You are on page 1of 14

BAB II Alat Peraga Kekekalan Luas Pada umum nya alat peraga yan g termasuk kelompok alat peraga

kekekalan luas memliki karakteristik antara lain : alat peraganya terbuat dari bahan-bahan yang tipis, yang diperhatikan pada peragaan adalah luas daerah atau jumlah luas daerah masing-masing bagiannya sama dengan luas keseluruhannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa alat peraga. 1. Luas Daerah Bangun Geometri Tidak Beraturan. Bangun geometri seperti gambar 1 adalah bangun geometri tidak beraturan . Misalnya kita beri nama daerah A. Untuk mengetahui berapa satuankah luas daerah tersebut mungkin banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menghitung luas daerah A. Yang akan dibahas disini hanya salah satu cara, yaitu dengan menggunakan pendekatan perhitungan luas daerah. Akan dipilih satu kotak bujur sangkar sebagai satu-satuan luasnya. Ketentuan perhitungan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Satu kotak bujur sangkar penuh dihitung satu-satuan luas b. Setengah kotak atau lebih dihitung satu-satuan luas c. Yang kurang dari setengah kotak tidak dihitung atau dihitung nol satu-satuan luas 2. Luas Daerah Persegi Panjang Peragaan berkut ini lebih mengarahkan siswa kepada prose diperoleh nya rumus luas persegi panjang . a Pasanglah daerah A pada papan peraga, lihat gambar 2a. Dengan A menggunakan aturan perhitungan seperti diatas (pada pperhitungan luas daerha bangun geometri tidak beraturan) diharapkan siswa dapat menghitung luas daerah A. Pasanglah daerah B pada papan peraga dan tutuplah sebagian daerah persegipanjang tersebut seperti gambar disamping. B Berapakah luas daerah B? Bila siswa tidak bisa menjawab, bukalah penutup daerah B tersebut akan tampak daerah B seperti daerah A. Lebih lanjut perlu dijelaskan bahwa luas daerah A dapat diperoleh dari banyaknya bujur sangkar satuannya pada satu baris kali banyaknya bujur sangkar pada satu kolom.
6 4 D P l E

Dengan penjelasan diatas diharapkan siswa dapat menghitung luas daerah c, demkan pula untuk daerah D. Jelaslah bahwa p adalah singkatan dari panjang, yaitu ukuran panjang

daerah E. l adalah singkatan dari lebar yaitu ukuran lebar daerah E dan daerah E kita sebut daerah persegi panjang. Dengan urutan kegiatan yang telah dilakukan diatas diharapkan siswa dapoat menyimpulkan bahwa luas daerah E adalah panjang kali lebar. Jadi rumus luas daerah persegipanjang yang panjang nya p dan lebarnya l adalah

3. Luas Daerah Bujursangkar Demikian pula halnya peragaan berikut lebih mengarahkan siswa kepada diperolehnya rumus luas daerah bujursangkar. Karena daerah bujursangkar merupakan daerah persegipanjang yang panjang dan lebarnya sama, maka pola peragaan untuk menunjukan diperoolehnya rumus luas daerah bujursangkar kita daoat mengikuti petunjuk pola peragaan pada cara mencari rumus luas daerah persegipanjang diatas, dengan urutan gambar yang dipergunakan sebagai berikut : Gambar 3
A B C

4 4 D s

s E

Jadi rumus luas daerah bujursangkar yang panjang sisinya s adalah :

L=

4. Luas Daerah Jajaran genjang Pada gambar 4.a adalah daerah jajaran genjang ABCD, yang alasnya AB = a dan tingginya DE = t. Jika daerah jajaran genjang dipotong pada DE, maka daerah 1 akan terpisah dengan daerah II. Daerah 1 kita pasangkan sehingga sisi AD berhimpit dengan sisi BC,

lihat gam bar 4.b adalah daerah persegi panjang.

