You are on page 1of 9

NUR MUHAMMAD (2)

NUR MUHAMMAD (1)


NUR MUHAMMAD (1) Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: Wahai Tuhanku, aku memohon ampunan-Mu demi Muhammad. Maka Alloh berfirman, Wahai Adam bagaimana engkau mengenal Muhammad sedang aku belum menciptakannya? Adam menjawab, Wahai Tuhanku, tatkala Engkau menciptakanku dengan kekuasaan-Mu dan Engkau meniupkan ruh kepadaku, maka aku mengangkat kepalaku, dan aku melihat tiang Arasy bertulis: Tiada Tuhan kecuali Alloh dan Muhammad utusan Alloh, maka aku tahu Engkau tidak akan merangkaikan kepada nama-Mu kecuali makhluk yang paling Engkau cintai. Alloh berfirman, Engkau benar, wahai Adam. Sesungguhnya dia (Muhammad) makhluk yang paling Aku cintai. Mohonlah demi dia, maka aku mengampunimu. Dan kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu. Terhadap hadits ini al-Albani menyatakan, bahwa hadits tersebut tidak bersumber pada haditshadits marfu dan shahih dari Rosululloh saw. Karena itu, tidaklah berlebihan bila divonis sebagai hadits batil oleh pakar hadits, seperti adz-Dzahabi dan al-Asqolani1). Al-Albani melanjutkan telah dinyatakan oleh Ibn Hibban bahwa dalam sanad hadits di atas terdapat nama Abdulloh bin Muslim bin Rasyad. Dia tertuduh sebagai pemalsu hadits, sebab ia pernah terbukti memalsu hadits dari Laits, Malik, dan Ibn Luhayah. Berbeda dengan penilaian al-Albani, Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (2007: 50-52) menyatakan bahwa hadits di atas diriwayatkan melalui banyak sanad dan dikutip oleh al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah, Abu Nuaim dalam Dalail al-Nubuwwah, al-Hakim dalam alMustadrok Juz II hal. 615, al-Thobroni dalam Shagir Juz II hal 82 dan 207 dengan sanad lain yang di dalamnya terdapat perowi tak dikenal oleh al-Haitami sebagaimana dinyatakan dalam Majma al-Zawaaid Juz VIII hal. 253, dan Ibn Asakir dari Umar ibn Khathab. Hadits ini dinyatakan shohih oleh al-Hakim dalam al-Mustadrok Juz II hal. 615, meskipun ia menyatakan bahwa salah seorang perowinya, yaitu Abdurrohman iibn Zaid ibn Aslam, adalah perowi yang lemah. Akan tetapi, ketika menyebutkan hadits ini ia menyatakan, Sanadnya shohih, dan inilah hadits pertama dari Abdurrahman ibn Zaid ibn Aslam yang kusebutkan dalam buku ini. Al-Hakim juga menyatakan keshohihan versi hadits lain melalui Ibn Abbas. Al-Bulqini dalam karyanya Fatawa menyatakan hadits di atas shohih. Al-Subki memperkuat pen-shohih-an al-Hakim dalam Syifa al-Siqom fi Ziyaroh Khoir al-Anam hal. 134-135, meskipun ia mengetahui penolakan dan kritik Ibn Taimiyyah terhadap hadits ini. Ia menentang pendapat Ibn Taimiyah itu dengan mengatakan bahwa Ibn Taimiyah telah bersikap berlebihan dengan melemahkan Ibn Zaid. Hadits di atas pun dicantumkan oleh Qodhi Iyadh di antara hadits shohih dan terkenal dalam al-Syifa, dan ia menyatakan bahwa Abu Muhammad al-Makki dan Abu al-Laits al-Samarqondi menyebutkannya. Qodhi Iyad berkata, Dikatakan bahwa hadits di atas menjelaskan ayat: Dan Adam menerima kalimat-kalimat dari Tuhannya dan Dia mengampuninya (Q.S. al-Baqoroh:

