You are on page 1of 22

MANAJEMENT SEKOLAH osted on 3 Februari 2008 by (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/) akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/...

/konsep-manajemen-sekolah/Tembolok - Mirip 3 Feb 2008 MANAJEMEN SEKOLAH : Pengertian, Fungsi dan Bidang Manajemen. oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd. A. Pengertian Manajemen Sekolah ... Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan. Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djaman Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal. Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu. B. Fungsi Manajemen Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut: Menurut G.R. Terry terdapat empat (1) planning (2) organizing (3) actuating (4) controlling (pengawasan). manajemen, yaitu : (perencanaan); (pengorganisasian); (pelaksanaan); dan fungsi

Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi : (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) commanding (pengaturan); (4) coordinating (pengkoordinasian); dan (5) controlling (pengawasan). Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup : (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) staffing (penentuan staf); (4) directing (pengarahan); dan (5) controlling (pengawasan). Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan (1) planning (2) organizing (3) staffing (4) directing (5) coordinating (6) reporting (7) budgeting (penganggaran). tujuh manajemen, yaitu : (perencanaan); (pengorganisasian); (penentuan staf); (pengarahan); (pengkoordinasian); (pelaporan); dan fungsi

Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling). 1. Perencanaan (planning) Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan: (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana. Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu : 1. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan. 2. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal. 3. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas. Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis. Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut: 1. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.

2. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang. 3. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembagalembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan. Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri. 2. Pengorganisasian (organizing) Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : as the act of planning and implementing organization structure. It is the process of arranging people and physical resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective. Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang. Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. 3. Pelaksanaan (actuating) Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis. 4. Pengawasan (controlling) Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans. Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa : Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan

apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan. Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan. C. Bidang Kegiatan Pendidikan Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu : 1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain. 2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting. 3. Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya. Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifai (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari : 1. Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya. 2. Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.

3. Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya. Sementara itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan, mencakup : (1) instruction and curriculum development; (2) pupil personnel; (3) community school leadership; (4) staff personnel; (5) school plant; (6) school trasportation; (7) organization and structure dan (8) School finance and business management. Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah. Dari beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school transportation dan business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia. Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup : 1. Manajemen kurikulum Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian. Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap : 1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian. 2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan

pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar. 3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran 4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif) 2. Manajemen Kesiswaan Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor. 3. Manajemen personalia Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan. 4. Manajemen keuangan

Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya. 5. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

http://murniramli.wordpress.com/category/manajemen-sekolah/

Makalah Pengembangan Sekolah Berbasis Riset


Dalam Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Manajemen Sekolah, Organizational Learning, Pendidikan Dasar, Pendidikan Indonesia, Pendidikan Jepang, Pendidikan Menengah, Pendidikan pra sekolah, Pendidikan Tinggi, Penelitian Pendidikan di Maret 10, 2012 pada 10:08 am

PENGEMBANGAN SEKOLAH BERBASIS RISET [1] Murni Ramli[2] PENDAHULUAN Perkembangan pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dari masa pasca kemerdekaan, telah menunjukkan kemajuan yang sedemikian pesat. Dengan tolok ukur kuantitatif, pendidikan Indonesia telah mendongkrak penambahan jumlah sekolah, terbukanya akses bersekolah, meningkatnya angka partisipasi belajar di semua jenjang pendididikan. Namun, dari segi kualitatif, kita belum dapat membanggakan prestasi pendidikan di tanah air jika dibandingkan dengan kondisi pendidikan di negara-negara yang berumur sama (merdeka pada tahun yang hampir sama). Kualitas pendidikan kita masih jauh dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, apalagi dengan negara-negara maju yang tergabung dalam OECD. Baca entri selengkapnya

http://duniabaca.com/download-makalah-manajemen-sekolah.html Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir sistem artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan. Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004.
Pesan Sponsor

Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: Ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: Perencanaan Pengorganisasian Penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan Berikan bimbingan dan pembinaan kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi Adakan

penilaian terhadap semua program untuk mengukur keberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.

