You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang dilakukan untuk mempelajari faktafakta yang berperan atau mempengaruhi kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakti tersebut serta tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yan berkaitan dengan kejadian penyakit tersebut. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat. Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun (Balita) akan tatapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini. Bertambahnya jumlah penduduk dan overcrowding mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekolodi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin.

B. Maksud dan Tujuan

1. Umum Secara umum meningkatkan pengetahuan dan wawasan sebagai tenaga ahli kesehatan masyarakat dalam upaya penngkatan derajat kesehatan masyarakat. 2. Khusus Adalah mengetahui, mengerti dan memahami Epidemiologi Campak, diantaranya : a. Penyebab - Bagaimana seseorang bisa sakit/terkena campak - Riwayat alamiah Penyakit Campak b. Factor Resiko Campak - Factor-factor yang mendukung untuk seseorang bisa terinfeksi/menderita penyakit Campak - Meramalkan keadaan Penyakit Campak dimasa datang. Terhadap Penyakit Campak agar didapati pengetahuan dan wawasan penulis didalam menerapkan dilapangan / di masyarakat sebagai Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat, dalam rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat.

C. Manfaat 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan sebagai tenaga ahli kesehatan masyarakat khususnya dibidang Surveylans dan Epidemiologi Penyakit Campak. 2. Bagi pihak kampus Semoga mampu menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa yang lain dalam upayanya menambah wawasan dan pengetahuan akan materi ini. 3. Bagi Masyarakat Dengan adanya makalah ini mahasiswa IKM STIKes HTP khususnya mampu memberikan

informasi kepada masyarakat dalam rangka kemandirian dan perbaikan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II TINJAUAN TEORITIS EPIDEMIOLOGI CAMPAK (Rubeola, hard measles, Red measles, Morbilli)

A. Identifikasi Suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia. Penyakit lebih berat pada bayi dan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia, laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis. Di Amerika Serikat sekitar tahun 1990-an, kematian karena campak sebesar 2-3 per 1.000 kasus; kematian terutama pada anak-anak dibawah 5 tahun, terutama karena pneumonia dan kadangkadang oleh karena ensefalitis. Campak lebih berat diderita oleh anak-anak usia dini dan yang kekurangan gizi, pada penderita golongan ini biasanya ditemukan ruam dengan perdarahan, kehilangan protein karena enteropathy, otitis media, sariawan, dehidrasi, diare, kebutaan dan infeksi kulit yang berat. Anak-anak dengan defisiensi vitamin A subklinis atau klinis berisiko tinggi menderita kelainan di atas. CFR di negara berkembang diperkirakan sebesar 3-5% tetapi seringkali di beberapa lokasi berkisar antara 10%-30%. Dilaporkan adanya kematian akut dan tertunda pada bayi dan anak-anak. Pada anak-anak dalam kondisi garis batas kekurangan gizi, campak seringkali sebagai pencetus terjadinya kwasiorkor akut dan eksaserbasi defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan. Sangat jarang sekali timbul Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi; lebih dari 50% kasuskasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur kehidupan.

Diagnosa biasanya dibuat berdasarkan gejala klinis dan epidemiologis walaupun konfirmasi laboratorium dianjurkan untuk dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgM spesifik campak yang timbul pada hari ke 3-4 setelah timbulnya ruam atau untuk mendeteksi peningkatan yang signifikan titer antibodi antara serum akut dan konvalesens untuk memastikan diagnosis campak. Teknik yang jarang digunakan antara lain identifikasi antigen virus dengan usap mukosa nasofaring menggunakan teknik FA atau dengan isolasi virus dengan kultur sel dari sample darah atau usap nasofaring yang diambil sebelum hari keempat timbulnya ruam atau dari spesimen air seni yang diambil sebelum hari kedelapan timbulnya ruam. B. Penyebab infeksi - virus campak, anggota genus Morbillivirus dari family Paramyxoviridae. C. Distribusi penyakit Sebelum kegiatan imunisasi dilakukan secara luas, campak sering terjadi pada masa kanakkanak, lebih dari 90% penduduk telah terinfeksi pada saat mereka mencapai usia 20 tahun; sedikit sekali orang yang terbebas dari serangan campak selama hidupnya. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk terjadi KLB setiap 2-3 tahun. Pada kelompok masyarakat dan daerah yang lebih kecil, KLB cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Dengan interval antar KLB (honeymoon period) yang lebih panjang seperti yang terjadi di daerah Kutub Utara dan di beberapa pulau tertentu, KLB campak sering menyerang sebagian penduduk dengan angka kematian yang tinggi. Dengan program imunisasi yang efektif untuk bayi dan anak, kasus-kasus campak di Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara lainnya (seperti Finlandia, Republik Czech) turun sebesar 99% dan pada umumnya campak hanya menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi atau anakanak yang lebih besar, remaja atau dewasa muda yang hanya menerima vaksin satu dosis. Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anakanak di bawah umur 15 bulan. KLB yang berkepanjangan timbul pada populasi anak sekolah diantara 2-5% dari mereka yang gagal membentuk antibodi; tidak terjadi serokonversi setelah mendapat vaksinasi 1 dosis. Sejak jadwal imunisasi 2 dosis diterapkan , insidensi campak telah menurun, pada level yang sangat rendah dan data terakhir menunjukkan adanya pemutusan rantai penularan endogenous di Amerika Serikat. Di sebagian besar negara-negara Amerika Latin, pemberian vaksin campak sebagai tambahan pada saat kampanye Pekan Imunisasi Nasional (PIN) memberikan hasil hampir terjadi eliminasi campak dinegara tersebut. Pada tahun 1994, negara-negara Barat menetapkan target eliminasi campak untuk dicapai pada akhir tahun 1005. Di daerah iklim sedang campak timbul terutama pada akhir musim dingin dan pada awal musim semi. Di daerah tropis campak timbul biasanya pada musim panas.