Karena daerah persegipanjang (gambar 4.b) diperoleh dari daerah jajarran genjang (gambar 4.a) maka luas daerah jajaran genjang ABCD sama dengan luas daerah persegipanjang yang mempunyai panjang = (alas jajaran genjang) dan tingginya adalah DE = t(tinggi jajaran genjang). Dari luas daerah ABCD = luas daerah = L=axt

5. Luas Daerah Segitiga Untuk menunjukkan rumus luas daerah segitiga dengan prinsip luas daerah jajaran genjang . kita memerlukan dua buah segitiga yang kongruen. Pasangan kedua daerah segitiga tersebur bersisian , seperti gambar 5a,

Maka terbentuk daerah jajaran genjang . Jika alas segitiga adalah AB = a dan tingginya DE = t, maka alas jajaran genjang ABCD sama dengan alas segitiga dan jajaran genjang sama dengan tinggi segitiga. Karena jajaran genjang ABCD terwujud dari dua buah segitiga yaitu daerah 1 dan II maka luas jajaran genjang ABCD sama dengan luas daerah 1 ditambah luas daerah II. Kita mengetahui bahwa luas daerah jajaran genjang yang alasnya a dan tingginya t adalah a . t, maka luas daerah dua buah segitiga = a . t Jadi luas daerah sebuah segitiga =
L=

atau

6. Luas Daerah Trapesium Luas daerah trapesium juga bisa di peroleh dari prinsip luas daerah jajaran genjang . Kita memerlukan dua buah daerah trapezium yang kongruen. Misalnya daerah trapezium tersebut adalah daerah 1 dan daerah II. gambar 6.a

Pasanglah daerah 1 dan II tersebut seperti pada gambar 6.a, maka terbentuklah daerah jajaran genjang yang alasnya ( a+b ) dan tingginya t. Luas daerah jajaran genjang tersebut adalah (a+b) t. Karena a adalah alas trapezium, b atasnya dan t adalah tingginya maka luas daerah jajaran genjang tersebut adalah alas ditambah atas trapezium kali tinggi. Daerah jajaran genjang tersebut terbentuk dari dua bua trapezium yang konruen . Jadi luas daerah trapezium adalah setengah dari luas , daerah jajaran genjang diatas sama dengan

7. Luas Daerah Belah Ketupat Beberapa sifat pada belah ketupat yang perlu dipahami sebagai prasyarat pada peragaan luas daerah bangun geometri tersebut adalah : keempat sisi belah ketupat sama panjang , kedua diagonalnya berpotongan saling tegak lurus dan saling membagi dua yang sama panjang, sudut yang berhadapan besarnya sama, diagonal-diagonalnya merupakan garis bagi sudut-sudut dan sisinya berhadapan sejajar. Berdasarkan kepada hal yang diketahui pada belah ketupat tersebut, diantaranya : a) Jika yang diketahui panjang sisinya, maka kita pergunakan prinsip luas daerah jajaran genjang atau persegipanjang

Gambar 7.a adalah daerah belah ketupat yang panjang sisinya adalah s dan tingginya t . Karena belah ketupat merupakan jajaran genjang yang khusus (yaitu jajaran genjang yang sisinya sama panjang ) maka luas daerah belah ketupat sama dengan luas daerah jajaran genjang yang alasnya s dan tinggi nya t, sama dengan st. Sedangkan jika mempergunakan prinsip luas daerah persegi panjang belah ketupat ABCD (pada gambar 7.b) kita potong DE sehingga daerah 1 dan daerah II terpisah.

Daerah kita pasang sehingga sisi AD berimpit dengan sisi BC, maka terbentuklah daerah persegipanjang yang panjang nya s dan lebarnya t maka luas daerah st. Karena daerah persegipanjang berasal dari daerah belah ketupat ABCD, maka luas daerah belah ketupat ABCD sama dengan luas daerah persegipanjang sama dengan st. b) Jika panjang diagonal diketahui , maka kita gunakan prinsip luas daerah segitiga atau luas daerah oersegi panjang.