37). Dia kemudian mengutip versi yang sangat mirip melalui al-Ajurri (w. 360 H), yang mengenainya al-Qori, mengutip al-Halabi, mengatakan, mengatakan: Ia tampak merupakan imam dan pembimbing Abu Bakar Muhammad ibn al-Husain ibn Abdulloh al-Baghdadi, penyusun al-Syariah, yang khusus membahas sunah, al-Arbaun, dan sebagainya. Pendapa ini diperkuat oleh Ibn Taimiyah dalam karyanya, Qoidah fi al-Tawassul, dengan mengatakan bahwa hadits itu diriwayatkan oleh Syekh Abu Bakar al-Ajurri dalam karyanya al-Syariah. Ibn al-Jauzi juga memandang hadits di atas itu shohih ketika ia mengutipnya pada bab pertama al-Wafa bi Ahwal al-Mushthofa. Dalam muqoddimahnya ia menyatakan Dalam buku ini aku tidak mencampuradukkan hadits shohih dengan hadits palsu, meskipun ia mengetahui kelemahan Abdurrahman ibn Zaid sebagai perowi. Ia juga menyebutkan versi Maysaroh al-Fajr, yakni ketika Nabi saw. bersabda: ketika iblis menipu Adam dan Hawa, keduanya bertobat dan meminta syafaat dari Alloh dengan menyebut namaku. Dalam karya yang sama, Ibn al-Jauzi juga mengatakan pada bab tentang keutamaan Nabi saw. atas nabi-nabi yang lain, keutamaannya atas nabi-nabi yang lain ditegaskan oleh fakta bahwa Adam memohon kepada Tuhannya melalui kemuliaan (hurmah) Muhammad saw. sehingga Alloh swt. mengampuninya, seperti yang telah kami sebutkan. Al-Suyuthi mengutip hadits di atas dalam kitab tafsirnya, al-Durr al-Mantsur Juz II hal. 37, dalam al-Khoshoish al-Kubro Juz I hal. 12 dan dalam al-Riyadh al-Aniqoh fi Syarh Ama Khoir al-Kholiqoh hal. 49, yang di dalamnya ia mengatakan bahwa al-Baihaqi men-shohih-kan hadits ini. Al-Baihaqi, dalam pendahuluan karyanya, Dalail, menyatakan bahwa ia hanya memuat hhadits-hadits shohih meskipun ia juga mengetahui dan secara terbuka mengakui kelemahan Abdurrohman ibn Zaid. Al-Haitami dalam Majma al-Zawaid Juz VIII hal. 253, no. 28870, begitu pula al-Baihaqi, dan al-Qori dalam Syarh al-Syifa menunjukkan bahwa ada kelemahan dalam sanadnya. Akan tetapi, kelemahan Abdurrahman ibn Zaid diketahui oleh Ibn al-Jauzi, al-Subki, al-Baihaqi, al-Hakim, dan Abu Nuaim. Akan tetapi semua ulama ini tetap mempertimbangkan hadits ini dalam karyakarya mereka. Note: 1) Muhammad Nashiruddin al-Albani. 1995. Silsilah Hadits Dhaif dan Maudhu. Jilid I. Jakarta: Gema Insani, hal. 50-51). (Sumber: Syekh Muhammad Hisyam Kabbani. 2007. Syafaat, Tawasul, dan Tabruk. Terjemahan Zaimul Am dari judul Intercession: Encyclopedia of Islamic Doctrine, vol. 4. Jakarta: Serambi). To be continued
This entry was posted on Wednesday, June 18th, 2008 at 2:07 pm and is filed under Tashowwuf/Thoriqoh/Akhlak. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

4 Responses to NUR MUHAMMAD (1)

1. manhaz haq Says:


October 5th, 2008 at 7:51 am

tobatlah ya akhi! antum sudah taajub,apakah layak keilmuan antum bersanding dengan Syeikh Muhammad Nashirudin al-Albani?ingat takan masuk surga bila di hatinya masih terdapat kesombongan [menolak kebenaran] walau sebesar zaroh! 2. admin Says:
October 30th, 2008 at 11:05 am