D. Reservoir - manusia. E. Cara penularan Melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang-orang yang terinfeksi dan agak jarang melalui benda-benda yang terkena sekret hidung atau sekret tenggorokan. Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular. F. Masa inkubasi Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi. G. Masa penularan Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodromal (biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam. Virus vaksin yang dilemahkan sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menular. H. Kerentanan dan kekebalan Semua orang yang belum pernah terserang penyakit ini dan mereka yang belum pernah diimunisasi serta nonresponders rentan terhadap penyakit ini. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindungi kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibodi maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung dari titer maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut. Antibodi maternal mengganggu respons terhadap vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15 bulan memberikan imunitas kepada 94-98% penerima, imunisasi dapat menaikkan tingkat imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan karena vaksinasi campak, menerima antibodi pasif dari ibunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan kekebalan alamiah. Dan bayi ini lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak pada usia yang lebih dini dari jadwal yang biasanya dilakukan.

I. Cara-cara pemberantasan a. Cara-cara pencegahan 1) Di Amerika Serikat diberikan penyuluhan kepada masyarakat oleh Departemen Kesehatan dan dokter praktek swasta yang menganjurkan imunisasi campak untk semua bayi, anak remaja dan dewasa muda yang masih rentan yang lahir pada dan setelah tahun 1957. Apabila pemberian vaksinasi campak merupakan kontraindikasi dan bagi orang-orang yang tidak diimunisasi dan orang tersebut diketahui dalam waktu lebih dari 72 jam terpajan campak di lingkungan keluarga atau di lingkungan institusi, dapat dilindungi sebagian atau sepenuhnya dengan pemberian IG yang diberikan dalam waktu 6 hari setelah terpajan. 2) Imunisasi: Vaksin campak yang mengandung virus yang dilemahkan adalah vaksin pilihan digunakan bagi semua orang yang tidak kebal terhadap campak, kecuali ada kontraindikasi. Pemberian dosis tunggal vaksin campak hidup (live attenuated) biasanya dikombinasikan dengan vaksin hidup lainnya (mumps, rubella), dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin yang diinaktivasi lainnya atau bersama-sama toksoid; dapat memberikan imunitas aktif pada 94-98% individu-individu yang rentan, kemungkinan kekebalan yang timbul dapat bertahan seumur hidup, kalaupun terjadi infeksi maka bentuk infeksinya sangat ringan atau infeksi tidak nampak dan tidak menular. Dosis kedua vaksin campak dapat meningkatkan tingkat kekebalan sampai 99%. Sekitar 5-15% dari orang setelah divaksinasi menunjukkan gejala kelesuan dan demam mencapai 39.4C (103F). gejala ini muncul antara 5-12 hari setelah diimunisasi, biasanya akan berakhir setelah 1-2 hari, namun tidak begitu mengganggu. Ruam, pilek, batuk ringan dan bercak Koplik kadang-kadang juga dapat timbul. Kejang demam dapat pula timbul, namun sangat jarang dan tanpa menimbulkan gejala sisa. Insidensi tertinggi terjadinya kejang demam adalah pada anakanak dengan riwayat atau keluarga dekat (orang tua atau saudaranya) mempunyai riwayat kejang demam. Ensefalitis dan ensefalopati pernah dilaporkan terjadi setelah diimunisasi campak (kejadiannya kurang dari 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan). Di Indonesia kejadiankejadian seperti ini dipantau oleh Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi). Untuk mengurangi jumlah kegagalan pemberian vaksin, di Amerika Serikat jadwal rutin pemberian vaksin campak 2 dosis, dengan dosis awal diberikan pada umur 12-15 bulan atau sesegera mungkin setelah usia itu. Dosis kedua diberikan pada saat masuk sekolah (umur 4-6 tahun) namun dapat juga dosis kedua ini diberikan sedini mungkin, 4 minggu setelah dosis