Gambar 7.c adalah belah ketupat ABCD dengan panjang diagonalnya AC adalah a dan panjang diagonalnya BD adalah b. Jika pada BD kita potong maka akan terbentuklha dua buah daerah segitiga (lihat gambar 7.d) yaitu daerah 1 yang alasnya b dantingginya panjang AC, maka luas daerahnya ab. Karena daerah segitiga tersebut berasal dari daerah belah ketupat ABCD, maka luas daerah belah ketupat ABCD sama dengan luas daerah 1 ditambah luas daerah II samadengan .

Sedangkan jika menggunakan prinsip luas daerah persegi panjang, daerah belah ketupat pada gambar 7.c kita potong pada AE dan BD sehingga terbentuk tiga daerah yang lepas yaitu : daerah 1, daerah ke II, dan daerah ke III kemudian pasanglah 1 sehingga sisi AB berimpit dengan sisi BC dan daerah ke II kita pasang sehingga sisi AC berimpit dengan sisi CD, maka terbentuklah segiempat yang merupakan daerah persegipanjang yang panjang nya b = panjang BD dan lebarnya panjang BE.

Luas daerah persegipanjang tersebut adalah panjang samadengan luas daerah persegipanjang

. Karena daerah persegi panjang sama dengan ab.

berasal dari daerah belah ketupat ABCD maka luas daerah belahketupat

8. Luas Daerah Layang-layang Beberapa sifat pada layang-layang yang perlu dipahami sebagai prasyarat ada pada peragaan luas bangun geometri tersebut adalah kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus. Diagonal terpanjang membagi diagonal terpendek menjadi dua bagian yang sama panjang, terdapat dua sisi yang sama panjang. Cara untuk menunjukkan luas daerah laying-layang yaitu dengan prinsip luas daerah segitiga.

Gambar 8.a adalah daerah laying-layang ABCD dengan panjang diagoanal AC adalah a dan panjang diagoanal BD adalah b. Jika pada BD kita potong maka akan terbentuklah dua buah daerah segitiga ( lihat gambar 8.b) Yaitu daerah 1 yang alasnya b dan tingginya dan daerah ke II yang alasnya b dan = panjang AC, maka luas daerahnya = panjang AC. Maka luas daerah nya

. Karena ke dua daerah nya segitiga tersebut berasal dari daerah l;ayang-layang ABCD, maka luas daerah laying-layang ABCD samadengan luas daerah 1 ditambah luas daerah ke II samadengan .
L= .

9. Luas daerah Segi Enam Beraturan Yang dimaksud dengan segienam beraturan ialah segienam yang panjang sisinya sama. Gambar 9.a adalah daerah segi enam beraturan yang panjang sisinya a. untuk menunjukan cara mencari luas daerah segienam tersebut yaitu :

Kita potong daerah segi enam ABCDEF pada AD.BE, dan CF, sehingga terbentuklah daerah segitiga sama sisi yang panjang sisinya adalah a. Jika CH adalah tinggi daerah segitiga 1 maka panjang CH = = =( )a

Karena keenam segitiga tersebut kongruen ( sama sisi ) maka tinggi keenam segitiga tersebut ( ) a. Susunlah keenam daerah tersebut sehingga terbentuk daerah )a. seperti pada gambar 9.b. Segitiga-segitiga yang tergabung dalam KLMN adalah daerah jajar genjang yang alasnya adalah 3a dan tingginya adalah Jadi luas daerah jajaran genjang KLMN adalah ( )

. Karena daerah jajaran genjang .

KLMN berasal dari daerah segienam ABCDEF, maka luas daerah segi enam ABCDEF sama dengan luas daerah jajaran genjang KLMN samadengan ( )
L=( )

10. Luas Daerah Lingkaran Lingkaran dapat kita definisikan sebagai tempet kedudukan titik-titik yang berjarak tetap dari sebuah titik tertentu. Yang dimaksud dengan tertentu diatas disebut pusat lingkaran dan jarak tetap disebut jari-jari lingkaran.

