You are on page 1of 18

panduan kemampuan yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan dan pengalaman anak.

Guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya melalui berbagai interaksi ... Guru Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkahlangkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga ... Anak Usia Dini Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-has ... panduan kemampuan yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan dan pengalaman anak. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya melalui berbagai interaks ... pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan ... Usia Dini Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil te ... Dini Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertent ... A. Peran Guru Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55). Di Indonesia pembelajaran pendidikan prasekolah lebih bersifat akademik, di mana anak lebih banyak duduk di bangku dan harus tertib seperti di sekolah. Jarang guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

berksplorasi, mengekspresikan perasaannya, dan melakukan sendiri apa yang mereka minati, sampai menemukan pemecahan masalah sendiri. Ada beberapa pendekatan peran guru dalam pembelajaran, antara lain : 1. Guru berperan sebagai pengajar Dalam hal ini guru harus mengajar sesuai dengan ... httPTK TK Bidang pengembangan Bahasa
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, devinisi istilah.

1.1. Latar Belakang

Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia diri yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di kelas I SD Data angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk kel as I sebesar 10.85%, dan kelas IV sebesar 0,42%. Data tersebut menggambarkan bahwa angka mengulang kelas I dan II lebih tinggi dari kelas lain.

Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orangtuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang sebesar antara pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan taman

kanak-kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak berkembang secara optimal. Hal ini menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah.

Usia 4-6 tahun, merupakan peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagi upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjasinya pematangan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kamampuan fisik,kognitif, bahasa,sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni moral,dan nilainilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Peran pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa lain) sangat dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenai dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut di atas,maka kurikulum yang dikembangkan disusun berdasarkan karakteristik anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi anak.

Pendidikan bagi anak usia dini tidak pernah surut dengan perkembangan permasalahan, model pemecahan serta inovasi untuk mengambil peranan dan tanggungjawab bagi masa depan kemanusiaan, sebab anak merupakan asset masa depan bagi kemanusiaan, mereka yang muncul sebagai pemimpin yang mengemban nilai-nilai kemanusiaan. Tumbuh kembang seorang anak

menjadi tanggung jawab setiap orang yang memandang masa depan dengan penuh tantangan yang beragam. Anak memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan guna memikul tanggung jawab di masa mendatang. Potensi ini meliputi seluruh aspek yang ada dalam diri anak baik moral, pengetahuan, ketrampilan dan sikap termasuk akal pikiran yang merupakan anugrah terbesar manusia dari Tuhan di banding makhluk hidup yang lain.

Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menjelaskan secara jelas batasan tentang pendidikan anak usia dini dalam penjelasan pasal 28 ayat (1) : bahwa Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan (tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dewasa). Pendidikan di Taman Kanak-kanak dilakukan dengan pendekatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain dengan tujuan menimbulkan rasa senang pada anak bagaimana karakteristik anak usia dini. Program Kegiatan di Taman Kanak-kanak di laksanakan dengan tujuan program (Depsikbud, 1994:158) untuk membentuk melakukan dasar arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang di perlukan oleh anak dalam menyesuaikan dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pendidikan di taman kanak-kanak di kembangkan dengan berdasar pada teori pembelajaran yang menggunakan prosedur dan strategi ilmiah untuk belajar di antaranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan di Taman kanak-kanak adalah metode yang sesuai untuk belajar usia dini. Dalam bukunya tentang metode pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Dari berbagai metode dalam pendidikan anak usia dini nampak bahwa salah satu metode yang dipergunakan adalah metode bercerita yang sesuai dengan tujuan pengembangan anak di Taman Kanak-kanak.

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan (Moeslichatin, 1996:1940). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkanya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.

Pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini pada hahekatnya adalah upaya memfasilitasi yang sedang terjadi pada dirinya. Perkembangan anak usia dini merupakan kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan berinteraksi dengan lingkungannya seiiring dengan pertumbuhan fisik yang anak alami.

Kemampuan guru Taman Kanak-kanak untuk mengembangankan perkembangan bahasa anak didiknya yang dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui metode bercerita yang digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Dari uaian latar belakang di atas maka dianggap perlu melakukan penelitian Upaya Meningkatkan Perkembangan Bahasa pada

Anak Kelompok B Melalui Metode Bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun peljaran 2009/2010 ini telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, diperoleh rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?

1.2.2 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?

1.2.2.1 Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?

1.2.2.2 Bagaimana aktivitassiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?

1.2.2.3 Apa saja faktor penghambat pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010?

1.2.2.4 Apa saja fantor pendukung pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita pada anak kelompok B, di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/ 2010.

