Professional Documents
Culture Documents
Desain eksperimen dilakukan untuk menguji kemungkinan hubungan sebab dan akibat antar variabel. Desain eksperimen terbagi atas dua kategori: 1. Eksperimen lab 2. Eksperimen lapangan
EKSPERIMEN LAB Eksperimen Laboratorium dilakukan untuk membuktikan hubungan sebab akibat dalam suatu situasi buatan (laboratorium). Kontrol dan manipulasi variabel pengganggu (Nuisance) dan variabel bebas, paling baik dilakukan dalam eksperimen lab.
EKSPERIMEN LAPANGAN Eksperimen Lapangan dilakukan dalam suatu lingkungan alami di mana pekerjaan dilakukan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan perlakukan tertentu. Eksperimen Lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih tinggi (hasilnya dapat digeneralisasi pada situasi organisasi lainnya), namun mempunyai validitas internal lebih rendah, yaitu kita tidak bisa yakin mengenai seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Manipulasi : kita membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai dampak pada variabel terikat. Manipulasi variabel bebas disebut juga perlakuan (treatment). Contoh: Menguji pengaruh penerangan produktifitas operator mesin jahit
terhadap
2. Randomisasi Menentukan dan menempatkan anggota kelompok ke dalam 4 kelompok secara acak. Misalnya: kita akan menentukan 4 kelompok dari 60 anggota, maka di tiap kelompok diundi secara acak. 15 orang pertama dari 60, dimasukkan sebagai kelompok I, begitu selanjutnya.
Validitas Internal
Validitas Internal mengacu pada keyakinan kita terhadap hubungan sebab dan akibat. Dalam Eksperimen Lab di mana hubungan sebab dan akibat dibuktikan, validitas internal bisa dikatakan tinggi. Validitas Internal merujuk pada tingkat keyakinan kita tentang pengaruh kausal (bahwa variabel X mempengaruhi variabel Y)
Validitas Eksternal
Validitas Eksternal atau eksperimen lab yang dapat digeneralisasi. Jika kita menemukan hubungan sebab akibat setelah mengadakan suatu eksperimen lab, kita belum tentu yakin bahwa hubungan kausalitas tersebut juga akan berlaku dalam suatu komunitas yang lebih besar (organisasi). Dalam hal tersebut, kita tidak bisa yakin sepenuhnya bahwa hubungan sebab akibat yang ditemukan dalam eksperimen lab, berlaku juga dalam situasi lapangan. Validitas Eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal pada situasi, orang, atau peristiwa lain.
Eksperimen Lab: validitas internal tinggi, tapi validitas eksternal rendah. Eksperimen Lapangan: validitas eksternal tinggi, tapi validitas internal rendah. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya menguji hubungan kausalitas dalam suatu situasi buatan (lab) yang dikontrol secara ketat, setelah hubungan dibuktikan, kemudian menguji hubungan kausalitas dalam eksperimen lapangan.
3. Pengaruh Pengujian Testing Effect memengaruhi validitas internal akibat prates dan pascates yang dilakukan sebelumnya untuk menguji pengaruh sebuah perlakuan. Kepekaan responden akan prates dan pascates dapat mengacaukan hubungan kausal antar variabel.
4. Pengaruh Instrumentasi Muncul disebabkan perlakuan berbeda pada instrumen pengukuran. Misalnya tentang kinerja pegawai , manajer A mengukur dengan total produksi, manajer B dengan menghitung barang cacat, manajer C yakni jumlah orang yang dipekerjakan.
5. Pengaruh Bias Seleksi Seleksi subyek yang tidak tepat atau tidak cocok untuk kelompok eksperimen dan kontrol dapat memengaruhi validitas internal. 6. Pengaruh Regresi Statistik Pengaruh ini muncul jika anggota yang terpilih untuk kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat. Misalnya: Jika seorang manajer akan menguji apakah dia dapat meningkatkan kepandaian menjual bagian penjualan, maka si manajer sebaiknya tidak memilih mereka dengan kemampuan yang sangat rendah atau sangat tinggi untuk eksperimen.
7 Pengaruh Mortalitas Pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol, atau keduanya, saat eksperimen berlangsung dapat memengaruhi validitas internal.
Double-Blind Study Studi di mana elaku eksperimen maupun subyek tidak menyadari siapa yang diberi perlakuan sebenarnya dan siapa yang seakan-akan (placebo).
Desain Eksperimen Murni Desain Eksperimen yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, dan merekam informasi sebelum dan sesudah kelompok eksperimen diberi perlakuan. Disebut juga Ex Post Facto Experimental Design dilakukan untuk membuktikan hubungan sebabakibat. Misalnya: Untuk mempelajari pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan, maka data kinerja kedua kelompok baik yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya ataupun belum, dikumpulkan. Desain Eksperimen Ex Post Facto, dilakukan jauh setelah pelatihan itu dilakukan sebelumnya.