atau ke daerah-daerah aman.
III-40
4. Lebar jalan maupun lorong yang tidak begitu lebar untuk menampung warga secara serentak/bersamaan melarikan diri menuju ke lokasi yang cukup aman, sehingga banyak warga yang tidak leluasa untuk berlari menyelamatkan diri. 5. Tidak terdapat bukit yang berdekatan dengan Desa Krueng Juli Barat sehingga tidak ada tempat alami bagi warga untuk menyelamatkan diri dari terjangan arus tsunami. Berdasarkan analisis di atas maka perlu adanya arahan rencana mengenai teknik penanganan bencana gempa dan tsunami dengan tujuan untuk memperkecil jatuhnya korban jiwa. Beberapa arahan rencana yang harus dipertimbangkan dalam proses mitigasi atau penangan bencana adalah sebagai berikut.
B. Bangunan Penyelamatan
Berdasarkan letak Desa Krueng Juli Barat yang dekat dengan area pantai maka desa ini tidak memiliki bangunan penyelamatan sehingga saat terjadi bencana gempa dan tsunami warga menuju masjid yang terdapat di Desa Masjid untuk berkumpul.
A.
Arah Penyelamatan
Berdasarkan hasil survai bersama masyarakat dan pengalaman dari warga ketika menyelamatkan diri dengan menjauhi area pantai dan sungai secara cepat ke jalan utama desa arah selatan menuju simpang Peunayo. Potensi Topografi Desa Krueng Juli Barat memiliki kontur tertinggi 6 m dpl, maka Desa Krueng Juli Barat tidak memiliki area penyelamatan bencana sendiri dan harus keluar desa. Oleh karena itu ketika terjadi becana tsunami warga desa berlarian menjauhi gelombang tsunami ke luar desa untuk menyelamatkan diri. Adapun area penyelamatan atau arah pelarian ke desa tetangga, sebagai berikut. Ke Kota Bireun a. Jarak jangkauan dan waktu tempuh b. Kepemilikan c. Aksesibilitas d. Bentuk
menghadapi bencana.
= = = =
3 km meter, 2550 menit. lahan warga. Mudah karena akses ke Desa Masjid memiliki lebar jalan 4 m. Masjid.
arah pantai selama 30 hari. Genangan air laut tersebut mengakibatkan warga desa mengungsikan diri ke daerah yang aman yaitu di masjid Desa Munasah Masjid yang lokasinya berdekatan dengan Desa Krueng Juli Barat. Selain menghancurkan bangunan dan infrastruktur desa, gelombang tsunami tersebut juga menghancurkan vegetasi, area pertanian, pertambakan, dan perkebunan warga.
Permasalahan Beberapa permasalahan yang menjadi kendala penyelamatan mitigasi. a. Desa Krueng Juli Barat terletak di pinggir pantai sehingga sulit menghindari gelombang tsunami. b. Kurangnya tanaman pengaman di pantai sebagai penahan ombak. c. Minimnya bangunan yang bisa dijadikan bangunan penyelamatan.
