You are on page 1of 5

Convertible Securities Ialah sekuritas (obligasi atau saham preferen) yang dapat ditukar dengan sekuritas lain (saham

biasa) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk menentukan apakah sekuritas bersifat dilutif, memerlukan perhitungan EPS seolah-olah penukaran telah terjadi. Bentukas-if-converted kemudian dibandingkan dengan EPS tanpa penukaran. Jika penukaran dapat menyebabkan EPS menurun, sekuritas menjadi dilutif. Jika tidak, sekuritas akan dinggap antidilutif dan pengaruh proforma penukarannya tidak akan termasuk di dalam terdilusi. Berdasarkan metode as-if-converted ini maka : 1. Apabila perusahaan memiliki saham preferen konvertibel, dividen saham preferen konvertibel tidak dikurangkan dari net income sebagai pembilang EPS. Jika saham preferen tersebut dikonversi, lembar preferen tersebut tidak lagi beredar dan dividen preferen tidak akan dibayarkan. Oleh karena itu, tidak akan ada bagian laba bersih untuk pemegang saham preferen konvertibel. 2. Apabila perusahanan memiliki obligasi konvertibel, beban bunga atas sekuritas tersebut setelah pajak ditambahkan ke pembilang. Jika obligasi tersebut dikonversikan, bunga tersebut tidak akan dibayarkan kepada kreditor, sehingga tidak akan ada penghematan pajak. Akibatnya, laba bersih akan meningkat sebesar beban bunga dikurangi besarnya pajak. 3. Jumlah lembar yang diterbitkan pada pengkonversian sekuritas ditambahkan sebagai penyebut EPS.

Contingently Issuable Shares Adalah jumlah lembar yang penerbitannya bergantung pada kondisi tertentu, seperti mencapai tingkat pendapatan atau harga pasar tertentu di masa mendatang. Jika kondisikondisi tersebut tidak terjadi sampai akhir periode pelaporan, FASB ASC 206 mengharuskan contingently issuable shares dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS sesuai dengan jumlah lembar yang akan dimasukkan apabila akhir periode pelaporan sama dengan periode kontinjensi. Usefulness of EPS Tujuan dari EPS adalah untuk memberikan investor sebuah indikator atas: (1) nilai perusahaan (2) harapan dividen di masa mendatang. Masalah teori yang terbesar yang mengelilingi presentasi EPS adalah apakah informasi ini harus berdasarkan pada sejarah atau ramalan informasi. Badan akuntansi yang berwenang telah menetapkan bahwa EPS didasarkan pada data historis, bukan data ramalan. Pandangan ini dituangkan dalam opini APB No. 15 dan saat ini terdapat pada FASB ASC 260 yang konsisten dengan perkembangan tersebut. EPS merupakan indikator keseluruhan, yaitu nilai tunggal yang memberikan informasi tentang kinerja atau posisi keuangan perusahaan. EPS sangat populer karena diperkirakan EPS mengandung informasi yang bermanfaat dalam membuat prediksi mengenai dividen dan harga saham di masa mendatang, serta sebagai ukuran keefisienan suatu perusahaan. Namun, beberapa akuntan menentang penggunaan laba indikator keseluruhan seperti EPS. Mereka menyatakan bahwa untuk memahami kinerja perusahaan membutuhkan analisis yang mendalam, tidak hanya dengan rasio tunggal. Investor akan lebih puas dengan mendapatkan prediksi atas arus kas di masa mendatang (seperti proforma perusahaan atau dividend per-share).

Comprehensive Income Comprehensive income merupakan perubahan equity pada suatu perusahaan selama satu periode tertentu dari transaksi dan peristiwa serta situasi-situasi selain yang bersumber pada pemilik. Konsep income ini mencakup semua perubahan pada equity selama satu periode tertentu, kecuali yang dihasilkan dari investasi oleh para pemilik dan distribusi kepada para pemilik. Sedangkan other comprehensive income yaitu pendapatan, beban, laba, dan rugi termasuk dalam comprehensive income tetapi dikecualikan dari net income (laba bersih). Tujuan pelaporan comprehensive income adalah untuk mengukur nilai perusahaan secara keseluruhan dari hasil transaksi yang diakui dan peristiwa ekonomi pada periode saat itu selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. FASB pada umumnya telah menggunakan konsep all-inclusive income, namun FASB membuat pengecualian khusus untuk konsep tersebut. Beberapa standar akuntansi mengharuskan akun tertentu memenuhi syarat sebagai komponen dari comprehensive income yang tidak termasuk dalam income statement. Sedangkan komponen lain harus diungkapkan dalam catatan. Alasan perlakuan ini adalah karena proses earnings yang diungkapkan tidak lengkap. Berikut contoh akun yang tidak diungkapkan dalam income statement tradisional dan dilaporkan di tempat lain: 1. penyesuaian translasi kurs mata uang asing, 2. unrealized holding gains and losses of available-for-sale securities, 3. penyesuaian kewajiban minimum dana pension, 4. unrealized holding gains and losses that result from a debt security being transferred into the available-for-sale category from the held-to-maturity category. 5. Subsequent decreases or increases in the fair value of available-for-sale securities previously written down as impired 6. gains atau losses yang berasal dari akumulasi perubahan prinsip akuntansi, dsb. Pada tahun 1996, FASB mengeluarkan SFAS No. 130 Reporting Comprehensive Income (FASB ASC 220) yang mengharuskan perusahaan mengungkapkan pendapatan

