You are on page 1of 12

TITRASI OKSIDASI REDUKSI BIKROMATOMETRI

I.

Dasar Teori Titrasi oksidasi reduksi ( redoks ) merupakan salah satu jenis titrasi

dimana titrasi berlangsung antara suatu oksidator pada buret sebagai penitrasi dan reduktor pada Erlenmeyer atau sebaliknya. Pada reaksi oksidasi reduksi akan terjadi aliran electron dari suatu reduktor kesuatu oksidator. Salah satu titrasi oksidasi reduksi yang akan dibahas yaitu bikromatometri. Bikromatometri adalah titrasi oksidasi reduksi dengan menggunakan K2Cr2O7 sebagai titran oksidasi. Kalium bikromat ( K2Cr2O7 ) merupakan zat pengoksid yang cukup kuat dengan potensial standar reaksi Eonya = + 1,33 volt ( Underwood. A .L,dkk, 1992 ). Kalium bikromat adalah zat baku primer dan dapat diperoleh dalam keadaan murni dengan penghabluran kembali. Oleh karena itu larutan bakunya dapat dibuat dengan melarutkan langsung sejumlah tertentu hablur kalium bikromat yang ditimbang seksama. Kalium bikromat mempunyai keterbatasan dibandingkan KMnO4 atau Ce ( IV ) yaitu kekuatan oksidasinya lebih lemah dan reaksinya lambat. Tapi garam kalium dikromat dalam suasana asam adalah suatu oksidator kuat . Kalium bikromat digunakan hanya dalam larutan asam,dan direduksi dengan cepat pada temperature biasa menjadi kromium(III) yang hijau. Kalium bikromat tidak direduksi oleh asam klorida dingin,asalkan konsentrasi asam itu tak melampaui 1 atau 2 M. Larutan-larutan bikromat juga stabil terhadap cahaya. Karena itu kalium dikromat berharga,khusus dalam penetapan besi dalam bijih besi: bijih itu biasanya dilarutkan dalam asam klorida,besi(III) direduksi menjadi besi(II),dan larutan lalu dititrasi dengan larutan bikromat standar ,berikut ini reaksi yang terjadi : Cr2O72- + 6Fe2+ + 14H+ 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O

Dan untuk ion besi ( II ) ialah Fe2+ Fe3+ + e2Cr3+ + 7H2O + 6Fe3+ Penggabungan keduanya memberikan reaksi, Cr2O7 + 14H+ 6Fe2+ kromi ( Cr
3+

Garam K2Cr2O7 yang oleh suatu reduktor akan tereduksi menjadi garam ). Dilihat dari reaksi redoks diatas 1 mol ion bikromat ( IV ) berbanding 6 mol ion besi ( II ) jadi ekivalennya adalah seperenam mol yaitu 294,18/6 = 49,03. Atau larutan 0,1 N K2Cr2O7 mengandung 49,03 gram K2Cr2O7 perliter. II. Larutan Baku Larutan baku pada bikromatometri adalah kalium bikromat ( K2Cr2O7 ) Penggunaan kalium bikromat sebagai agen pengoksidasi dalam titrasi. Kalium bikromat seringkali digunakan untuk menentukan konsentrasi ion besi ( II ) dalam larutan. Hal ini dilakukan sebagai alternative penggunaan larutan kalium permanganat ( VII ). Penggunaan kalium bikromat sebagai agen pengoksidasi kimia organik. Larutan kalium bikromat yang diasamkan dengan asam sulfat encer biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik. Hal ini beralasan karena larutan kalium bikromat yang diasamkan dengan asam sulfat encer merupakan agen pengoksidasi yang kuat disamping memiliki kekuatan yang mampu menjadikan senyawa organik menjadi terpotong potong. Larutan kalium bikromat yang diasamkan dengan asam sulfat encer digunakan untuk: Mengoksidasi alkohol sekunder menjadi keton; Mengoksidasi alkohol primer menjadi aldehid; Mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat. Berikut ini keuntungan dan kerugian dalam penggunaan kalium bikromat:

1. a)

Keuntungan K2Cr2O7 merupakan standar primer yang dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi, mempunyai berat ekivalen cukup tinggi, tidak higroskopis, inert terhadap HCL, padatan dan larutannya sangat stabil. b) Kalium dikromat tidak direduksi oleh asam klorida dingin,asalkan konsentrasi asam itu tak melampaui 1 atau 2 M. Sehingga tidak akan terjadi reaksi yang tidak diinginkan. c) Larutan dikromat stabil terhadap cahaya. Kerugian a) Kekuatan oksidasinya lebih lemah dan reaksinya lambat dibanding KMnO4 atau Ce(IV) b) Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr 3+ yang terbentuk oleh reduksi kalium bikromat membuat tak mungkin untuk memastikan titik akhir titrasi dan perlu ditambah indicator redoks yang memberi perubahan warna yang kuat untuk mencapai titik akhir titrasi..