Gambar 10.a adalah sebuah lingkaran yang pusatnya M dan jari-jarinya r. Keliling lingkaran tersebut adalah 2 . Jika daerah Lingkaran M kita potong pada daerah AB, maka daerah lingkaran akan terbagi dua bagian yang sama. Lihat gambar 10.b panjang busur dan adalah setengah keliling lingkaran atau

Jika setengah lingkaran kita potong menjadi empat buah juring yang sama.Kemudian potongan-potongan tersebut kita susun seperti tampak pada gambar 10.c. Jika daerah tersebut dibagi-bagi menjadi juring yang sangat kecil ( dengan lingkaran tersebut dibagi menjadi n buah juring dengan n menuju tak hingga) maka setelah bagianbagiannya disusun seperti gambar 10.c akan terbentuk daerah jajaran genjang (persegipanjang) yang panjang nya dan lebarnya = r . Jadi luas lingkaran yang jari-jarinya r adalah

11. Dalil Pythagoras Pythagoras adalah seorang ahli matematika berkembang. Salah satu teori/dalil yang sangat terkenal yang dikemukakan adalah dalil Pythagoras yang berbunyi: pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya.

Agar lebih jelas lagi gambar 11.a adalah segitiga siku-siku yang panjang sisi miringnya c = (panjang AC) dan panjang sisi siku-sikunya adalah a = (panjang AB) dan b = (panjang BC). Dalil di atas dapat kita nyatakan dengan bentuk simbul sebagai berikut :

Yang selanjutnya akan disebut rumus Pythagoras bisa ditunjukkan kebenaran rumus Pythagoras dengan menggunakan daerah bujur sangkar.

Untuk meragakan kebenaran rumus Pythagoras dengan cara ini dipergunakan sebuah daerah segitiga siku-siku yang panjang sisinya a, b, dan c. Sebuah daerah bujur sangkar yang panjang sisinya b dan sebuah daerah bujur sangkar yang panjang nya sisinya c. Pada gambar 11.b daerah 1 adalah daerah bujursangkar yang panjang sisinya a, daerah II adalah daerah bujursangkar yang panjang sisinya b dan daerah III adalah daerah bujursangkar yang panjang sisinya c. Kita ingat kembali arti dari . dalam hal ini dapat kita tafsirkan sebagai luas daerah bujursangkar yang panjang sisinya a. Demikian pula untuk dan . Pada gambar 11.b panjang a = 3, panjang b = 4, panjang c = 5. Jika kita susun hubungan antara luas daerah 1, II,dan III maka kita peroleh, Luas daerah III = luas daerah I + luas daerah II.

Jadi dari hubungan diatas kita dapat menentukan hubungan antara sisi segitiga siku-siku tersebut secara umum adalah 12. Luas Permukaan Kubus Untuk menghitung luas permukaan kubus, kita perlu memperlihatkan permukaan kubus tersebut dengan cara membeberkan bidang-bidang sisinya sehingga terletak pada bidang datar. Bidang-bidang sisi kubus tersebut disebut pula dengan jarring-jaring kubus.

Gambar 12.a adalah kubus ABCD.EFGH yang panjang rusuknya a. Jaring-jaring tersebut terdiri dari enam buah daerah bujursangkar yang masing-masing sisinya a.

Setiap bujur sangkar mewakili satu bidang sisi kubus tersebut. Karena jarring-jaring tersebut berasal dari permukaan kubus tersebut sama dengan daerah jarring-jaring sama dengan 6. . Jadi luas permukaan kubus yang panjang sisinya a adalah 6. . 13. Luas permukaan Balok
3 1 2 4 6

Gambar 13.a adalah balok ABCD.EFGH yang panjang nya a, lebarnya b dan tingginya c. Jaring-jaring balok tersebut terdiri dari dua buah daerah persegipanjang yang panjangnya c dan lebarnya b, dua buah daerah persegipanjang yang panjangnya a dan lebarnya c. Jadi luas daerah jaring-jaring tersebut adalah : L.d 1 + L.d4 = 2ac L.d2 + L.d6 = 2bc L.d 3 + L.d5 = 2ab L.d jarring-jaring balok = 2 (ab + ac + bc ) Karena jarring-jaring tersebut berasal dari permukaan balok ABCD.EFGH maka luas permukaan balok tersebut sama dengan luas daerah jarring-jaring = 2 (ab + ac + bc )
Luas permukaan balok yang panjang sisinya a.b dan c adalah 2 (ab + ac + bc )