Pengertian Manajemen Sekolah


Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa : Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan. Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djaman Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal. Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :

Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut: Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :

Planning (perencanaan); Organizing (pengorganisasian); Actuating (pelaksanaan); dan Controlling (pengawasan).

Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :


Planning (perencanaan); Organizing (pengorganisasian); Commanding (pengaturan); Coordinating (pengkoordinasian); dan Controlling (pengawasan).

Harold Koontz dan Cyril O Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :

Planning (perencanaan); Organizing (pengorganisasian); Staffing (penentuan staf); Directing (pengarahan); dan Controlling (pengawasan).

L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :


Planning (perencanaan); Organizing (pengorganisasian); Staffing (penentuan staf); Directing (pengarahan); Coordinating (pengkoordinasian); Reporting (pelaporan); dan Budgeting (penganggaran).

Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, dan para tokoh diatas. Namun mengingat banyaknya halaman contoh makalah manajemen sekolah ini, maka duniabaca.com tidak dapat mempublikasikannya semua. Tapi tenang, Anda dapat download makalah manajemen sekolah ini secara lengkap dengan kesimpulan serta daftar pustaka.

Download Now : Makalah Manajemen Sekolah

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Konflik


Oleh Yulweni Sambelay, M.Pd

Terakhir Diperbaharui ( Rabu, 06 Juli 2011 14:58 ) http://www.sppsembawa.sch.id/index.php/arsip-berita/131-kepala

Rabu, 06 Juli 2011 14:44 - Author: Super Admin


Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan suatu organisasi adalah pemimpin. Dalam konteks persekolahan, pemimpin yang dimaksud adalah kepala sekolah dengan tugas adalah sebagai pemimpin dan pengelola. Selaku orang yang memimpin, seorang kepala sekolah dituntut untuk melakukan aktivitas kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk bekerja/berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan selaku orang yang mengelola sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal. Dalam konteks manajemen konflik, maka mengelola konflik adalah juga mengatur potensi konflik dalam organisasi sekolah agar tetap optimal. Agar konflik dapat dikelola, maka peran yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dapat dikategorikan atas tiga bentuk: 1) peranan yang bersifat interpersonal, yaitu peran interaksi yang harus dilakukan pimpinan terhadap stake holder internal maupun eksternal. Menurut Siagian peran yang harus ditampilkan meliputi : (1) selaku simbol keberadaan organisasi. Peranan ini berupa aktivitas interaksi dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat legal dan seremonial; (2) selaku pemotivator. Peran ini berupa tanggung-jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahannya; (3) selaku penghubung. Peran sebagai penghubung ini, untuk membentuk jaringan luas dengan memberi perhatian khusus bagi mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi dan juga bagi pihak yang memiliki informasi yang diperlukan bagi organisasi. 2) Peranan informasional, yaitu peran yang terkait dengan lalu lintas informasi. Menurut Siagian, peran tersebut terbagi atas tiga bentuk yakni : (1) pemantau arus informasi. Dalam hal ini, pemimpin harus mengambil langkah-langkah agar informasi yang bermutu yang diterima; (2) diseminator informasi. Peran ini menuntut pimpinan untuk memahami makna informasi yang diterima untuk disalurkan pada orang dalam organisasi; (3) juru bicara organisasi, yaitu penyalur informasi pada pihak luar organisasi. 3) Peran pengambil keputusan, yang meliputi empat bentuk peran: (1) peran entrepreneur yaitu

peran yang menuntut pemimpin untuk mampu mengkaji secara terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi untuk dicari peluang yang dapat dimanfaatkan; (2) peredam gangguan, yaitu peran yang menuntut pimpinan untuk mampu mengambil tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif kepada organisasi; (3) pembagi sumber daya, yaitu peran untuk mengalokasikan sumber dana dan daya organisasi; (4) perunding bagi organisasi, yaitu peran yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dengan pihak-pihak yang berada di luar organisasi. Dari ketiga peran di atas nampak pentingnya peran pemimpin dalam kaitannya dengan interaksi dengan orang dalam maupun orang luar. Sebagaimana definisi konflik sebagai sebuah interaksi, maka interaksi pemimpin dengan bawahan ini perlu dikelola secara baik agar dapat menjadi interaksi yang fungsional.

