You are on page 1of 9

BAB I

Pendahuluan
Metode ABC (Activity Based Costing)merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ABC muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut konsep ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi. Oleh karena itu ABC menawarkan agar pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase proporsional kepada biaya lain atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan untuk memproduksi barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men drive biaya itu (cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini diterapkan maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak mengalami kerugian hanya karena kesalahan unit cost. Ada beberapa pengertian ABC (Activity Based Costing) yaitu : Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity-Based Costing adalah: Metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Menurut Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004:496) Activity-Based Costing adalah: Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volumerelated factor). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ABC (Activity Based Costing) adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.

Metode Activity Based Costing ini muncul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective. 2. Marketdriven strategy menuntut manajemen untuk inovatif. 3. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi dominan. 4. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat. 5. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus menerapkan marketdriven strategy. Beberapa manfaat sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) adalah sebagai berikut: 1. Mengharuskan pihak-pihak manajemen untuk mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif yang hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu secara simultan dan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.

2. Membantu dalam pengambilan keputusan manajemen. Dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam iklim kompetisi pada saat ini.

3. Dengan sistem Activity Based Activity, biaya-biaya akan semakin relevan dan transparan yang menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi

4. Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. Adapaun perbedaan antara Sistem ABC dan Sistem Biaya Traditional yaitu:

No. 1.

Sistem ABC Menggunakan aktivitas sebagai

Sistem Biaya Traditional

aktivitas- Mengalokasikan biaya overhead pemacu secara arbitrer berdasarkan satu

biaya (cost driver) untuk atau dua basis alokasi yang non menentukan seberapa besar representatif. konsumsi overhead dari

setiap produk 2. memfokuskan pada biaya, memfokuskan pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya untuk dan angkadapat

mutu dan faktor waktu

tradisional penentuan profitabilitas angkanya diandalkan. 3. mempunyai kebutuhan yang mempunyai

digunakan harga produk, tidak

kebutuhan

yang

jauh lebih kecil untuk analisis jauh lebih besar untuk analisis varian 4. varian biaya overhead

penentuan tarif suatu produk pembebanan

berdasar aktivitas level unit berdasarkan aktivitas berlevel (bahan baku dan tenaga kerja) unit maupun non unit sehingga penentuan biaya lebih akurat karena ditelusuri ke masingmasing produk.

Bab II
Pembahasan
Sedikitnya perusahaan yang sukses dalam menerapkan Sistem ABC dikarenakan banyak perusahaan yang langsung mengadopsi sistem ABC secara baku tanpa melakukan modifikasi pada sistem tersebut. Ini bermula di Amerika pada tahun 1980-an, banyak perusahaan yang cenderung langsung mengadopsi konsep baru. Dan pada saat itu banyak perusahaan yang frustasi karena kalah saing dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Ini mengakibatkan akan menurunnya kepercayaan diri mereka. Konsep-konsep baru pun ditawarkan dan dipopulerkan seperti konsep total quality management (TQM), customer satisfaction, benchmarking, continuous improvement, activity based costing (ABC) dan sebagainya. Akan tetapi sebagian besar perusahaan mengalami penurunan pada market share pada tahun 1980 sampai 1990 jika dibandingkan pada periode 1970 samapai 1980. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua konsep baru, layak untuk segera diadopsi. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti dukungan manajemen puncak serta partisipasi penuh dari manajer lini, pemahaman terhadap struktur dan konsep, dukungan teknologi yang memadai, SDM yang baik dan memadai (kerja tim yang baik, dan memiliki kontrol kinerja yang baik). Oleh karena itu tidak semua konsep baru lebih baik dan lebih layak dibandingkan dengan konsep yang sudah ada. Banyak perusahaan yang tidak memikirkan secara matang penerapan dalam kondisi perusahaan. Dasar pemikiran yang tidak masuk akal adalah agar perusahaan dicap sebagai perusahaan yang tidak ketinggalan jaman sehingga mengadopsi ABC tanpa analisis yang mendalam. Sebuah konsep baru seperti sistem ABC membutuhkan penyesuaian-penyesuaian kembali terhadap lingkungan dan budaya organisasi perusahaan jika ingin diterapkan di negara atau kawasan lain. Hal ini terjadi karena kondisi dan lingkungan sangat mempengaruhi kelayakan penerapan konsep baru tersebut. Penyesuaian terhadap kondisi dan lingkungan ini bisa dilakukan dengan memodifikasi dan menggabungkan dengan konsep yang sudah ada.

