You are on page 1of 23

TUGAS ASKEB PATOLOGI DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA KEHAMILAN

Dosen Pengampu: Ery Fatmawati, S.Farm, S.ST

Disusun Oleh: Amala Hafsah

PRODI DII KEBIDANAN STIKES MADANI YOGYAKARTA 2012

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penyusun haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penyusun kenikmatan berupa iman dan islam disetiap nafas dalam menuntut ilmu ini. Tak luput rasa syukur penyusun kepada Allah SWT karena dengan izin-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul Deteksi dini kelainan, komplikasi dan penyulit pada masa kehamilan trimester I, II, dan III. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologis, program studi ilmu kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Madani Yogyakarta. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengucapkan jazakumullahu khairan kepada: 1. Atik Nur Istiqamah, S.ST selaku koordinator mata kuliah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang telah memberikan penyusun arahan dan bimbingan 2. Ery Fatmawati, S.ST selaku dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya kepada penyusun Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kitik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Yogyakarta, 14 April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang.......................................................................... B. Tujuan ................................................................... .................. BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ A. Komplikasi dan penyulit kehamilan trimester I dan II ............ B. Komplikasi dan penyulit kehamilan trimester III .................... BAB III PENUTUP ...................................................................................... A. Simpulan .................................................................................. B. Saran ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA i ii 1 1 2 3 3 15 21 21 21

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.

B. Tujuan Mengetahui prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penylit pada ibu hamil Trimester I, II, dan III.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara dini. B. Deteksi Dini dalam Kehamilan Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memada i sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah. Untuk pengenalan tandatanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster -poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan ibu menurut MNH (Maternal and Neonatal Health Program): 1. Memilih tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil. 2. Mengenali persalinan yang normal dan memahami persiapan

menghadapi persalinan. 3. Mengenali tanda-tanda bahaya dan melaksanakan persiapan

menghadapi komplikasi. 4. Mengetahui sistem transportasi, tahu ke mana harus pergi bila terjadi keadaan darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga. 5. Memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. (Santi, 2001).

Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan : 1. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan. 2. Dengan mendapat imunisasi TT 2x. 3. Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih seringdan lebih intensif. 4. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Hal-hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya komplikasi kehamilan : 1. Dengan mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini. 2. Segera Posyandu, Puskesmas, atau Rumah Sakit terdekat bila ditemukan tanda-tanda bahaya kehamilan tersebut (Soenardi, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap komplikasi kehamilan: 1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan. 2. Informasi Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat. 3. Budaya Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. 4. Sosial Ekonomi Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam

mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. C. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection) Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segea dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada trimester 1 ( sebelum minggu ke 14 ). Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu: 1. Anamnesa Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan. - Anamnesa Sosial ( biodata dan latar belakang sosial ) - Anamnesa Keluarga - Anamnesa Medik - Anamnesa Haid - Anamnesa Kebidanan 2. Pemeriksaan Umum a. Tinggi badan Pada wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur tinggi badannya. Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang lancar.

Perbandingan tinggi dan berat badan memberi gambaran mengenai keadaan gizi dan balita. b. Berat badan Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau ulangan, berat badan perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam trimester I berat badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasanya menurunkarena kekurangan

nafsu makan. Dalam trimester terakhit terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklampsi. c. Tanda-tanda vital Dalam keadaan normal tekanan darah daloam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak

melebihi 90 mmHg. Bila terdapat tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklampsi. d. Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan inspeksi. Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian kepala dan leher. Jika pada pemeriiksaan mata sklera ikterik dan konjungtiva anemis maka kemungkinan anemia. e. Pemeriksaan payudara Pada wanita hamil payudara terlihat besar dan tegang serta sedikit nyeri. Hal ini karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Pemeriksan payudara dengan cara palpasi meliputi bentuk dan ukuran payudara, putting susu menonjol atau tidak, adanya retraksi, masa dan pembesaran pembuluh limfe. f. Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya

g. Pemeriksaan abdominal Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari pemeriksaan ini diperoleh mengenai ukuran dan bentuk uterus.

h. Pemeriksan genetalia Untuk memeriksa genetalia biasanya dengan pemeriksaan

ginekologi. Pada pemeriksaan ini vulva, vagina dan porsio diperiksa dan dilihat inspekulo. i. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya varises dan oedema.