2.

III.

Pemerian dan Pembuatan Larutan Standar Kalium Bikromat dan Natrium Thiosulfat Kalium bikromat P ( K2Cr2O7 ) hablur atau serbuk hablur merah jingga,

larut dalam air, mengandung tidak kurang dari 99,8 % K2Cr2O7. Kalium bikromat 0,1 N tiap 1000,0 ml mengandung 4,903 gram K2Cr2O7. Pembuatan : Larutan 5 gram kalium bikromat P dalam air secukupnya hingga 1000,0 ml. Natrium thiosulfat ( Na2S2O3. 5H2O ) mengandung tidak kurang dari 99,0 % Na2S2O3 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian : hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara lembab meleleh basah, dalam hampa udara pada suhu di atas 33 derajat merapuh. Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol ( 95% ) P. Pembuatan : Dibuat

dengan melarutkan natrium thiosulfat P ke dalam air secukupnya, hingga diperoleh larutan baku 0,5 N; 0,1 N; 0,05 N; 0,02 N; 0,01 N; 0,005N; dan 0,002 N. Pembuatan larutan baku Na2S2O3 0,1 N ( tiap 1000 ml mengandung 24,82 gram Na2S2O3. 5H2O ). Larutkan kurang lebih 26 gram P dan 200 mg Na carbonat P dalam air yang sebelumnya telah didihkan dan didinginkan hingga 1000 ml. IV. Indikator Indikator titrasi redoks merupakan senyawa berwarna yang akan berubah warna jika teroksidasi atau tereduksi. Indikator akan bereaksi secara redoks dengan penitrasi setelah semua larutan yang dititrasi habis bereaksi dengan penitrasi, karena indicator ditambahkan dalam jumlah kecil. Indikator oksidasi reduksi yang ideal adalah indikator yang mempunyai potensial oksidasi di pertengahan antara potensial oksidasi larutan yang dititrasi dan potensial oksidasi titran dan yang memperlihatkan perubahan warna yang tajam dan mudah dideteksi. Indikator redoks merupakan senyawa yang memperlihatkan warna yang berbeda dalam bentuk teroksidasi dan tereduksi. Indikator harus bereaksi secara cepat dengan penetrasi. Bila indicator bereaksi lambat maka titik akhir titrasi akan datang terlambat, sehingga akan lebih banyak volume penetrasi yang diperlukan dari yang seharusnya. Walaupun K2Cr2O7 berwarna jingga dan Cr3+ berwarna hijau, namun perubahan warna tersebut tidak cukup baik untuk indikator. Sehingga masih perlu ditambahkan indikator. Misalnya pada titrasi Fe bisa dipakai indikator asam difenil sulfonat. Perubahan warna dari hijau ( Cr3+ ) menjadi violet. Beberapa indukator titrasi oksidasi dan reduksi : Indikator Warna bentuk tereduksi tereduksi Warna bentuk teroksidasi teroksidasi Eo (V )

Tris(5-nitro-1,10-penanthroline) iron (II) sulfate, disebut nitroferoin Tris(1,10-penanthroline) iron (II) sulfate, disebut ferron Tris(2,2-bipyridine) iron (II) sulfate Tris(4,7-dimethyl-1,10penantroline) iron (II) sulfate Diphenylaminesulfonic acid Diphenylamine Methylen blue 1,10-penantroline vanadium

merah

biru

1,25

merah merah merah Tak berwarna/hijau Tak berwarna biru biru

biru biru biru ungu ungu Tak berwarna hijau

1,06 0,97 0,88 0,84 0,76 0,53 0,15

Contoh : ion besi (II) dititrasi dengan suatu pereaksi oksidasi dalam suasana asam sulfat fosfat. Beberapa seharusnya potensial peralihan suatu indicator, yang berubah warna apabila semua kecuali 0,1% dari ion besi (II) dioksidasi menjadi besi (III)? Potensial formal pasangan Fe3+ - Fe2+ dalam 1 P H2SO4 dan 0,5 H3PO4 adalah 0,61 V, maka

= 0,61 + 0,18 = 0,79 V Indikator asam difenilamin-sulfonat sering digunakan apabila besi ditritasi dengan kalium bikromat dalam suasana asam sulfat-fosfat. Besi potensial peralihannya adalah 0,85 V, dan karena itu berubah warna juga jika kurang dari 0,1% dari Fe2+ tetap tinggal tidak dioksidasi. Reaksi :