komprehensifnya. Alasannya sebagai respons terhadap berbagai keprihatinan, yaitu: 1. meningkatnya penggunaan off-balance sheet financing

2. pelaporan beberapa item pendapatan komprehensif secara langsung di stockholders equity. 3. Perlunya keselarasan standar akuntansi

Dalam FASB ASC 220 mengatur: 1. Haruskah pendapatan komprehensif dilaporkan? FASB ASC 220 mengharuskan pengungkapan pendapatan komprehensif

(comprehensive income) dan membahas bagaimana caranya melaporkan dan pengungkapan pendapatan komprehensif dan bagiannya, termasuk net income. Namun, tidak menentukan kapan harus diakui atau bagaimana menghitung nilai dari bagian pendapatan komprehensif tersebut. 2. Apakah penyesuaian akuntansi kumulatif harus dimasukkan dalam pendapatan komprehensif? Masalah utama dalam memilih item apa saja yang harus dimasukkan dalam pendapatan komprehensif adalah apakah ada pengaruh dari penyesuaian akuntansi tertentu pada periode sebelumnya (seperti efek kumulatif dari perubahan akuntansi), harus dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan komprehensif. Menurut FASB, definisi comprehensive income dalam SFAC No. 5 mengindikasikan bahwa konsep tersebut meliputi semua pengakuan perubahan ekuitas (net assets), termasuk penyesuaian akuntansi kumulatif. Dewan akuntansi memutuskan untuk mengikuti definisi tersebut, yaitu memasukan cumulative accounting adjustments sebagai bagian dari comprehensive income. 3. Bagaimana menggolongkan komponen pendapatan komprehensif dalam

pelaporannya? Persyaratannya adalah perusahaan harus mengungkapkan jumlah laba bersih, dimana jumlah tersebut harus sesuai dengan jumlah yang diungkapkan dalam pendapatan komprehensif, dan untuk other comprehensive income diklasifikan berdasarkan sifatnya. 4. Bagaimana komprehensif income dilaporkan dalam laporan keuangan? Dalam melaporkan pendapatan komprehensif, perusahaan diharuskan menggunakan teknik gross disclosure untuk mengklasifikasian bagian-bagian yang terkait dengan other comprehensive income. Menurut FASB ASC 220 pelaporan pendapatan

komprehensif dapat disajikan pada laporan laba rugi (income statement), pada pernyataan terpisah yang dimulai dengan laba bersih (net income), atau pada laporan perubahan ekuitas. Apapun format yang dipilih, pada saat ini total comprehensive income perlu disajikan dalam laporan keuangan. Metode pengungkapan comprehensive income mungkin sangat penting bagi investor. 5. haruskah other comprehensive income diungkapkan sebelum atau setelah efek pajak yang terkait? Setelah ataupun sebelum dikurangi pengaruh pajak yang terkait dengan jumlah pajak yang menunjukan pendapatan agregat pajak penghasilan atau keuntungan yang terkait dengan comprehensive income. Other comprehensive income harus diungkapkan baik setelah ataupun sebelum dikurangi pengaruh pajak yang terkait dengan jumlah pajak yang menunjukan pendapatan agregat pajak penghasilan atau keuntungan yang terkait dengan comprehensive income. Dan untuk other comprehensive income dipindahkan ke dalam komponen yang terpisah dari stockholders equity. Pada tanggal 26 May 2010, FASB mengusulkan untuk mengeluarkan Accounting Standards Update (ASU) dimana sebagian besar perusahaan diharuskan untuk membuat laporan keuangan primer yang baru yang disebut Statement of Comprehensive Income. Dan pada tanggal 27 Mei 2010, IASB mengeluarkan sedikit perubahan atas IAS 1 yaitu mengenai Penyajian Laporan Keuangan (Presentation of Financial Statement). Dalam perubahan ini semua komponen laba bersih dan pendapatan komprehensif lainnya (other comprehensive income) akan terlihat dengan kepentingan yang sama pada setiap laporan laba rugi komprehensif.

You might also like