pertama dalam situasi dimana risiko untuk terpajan campak sangat tinggi. Kedua dosis diberikan sebagai vaksin kombinasi MMR (measles, mumps dan rubella). Imunisasi rutin dengan MMR pada umur 12 bulan penting dilakukan di wilayah dimana timbul kasus campak. Selama terjadi KLB di masyarakat, usia yang direkomendasikan untuk imunisasi menggunakan vaksin campak monovalent dapat diturunkan menjadi 6-11 bulan. Dosis kedua vaksin campak kemudian diberikan pada umur 12-15 bulan dan dosis ketiga pada waktu masuk sekolah. Dari hasil penelitian di Afrika dan Amerika Latin menunjukkan bahwa umur optimal untuk diimunisasi di negara berkembang sangat tergantung pada antibody maternal yang masih bertahan pada bayi dan tingkat risiko terpajan campak pada umur yang lebih muda. Secara umum WHO Menganjurkan pemberian imunisasi campak pada umur 9 bulan. Di Amerika Latin, PAHO (Pan American Health Organization) sekarang merekomendasikan pemberian imunisasi rutin pada umur 12 bulan dan pemberian imunisasi tambahan secara berkala pada kampanye Pekan Imunisasi Nasional untuk mencegah terjadinya KLB. a) Penyimpanan dan pengiriman vaksin: Imunisasi bisa tidak memberikan perlindungan apabila vaksin tidak ditangani atau disimpan dengan benar. Sebelum dilarutkan, vaksin campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang. Baik vaksin beku-kering atau yang sedang dipakai dilapangan harus dilindungi dari sinar ultraviolet yang lama karena dapat menyebabkan virus menjadi tidak aktif. b) Imunisasi ulang: Di Amerika Serikat sebagai tambahan terhadap imunisasi rutin imunisasi ulang diberikan pada anak-anak yang baru masuk sekolah, imunisasi ulang diperlukan lagi bagi anak-anak yang memasuki SMA, bagi mereka yang akan masuk perguruan tinggi atau kepada mereka yang akan masuk ke fasilitas perawatn penderita, kecuali bagi mereka yang memiliki riwayat pernah terkena campak atau ada bukti serologis telah memiliki imunitas terhadap campak atau telah menerima 2 dosis vaksin campak. Bagi mereka yang hanya menerima vaksin campak yang telah diinaktivasi, imunisasi ulang dapat menimbulkan reaksi lebih berat seperti bengkak local dan indurasi, limfadenopati dan demam, namun mereka akan terlindungi terhadap sindroma campak atipik.

c) Kontra indikasi penggunaan vaksin virus hidup: Vaksin yang mengandung virus hidup tidak boleh diberikan kepada pasien dengan penyakit defisiensi imunitas primer yang mengenai fungsi sel T atau defisiensi imunitas yang didapat karena leukemia, limfoma, penyakit keganasan lain atau terhadap mereka yang mendapatkan pengobatan dengan kortikosteroid, radiasi, obat-obat alkilating atau anti metabolit, infeksi oleh