14. Luas Permukaan Limas Limas secara umum dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu : a. Limas sebarang ialah limas yang alasnya merupakan bangun geometri sebarang. Limas sebarang terdiri dari beberapa jenis pula diantaranya limas sebarang segitiga jika alasnya berupa segitiga sebarang. Limas sebarang sisi empat jika alasnya berupa segiempat sebarang sebarang. Limas sebarang sisi lima dan seterusnya. b. Limas beraturan ialah limas yang alasnya merupakan bangunan geometri beraturan. Limas beraturan terdiri dari beberapa jenis pula diantaranya : limas sisi tiga beraturan (disebut pula bidang empat) jika alasnya segitiga sama sisi, limas sisi empat beraturan jika alasnya segiempat beraturan dan seterusnya.

Untuk menunjukan luas permukaan limas, akan dipilih sebagai contoh kita misalkan limas tegak sisi empat beraturan. (lihat gambar 14.a) P. ABCD adalah sebuah limas beraturan sisi empat dengan alas ABCD berupa daerah bujur sangkar, P adalah titik puncak limas tersebut. Bidang-bidang sisi tegaknya adalah PAB, PBC, PCD, PDA, panjang rusuk alasnya a dan tinggi bidang sisi tegaknya b. Jika permukaan luas tersebut dibeberkan, maka salah satu bentuk jarring-jaringnya adalah seperti gambar 14.b yang terdiri dari daerah I berupa daerah bujursangkar yang panjang rusuknya adalah a. dan daerah 2, 3, 4, dan 5 berupa daerah segitiga sama kaiki yang alasnya a dan tingginya b. Luas daerah jarring-jaring tersebut dapat dihitung sebagai berikut : Luas daerah I = L.d 2 + L.d 3 + L.d 4 + L.d 5 = 4 . Luas daerah jarring-jaring limas = Karena jarring-jaring tersebut berasal dari permukaan limas P. ABCD maka luas permukaan limas tersebut sama dengan luas daerah jarring-jaring tersebut. Jadi luas permukaan limas tegak beraturan sisi empat yang panjang rusuk alasnya a dan tinggi bidang sisi tegaknya b adalah
L=

Catatan : Rumus luas permukaan limas di atas bisa berubah bila yang diketahui tidak seperti contoh di atas, atau bila jenis limasnya tidak seperti limas di atas. 15. Luas Permukaan Prisma Untuk menunjukkan luas permukaan prisma , sebagai contoh kita pilih prisma tegak sisi, yang dimaksud dengan prisma tegak sisi rusuk-rusuk tegaknya (AD, BE, dan CF ), bidang alas dan bidang atasnya sejajar (ABC sejajar DEF) dan bidang alasnya merupakan segitiga sama sisi. Pada gambar 14.a ABC.DEF adalah prisma tegak beraturan sisi tiga. Misalkan tinggi prisma tersebut (panjang rusuk-rusuk tegak) adalah t

dan panjang rusuk-rusuk alasnya adalah a. jika peragaan itu dibeberkan, maka salah satu bentuk jarring-jaringnya adalah gambar 15.b daerah yang dimaksud
2 1 3 5

Luas daerah jaring-jaring tersebut dapat dihitung sebagai berikut : L.d 1 + L.d 3 + L.d 5 = 3 . a.t

