You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Material berpori telah dipelajari secara intensif dalam berbagai aplikasi sebagai katalis maupun pendukung katalis. Berdasarkan dari definisi IUPAC, material berpori terbagi menjadi tiga kelas yakni material mikropori (ukuran diameter pori < 2 nm), mesopori (ukuran diameter pori 2 50 nm) dan makropori (ukuran diameter pori > 50 nm) (Taguchi dan Schth, 2004). Sejak pertama kali ditemukannya material yang berstruktur teratur (pori), molekul mesopori menjadi hal yang menarik bagi komunitas ilmuwan (Beck dan Vartuli, 1996). Material mesopori pertama kali ditemukan secara paten pada tahun 1969. Namun, karena memiliki kelemahan pada sisi analisisnya, penemuan ini tidak begitu dikenal. Pada tahun 1992, material dari jenis silika serupa yang luar biasa ditemukan oleh ilmuwan Mobil Oil Corporation yang kemudian membuka perkembangan penelitian dibidang mesopori secara luas. Salah satu material yang ditemukan yaitu MCM- 41 (Mobil Composition of Matter nomer 41) (Taguchi dan Schth, 2004). MCM-41 merupakan material mesopori yang memiliki struktur pori berbentuk heksagonal yang seragam, memiliki luas permukaan spesifik yang besar (Huang dkk, 2006), ukuran pori antara 2- 10 nm (Liepold, 1996) serta dapat digunakan pada reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh asam karena struktur dan sifatnya yang unik khususnya untuk mengkonversi molekul- molekul yang berukuran besar seperti molekul minyak (Huang dkk, 2006). Bagaimanapun stabilitas termal dan hidrotermal serta 1

lemahnya tingkat keasaman dari MCM-41 membatasinya dalam aplikasi industri yang membutukan kondisi sebaliknya atau tingkat keasaman yang tinggi (Huang dkk, 2006). Oleh karena itu berkembang teknik untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ooi dkk (2004) telah melakukan sintesis komposit MCM-41/Beta dengan menggunakan metode seeding dan kristalisasi dua tahap. Penelitiannya ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi dua material dengan ukuran pori yang berbeda. MCM-41 mewakili material mesopori dan zeolit beta mewakili material mikropori. Zeolit beta dikenal dengan ukuran porinya 0,65 x 0,74 nm dan struktur kristal yang tinggi (Ooi dkk, 2004). Selain itu material zeolit secara umum dikenal memiliki sifat keasaman yang tinggi serta kestabilan termal dan hidrotermal yang tinggi pula (Xu dkk, 2008). Namun porinya yang rumit menjadikan zeolit terbatas digunakan pada reaksi katalitik khususnya molekul yang berukuran besar (Xu dkk, 2008). Penelitian Ooi dkk (2004) ini telah menggabungkan kelebihan dari masing-masing material. Hasil komposit yang diperoleh menunjukkan sifat katalitik yang unggul dalam proses cracking minyak kelapa (Ooi dkk, 2004). Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Huang dkk (2006) yang telah membuat material komposit MCM41/-Al2O3 untuk memperbaiki kelemahan sifat MCM-41 dengan variasi jenis -Al2O3 yang digunakan (dari -Al2O3 komersial dan produk hidrasi dari -Al2O3 komersial). -Al2O3 adalah salah satu pendukung katalis yang secara luas digunakan pada proses penyulingan minyak dan industri petrokimia karena memiliki luas permukaan spesifik dan stabilitas termal yang tinggi dan memiliki kekuatan mekanik yang sempurna (Jun dkk, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk, diperoleh komposit yang berbahan produk hidrasi -Al2O3

lebih stabil secara termal pada suhu 900C dibandingkan komposit berbahan -Al2O3 komersial. Hal ini diduga pada komposit berbahan produk hidrasi -Al2O3 ada sebagian kecil logam Al yang masuk pada kerangka MCM- 41 dan menyebabkan peningkatan ketebalan dinding kristal (tidak rusak). Penggunaan -Al2O3 juga dimungkinkan akan meningkatkan tingkat keasaman dari MCM-41. Akan tetapi pengaruh variasi rasio Si/Al dalam komposit MCM-41/-Al2O3 terhadap struktur, stabilitas termal dan keasaman komposit tersebut belum pernah dilaporkan. Bahwa tingkat keasaman Al-MCM-41 meningkat dengan menurunnya rasio Si/Al telah dilaporkan oleh Mohamed (2005). Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan sintesis komposit MCM-41/-Al2O3 dengan menggunakan metode sintesis hidrotermal dengan variasi Si/Al adalah 15 dan 25, serta -Al2O3 yang digunakan adalah produk hidrasinya. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana karakteristik dari komposit MCM-41/-Al2O3 yang disintesis dengan menggunakan metode hidrotermal pada variasi Si/Al 15 dan 25 serta variasi suhu kalsinasi 550C dan 850C serta bagaimana pengaruh variasi tersebut terhadap kestabilan termalnya. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini diawali dengan pembuatan produk hidrasi -Al2O3. -Al2O3 komersial dilakukan treatment secara hidrotermal pada suhu 150C selama 24 jam untuk memperoleh produk hidrasinya. Setelah itu dilanjutkan dengan sintesis komposit MCM-41/-Al2O3 pada suhu 150C selama 24 jam dengan rasio Si/Al 15 dan 25.

Komposit MCM-41/-Al2O3 hasil sintesis kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan teknik XRD, FTIR dan SEM. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan material komposit MCM-41/-Al2O3 dengan variasi Si/Al 15 dan 25 yang disintesis dengan menggunakan metode hidrotermal pada variasi suhu kalsinasi 550C dan 850C serta membandingkan karakteristik struktur dari masingmasing komposit yang dihasilkan berdasarkan hasil analisis XRD, FTIR dan SEM. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang karakteristik dari komposit MCM-41/ -Al2O3 untuk penelitian selanjutnya sebagai katalis dalam reaksi- reaksi kimia.

You might also like