6Fe + Cr2O7 + 14H 6Fe + 2Cr + 7H2O Difenilamin adalah satu dari indikator-indikator redoks yang pertama yang digunakan secara luas dalam analisa titrimetrik, karena senyawa ini sedikit larut dalam air, dan karena ion wolfram dan merkuri (II) klorida mengganggu cara kerjanya,garam barium/natrium dari asam definilamin-sulfonat lebih digunakan. Bentuk reduksi indikator ini tidak berwarna, bentuk oksidasinya ungu tua. Mekanisme perubahan warna telah dipertunjukkan sebagai berikut :

Adanya itu ion itu berwarna.

sistem

konjugat

panjang

seperti

dalam

ion

difenilbenzidin,menyebabkan absorbsi cahaya pada daerah yang terlihat,dan karena Kelemahan dari difenilamina adalah kelarutannya yang sedikit dalam air. Ini telah diatasi dengan menggunakan barium atau natrium difenilamina sulfonat, yang digunakan dalam larutan air 0,2%. V. Standarisasi Normalitas larutan dapat dihitung langsung dari bobot garam yang dipakai Tetapi jika garam hanya ditimbang secara kasar,maka larutan harus distandarisasikan seperti bagian berikut : VI. Standarisasi Larutan Kalium Bikromat Terhadap Besi Prosedur : dengan 0,2 g kawat besi pro analisis,yang telah ditimbang dengan cermat. Titrasi larutan yang telah didinginkan,segera dengan kalium dikromat,dengan memakai natrium difenilaminasulfonat atau asam Nfenilantranilat sebagai indicator. Jika indicator difenilaminaslfonat yang dipakai

Tambahkan 6-8 tetes indicator itu,diikuti dengan 5 ml asam fosfat pekat (seperti sirop),titrasi perlahan-lahan dengan larutan dikromat,aduk baik-baik,sampai warna hijau murni menjadi hijau abu-abu. Lalu tambahkan larutan dikromat setetes demi setetes muncul rona violet-biru yang pertama,yang tetap permanen setelah dikocok. Jika indicator yang dipakai N- fenilantranilat tambahkan 200 ml sulfat 1 M ,lalu 0,5 cm3 indikator,tambahkan larutan dikromat,dengan mengocok sampai warna berubah dari hijau menjadi merah-violet. VII. Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 Timbang seksama kurang lebih 210g kalium bikromat P yang sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120 derajat selama 4 jam, larutkan dengan 100 ml air dalam labu bersumbat kaca 500 ml. Goyangkan hingga padatan larut, angkat tutup, tambahkan dengan cepat 3 g KI P, Na bicarbonate P dan 5 ml HCL P. Tutup labu, goyangkan hingga tercampur, biarkan di tempat gelap selama 10 menit. Bilas tutup dan dinding labu sebelah dalam dengan air dan titrasi iodium yang dibebaskan dengan larutan Na thiosulfat hingga warna hijau kekuningan. Tambahkan 3 ml kanji LP dan lanjutkan titrasi warna biru tepat hilang. Hitung normalitas larutan Na2S2O3. 1 ml thiosulfat 0,1000 N setara dengan 4,903 mg kalium bikromat.

VIII. Mekanisme Reaksi a. Dalam Standarisasi KIO3 + 5KI + 3H2SO4 I2 + 2Na2S2O3 3I2 + 3K2SO4 + 3H2O 2NaI + Na2S4O6

b. Dalam Penetapan Kadar Cr2O72- + 14H+ +6I2S2O32- + I2 IX. 2Cr3+ + 7H2O + 3I2 S4O62- + 2I-

Penetapan Kadar Penetapan Besi

Kandungan besi dari suatu bijih besi dapat ditetapkan dengan dengan menimbang kira-kira 2 g,melarutkan dalam asam klorida encer,dan mengencerkan sampai garis tanda dalam sebuah labu volumetric 250 cm3.Kemudian porsi-porsi larutan(25,0 cm3) direduksi berdasarkan suatu prosedur yang cocok,dan larutan-larutan itu dititrasi dengan kalium dikromat standar. Ambil filtrate,dan pakailah 8 tetes indicator difenilaminsulfonat,tambahkan 200 cm3 asam sulfat 2,5 persen,diikuti oleh 5 cm3 asam fosfat 85 persen,dan titrasi perlahan-lahan,sambil terus diaduk,dengan dikromat standar sampai larutan memperoleh warna hijau kebiruan atau biru keabu-abuan dekat titik akhir. Teruskan titrasi,dengan menambah larutan dikromat setets demi setetes ,dan menjaga suatu selang waktu dari beberapa detik antara setiap tetes,sampai penambahan 1 tetes menyebabkan terbentuknya pewarnaan ungu atau biru-violet kuat,yang tetap permanen setelah dikocok,dan tak terpengaruh pada penambahan dikromat itu lebih lanjut. Penetapan kromium dalam suatu garam kromium Garam-garam kromium(III) dioksidasi menjadi dikromat dengan mendidihkan dengan suatu larutan persulfat berlebih dengan adanya sedikit perak nitrat(katalis).Kelebihan persulfat yang tertinggal setelah oksidasi lengkap,dimusnahkan dengan mendidihkan larutan sebentar. Kandungan dikromat dari larutan yang dihasilkan,ditetapkan dengan penambahan larutan besi(II) standar berlebih, dan mentitrasi kelebihan dengan kalium dikromat 0,1N standar 2 Cr3+ + 3 S2O82- + 7H20 2S2O82-+ 2H2O Cr2O72- + 6H2SO4- + 8H+