inggu, 05 Februari 2012 http://nurkurosaki.blogspot.com/2012/02/manajeme n-sekolah-administrasi.html


Manajemen Sekolah ( Administrasi Pendidikan Lvl 2)
A. Pengertian Istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi ( administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Dalam artikel ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu: 1. merencanakan (planning), 2. mengorganisasikan (organizing),

3. mengarahkan (directing), 4. mengkoordinasikan (coordinating), 5. mengawasi (controlling), dan 6. mengevaluasi (evaluation). B. Ruang Lingkup Administrasi sekolah, memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan sekolah yang bersangkutan. Komponen-komponen tersebut meliputi: 1. Administrasi kesiswaan, 2. Administrasi kurikulum, 3. Administrasi tenaga kependidikan, 4. Administrasi sarana-prasarana, 5. Administrasi keuangan (Bendahara), 6. Administrasi Humas (hubungan masyarakat) C. Prinsip Umum 1. 2. 3. Manajemen Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi nyata di sekolah. Manajemen Sekolah berfungsi sebagai sumber informasi bagi peningkatan pengelolaan pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar. Manajemen Sekolah dilaksanakan dengan suatu system mekanisme kerja yang menunjang realisasi pelaksanaan kurikulum. D.Kriteria Manager Pendidikan Dalam pelaksanaan manajemen, termasuk manajemen pendidikan/ sekolah, perlu seorang manajer/pemimpin/administrator yang berpandangan luas dan berkemampuan, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Seorang manajer/pemimpin/administrator pendidikan/sekolah diharapkan:

1.

Memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan/sekolah yang meliputi kegiatan mengatur: (a) kesiswaan, (b) kurikulum, (c) ketenagaan, (d) sarana-prasarana, (e) keuangan, (f) hubungan dengan masyarakat, (h) kegiatan belajar-mengajar.

2.

Memiliki keterampilan dalam bidang: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pengarahan, (d) pengkoordinasian, (e) pengawasan, dan (f) penilaian pelaksanaan kegiatan yang ada di bawah tanggungjawabnya.

3.

Memiliki sikap: a. Memahami dan melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan; b. Menghargai peraturan-peraturan serta melaksanakannya; c. Menghargai cara berpikir yang rasional, demokratis, dinamis, kreatif, dan terbuka terhadap pembaharuan pendidikan serta bersedia menerima kritik yang membangun; dan d. Saling mempercayai sebagai dasar dalam pembagian tugas.

E. Manajemen Komponen-Komponen Pendidikan

1. Manajemen Kesiswaan 3. Manajemen Tenaga Kependidikan 5. Manajemen Keuangan/Dana 7. Manajemen Layanan Khusus

Minggu, 23 Oktober 2011


Pembuatan Keputusan dalam Manajemen Berbasis Sekolah
embuatan Keputusan dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1. Urgensi Pembuatan Keputusan Sekolah Modernitas organisasi sekolah, termasuk pelembagaan MBS telah membangkitkan kesadaran akan esensi dan eksistensi kepemimpinan kepala sekolah. Tuntutan kepala