3. Pemeriksaan laboratorium Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dair vagina atau dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda serius dari preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.

1. Kontak Dini Kehamilan Trimester I Pada trimester I, menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual sangat wajar. Apabila dalam anamnesis ada riwayat abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya dihentikan karena dapat

menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.

2. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu. Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil berbeda beda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises. Pada ibu hamil dengan hipertensi sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap minggunya. Anjurkan kepada ibu untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu

dikonsultasikan kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu pula untuk cukup istirahat menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat. Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan untuk diet tinggi protein rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertambahan berat badan yang agresif. Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti

elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), Penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya. Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila ada tanda tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat). Apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan pengakhiran kehamilan ini sebaikanya dirundingkan antar disiplin : dengan ahli penykit dalam ; apakah ada ancaman terhadap jiwa ibu. Sedangkan pada ibu hamil dengan varises pelayanan ANC yang diberikan antara lain : Anjuran ibu untuk jangan berdiri atau duduk terlalu lama dan jangan memakai ikat pinggang terlalu kencang. Anjurkan kepada ibu supaya jalan jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah. Anjurkan ibu untuk memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastis. Dapat diberikan obat obatan : Venosan, Glyvenol, Venoruton, dan Varemoid. 4. Skrining untuk deteksi dini. a. USG USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang aman.

Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika dihubungkan dengan kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/ ml. Dari kenyataan ini bisa

10

juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/ ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan ektopik. Gambaran USG kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamiulan (ruptura, abortus) serta banyak dan lamanya perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan jika terlihat kantong gestasi berisi janin hidup yang letaknya diluar kavum uteri. Pada kehamilan 7 minggu diameter kantong gestasi telah mencapai 25 mm. Panjang embrio mencapai 10 mm dan menjadi lebih mudah dilihat. Struiuktur kepala sudah dapat dibedakan dari badan. Selain denyut jantuing mungkin juga dapat dideteksi adanya gerakan embrio yang dapat dirangsang dengan melakukan perkusi pada dinding perut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti yang telah disebutkkan maka kemungkinan terjadi miss abortion. Jika dijumpai lebih dari 1 embrioyang menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka

kemungkinan kehamilan multiple. Pada kehamilan 8 minggu kantong gestasi telah berdiameter 30 mm. Struktur embrio dapat dilihat lebih jelas lagi. Sering kali terlihat kuning telur dalam ( yolk salk ) berupa struktur vasikuler berdiameter kira-kira 5 mm yang letaknya diluar selaput amnion. Jika tidak dijumpai adanya struktur embrio dan kantong kuning telur maka kemungkinan kehamilan anembrionik.

D. Komplikasi Kehamilan Komplikasi kehamilan adalah keadaan patologis yang erat kaitannya dengan kematian ibu atau janin. 1. Komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan : a. Hiperemesis Gravidarum Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

11

Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primi gravida dan 40-60 % multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi

terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. b. Pre-eklampsia/eklampsia Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti halilintar. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya tibul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda pre eklampsia. Pada wanita yang eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian. Dengan pengetahuan bahwa biasanya ekslampsia didahului oleh pre eklampsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu. Kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda -tanda oedeme

(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka., tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari laboratorium (Rochjati, 2003). Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat (Manuaba, 1998). c. Kelainan dalam lamanya kehamilan 1) Abortus

12

Abortus adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan. Abortus spontan, abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus buatan, terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (abortus provokatus). Abortus infeksius, abortus yang disertai komplikasi infeksi. Penanganan dengan pengosongan uterus. Missed abortion, perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih.

Penanganannya dengan tindakan dilatasi. Tanda dan Penanganan Abortus Sesuai Jenis-Jenis Abortus Tanda Penanganan Iminen Flek (darah coklat) Insipien Dilatasi & kuterase Inkomplit :Darah -/+, nyeri, sebagian konsepsi :Bed rest total :Ostium terbuka, darah +, nyeri

keluar Digital, uterotonika & antibiotika Komplit Hasil konsepsi keluar Uterotoni