HIV bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak. Di Amerika Serikat imunisasi MMR dapat dipertimbangkan untuk diberikan kepada orang dengan infeksi HIV asimptomatis tanpa bukti adanya supresi imunologis yang berat. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi campak kepada semua bayi dan anak-anak dengan mengabaikan status HIV-nya, sebab risiko untuk terkena campak yang berat pada ana-anak itu lebih besar. d) Penderita dengan penyakit akut yang berat dengan atau tanpa demam, pemberian imunisasi ditunda sampai mereka sembuh dari fase akut penyakit yang diderita; penyakit ringan seperti diare atau ISPA bukan merupakan kontra indikasi. f) Orang dengan riwayat hipersensivitas anafilaktik terhadap pemberian vaksin campak sebelumnya, mereka yang sensitif terhadap gelatin atau neomisin, tidak boleh menerima vaksin campak. Alergi terhadap telur, meskipun bila terjadi anafilaktik tidak dianggap sebagai kontra indikasi. g) Kehamilan. Secara teoritis vaksinasi tidak diberikan pada wanita hamil; mereka diberi penjelasan tentang risiko teoritis kemungkinan terjadi kematian janin apabila mereka menjadi hamil dalam waktu 1 bulan setelah mendapat vaksin campak monovalen atau 3 bulan setelah mendapat vaksin MMR. h) Vaksinasi harus diberikan paling lambat 14 hari sebelum pemberian IG atau sebelum transfusi darah. IG atau produk darah dapat mengganggu respons terhadap vaksin campak dengan lama waktu yang bervariasi tergantung daripada dosis IG. Dosis yang biasa diberikan untuk Hepatitis A dapat mengganggu respons terhadap vaksin selama 3 bulan; dosis IG yang sangat besar yang diberikan melalui intravena dapat mengganggu respons terhadap vaksin sampai selama 11 bulan. 3) Imunisasi campak sebagai persyaratan bagi anak-anak yang akan masuk sekolah dan bagi anak-anak pada pusat penitipan anak sampai dengan mahasiswa perguruan tinggi, telah terbukti efektif dalam penanggulangan campak di Amerika Serikat dan di beberapa propinsi di Kanada. Sejak KLB yang berkepanjangan terjadi di sekolah-sekolah walaupun cakupan imunisasi pada anak-anak tersebut mencapai lebih dari 95%, tingkat kekebalan yang lebih tinggi dibutuhkan untuk mencegah timbulnya KLB. Hal ini dapat dicapai melalui imunisasi ulang yang diberikan secara rutin sebagai persyaratan untuk memasuki sekolah. b. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan perantara 1) Laporan ke kantor Dinas Kesehatan setempat: Campak wajib dilaporkan di semua negara bagian di Amerika Serikat dan di banyak negara, Kelas 2A (lihat pelaporan penyakit menular). Laporan disampaikan secepatnya (dalam waktu 24 jam) untuk memberi kesempatan penanggulangan KLB yang lebih baik.

2) Isolasi: tidak praktis dilakukan untuk masyarakat yang besar; Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama 4 hari setelah timbulnya ruam. Di rumah sakit isolasi yang dilakukan mulai stadium kataral pada periode prodromal sampai dengan hari ke-4 timbulnya ruam dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko tinggi lainnya. 3) Disinfeksi serentak: Tidak ada. 4) Karantina: Biasanya tidak praktis. Karantina yang dilakukan pada institusi, bangsal atau penginapan kadang-kadang bermanfaat; lakukan pemisahan yang tegas terhadap bayi-bayi yang sehat apabila ditemukan penderita campak di sebuah institusi. 5) Imunisasi kontak: Vaksin virus hidup, bila diberikan dalam waktu 72 jam setelah terpajan dapat memberikan perlindungan. IG dapat diberikan dalam waktu 6 hari setelah terpajan bagi anggota keluarga yang rentan dan bagi kontak lainnya dimana orang-orang tersebut mempunyai risiko komplikasi sangat tinggi (terutama kontak yang berumur di bawah 1 tahun, wanita hamil atau orang-orang dengan kelainan imunologis) atau diberikan kepada orang yang mempunyai kontra indikasi terhadap vaksinasi campak. Dosis IG adalah 0,25 ml/kg BB (0,11 ml.lb) sampai dengan dosis maksimum sebesar 15 ml. Vaksin campak virus hidup dapat diberikan kepada orang ini 5-6 bulan kemudian apabila tidak ada kontra indikasi. 6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan investigasi terhadap orang orang yang rentan yang terpajan dan kepada orang ini diberi imunisasi untuk mencegah penularan penyakit. Status carrier tidak diketahui. 7) Pengobatan spesifik: Tidak ada.

c. Penanggulangan KLB 1) Laporkan segera (dalam waktu 24 jam) kasus-kasus tersangka campak yang ditemukan dan lakukan kegiatan imunisasi yang komprehensif bagi semua orang yang rentan untuk mencegah penularan. Jika terjadi KLB campak di tempat penitipan anak, sekolah dan perguruan tinggi di Amerika Serikat, maka terhadap semua orang yang tidak memiliki Catatan vaksinasi pada waktu bayi dengan 2 dosis dengan interval minimal 1 bulan harus diimunisasi, kecuali jika mereka memiliki Catatan dari dokter bahwa mereka pernah menderita campak atau memiliki bukti laboratorium tentang status imunisasinya. 2) Apabila KLB terjadi di suatu institusi, penghuni baru harus diberi vaksinasi atau IG.