Dalam mengimplementasikan ABC membutuhkan sumber daya yang besar dan akan lebih mahal untuk dipelihara dibandingkan proses perhitungan tradisional, berdasarkan jam tenaga kerja langsung-data yang berhubungan dengan berbagai ukuran aktivitas harus dikumpulkan, diperiksa dan dimasukkan ke dalam sistem. Keuntungan dari meningkatnya keakuratan tidak sebanding dengan biayanya. ABC mengubah aturan main dalam organisasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan yang cenderung mendapat perlawanan dari karyawan. Sistem ini membutuhkan dukungan dari manajemen atas dan dukungan dan partisipasi penuh dari manajer lini serta staf akuntan dalam segala inisiatif ABC. Jika ABC tidak mendapat dukungan penuh dari manajemen tingkat atas, maka akan menemukan kegagalan. Banyak manajer yang bertahan untuk mengalokasikan secara penuh semua biaya ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya dalam ABC, ternasuk biaya kapasitas tak terpakai dan biaya pemeliharaan organisasi yang mengakibatkan biaya menjadi terlalu tinggi dan margin yang terlalu rendah dan kesalahan dalam penentuan harga dan keputusan penting yang lain. Data ABC mudah untuk disalahartikan dan harus digunakan dengan hati-hati ketika mengambil keputusan. Sebelum membuat keputusan yang signifikan dengan ABC, manajer harus mengidentifikasikan biaya mana yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu. Umumnya, laporan yang dihasilkan oleh sistem ABC terbaik tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Oleh karena itu, konsekuensinya, organisasi harus memiliki dua sistem biaya yang berbeda yang menerapkan sistem ABC, satu untuk penggunaan internal dan satu untuk menyiapkan laporan eksternal, Ini dapat menimbulkan kebingungan tentang sistem mana yang harus dipercaya dan diandalkan.

Perusahan-perusahaan yang layak memakai ABC jika memenuhi syarat-syarat : 1. Perusahaan yang padat modal (banyak gunakan mesin)

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan padat modal yang dalam menjalankan kegiatan usahanya menggunakan banyak aktiva tetap seperti lahan, pabrik, gedung perkantoran, mesin- mesin, alat pengangkutan, dan berbagai aktiva tetap pendukung lainnya. Aktiva tetap seperti mesin pabrik merupakan aktiva tetap yang berkaitan langsung dengan penghasilan usaha perusahaan dimana alatalat tersebut digunakan untuk mengolah bahan mentah maupun setengah jadi menjadi produk hasil. Penggunaan mesin- mesin pabrik haruslah dilakukan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan produk dalam kapasitas dan kualitas yang diharapkan.
2. Perusahaan yang memiliki diversifikasi produk

Perusahaan yang melakukan diversifikasi produk adalah perusahaan yang memiliki beberapa unit bisnis atau anak perusahaan . Usaha yang dilakukan untuk memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya agar produknya lebih tahan lama, serta perusahaannya dapat memenuhi selera konsumen, memperluas pasar, dan meningkatkan nilai tambah perusahaan. Dalam diversifikasi produk dibutuhkan kreatifitas (yang terpenting dapat menciptakan ide-ide baru), inovasi, modal, dan promosi.

3. 4.

Diversifikasi produk dan menggunakan fasilitas yang sama Setiap produknya memiliki proses produksi yang berbeda.

Menurut Estrin [1997, hal.103] analisis untuk mengetahui kondisi kelayakan perusahaan untuk bisa menerapkan sistem ABC dilakukan dengan mengidentifikasi 10 faktor. Lima faktor menunjukkan tingkat kecenderungan manajemen terjadinya distorsi biaya dan lima faktor yang lain menunjukkan tingkat kecenderungan manajemen menggunakan informasi biaya dalam pengambilan keputusan. Lima faktor pertama meliputi product diversity, support diversity, common processes, period cost allocation dan rate of growth of period costs. Lima faktor kedua meliputi pricing freedom, period expense ratio, strategic considerations, cost reduction effort dan analysis of frequency.

Product diversity menunjukkan jumlah dan keanekaragaman product families yang ditawarkan. Support diversity menunjukkan jumlah dan keanekaragaman aktivitas yang mengakibatkan tingginya pengeluaran overhead cost. Common processes menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk menghasilkan produk-produk tertentu sehingga biaya periode masing-masing produk sulit dipisahkan. Kegiatan bersama tersebut misalnya kegiatan manufacturing, engineering, marketing, distribution, accounting, material handling dan sebagainya. Period cost allocation menunjukkan kemampuan sistem akuntansi biaya yang ada mengalokasikan biaya periode secara akurat. Rate of growth of period costs menunjukkan tingkat kecepatan peningkatan biaya periode sepanjang tahun.

Pricing freedom menunjukkan tingkat independensi perusahaan dalam menentukan harga sehingga menghasilkan product profitability. Period expense ratio menunjukkan kemungkinan terjadinya distorsi biaya produk secara material. Strategic considerations menunjukkan seberapa penting informasi biaya dimanfaatkan dalam proses pengambilan keputusan manajemen. Cost reduction effort menggambarkan seberapa penting akurasi pelaporan alokasi biaya periode untuk pengambilan keputusan internal manajemen. Analysis of frequency menunjukkan tinggi rendahnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis biaya produk.

BAB III
Kesimpulan
ABC (activity based costing) adalah suatu metode perhitungan harga pokok yang membebankan biayanya berdasarkan hubungan sebab akibat, yang berupaya untuk menemukan hubungan langsung antara biaya yang terjadi dan objek biayanya. ABC merupakan metode biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan metode tradisional. Walaupun, dalam praktiknya, masih banyak perusahaan yang masih menggunakan metode tradisional dan masih jarang perusahaan yang menerapkan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produknya. Hal ini terjadi karena terdapat berbagai kendala dalam penerapannya, sehingga tingkat keberhasilannya rendah. Sehingga perlu untuk diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan ABC.

Daftar Pustaka
Garrison, Ray H dkk. 2006. Akuntansi Manajerial Ed 11.Jakarta: Salemba Empat. Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/metode-abc-activity-based-costingdalam.html http://gakmesti.wordpress.com/2009/12/03/activity-based-costing/

You might also like