1.2.3 Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010?

1.2.4 Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mendeskripsikan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dalam rangka meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B di TKK Karitas II Surabaya tahun pelajaran 2009/2010.

1.3.2 Mendeskripsikan pelaksaBahasa dan Perkembangan Anak

Musfiroh mengatakan bahasa metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak, yaitu melalui perbendaharaan kosa kata yang sering didengarnya. Semakin banyak kata yang dikenalknya, semakin banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya (Musfiroh, 2005:79).

Menurut Kusnaini (2004) metode bercerita pada usia dini bertujuan, agar anak mampu mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, ia dapat bertanya apabila tidak memahaminya dan selanjutnya ia dapat mengekspresikan terhadap apa yang diceritakannya.

Sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun di laksanakan. Dimana menurut Kusnaini (2004) metode bercerita mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Melatih daya tangkap anak.

b. Melatih daya pikir anak.

c. Melatih daya konsentrasi.

d. Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak.

e. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrab di ruang kelas.

Menurut Moeslichatoen (2004) guru dapat memanfaatkan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan. Kegiatan bercerita memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor, bila anak terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Guru yang pandai bercerita akan menjadikan perasaan anak larut dalam kehidupan imajinatif dalam bercerita tersebut.

Upaya meningkatkan perkembangan bahasa pada anak melalui metode bercerita adalah :

a. Suatu kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman baru dengan membawakan cerita dan berbagai kosakata baru yang belum pernah di dengar anak. Dengan demikian akan semakin banyak konsep kata yang dikenal anak.

b. Suatu kegiatan pembelajaran yang menampilkan perilaku tokoh dalam cerita. Jika tokoh yang dimunculkan dengan sifat positif dan sifat itu akan menyenangkan maka anak akan dengan mudah mengadopsi sifat dan perilaku tokoh tersebut, demikian pula sebaliknya.

Tips bercerita menurut Rainer dan Isbell dapat diterapkan ketika bercerita terhadap anakanak, yaitu:

a. Memperhatikan anak-anak selama bercerita. Buat klarifikasi jika dibutuhkan.

b. Beri dorongan untuk berinteraksi dan berpartisipasi.

c. Memodifikasi jalan dan panjang cerita untuk menyesuaikan pengalaman dan tingkat perkembangan anak-anak yang hadir.

d. Menggunakan variasi suara, ekspresi wajah, gerakan dan kata-kata berulang untuk melibatkan anak-anak masuk dalam cerita.

e. Menggunakan kata-kata dan deskripsi yang tepat, sehingga membantu anak-anak membayangkan kejadian di dalam cerita.

f. Ulang cerita yang sama berulang kali sejak anak-anak. Kareana anak-anak akan membangun pemahaman mereka terhadap cerita tersebut.

Bercerita kepada anak memberikan tantangan yang unik. Anak-anak senang sesuatu yang mudah ditebak, pengulangan, humor, dan partisipasi aktif ketika mendengarkan cerita. Ketika cerita sulit atau pembaca cerita terlalu dramatis, anak-anak akan menjadi tidak berminat dan pergi.

Menurut Moeslichatoen (2004) sebelum membacakan cerita pendongeng harus mengetahui cerita harus menarik dengan pemilihan cerita yang baik, yaitu :

a. Cerita harus menarik dan memikat perhatian guru, kalau cerita itu menarik dan memikat maka guru akan bersungguh-sungguh dalam menceritakan kepada anak-anak.

b. Cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya dan bakat anak.

c. Cerita harus sesuai dengan usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak usia PAUD.

2.2. Metode Bercerita

Metode bercerita Kusnaini (2004) cara guru bercerita pada anak didik untuk memperkenalkan hal-hal baru dan menyampaikan pembelajaran mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak usia dini. Biasanya kegiatan bercerita di laksanakan pada kegiatan penutup sehingga ketika anak pulang menjadi tenang. Namun demikian tidak selalu pada kegiatan penutup, bercerita dapat pula dilakukan pada saat pembukaan atau ini setiap cerita yang akan disajikan, guru harus selalu hafal isi cerita yang akan disampaikan. Pada saat bercerita guru dapat berdialog dengan anak maksud menjelaskan isi gambar yang di tunjukkan guru atau bagian cerita yang sedang di sampaikan guru. Anak di beri pujian apabila dapat menjawab pertanyaan guru dan dapat menceritakan kembali cerita yang telah di ceritakan guru ketika guru selesai.

Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berkutnya dan menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat di masyarakat. Bercerita juga merupakan stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental, sehingga mental anak dapat melambung, melalang buana melalui isi cerita itu sendiri. Dengan demikian melalui cerita, kecerdasan bahasa anak semakin terasah.

2.3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Perkembangan Bahasa

Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan cerita guru, guru terlebih dahulu menetapkan rancangan dalam meningkatkan perkembangan bahasa yang harus dilalui dalam bercerita, sesuai dengan rancangan tema dan tujuan, maka Moeslichatoen (2004:179-180) menetapkan langkah-langkah, sebagai berikut :

a. Mengkomunikasikan tujuan teman dalam bercerita kepada anak.

b. Mengatur tempat duduk anak, mengatur bahan dan alat yang dipergunakan sebagai alat bantu sesuai cerita yang dipilih.

c. Pengembangan kegiatan bercerita.

d. Pengembangan cerita yang dituturkan guru

e. Guru menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak.

f. Langkah penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

Menurut Rahman (2005), penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:

1. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan varbal orang yang memberikan cerita.

2. Bercerita dengan alat peraga, seperti boneka, gambar dan benda lain.

3. Bercerita dengan cara membaca buku cerita, tidak diperlukan kemampuan fantasi, imajinatif dan olah kata dari orang yang bercerita melainkan hanya olah intonansi dan suara.

4. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan pantomime, film kartun tanpa bicara.

5. Bercerita melalui alat pandang dengar : kaset, video, televisi.

Menurut Koesnaini (2004), kegiatan bercerita pada pendidikan anak usia dini dapat dilakukan dengan cara :

1. Bercerita tanpa alat, kegiatan bercerita tanpa menggunakan alat hanya menggunakan suara, mimik dan pantomimik orang bercerita.

Pada kegiatan bercerita tanpa alat ini, kemampuan guru secara penuh sangat menentukan dalam hal, hafal, isi cerita, suara, intonansi bicara, mimik, ekspresi, dan keterampilan gerak tubuh yang menyenangkan bagi anak usia dini, untuk membantu imajinasi anak memahami isi cerita. Namun demikian diharapkan penampilan guru tidak dibuat-

dibuat secara berlebihan sehingga membuat anak tidak nyaman mendengarkannya dan tidak etrtarik untuk memperhatikannya. Kegiatan bercerita dapat dilaksanakan di tempat tertutup maupun terbuka.

2. Bercerita dengan alat, kegiatan bercerita dengan menggunakan media alat pendukung isi cerita yang disampaikan. Tujuannya untuk membantu imajinasi anak memahami isi cerita. Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru maupun anak didik dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat yang digunakan dapat asli atau media dari lingkungan sekitarnya dan dapat pula benda tiruan atau fantasi. Kegiatan bercerita dengan alat ini pun dapat dilaksanakan di ruangan terbuka maupun tertutup.

Bercerita dengan alat peraga langsung, adalah kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung baik benda maupun makhluk hidup lainnya misalnya tanaman dan binantang. Ketentuan bercerita dengan alat peraga langsung :

a. Isi cerita sesuai dengan perkembangan anak dan media yang digunakan.

b. Menggunakan bahasa anak.

c. Alat atau media yang digunakan tidak membahayakan bagi guru maupun anak didik.

d. Alat atau media yang digunakan dapat tersimpan dalam satu tempat atau dapat dipegang langsung oleh guru dan anak.

Contoh :

1) Benda : tas sekolah, buku, pensil, baju, dll.

2) Binantang : kucing, ayam, bebek, ikan, dll.

3) Tanaman : bunga mawar, pohon singkong, dll

Bercerita dengan alat peraga tidak langsung, misalnya bercerita menggunakan gambar. Jumlah gambar yang digunakan bisa satu gambar, dua gambar atau lebih.

2.4 Pengertian, Fungsi dan Peranan Bahasa Bagi Anak

2.4.1 Pengertian Bahasa Anak

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa melepaskan diri dari bahasa. Dengan bahasa manusia bisa bergaul sesama manusia dimuka bumi ini. Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Akhadiah dkk (dalam Suhartono, 1993:2) menyatakan bahwa dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok.

2.4.2 Fungsi Bahasa Bagi Anak

2.4.2.1 Anak berusaha mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan kelimatkalimat pendek. Kalimat yang terdiri dari satu kata atau 2 kata.

2.4.2.2 Bahasa sebagai sarana untuk mendengarkan. Oleh karena itu dengan bahasa anak mampu mendengarkan dan mampu memahami maksud bahasa yang didengarnya.