Alhamdulillah, bahwa kita sama-sama meyakini bahwa kesombongan adalah akhlak yang tidak terpuji. Saya tidak pernah merendahkan siapa pun, apalagi terhadap Syekh Muhammad Nashiruddin Albany. Kalaupun, saya mengutip pendapat ulama lain yang mengatakan bahwa terdapat sejumlah kekeliruan Albany dalam mengidentifikasi martabat hadts, lebih ditujukan untuk mengingatkan kepada siapapun yang bertaqlid buta terhadap beliau. Ternyata, bahwa dalam kapasitas sebagai manusia, beliau pun bisa keliru. Kesombongan wajib kita kikis dari hati dan tindakan kita. Ciri kesombongan a.l. adalah yang merendahkan pendapat orang lain, mengklaim dirinya paling benar, dengan mudah menuding-nuding orang lain sebagai pelaku bidah, tidak menghargai perbedaan pendapat, dsb. Bertobat dan beristighfar adalah kewajiban kita semua sebagai muslim. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama bertobat atas segala kekeliruan kita. Wassalam 3. saleh Says:
June 26th, 2009 at 3:26 pm

yang menjadi pertanyaan besar dihati saya adalah kapan muhammad dan adam itu diadakan oleh Allah, mohon kita diskusi 4. ubasape Says:
November 13th, 2009 at 2:00 pm

saya kira sdh sangat jelas dalam penjelasan yg disampaikan itu adalah beberapa referensi bhw benar adanya mula2 Allah menciptakan Nur Muhammad yang kemudian dr Nur inilah terciptanya ruang, wkt, materi, energi dan ilmu. dgn modal ini tinggal memperkuat keyakinan seyakin-yakinnya tanpa hrs byk bertanya. insya allah seiring dgn berjalannya wkt kalo Allah berkehendak kpd sy atau anda, maka akan diberikan petunjuk yg benar ttg hal tersebut. pd kesempatan ini saya hanya ingin menyampaikan bhw sebenarnya utk byk memahami hal2 yg essensial (hakikat=nilai), satu2nya jln yg wajib ditempuh dan dipenuhi adalah Taat secara kaffah trhdp syariat Allah dan para utusanNYA. keterbatasan kt memahami nilai sesungguhnya krn terlalu tebalnya sekat antara diri dgn

penciptanya. pd prinsipnya scr nilai hakikat, Allah adalah pencipta sedangkan yg menyembah adalah Nur-Muhammad itu sendiri. jd Nur Muhammad itu ada pd setiap wujud maupun yg tdk berwujud scr kasat mata termasuk kt manusia sbg makhluk paling sempurna dmn didalam diri kt adalah wujud mini alam semesta yg jg termuat dimensi ruang, wkt, materi, energi dan ilmu sprti yg sy sampaikan diatas. perjalanan seperti kisah miraz Muhammad SAW-pun adalah perjalanan menembus langit pertama sampai titik sidratul-muntaha scr dimensional (dimensi kesejahteraan) dmn ketika itu hanya Allah SWT yg ada, krn memang scr hakikat seperti itu. Allah yg ada sedangkan yg lain tdk ada. yg lain dihadirkan krn Nur-Muhammad. Alam semesta ini begitu luas utk dijelaskan tetapi jg sangat sederhana utk dipahami. Dunia sesungguhnya sangatlah luas namun sekaligus sangat kecil. dunia ada dlm diri kt sendiri yakni di wilayah lima (5) panca indra. lima (5) panca indera adalah dunia kecil. ada dunia yg jauh lebih besar lagi yg jg terdapat dlm diri kita yakni akal-pikiran. dari manakah kt mengenal dunia..? tentu dr dua unsur ini (panca indra dan pikiran). tentu akan agak panjang utk menguraikan ini scr konprehensif. utk sementara barangkali hanya ini yg dpt saya kemukakan dg tdk bermaksud menggurui. kita sama-sama belajar dan saling berbagi informasi dlm rangka syiar. semoga kedepan kt termasuk dlm golongan hamba yg lurus seperti yg telah ditempuh oleh para utusan Allah sebelum kita, amin Wallahu Alam Astagfirullahal adhiim Allahumma Shalli Alaa Muhammad Ihdinasshiraathalmustaqiim NUR MUHAMMAD (1) NUR MUHAMMAD (3)