sekolah yang profesional semakin terasa. Bekal kemampuan, keahlian dan keterampilan menjadi salah satu syarat bagi kepala sekolah agar mampu menjalankan roga kelembagaannya secara berbasis MBS[1]. Konsep manajemen pendidikan modern menggariskan bahwa efektifitas manajemen sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan manajernya dalam membuat keputusan-keputusan bermutu yang diperoleh melalui langkah-langkah sistematis. Oleh karena itu, tuntutan paling menonjol dalam dibidang manajemen sekolah akhir-akhir ini ditandai oleh hal-hal berikut: a. Adaya kebutuhan akan manajer atau pimpinan sekolah professional yang mempunyai kompetensi tinggi dalam membuat kebijakan dengan memanfaatkan sumberpotensi yang ada dan yang mungkin diakses secara efektif dan efisien. b. c. Keahlian, teknik, dan alat adalah faktor penting demi terlaksananya proses manajemen secara lebih baik. Adanya perhatian tinggi terhadap aspek manusiawi, yaitu melihat dari segi manusiawinya semakin menonjol. Adanya tuntutan terhadap produktifitas kerja dan persaingan tinggi dalam rangka mempertahankan eksistensi dan prospek organisasi sekolah. d. Pembuatan keputusan sekolah dilakukan melalui prosedur yang sistematis dan ditunjang oleh data atau informasi jitu. Manajemen sekolah yang baik adalah yang mampu menghasilkan keputusan sekolah secara bermutu, baik kuantitatif maupun kualitatif. Tidak ada manajemen sekolah yang lebih baik, kecuali yang mampu meraih perubahan yang positif, rasional dan objectif bagi organisasi persekolahan. Keputusan manajemen sekolah yang dimaksud disini harus memiliki akses yang dinamis dan inovatif. Manajemen sekolah yang bermutu dalam konteks pembuatan keputusan biasanya memperhatikan kerangka berfikir sebagai berikut: a. Keputusan manajemen sekolah diawali oleh pemilihan alternatif terbaik. Keputusan sekolah diperoleh melalui seperangkat pilihan atas alternatif yang diidentifikasi secara cermat. Dari pilihan tersebut, hanya alternative yang paling mungkinlah yang dipilih sebagai keputusan. Disini seorang manajer sekolah harus mampu membuat prakarsa dan inovasi baru sehingga keberadaan partisipan dalam pembuatan keputusan sekolah betulbetul tercurah untuk itu.

b.

Keputusan manajemen sekolah adalah keputuan yang membawa perubahan. Maksudnya, jika keputusan itu tidak diambil akan menimbulkan disintegrasi individu dalam organisasi sekolah. Manajer atau pemimpin sekolah yang berhasil, sangat peka dalam menentukan kemungkinan keputusan yang dibuat. Kebikajan sekolah mungkin banyak, tapi jika bersifat rutin saja, prakasa baru untuk meningkatkan kinerja organisasi tidak akan ditemukan. Manajer, administrator, atau pemimpin sekolah harus keluar dari kancah kerja yang bersifat kerutinan. Manajer sekolah harus mampu memusatkan pikirannya pada hal-hal yang bersifat inovatif dan produktif[2].

c.

Proses kelompok berperan sangat besar dalam dunia manajemen sekolah yang berhasil. Meski proses itu dapat dicapai secara individual, tapi tujuan organisasi sekolah hanya akan dapat dicapai jika anggota kelompok memiliki kesadaran akan tujuan organisasinya. Tentu saja, proses kelompok tidak hanya dibutukan dalam proses pelaksanaan keputusan sekolah, tetapi juga ketika keputusan itu dirumuskan. Oleh karena itu, manajer atau administrator sekolah memerlukan:

a) b) c)

Staf pelaksana yang inovatif, memiliki daya partisipatif dan produktif, serta mampu menggarap tugas-tugas yang inovatif dan produktif. Teknik, metode dan alat yang mempermudah kebijakan sekolah, bukan alat-alat yang justru menjadi penghambat roda kerja organisasi sekolah. Suasana kerja yang harmonis, tempat individu dalam kelompok berada dalam ruang kerja yang kondusif untuk dapat menerima dan mau melaksanakan kebijakan manajemen. Tampa kemauan dan kemampuan semua pihak, kebijakan manajemen sekolah akan menjelma sebagai setumpuk konsep yang tidak bermakna apa-apa.