2. Persalinan Preterm Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dapat dicegah karena dampak yang negatif. Dampak negatif tidak saja terhadap kematian perinatal tetapi juga terhadap morbiditas, potensi generasi akan dating, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan. Indonesia telah bertekad dalam sasaran kesehatan nasional untuk menurunkan factor berat lahir rendah ini, yang bila berhasil akan mempengaruhi angka kematian perinatal. Masih ironi

13

kiranya, bahwa pengetahuan kita mengenai penyebab persalinan preterm ternyata masih terbatas. 3. Kehamilan Lewat Waktu Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode di mana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10 %, bervariasi antara 3,5 14 %. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia kehamilan. Di samping itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10 % lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus Naegele, tetapi selain pengaruh faktor di atas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan. Sebaliknya Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu ysng tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek. Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu ialah

meningkatnya risiko kematian dan kesakitan perinatal. Risiko kematian perinatl kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm. Di samping itu ada pula komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan postpartum.

d. Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium, serviks dan tuba fallopi. Tanda dan gejalanya adalah HCG positif, amenorea, perdarahan vagina, nyeri abdomen bagian bawah, pucat/ anemi, kesadaran menurun dan lemah, syok hipovolemik, nyeri goyang porsio dan perut kembung. Penanganannya dilakukan stabilisasi dengan

14

merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid dan tindakan operation. e. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin Penyakit Trofoblas Yang disebut penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai selsel trofoblas. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Trophoblastic Disease. Mola hidatidosa Yang dimaksud dengan mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut Mola parsialis atau Partial mole. Menurut Vassilakos, Complete mole dan Partial mole merupakan keasatuan yang berbeda, antara keduanya ada perbedaan klinik, histopatologik, sitogenetik maupun prognostik. Secara mikroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah : edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel trofoblas, sedangkan gambaran sitogenetiknya pada umumnya berupa xx 46.

Mola parsialis Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama tetapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begiru berproliferasi, sedangkan

15

di tempat lain masih tampak villi yang normal. Umumnya mola parsialis mempunyai kariotipe triploid. Pada perkembangan selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi ganas. Bila ada mola yang disertai janin kejadiannya ada dua kemungkinan. Pertama kehamilan kembar, di mana satu janin tumbuh normal dan hasil konsepsi yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Kedua, hamil tunggal yang berupa mola parsialis. Koriokarsinoma villosum = innasive mole Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih rendah. Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Sel-sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat pula masuk ke dalam vena seperti vena uterine dan terus ke vena iliaka interna. Walaupun secara lokal mempunyai daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastatis. Invensive mole selalu berasal dari mola hidatidosa. Nama lain adalah ,ola destruens.

Kariokarsinoma non villosum = Kariokarsinoma Penyakit ini merupakan jenis yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3 %) tetapi dapat pula didahului abortus atau persalinan biasa, masing-masing 7,6 %. Tumbuhnya sangat cepat dan sering menyebabkan metastatis ke organ-organ lain, seperti paru-paru, vulva, vagina, hepar dan otak. Bila tidak diobati biasanya pasien meninggal dalam satu tahun.

Martaadisoebrata menemukan 59 kasus dari 135 (43,7 %) yang disertai metastatis. Yang terbanyak di paru-paru (31,1 %) . Ada satu tempat metastatis yang tidak lazim ditemukan yaitu di m. gluteus maksimus. Bila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya kariokarsinoma mempunyai sifat berbeda, misalnya ; 1) koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat di ukur, yaitu jarak waktu antara

16

akhir kehamilan dan terjadinya keganasan; 2) sering menyerang wanita muda; 3) dapat tumbuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan pengobatan sitostatika; 4) dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.