NUR MUHAMMAD (2)


NUR MUHAMMAD (2) Selain al-Albani, ada tiga ulama lain yang menolak hadits di atas, yaitu Ibn Taimiyyah (dalam kitab Qoidah Jalilah fi al-Tawassul hal. 89 dan 168-170) dan dua orang muridnya, yaitu Ibn alHadi (dalam kitab al-Sharim al-Munki hal. 61-63) dan al-Dzahabi (dalam Mizan al-Itidal Juz II hal. 504 dan Talkhish al-Mustadrok). Adapun al-Asqolani meriwayatkan perkataan Ibn Hibban bahwa Abdurrahman ibn Zaid adalah seorang pemalsu hadits (Lisan al-Mizan Juz III hal. 360 dan 442). Pada saat yang sama, Ibn Taimiyyah (dalam Fatawa Juz II hal. 150) juga mengutip versi hadits ini dan versi Maisaroh seraya mengatakan, Kedua hadits ini tampaknya merupakan penafsiran terhadap hadits-hadits shohih (mengenai topik yang sama). Ahli hadits kontemporer Ibn Alawi al-Maliki berkata, Pendapat Ibn Taimiyyah menunjukkan bahwa hadits itu cukup shohih untuk dijadikan pedoman (sholih li al-istisyhad wa al-Itibar), sebab hadits yang palsu (maudhu) dan bathil tak dapat dijadikan dalil oleh para ahli hadits. Al-Maliki juga mengutip keberpihakan kuat adz-Dzahabi terhadap hadits itu dalam karya al-Baihaqi, , dengan mengatakan, Anda harus mengambil apa yang ada di dalamnya (Dalail al-Nubuwwah), karena sepenuhnya berisi petunjuk dan cahaya (maa fiihi yajib an tushahhah, hal. 47).

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa Alloh mencipta karena Nabi Muhammad saw. Ibn Taimiyyah sendiri menyatakan bahwa konsep penciptaan segala sesuatu kerena Nabi Muhammad saw. mesti diterima, sebagaimana dinyatakannya dalam karyanya, Majmuat alFatawa, bab Tashowwuf Juz XI hal. 95-97: Muhammad saw. adalah pemimpin anak-anak Adam, makhluk terbaik, dan paling mulia di sisi Alloh. Karena itulah sebagian orang mengatakan bahwa Alloh menciptakan alam semesta karena beliau, atau bahwa seandainya bukan karena beliau, Alloh tidak akan menciptakan Arasy, Kursi, langit, bumi, matahari, atau bulan. Akan tetapi, ini bukanlah hadits yang berasal dari Nabi saw. namun mungkin saja dijelaskan melalui sisi yang tepat . Karena yang terbaik dari anak-anak Adam a.s. adalah Muhammad saw. maka menciptakannya merupakan hikmah yang sangat bermakna, lebih dari siapa pun, dan penyempurnaan penciptaan serta pemenuhan kesempurnaan dicapai karena Muhammad saw. Pemimpin anak-anak Adam adalah Muhammad saw. Adam a.s. dan anak-anaknya berada di bawah benderanya. Ia bersabda, Sesungguhnya aku telah ditakdirkan menjadi penutup para nabi di sisi Alloh swt. ketika Adam a.s masih berada dalam bentuk tanah bercampur air, yakni bahwa kenabianku telah ditakdirkan dan diwujudkan ketika Adam a.s. telah diciptakan, namun roh belum ditiupkan kepadanya, seperti halnya Alloh menakdirkan kehidupan, masa hidup, perbuatan, dan rasa sedih atau gembira seorang hamba ketika Dia menciptakan janin yang belum ditiupkan roh ke dalamnya. Karena manusia merupakan penutup dan akhir semua makhluk beserta mikrokosmosnya, dan karena manusia terbaik merupakan makhluk terbaik, maka Muhammad saw., yang menjadi bola mata, poros perputaran, penyalur kepada semua orang adalah tujuan tertinggi penciptaan. Dengan demikian, pernyataan karena dia, tentu semua ini tidak akan diciptakan, atau bahwa seandainya bukan karena dia, tentu semua ini tidak akan diciptakan sungguh tak dapat disangkal. Jika pernyataan seperti ini dijelaskan sesuai dengan arahan al-Quran dan sunah maka ia dapat diterima. (Sumber: Syekh Muhammad Hisyam Kabbani. 2007. Syafaat, Tawasul, dan Tabruk. Terjemahan Zaimul Am dari judul Intercession: Encyclopedia of Islamic Doctrine, vol. 4. Jakarta: Serambi) To be continued