O2 + 4H2SO4-

Prosedur. Timbang dengan cermat sejumlah garam yang akan mengandung air kira-kira 0.25 g kromium dan larutkan ini dalam 50 cm3 air suling. Tambahkan 20 cm3 larutan perak nitrat sekitar 0,1M, diikuti dengan 50 cm3 suatu larutan ammonium atau kalium persulfat 10 persen. Didihkan cairan perlahan-lahan selama 20 menit. Dinginkan dan

encerkan menjadi 250 cm3 dalam sebuah labu volumetri. Pindahkan 50 cm3 larutan dengan pipet,tambahkan 50 cm3 larutan aminium besi(II) sulfat 0,1N fenilantranilat. Titrasi kelebihan garam besi(II) dengan kalium dikromat 0,1N sampai warna berubah dari warna hijau menjadi merah-violet. Contoh Perhitungan dan Cara Pengerjaannya 1.Menghitung banyaknya volume larutan kalium bikromat yang mengandung 25g K2Cr2O7 terlarut dalam setiap liter larutannya, apabila larutan bikromat dimaksud dalam suasana asam dapat mengoksidasi sempurna ion Fe2+ dalam larutan yang mengandung 3,4015 g garam FeSO4.7H2O Penyelesaian : 25g K2Cr2O7 N larutan K2Cr2O7 = 25/294 mol = 6 x 25/294 = 0,51 grek/liter = 12,25 mmol

3,4015 g FeSO4.7H2O = 3,4015/278 mol Banyaknya ion Fe2+ dalam larutan 12,25 mmol = 12,25 mgrek

Andaikan banyaknya volume larutan K2Cr2O7 yang diperlukan a ml : Maka persamaannya : 0,51 X a = 12,25 Jadi : a = 12,25/0,51 = 24,01 Jadi banyaknya volume larutan K2Cr2O7 yang diperlukan untuk mengoksidasi sempurna ion Fe2+ adalah = 24,0 ml 2.Dengan menambahkan KI berlebih pada K2Cr2O7 iodium yang dibebaskan ditritasi dengan 48,08 ml 0,1N Na2S2O3 untuk memperoleh titik akhir. Hitunglah jumlah K2Cr2O7 dalam larutan. Penyelesaian : Cr2O7 2- + 14H+ +6I- 2Cr3+ + 7H2O + 3I2 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I

Jumlah K2Cr2O7 = 48,8 x 0,1 x 49,03 = 0,2393 g Penetapan kadar 1. 5 ml sampel obat kompres setara dengan 5 mg rivanol dipipet seksama masukkan dalam gelas beker kemudian ditambahambahambahambah 1 ml CH3COONa P dan 0,1 ml H2SO4 P hingga larut serta ditambah 15 ml kalium bikromat 0,01 N. Biarkan selama 1 jam sambil sesekali digojog.Saring kemudian masukkan filtrat dalam erlenmeyer tambah 1 ml kalium bikromat H2SO4 P dan 0,2 ml larutan KI P ,tutup segera biarkan selama 5 menit dalam gelap ,tambahkan 2 ml air kemudian titrasi dengan natrium thiosulfat 0,01 N .lakukan titrasi blangko di dapatkan volume 15 ml. Tentukan kadar rivanol (%) dalam sampel bila diketahui 1 ml kalium bikromat setara dengan 12,047 mg C18H21N3O4.H2O! Penyelesaian : Kadar :

PENETAPAN KROMIUM DALAM SUATU GARAM KROMIUM (III) Gara

DAFTAR PUSTAKA Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:UI Press Ir.R.A. Day dan Underwood.A.L.1992. Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta:Erlangga Rivai,Harrizul.1995.Asas Pemeriksaan Kimia.Jakarta:UI Press

MAKALAH KIMIA FARMASI BIKROMATOMETRI

Disusun oleh : Aryatrinanda Dettynika Dwi nur Hidayah Galuh (10246Fa) (10255 Fa) (10257 Fa) (10259 Fa)

AKADEMI FARMASI NASIONAL SURAKARTA

You might also like