2.4.2.3 Bahasa sebagai sarana untuk melakukan berbicara. Anak bisa berbicara dengan bahasa yang ia kenal sehari-hari dilingkungan rumah. Bahasa di luar rumah akan mampu ia gunakan setelah bergaul dengan lingkungan di luar rumah dan di sekolah.

2.4.2.4 Setelah anak memasuki sekolah, bahasa mempunyai peranan untuk membaca dan menulis. Anak belajar dan menulis di sekolah, khususnya pada waktu ia memasuki kelas satu sekolah dasar.

2.4.3 Permasalahan Bahasa Bagi Anak

Ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bahasa bagi anak, antara lain :

2.4.3.1 Keterbatasan kata-kata yang diketahui

2.4.3.2 Terdapat orang tua atau orang-orang yang ada disekitar anak yang sengaja berbicara dengan lafal yang dibuat-buat.

2.4.3.3 Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan alat artikulasi sehingga anak tidak mengucapkan bunyi-bunyian vocal tertentu.

2.4.4 Peranan Bahasa

Peranan bahasa terdiri dari :

2.4.4.1 Sebagai sarana utama untuk berpikir

2.4.4.2 Alat penerus pengembangan bahasa bagi anak.

2.4.5 Tahap Perkembangan Bahasa Bagi Anak

2.4.5.1 Usia satu tahun

Anak berada pada tahap yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak bisa mengucapkan satu atau 2 kata, tetapi cuma dan sepotong kata bisa punya arti panjang. Contoh, saat anak bilang susu, artinya aku minta susu, atau aku minum susu.

2.4.5.2 Usia dua tahun

Di usia ini anak sudah menggabung dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang bermakna dan berarti : contohnya, minum susu atau tidak susu putih saja

2.4.5.3 Usia tiga tahun

Anak sering melakukan hal yang menarik perhatian karena ia tengah memasuki tahap membangkang, yaitu melakukan yang dilarang tidak melakukan yang diizinkan, seperti bodoh, dan kata-kata kasar lainnya. Belum lagi kosa kata diperolehnya di usia ini semakin banyak dan tidak melulu hanya dari orang tua.

Walaupun begitu, orang tua tidak perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada balita karena :

a. Anak pertama kali baru bisa berbicara

b. Anak pertama kali baru bisa berkomunikasi dengan orang lain.

c. Anak mulai memperoleh banyak informasi kata dan kalimat baru yang menarik.

d. Kemampuan bahasa mempunyai arti dan bisa dipahami.

e. Anak banyak mempunyai kosata untuk dijadikan sebuah kelimat diotaknya masih sangat terbatas.

f. Pengalaman berbahasanya masih sangat minim.

2.4.6 Cara mengembangkan bahasa anak

Jika cara-cara dibawah ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten, maka anak akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. Inilah beberapa hal yang penting diperhatikan orang tua saat berkomunkasi dengan si batita.

2.4.6.1 Gunakan bahasa yang benar, bukan oh, mimik cu cu, ya"? tapi , "oh. mau minum susu, ya'"

2.4.6.2 Gunakan kalimat dan kata yang tidak bermakna ganda. Contoh, jangan ke dekat kompor, bahaya!

2.4.6.3 Gunakan selalu kalimat pendek.

2.4.6.4 Hindari kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak menirunya.

2.4.6.5 Karena anak masih belajar, orang tua sebaiknva melambungkan bahasa dengan jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut yang tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.

2.5 Hubungan Metode Bercerita dengan Kemampuan Bahasa Anak

Sampai detik ini masih menjadi satu pilihan bagi orang tua dan untuk meningkatkan perkembangan kosa kata, perkembangan makna kata, perkembangan penyusunan kalimat dan perkembangan penggunaan bahasa untuk komunikasi.

Dengan mendengarkan cerita anak belajar bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diajarkan dengan benar, bagaimana katakata disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana konteks dan konteks berfungsi dalam makna. Hal ini yang lebih penting, anak juga belajar bagaimana mengambil pelajaran penggunaan bahasa tentang bagaiamana pembicaraan, bagaimana memilih sapaan sopan, bagaimana mengucapkan salam dan bagaimana mengambil pola bergiliran bicara yang tepat. Ini berarti secara tidak langsung, anak telah menanamkan kecerdasan bahasanya.

Perkembangan bahasa dapat dipakai sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada masa itu, anak menguasai kemampuan berbicara, tetapi mereka harus lebih banyak sebelum mereka mencapai kemampuan berbahasa orang dewasa (Hur Lock, 1987:18

naan

p://elearning.unesa.ac.id/tag/panduan-guru-dalam-pembelajaran-anak-usia-dini

You might also like