NUR MUHAMMAD (3)


NUR MUHAMMAD (3) Bagian akhirnya disebutkan sebagai sebuah hadits terpisah, yaitu pada kata-kata, Seandainya bukan karena Muhammad, tentu Aku tidak akan menciptakan alam semesta (al-aflaak). AlAjluni, mengutip al-Saghani (w. 650 H.), mengatakan bahwa hadits itu palsu, tetapi maknanya shohih. Demikian pula, menurut Ali al-Qori, al-Saghani menyebutnya hadits palsu, tetapi maknanya shohih, seperti yang telah diriwayatkan al-Dailami dari Ibn Abbas bahwa Nabi saw. bersabda, Jibril dating kepadaku dan berkata, Hai Muhammad! Seandainya bukan karena engkau, surge tidak akan diciptakan, dan seandainya bukan karena engkau, neraka tidak akan

diciptakan. Ibn Asakir meriwayatkan, Dan seandainya bukan karena engkau, dunia tidak akan pernah diciptakan. Al-Albani menentang sikap al-Qori yang menggunakan al-Dailami sebagai dalil untuk mendukung hadits itu, dengan mengatakan, Aku tidak ragu-ragu untuk menyatakannya lemah karena hanya al-Dailami yang menukil hadits itu (Silsilah Dhoifah No. 282). Sikap Albani itu tampak berlebihan dan menyimpang dari pendapat umum para ulama tentang al-Dailami dan karyanya. Ibn Taimiyyah berkata dalam Minhaj al-Sunnah Juz IV hal. 38: Fakta bahwa hanya al-Dailami yang meriwayatkan hadits itu tidak berarti bahwa hadits itu shohih. Lihatlah, Ibn Taimiyyah tidak mengatakan, Fakta bahwa hanya al-Dailami yang meriwayatkan hadits itu tidak berarti bahwa hadits itu palsu. Namun, kalimat yang terakhir itulah yang menjadi kesimpulan Albani! Pembaca dapat membandingkan penolakan apriori Albani terhadap hadits itu dengan kepercayaan Ibn Hajar al-Asqolani terhadapnya, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits no. 33 dari karyanya, Arbaun fii Rodd al-Mujrim an Sabb al-Muslim, meskipun hanya al-Dailami yang menukuilnya. Masih dalam Minhaj al-Sunnah (Juz IV hal. 78), Ibn Taimiyyah berkomentar tentang al-Dailami dan karyanya, Al-Dailami dalam karyanya, al-Firdaus, menyebutkan banyak hadits shohih, hadits hasan, dan juga hadits palsu Ia termasuk orang berilmu dan beragama. Dan ia bukan seorang pendusta. Ibn al-Qoyyim dalam karyanya, Badai al-Fawaid (hal. 63) beranjak lebih jauh dengan menyebutkan firman Alloh kepada manusia yang menegaskan bahwa segala sesuatu diciptakan demi kepentingan manusia. Tidakkah kau menyadari nilaimu? Aku menciptakan alam semesta hanya karenamu.Segala sesuatu adalah pohon, dan buahnya adalah engkau. Jika Alloh menciptakan alam semesta karena manusia, bagaimana mungkin kepada semua manusia diberikan apa yang tidak diberikan kepada Nabi Muhammad saw., sebagai manusia yang lebih baik daripada seluruh manusia dan jin? Siapakah al-Albani? Beliau adalah seorang yang ditokohkan oleh kaum Salafi-Wahabi sebagai ulama muhaddits (ahli hadits), sehingga kaum Salafi-Wahabi sering menyandarkan pemahaman hadits pada pendapat ulama tersebut. Namun, al-Albani mendapat kritikan keras dari berbagai ulama, salah satunya adalah dari Syekh Muhammad bin Ali Hasan as-Saqof. Beliau menyimpulkan bahwa al-Albani tidak pantas disebut sebagai muhaddits (ahli hadits), karena telah ditemukan kurang lebih 1200 kesalahan dan penyimpangannya dalam memahami hadits, dan sebagai persyaratan menjadi ahli hadits juga belum dipenuhinya. Untuk mengetahui sebagian kekeliruan al-Albani dalam mengidentifikasi kedudukan hadits, baca Syekh Muhammad Ibn Ali Hasan as-Saqqof, Al-Albani Mendhoifkan Sejumlah Hadits Imam Bukhori dan Muslim, dalam dalam Ibnu Salim dan Abu Ahmad. 2006. Mengenal Salafi dari 2 Sisi; Kumpulan Tulisan Para Tokoh Pro dan Kontra (tentang Sejarah, Tokoh dan Kepahaman Salafi. Medan: al-Hikmah Press, hal. 142-162).