III-41
Gambar 3.11
III-42
Gambar 3.12
III-43
juga perlu dikembangkan di sepanjang sempadan sungai, sebagai areal konservasi dan sarana ruang terbuka hijau yang berfungsi rekreatif. Jalur hijau juga perlu dikembangkan sepanjang jaringan jalan sebagai peneduh, elemen lansekap dan meningkatkan kesejukan iklim mikro. Ruang terbuka hijau dapat dikembangkan di sekitar lokasi Meunasah, Balai Desa, Fasilitas Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Olah Raga serta ruang publik lainnya. c. Konsep Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman di Desa Krueng Juli Barat tumbuh secara linier sepanjang Jalan Utama Desa (Jalan Krueng Juli Barat) yang melintang dari arah Barat ke Timur dan arah Utara ke Selatan. Pola permukiman linier tersebut memudahkan pengembangan infasruktur Desa. Konsep pengembangan infrastuktur meliputi beberapa kegiatan pengembangan, yaitu sebagai berikut. a) Peningkatan kualitas konstruksi jaringan jalan dari tanah menjadi aspal penetrasi (semua Jalan Lingkungan) dan peningkatan kualitas konstruksi lorong dari tanah menjadi beton/talud. (semua lorong). b) Peningkatan kualitas sistem irigasi dari nonteknis (tanah) menjadi menjadi irigasi teknis (perkerasan beton) diseluru saluran irigasi nonteknis. c) Peningkatan saluran drainase pada semua ruas jaringan jalan yang tidak memiliki saluran drainase. d) Peningkatan pelayanan jaringan listrik. e) Peningkatan pelayanan persampahan. f) Peningkatan pelayanan jaringan air bersih. g) Peningkatan sanitasi. h) Pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sesuai kebutuhan Desa Krueng Juli Barat. Konsep Pengembangan Sosial, Ekonomi dan Budaya meliputi beberapa aspek pengembangan, yaitu sebagai berikut. a) Pengembangan lapangan pekerjaan di sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri kecil, dan perdagangan. b) Meningkatan pendidikan dan keterampilan masyarakat khususnya dalam hal industri kecil, pertambakan, perikanan tangkap dan perdagangan.
III-44
c) Meningkatkan kegiatan gotong royong oleh warga desa, khususnya dalam mengembangan infrastruktur desa seperti rehabilitasi jalan, pembangunan balai desa, pembangunan fasilitas pendidikan dsb. e. Konsep pengembangan perumahan di Desa Krueng Juli Barat meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. a) Mengatur tata letak bangunan sesuai kaidah perencanaan yang berlaku yaitu seperti GSB, Ketinggian Bangunan, orientasi bangunan. b) Menanam tanaman di perkarangan rumah dengan tanaman produktif yang berfungsi pula sebagai sarana penghijauan desa. c) Membangun perumahan yang sesuai dengan mitigasi bencana seperti bangunan tahan gempa bumi. f. Konsep Mitigasi Bencana di Desa Krueng Juli Barat memiliki beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. a) Mengembangan Jalur penyelamatan kearah Selatan, menjauhi lokasi pantai di bagian utara. Jalur penyelamatan didisain agar pada saat bencana terjadi, masyarakat dapat menyelamatkan diri dengan mudah dan cepat karena ramburambu penunjuk arah dan fasilitas lainnya seperti lampu jalan cukup tersedia. b) Mengembangan area penyelamatan, berupa lapangan terbuka dan lokasi-lokasi alami lainnya yang memiliki topografi lahan cukup tinggi seperti perbukitan yang terletak di bagian selatan desa. c) Mengembangan bangunan penyelamatan, berupa bangunan tahan gempa dan bertingkat untuk mengantisipasi kemungkinan bencana tsunami. d) Mengembangan sabuk hijau berupa hutan mangrove di sepanjang sempadan pantai serta jalur konservasi di sepanjang sempadan sungai. e) Mengembangan prasarana peringatan dini, khususnya untuk mengantisipasi gelombang tsunami dan gempa bumi. g. Konsep Rehabilitasi Alam dan Lingkungan di Desa Krueng Juli Barat meliputi beberapa aspek pengembangan, yaitu sebagai berikut. a) penanaman pohon pada sepanjang jalan dan lorong, b) penanaman pohon di pematang tambak, c) penanaman pohon di sepanjang pantai, d) penanaman pohon di pekarangan rumah. h. Konsep rehabilitasi dan rekonstruksi desa meliputi bebera aspek, yaitu sebagai berikut.
LAPORAN FINAL RENCANA PENGEMBANGAN DESA
a) Perbaikan sarana dan prasarana ekonomi seperti pertambakan, sarana perikanan, perahu/kapal, pemberdayaan ekonomi masyarakat, perbaikan saluran irigasi, rehabilitasi lahan pertanian yang rusak akibat tsunami. b) Perbaikan bangunan rumah yang rusak dan pembangunan rumah baru yang hancur akibat tsunami. c) Perbaikan dan pembangunan bangunan-bangunan sosial budaya.
III-45