Kariokarsinoma klinik Pada umumnya, setelah dilakukan pengeluaran jaringan,

penderita mola akan sehat kembali. Sel-sel trofoblas yang msih tersisa akan diresopsi oleh badan. Tidak adanya sel-sel trofoblas yang aktif ternyata pada kadar hormon HCG yang makin lama makin menurun sampai akhirnya normal kembali. Dikatakan normal bila kadar HCG sudah di bawah 10mIU/ml dan hal ioni biasanya tercapai dalam 2 minggu setelah evakuasi jaringan mola. Bila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar HCG turun lambat, apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai penyakit trofoblas ganas. Oleh karena hal ini berarti ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi di uterus atau tempat lain (metastatis) dan menghasilkan HCG. Jadi di sini diagnosis keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh tingginya kadar HCG dan adanya metastatis. Penentuan adanya keganasan dengan cara ini berbeda dari satu klinik ke klinik lainnya. Ada yang menganggap ganas, bila dua minggu setelah mola hidatidosa kadar HCG tetap tinggi, atau 6 minggu stelah mola hidatidosa reaksi Galli Maini tanpa pengenceran masih positif. Nama lain yang digunakan untuk jenis penyakit ialah Persistent Trophoblastic Disease atau Malignant Trophoblastic Disease with or without metastatis. Pada saat sekarang diagnosis kariokarsinoma klinik lebih diutamakan, karena dengan cara ini kita dapat menghindarkan operasi dan mempertahankan fungsi reproduksi. Syaratnya adalah pemantauan yang baik setelah mola hidatidosa. Kelainan pada amnion Hidramnion Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara perlahan-

17

lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban -1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya, yang menyebabkan keluhan keluhan sebagai berikut: 1. Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas. 2. Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban 2 liter. 3. Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai . Oligohidramnion Pada keadaan tertentu banyaknya air ketuban berkurang dari normal. Bila sampai kurang dari 500cc disebut oligohidramnion. Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan. Sebabnya belum diketahui, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenesis janin. Kalau terjadi pada kehamilan muda kan

menyebabkan gangguan bagi pertumbuhan janin, seperti deformitas dan amputasi ekstremitas. Uterus tampaknya lebih kecil, dan detak jantung sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas. Karena kurangnya cairan maka pergerakan anak akan menyulitkan si ibu. Prognosis oligohidramnion tidak begitu baik terutama untuk janin.

f.

Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasil itas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi (Rochjati, 2003). a. Plasenta Previa Adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi ostium uteri internal. Tanda dan gejalanya adalah perdarahan tanpa nyeri atau perdarahan dengan awitan mendadak. Penanganannya

18

adalah dengan terapi pasif yaitu jangan melakukan periksa dalam, lakukan USG, evaluasi kesejahteraan janin, rawat inap/ tirah baring atau terapi aktif dengan mengakhiri kehamilan b. Solusio Plasenta Adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari pelekatannya sebelum janin lahir, terjadi pada umur kehamilan diatas 22 minggu atau berat janin 500 gram. Tanda dan gejalanya adalah uterus seperti papan, nyeri abdomen yang hebat dan tidak dapat tertahankan, nyeri punggung, kolik, kontraksi hipertonik, nyeri tekan pada uterus, DJJ dapat normal/ tidak normal, gerakan janin tidak stabil, perdarahan tersembunyi dan syok. Penanganannya adalah atasi syok dan anemia, tindakan operatif (SC atau partus pervaginam). g. Kehamilan Kembar Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin

19

BAB III PENUTUP


A. Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu mengetahui prinsip deteksi dini terhadap kelainan,
komplikasi, dan penylit pada ibu hamil Trimester I, II, dan III.

B.

Saran
Demikian kami susun makalah deteksi dini kelainan, komplikasi, dan penyulit pada kehamilan trimester I, II, dan III. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan tambahan ilmu pengetahuan kepada pembaca. Selain dari makalah ini, pembaca juga dapat mencari sumber lainnya sebagai sumber pembelajaran.

20

DAFTAR PUSTAKA Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

21

SOAL
1. Faktor-faktor dibawah ini yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap komplikasi kehamilan yaitu, kecuali.. a. Tingkat Pendidikan b. Informasi

c. Budaya d. Sosial Ekonomi e. Agama 2. Pemeriksan ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein
urine, dan glukosa urine yaitu a. ANC b. Haenomanometer c. Cek lab d. Uji fehling e. Skrining 3. Abortus dengan perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Penanganannya dengan tindakan dilatasi, merupakan abortus.. a. Abortus buatan b. Abortus spontan c. Missed abortion d. Abortus imminen e. Infectious abortion 4. suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik merupakan pengertian dari.. a. penyakit Trofoblas b. mola hidatidosa c. innasive mole d. mola parsialis e. Koriokarsinoma villosum 5. Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

22

ostium uteri internal. Berikut ini merupakan tanda plasenta previa adalah, kecuali a. Perdarahan pervaginam b. Nyeri c. Darah yg keluar segar d. Ibu anemia

21

23

You might also like