Sumber: Syekh Muhammad Hisyam Kabbani. 2007. Syafaat, Tawasul, dan Tabruk. Terjemahan Zaimul Am dari judul Intercession: Encyclopedia of Islamic Doctrine, vol. 4. Jakarta: Serambi. Ibnu Salim dan Abu Ahmad. 2006. Mengenal Salafi dari 2 Sisi; Kumpulan Tulisan Para Tokoh Pro dan Kontra (tentang Sejarah, Tokoh dan Kepahaman Salafi. Medan: al-Hikmah Press.
This entry was posted on Saturday, June 21st, 2008 at 7:55 am and is filed under Tashowwuf/Thoriqoh/Akhlak. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

NUR MUHAMMAD (3) TEORI KEBENARAN

NUR MUHAMMAD (4)


NUR MUHAMMAD (4) Nabi Muhammad saw. telah dipilih Alloh swt. untuk jadi penutup para nabi dan rosul, serta menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebelum nabi Adam diciptakan. Rosululloh saw. datang sebagai penutup bagi semua risalah samawi. Beliau saw. telah diangkat menjadi nabi ketika Adam masih berupa tanah. Hadits yang menyatakan hal tersebut adalah: 1)Hadits dari al-Irbadh ibn Sariyyah r.a.; beliau meriwayatkan bahwa Rosululloh saw. bersabda: Inni abdulloh khootam al-nabiyyiinn wa inna Aadam lamunjadil fii thiinatih (Sesungguhnya aku hamba Alloh yang merupakan penutup para nabi ketika Adam masih berupa tanah. (HR Ahmad, al-Hakim, dan Ibn Hibban). 1 2)Hadits Abu Hurairoh r.a. yang mengatakan Para sahabat bertanya, Wahai Rosulalloh, kapan kenabian ditetapkan bagimu? Beliau menjawab: wa Aadam baina al-ruuh wa al-jasad (Ketika Adam masih berada di antara jasad dan ruh). (H.R. at-Turmudzi dan al-Hakim).2 3)Hadits Abdulloh ibn Syafiq r.a. dari seorang lelaki yakni dari kalangan sahabat Nabi saw.; (ketidaktahuan tentang nama seorang sahabat tidak menjadi masalah sebagaimana yang dikenal di kalangan ahli hadits). Ia mengatakan, Aku bertanya, wahai Rosulalloh, kapan engkau dijadikan sebagai nabi? Beliau menjawab: Ketika Adam masih berada di antara ruh dan jasad (H.R. Ahmad)3. 4)Hadits Maisaroh al-Fajr r.a. Ia berkata, Aku bertanya: Wahai Rosululloh, kapan engkau menjadi nabi? Dalam teks lain, Kapan engkau dikukuhkan? Beliau menjawab: Ketika Adam masih berada di antara ruh dan jasad (H.R.Ahmad dan al-Hakim).4 Catatan: 1 Ahmad, al-Musnad, Juz IV, hal. 217; al-Hakim, al-Mustadrok, Juz II, hal. 148; al-Hakim, Kitab Alaamat Nubuwwah Nabiyyinaa, Bab Fii Awwal Amrihi, dalam Mawaarid azh-