. Pembuatan Keputusan Melibatkan Banyak Pihak MBS membuka peluang bagi personalia sekolah memiliki ruang gerak luas untuk menentukan nasib sendiri dalam membuat keputusan-keputusan sekolah. John H. Holloway (2000) dalam buku Sudarman Danim berkesimpulan bahwa strategi MBS yang paling efektif adalah kebebasan energi untuk membuat keputusan bagi semua guru melalui tim-tim yang bekerja dengan pendekatan horizontal dan vertical. Seperti yang kita tahu MBS didefinisikan sebagai suatu proses yang dikonsepsikan sebagai sesuatu yang akan dapat menjamin lahirnya dukungan dari guru dan staf sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan prestasi belajar anak didik. Dukungan maksimal

itu akan muncul karena proses manajemen sekolah didasari atas aktifitas diskusi yang demokratis. Bagi guru, orang yang paling masuk akal untuk diajak kerja sama pada pembuatan keputusan pada tingkat organisasi adalah kepala sekolah. Bagi kepala sekolah, orang yang paling masuk akal untuk diajak kerja sama pada pembuatan keputusan pada tingkat organisasi adalah guru atau lebih luas lagi anggota komite sekolah. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam pembuatan keputusan sekolah dapat lebih luas spektrumnya. Pihak Dinas Diknas dan Dewan pendidikan Kabupaten/Kota, misalnya, dapat melibatkan guru dalam membuat keputusan dalam bidang kurikulum. Konsep ini meningkatkan keterlibatan guru, tetapi keputusan seluruh daerah biasanya masih belum dapat memcahkan ketidakefisienan birokrasi. Sementara itu, kepala sekolah dapat menyatukan kekuatan, misalnya, melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). Melalui wadah ini mereka dapat berbagi pengalaman, memecahkan masalah, menyusun perencanaan bersama, memperluas wawasan kependidikan, dan lain-lain. Kepala sekolah dan guru harus diizinkan diberi ruang gerak membuat keputusan dan menyusun perenanaan yang dipilihnya dalam bentuk atau gaya yang dianggap layak. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan guru atau bersama-sama pihak komite sekolah. Kepala Dinas Diknas pemerintah Kabupaten/Kota, dan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota harus mementukan tujuan umum yang diperluas, garis besar tujuan, dan hasil akhir program pendidikan. Meski MBS itu dapat diartikan sebagai otonomi sekolah, kepala sekolah dan guru tidak serta mutlak diberi kebebasan penuh untuk menjalankan sekolah secara independen, meski mereka tetap diberi kekuasaan untuk mengorganisasikan dengan cara tertentu sehingga keputusan perencanaan yang dibuat memiliki resiko paling rendah. Umumnya kepala sekolah harus melibatkan guru, berdasarkan bidang keahlian, minat, dan kepeduliannya. Manajemen partisipatif telah terbukti efektif diterapkan pada banyak situasi sekolah. Melalui MBS sekolah diharapkan secara kontinu dapat memperbarui kinerjanya dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Keputusan Sekolah yang Ideal Pengambilan keputusan merupakan kegiatan setiap orang, terutama pimpinan atau lembaga. Setiap pemimpin organisasi atau lembaga pasti menghadapi persoalan dan

persoalan itu harus dipecahkan. Supaya kita berhasil dengan baik dalam mengambil keputusan, maka kita perlu mengembangkan kemampuan, makin mampu kita mengenali masalah yang kita hadapi maka kita akan makin mampu mengambil suatu keputusan[3]. Keputusan organisasi yang ideal menampilkan sosok sebagai berikut: a. Keputusan yang baru Keputusan yang monoton, rutin dan tidak prospektif, akan kurang bermakna bagi organisasi sekolah. Keputusan sekolah yang dibuat seharusnya mampu membawa organisasi kepada pembaharuandan inovasi baru yang memungkinkan organisasi sekolah berjalan lebih dinamis dan produktif. b. Keputusan generik Keputusan generik adalah keputusan yang jika tidak diambil akan membuat organisasi sekolah menjadi vakum dan komunitas sekolah selaku manusia organisasional akan kehilangan identitas sebagai sumber daya produksi yang utama. c. Keputusan berbasis informasi Keputusan sekolah yang dibuat didasari atas informasi yang bermutu, dengan demikian tidak diambil dari satu sudut tinjauan saja. Data atau informasi yang diperlukan dalam kerangka pembuatan keputusan sekolah harus baru dan inovatif. d. Keputusan yang realistis. Keputusan sekolah yang realistis bermakna bahwa keputusan tersebut disesuaikan dengan daya dukung sumber daya organisasi sekolah untuk merealisasikannya. e. Keputusan yang fleksibel. Keputusan sekolah yang fleksibel mengandung makna dimungkinkan dilakukan dekontinuitas, manakala ada gagasan baru, perubahan situasi, atau keputusasaan dalam implementasinya. f. Keputusan yang diterima dan mendapatkan dukungan penuh oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan keputusan itu. Tanpa didukung oleh SDM yang ada, sehebat apapun keputusan sekolah yang dibuat tidak akan ada maknanya ditingkat praktis. 4. Jenis-jenis Keputusan