3) Di banyak negara berkembang, CFR campak masih tinggi. Apabila vaksin tersedia, pemberian vaksinasi pada awal suatu KLB membantu mencegah penyebaran lebih lanjut. Apabila persediaan vaksin terbatas, prioritas harus diberikan kepada anak-anak dengan risiko yang paling tinggi. d. Implikasi bencana Masuknya virus campak pada pengungsi dengan proporsi mereka yang rentan masih cukup tinggi dapat menyebabkan terjadinya KLB yang berat dengan angka kematian yang tinggi. e. Tindakan Internasional: Tidak ada

BAB III PEMBAHASAN A. Distribusi Masalah Kesehatan (Penyakit Campak) Berdasarkan variabel Epidemiologi yaitu ; Orang, Tempat dan Waktu. - Sebelum Immunisasi Sebelum kegiatan imunisasi campak secara luas kasus campak menyerang , Kanak-kanak s/d umur 20 tahun dan kebanyakan dari penderita terdapat di daerah Metropolitan dan Kutub Utara - Setelah Program Immunisasi Kasus campak hanya mengenai anak-anak yang tidak diimmunisasi, termasuk anak-anak dibawah usia 15 bulan. Kecendrungan kasus meningkat atau berpeluang menjadi KLB yang berkelanjutan terdapat pada populasi anak sekolah dimana dari mereka gagal memebentuk antibody, tidak terjadi seokonversi setelah mendapat vaksinasi 1 dosis. Dan setelah diterapkan jadwal immunisasi 2 dosis, kecendrungan penyakit menurun sampai pada level terendah serta terakhir menunjukkan kecendrungan pemutusan mata rantai. Dan pemberian vaksin campak tambahan pada saat kampanye pecan Immunisasi Nasional (PIN) hamper terjadi eliminasi campak dibeberapa Negara. - Tren Penyakit Campak Menurut Waktu dan Tempat Di daerah iklim sedang campak timbul terutama pada akhir musim dingin dan pada awal musim

semi. Di daerah tropis campak timbul biasanya pada musim panas. Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat terpencil. Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. B. Determinan Masalah Kesehatan (Penyakit Campak) a. Penyebab Penyebab Penyakit Campak adalah Virus campak golongan paramyxoviridae b. Bagaimana seseorang bisa terkena Penyakit Campak Semua orang yang belum pernah terserang penyakit Campak dan mereka yang belum pernah diimunisasi serta nonresponders rentan terhadap penyakit Campak. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindungi kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibodi maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung dari titer maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut. Antibodi maternal mengganggu respons terhadap vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15 bulan memberikan imunitas kepada 94-98% penerima, imunisasi dapat menaikkan tingkat imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan karena vaksinasi campak, menerima antibodi pasif dari ibunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan kekebalan alamiah. Dan bayi ini lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak pada usia yang lebih dini dari jadwal yang biasanya dilakukan.

Seseorang bisa terkena Penyakit Campak apa bila terjadi proses penularan Virus Campak kepada seseorang yang rentan dan seseorang yang memiliki factor resiko terkena Penyakit Campak. Penularan itu bisa didapati : - Penularan terutama melalui batuk, bersin (sekresi hidung)

- Dapat mulai menularkan 1-3 hari sebelum panas sampai 4 hari setelah timbul rash. - Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.

c. Riwayat Alamiah Penyakit Campak Suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia. Penyakit lebih berat pada bayi dan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia, laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis. Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodromal (biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam. Virus vaksin yang dilemahkan sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menular.

d. Factor Resiko Penyakit Campak - Anak-anak dengan defisiensi Vitamin A - Anak Kurang Gizi/BGM - Anak yang Tidak di Immunisasi dan Anak yang hanya mendapatkan Imunisasi Campak 1 dosis. C. Prediksi Penyakit Campak dimasa Datang. Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia, serta

tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, dan diperkirakan eradikasi dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi. Global Sidang WHA tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (Erapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan KEJADIAN LUAR BIASA (KLB). Program Imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, dan pada tahun 1991 Indonesia telah mencapai Imunisasi Dasar Lengkap atau universal childs immunization (UCI) secara nasional. Sebagai dampak program imunisasi tersebut terjadi kecenderungan penurunan insidens campak pada semua golongan umur. Pada bayi (< 1 tahun) dan anak umur I-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relatif landai. Jadi kesimpulannya menurut saya adalah dimasa mendatang tidak ditemukan lagi kasus campak yang berpotensial KLB. Karna Virus Campak bisa di Eradikasi, Reduksi dan Eliminasi melalui program Imunisasi Dasar Campak, Chrass Program Campak dan Cath Up Campak.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah, perubahan iklim, mobilisasi penduduk dapat

menimbulkan masalah baru dan dapat menjadi factor tertularnya akan penyakit. Adalah penting mengenal dan memahami studi Epidemiologi penyakit Menular untuk melakukan tindakan pencegahan dan upaya promosi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Imunisasi memiliki peranan penting didalam upaya pencegahan terhadap penyakit menular seperrti hal nya campak. Disamping pola gaya hidup PHBS, gizi seimbang dan sanitasi lingkungan. Promosi penting sebagai upaya pemberitahuan kepada masyarakat agar mampu mengethaui memahami dan mampu mandiri dalam upaya pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan. B. Saran Selagi masih ada manusia, kapan dan dimanapun tidak akan pernah lepas dari namanya penyakit. Untuk itu penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut : 1. Pelajari dan kenali penyakit sebagai upaya perbaikan dan pemantapan kualitas hidup. 2. Dibutuhkan data yang akurat dan terkini dalam upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit, utnuk itu epidemiologi memegang peranan penting. 3. Campak menyerang usia balita pada umumnya, namun dapat juga pada segala umur. Anak sebagai generasi penerus kita mari kita bekali dengan pertahanan yang kokoh, bentengi dengan Imunisasi. 4. Tindakan dan keputusan yang tepat berdasarkan dari kondisi dan data yang up to date, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 5. Usaha dan kerja keras di barengi dengan ketelitian dan kehati-hatian diperlukan dalam segala hal, terlebih lagi dalam epidemiologi Penyakit Menular. 6. Sehat Individu, Sehat Keluarga, Sehat Masyarakat adalah sebuah Investasi bagi Kekuatan Bangsa. Mari kita sehatkan Kesehatan Masyarakat.

Daftar Pustaka 1. Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc 2. Bustan mn ( 2002 ). Pengantar epidemiologi, jakarta, rineka cipta 3. Nasry, nur dasar-dasar epidemiologi 4. I Nyoman Kandun, Mph ,(editor), Manual Pemberantasan Penyakit Menular, edisi 17, 2009

Epidemiologi Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit Surveilansd a n D a e r a h p a d a t a h u n 1 9 9 8 - 1 9 9 9 , k a s u s - k a s u s c a m p a k t e r j a d i k a r e n a a n a k b e l u m mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40100 persen dan mayoritas adalah balita (>70 persen).Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode1 9 9 8 1 9 9 9 : d a r i 3 2 k e j a d i a n m e n j a d i 5 6 k e j a d i a n . A n g k a f r e k u e n s i i t u s a n g a t dipengaruhi intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan sistern pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia, sepe rti Jawa Barat, NTB, Jambi,Bengkulu dan Yogyakarta.Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih banyak KLB campak yang tidak terlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yangdilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi jumlah kasusnya cenderung menurun denganrata-rata kasus setiap KLB selama 1994 1999, yaitu sekitar 1555 kasus pada setiapkejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode itu,rata-rata tidak lebih dari 15 kasus.Dari 19 lokasi KLB campak yang diselidiki Subdit Surveilans, daerah dan mahasiswaFETP (UGM) selama tahun 1999, terlihat attack -rate pada KLB campak dominan padakelompok umur balita. An gka proporsi penderita pada KLB campak 1998 1999 jugam e n u n j u k k a n p r o p o r s i t e r b e s a r p a d a k e l o m p o k u m u r 1 4 t a h u n d a n 5 9 t a h u n b i l a dibandingkan kelompok umur lebih tua (1014 tahun).

http://www.scribd.com/doc/53720072/makalah-campak#archive http://www.scribd.com/doc/58089491/KLB-Campak

CAMPAK ( AIR BORNE DISEASE)


March 19, 2011 in Epidemiology CAMPAK A. DEFINISI PENYAKIT CAMPAK Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. B. EPIDEMIOLOGI CAMPAK Distribusi dan Frekuensi Penyakit Campak a. Menurut Orang Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup. b. Menurut Tempat Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan. Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anakanak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih dapat menginfeksi sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan 900.000 kematian. Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735 kasus campak pada tahun 2006. c. Menurut Waktu Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di

rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat karena kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan manusia. Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis. Determinan Penyakit Campak a. Host (Penjamu) Beberapa faktor Host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara lain:

Umur

Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara signifikan pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42% pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Di luar periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus. Di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Australia, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, tetapi ketika memasuki sekolah jumlah anak yang menderita menjadi meningkat. Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan kasus campak di negara industri terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih muda di negara berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda.

Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria. Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi daripada pria. Kejadian campak pada masa kehamilan berhubungan dengan tingginya angka aborsi spontan. Berdasarkan penelitian Suwono di Kediri dengan desain penelitian kasus kontrol mendapatkan hasil bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita campak lebih banyak pada anak laki-laki yakni 62%.

Umur Pemberian Imunisasi

Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta merupakan faktor yang penting untuk menentukan umur imunisasi campak dapat diberikan pada balita. Maternal antibodi tersebut dapat mempengaruhi respon imun terhadap vaksin campak hidup dan pemberian imunisasi yang terlalu awal tidak selalu menghasilkan imunitas atau kekebalan yang adekuat. Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara masih mempunyai antibodi dari ibu yang dapat mengganggu respons terhadap imunisasi. Menunda imunisasi dapat meningkatkan angka serokonversi. Secara umum di negara berkembang akan didapatkan angka serokenversi lebih dari 85% bila vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Sedangkan di negara maju, anak akan kehilangan antibodi maternal saat berumur 12-15 bulan sehingga pada umur tersebut direkomendasikan pemberian vaksin campak. Namun, penundaan imunisasi dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat campak yang cukup tinggi di kebanyakan negara berkembang. Penelitian kohort di Arkansas menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan anak yang mendapatkan vaksinasi pada usia >15 bulan, anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia <12 bulan memiliki risiko 6 kali untuk terkena campak. Sedangkan anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan memiliki risiko 3 kali untuk terkena campak dibanding dengan anak yang mendapat vaksinasi pada usia 15 bulan. Sedangkan sebuah studi kasus kontrol yang juga dilakukan di Arkansas menyebutkan bahwa anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan memiliki kemungkinan risiko terkena campak 5,6 kali lebih besar dibanding anak yang mendapatkan vaksin pada usia 15 bulan atau lebih.

Pekerjaan

Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.

Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.

Imunisasi

Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun. Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian. Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah mempunyai imunitas. Sebuah penelitian kohort yang dilakukan terhadap 627 siswa di Arkansas mendapatkan bahwa anak yang tidak mendapatkan vaksinasi berisiko 20 kali untuk terkena campak daripada anak yang memiliki riwayat vaksinasi pada usia 15 bulan atau lebih.

Status Gizi

Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi, tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan kemampuan untuk mencerna makanan. Scrimshaw mencatat bahwa kematian karena campak pada anak-anak yang ada di desa Guatemala menurun dari 1% menjadi 0,3% tiap tahunnya ketika anak-anak tersebut diberikan suplemen makanan dengan kandungan protein tinggi. Sedangkan pada desa yang menjadi kontrol dimana anak-anak tersebut tidak diberikan suplemen protein, angka kematian menunjukkan angka 0,7%. Tetapi karena hanya 27% saja dari anakanak tersebut yang secara teratur mengkonsumsi protein ekstra, dapat disimpulkan bahwa perubahan rate yang didapatkan pada kasus observasi tidak seluruhnya disebabkan oleh suplemen makanan. Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang menyebabkan kegawatan campak bukanlah protein dan kalori tetapi vitamin A. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, kematian atau kebutaan menyertai penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya, kematian yang berhubungan dengan penyakit campak mencapai tingkat yang tinggi, biasanya lebih dari 10% terjadi pada keadaan malnutrisi.

ASI Eksklusif

Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat di dalam ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru. Delapan belas diantaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam ASI/kolostrum. Imunoglobulin yang terpenting yang

dapat ditemukan pada kolostrum adalah IgA, tidak saja karena konsentrasinya yang tinggi tetapi juga karena aktivitas biologiknya. IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi terhadap penyakit infeksi. Selain daripada itu imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibodi yang dapat ditransfer dengan baik melalui plasenta adalah difteri, tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus. b. Agent Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae. c. Lingkungan Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang. Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas tertutup yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi dengan cepat dan angka serangan mendekati 100%. Pada tempat dimana jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.