Zhaman hal 512. Hadits ini shohih menurut Ibn Hibban dan al-Hakim, dan dikuatkan oleh adzDzahabi. 2 at-Turmudzi, Kitab al-Manaqib, Bab Fadhl an-Nabiy. Dan al-Hakim, al-Mustadrok, Juz II, hal. 609. 3 Ahmad, al-Musnad, Juz IV, hal. 66; Juz V, hal. 379; sanadnya shohih menurut al-Haitsami, para perowinya adalah perowi yang shohih, lihat Majmaaz-Zawaaid, Juz VIII, hal. 223. 4 Ahmad, al-Musnad, Juz V, hal. 59; al-Hakim, al-Mustadrok, Juz XX, hal. 607-609. Al-Hakim menilainya shohih dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Al-Haitsami mengatakan hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thobroni dan para perowinya adalah perowi yang shohih. Lihat Majmu az-Zawaaid. Juz VIII, hal. 223. Sumber: Mohammad Abdo Yamani.2006. Kupertaruhkan Segalanya Demi Engkau, Ya Rasulullah! Terjemahan Ali Yahya dari Kitab (Bi Abii Anta wa Ummii Ya Rosuulalloh). Jakarta: Dar alKutub al-Islamiyah, hal. 67-68.
This entry was posted on Saturday, June 21st, 2008 at 7:59 am and is filed under Tashowwuf/Thoriqoh/Akhlak. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

3 Responses to NUR MUHAMMAD (4)


1. airsetitik Says:
August 8th, 2008 at 7:42 pm

Please visit our updated blog at http://airsetitik.tk or http://airsetitik.co.cc. Look forward to having your share of thoughts. Air Setitik 2. name Says:
March 9th, 2009 at 4:45 pm

2)Hadits Abu Hurairoh r.a. yang mengatakan Para sahabat bertanya, Wahai Rosulalloh, kapan kenabian ditetapkan bagimu? Beliau menjawab: wa Aadam baina al-ruuh wa al-jasad (Ketika Adam masih berada di antara jasad dan ruh). (H.R. atTurmudzi dan al-Hakim).2 ANE BERKOMENTAR BUKAN SUATU KETIDAK NISCAYAAN BAHWA PENCIPTAAN MUHAMMAD SAW, DIKATAKAN SEBELUM ADAM. HAL YANG PERLU DIPAHAMI ADALAH: ADANYA ADAM HINGGA MUHAMMAD SAW BAHKAN HINGGA AKHIR JAMAN ITU SUATU HAL YANG PASTI TERJADI JADI BUYKAN KARENA POLA PIKIR YANG BERSIAFT PARTIAL.

3. afnan Says:
January 19th, 2010 at 3:54 pm

salam,,,terima kasih diatas knowlage,,,share maklumat baru dari laman ustaz abu anas ; http://yeopmadiny.blogspot.com/2008/11/siapakah-tijani.html

You might also like