Dalam dunia manajemen, pembuatan keputusan memgang peran yang sangat penting, termasuk dalam kerangka manajemen sekolah berbasis MBS. Bertolak dari karakteristiknya, keputusan sekolah dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu keputusan otoritatif, keputusan pribadi, dan keputusan organisasi. a. Keputusan Otoritatif Keputusan otokratif adalah keputusan yang dipaksakan oleh seorang kepala sekolah kepada orang lain, seperti guru atau staf tata usaha. Keputusan semacam ini biasanya berupa kebijakan yang dibuat oleh pemimpin sekolah yang otoriter, yang pelaksanaannya dipaksakan kepada bawahannya. b. c. Keputusan Pribadi Keputusan pribadi adalah setiap keputusan yang diambil oleh individu atas nama pribadi. Keputusan Organisasi Keputusan organisasi adalah setiap keputusan yang diambil oleh organisasi formal. Keputusan organisasi merupakan keputusan kolektif (collective decision), ketika manusia organisasional harus mematuhi kebijakan itu. Keputusan organisasi sekolah mutlak diperlukan karena keberlangsungan organisasi ditentukan oleh sampai seberapa jauh organisasi itu dapat membuat keputusan-keputusan baru. Adapun cirri-ciri keputusan yang baik adalah: a) b) c) d) e) Setiap keputusan sekolah yang diambil harus dikomunikasikan dengan jelas kepada orangorang yang terkait. Kepala sekolah, staf, dan personel lainnya berpartisipasi penuh didalam proses pembuatan keputusan sekolah. Keputusan sekolah yang dibuat tidak kaku, harus rasional, dan mudah diimplementasikannya. Keputusan sekolah yang diambil harus diikuti dengan implementasikannya. Keputusan sekolah yang telah diambil dan dirasakan tidak cocok lagi, tidak dipaksakan untuk dilaksanakan, tetapi harus dibuat keputusan pengganti.

Asep Saepul Hidayat

STIE Yasa Anggana Garut, Garut http://jurnal.dppm.uii.ac.id/manajemen-sekolah-berbasiskarakter/ ABSTRAK Pada hakekatnya Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, secara opersional pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berwatak, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang mengarah proses pada pembentukan karakter peserta didik. Secara rasional, pendidikan berbasis karakter sangat penting untuk segera diimplementasikan, oleh karena itu isu sentral yang dikaji dalam penulisan berkenaan dengan strategi, kesiapan SDM, indikator keberhasilan, desain implementasi, strategi evaluasi, hambatan dan komponen kebijakan yang dibutuhkan. Penulisan ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus pada dua sekolah dasar di wilayah kabupaten Garut, dan menghasilkan kajian sebagai berikut : (1) Strategi implementasi manajemen sekolah berbasis karakter mencakup strategi aspek : Efisiensi Input; Efektivitas Process;) Produktivitas Output; Relevansi Outcome; (2) Hal penting dalam upaya mempersiapkan potensi SDM adalah peningkatan kompetensi spiritual karakter personal; (3)Indikator keberhasilan implementasi manajemen sekolah berbasis karakter ini yang mencakup keberhasilan proses dan hasil pada semua aspek komponen manajemen; (4) Desain harus disesuiakan dengan kondiai, target dan tujuan; (5) Strategi evaluasi, dilakukan dua tahapan, yakni tahapan evalusi diri dan tindak lanjut perbaikan; (6) Hambatan terbesar adalah lemahnya komitmen dan potensi karakter pada personal; (7) Komponen-komponen penting pada rumusan kebijakan.

You might also like