C. ETIOLOGI Penyakit campak disebabkan virus RNA yang tergolong dalam famili Paramyxoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya satu tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluensa. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah, dan air kemih selama periode prodormal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam/rash kulit. Dari berbagai penelitian dan studi tentang penyakit campak hubungannya dengan identifikasi virus penyebab adalah : virus RNA dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah pada penderita pada fase prodormal. Dengan pemeriksaan serologis dapat diketahui bahwa virus campak merupakan virus yang relatif besar, berdiameter 150-300 m, mempunyai simetris kapsid helix dan berisi asam ribonukleat. Pada pemeriksaan di sekitar pembuluh kapiler ditemukan terjadinya pembentukan eksudat serosa disertai poliferasi sel mononuklear dan sejumlah kecil polimorfonuklear serta terdapat hiperplasi jaringan limfoid, terutama usus buntu, dimana dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dengan diameter hingga 100 ( sel retikuloendolium Warthin-Finkeldey). Pada kulit, reaksi

terutama terjadi disekitar kelenjar sabaesea dan folikel-folikel rambut, sedangkan pada bercak koplik terdiri atas eksudat serosa dan proliferasi sel-sel endotel, serupa dengan yang terdapat pada lesi-lesi kulit. Reservoir penyakit campak adalah manusia dengan suseptibilitas pada semua orang (universal). Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir cairan saluran nafas mulai hari ke-9 sampai hari ke-10 (pada beberapa kasus kejadian pada hari ke-7) setelah pemaparan, pada permulaan periode prodormal yang sering kali terjadi sebelum diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini berngsur-angsur bekurang dan berakhir pada hari ke-4 dari masa rash. Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dari anak-anak yang belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif dialam bebas sekitar 34 jam pada suhu kamar.

D. MEKANISME PENULARAN Virus campak ditularkan melalui udara atau droplet partikel ludah. Penularan melalui parenteral biasanya mempunyai masa inkubasi yang lebih singkat. Virus campak ditularkan secara langsung dari droflet infeksi, dan agak jarang dengan penularan lewat udara (airborne spread). Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37C. Toleransi terhadap perubahab pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari dua jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70C. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam.

E. PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN CAMPAK a) Pemberantasan Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan criteria pada tiap tahapan yang berbeda-beda, yaitu : 1. Tahap Reduksi Tahap reduksi campak dibagi menjadi 2 tahap:

Tahap pengendalian campak; pada tahapan ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi > 80% dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun. Tahap pencegahan KLB; pada tahapan ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, penurunan tajam kasus dan kematian dengan interval terjadinya KLB relaif lebih panjang.

2. Tahap Eliminasi Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi campak sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan. 3. Tahap Eradikasi Cakupan imunisasi tinggi dan merata dengan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus dapat diputuskan, dan negara- negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.

b) Penanggulangan Penanggulangan penyakit campak terutama dilakukan melalui:


Pengamatan yang ketat untuk penemuan kasus secara dini Pengobatan penderiita secara dini, terutama untuk mencegah komplikasi Pendidikan kesehatan masyarakat, untuk menjaga gizi anak, menghilangkan kebiasaan yang merugikan penderita dan perkunya imunisasi campak.

Pencegahan penyakit camoak dapat dilakukan dengan membersihkan vaksinasi campak. Dua macam vaksinasi campak yang beredar di Indonesia yaitu:
1. Vaksin kemasan kering tunggal, mengandung virus campak hidup yang dilemahkan, diberikan pada bayi usia 9-11 bulan. 2. Vaksin kemasan kering dikombinasi dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan campak Jerman (Rubella). Di Amerika Serikat kemasan ini dengan nama vaksin MMR (Measles-MumpsRubella). Di Amerika Serikat di berikan pada anak-anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki sekolah dasar.

Selain imunisasi, pemberian vitamin A yang mempunyai efek pemeliharaan mukosa sistem pernapasan dan pencernaan serta peningkatan daya tahun tubuh terbukti menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien-pasien campak di rumah sakit. Pemberian vitamin A tampaknya juga meningkatkan kelangsungan hidup selama periode akut pada suatu infeksi berat seperti tampak pada penyakit campak. Fatalitas kasus pada anak-anak yang menderita campak sedang atau berat menurun 50% lebih, setelah mendapat terapi vitamin A pada saat masuk rumah sakit. Pada penderita yang sudah sembuh, beratnya gejala akut berkurang disertai semakin cepatnya penyembuhan.

Referensi : http://eprints.undip.ac.id/14410/1/2003MIKM2202.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20098/4/Chapter%20II.pdf http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/8400/DOH-8400-IND.pdf

You might also like