Luas daerah jarring-jaring = 3 a.t + ( ) Jaring-jaring tersebut berasal dari permukaan prisma ABC.DEF. maka luas permukaan prisma tersebut sama dengan luas daerah jarring-jaring tersebut sama dengan 3 a.t + ( ) 16. Luas Permukaan Kerucut Karena jenis kerucut itu banyak seperti halnya limas. Maka disini akan dibahas sebagai contoh satu jenis kerucut saja. Misalnya kita pilih kerucut tegak yaitu kerucut yang tingginya tegak lurus kepada alasnya dititik pusat lingkaran alasnya . lihat gambar 16.a Kerucut pada gambar 16.a alasnya adalah lingkaran yang pusatnya M dan jari-jarinya r sering pula dinotasikan lingkaran ( M, r ) puncaknya adalah P. tingginya adalah t = (panjang PM) dan garis pelukisnya adalah a (panjang PA) Jika permukaan kerucut dibeberkan , maka salah satu bentuk jaring-jaringnya seperti gambar 16 b, terdiri dari sebuah lingkaran yang jari-jari r (yaitu daerah I) dan sebuah lingkaran yang jarring-jaringnya a yaitu daerah a yaitu daerah 2. Luas daerah 2 disebut pula luas selimut kerucut. Untuk mencari berapa luas daerah selimut kerucut tersebut kita lakukan sebagai berikut : Perkiraan gambar 16b panjang busur adalah 2 (panjang keliling lingkaran M). Jika busur kita bagi menjadi busur lingkaran yang sangat kecil atau busur kita bagi menjadi n buah busur dengan n menuju tak hingga, maka bagian-bagiannya akan mendekatu lurus. Kita ambil busur AC, andaikan busur tersebut bagian yang sangat kecil maka AC akan mendekati lurus, sehingga juring APC akan mendekati daerah segitiga sama kaki ( panjang AP = panjang CP ). Daerah segitiga ABC mempunyai alas AC dan tingginya PD = a. juring yang dapat kita pandang sebagai sebuah daerah segitiga yang alas nya

yang panjang 2 dan tingginya a, karena juring merupakan gabungan juringjuring yang sangat kecil-kecil dan merupakan daerah segitiga sama kaki . jika dihitung luas daerah juring adalah :

Jadi luas daerah selimut kerucut tersebut adalah sedangkan luas daerah jarringjaring kerucut tersebut dapat dihitung sebagai berikut : L.d 2 = L.d 1 = Luas daerah jarring-jaring = Karena jarring-jaring tersebut berasal dari permukaan kerucut maka luas permukaan kerucut yang jari-jari alasnya r dan panjang garis pelukisnya adalah a samadengan luas daerah jaring-jaring tersebut sama dengan . 17. Luas Permukaan Tabung Tabung yang akan dibahas disini adalah tabung tegak yaitu tabung yang bidangnya tegak (selimutnya) tegak lurus kepad alas tabung yang bidang alasnya sejajar bidang atasnya.

Gambar 17.a adalah sebuah tabung tegak lurus yang alasnya adalah sebuah lingkaran yang pusatnya Q dan jari-jarinya r atau daerah lingkaran (Q.r) atasnya sebuah daerah lingkaran yang pusatnya P dan jari-jarinya r atau daerah lingkaran (p,r) dan tingginya t (panjang PQ) Jika permukaan tabung tersebut dibeberkan, maka salah satu bentuk jarring-jaringnya adalah seperti gambar 17b yang terdiri dari dua buah lingkaran yang jaring-jaringnya r, yaitu daerah I dan daerah 3 sebuah daerah persegi panjang yang panjang nya 2 (panjang keliling alas) Dan lebarnya t (tinggi tabung) Daerah 2 disebut pula selimut tabung. Jadi luas selimut tabung sama dengan luas daerah persegipanjang sama dengan 2 . Luas daerah jarring-jaring tabung tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

L.d 1 + L.d 2 = 2 L.d 2 = 2 Luas daerah jarring-jaring = 2

Karena jarring-jaring tersebut berasal dari permukaan tabung, maka luas tabung yang jarijari ligkaran alasnya r dan tingginya t sama dengan luas jarring-jaring tersebut sama dengan
2

18. Luas Permukaan Bola

Gambar 18 a adalah bola yang pusatnya B (pusat bola) dan jari-jarinya r disebut lingkaran besar. Untuk menunjukkan cara memperoleh rumus luas permukaan bola yaitu : dengan cara membeberkan kulit bola .

Potonglah bola B pada lingkaran besarnya, sehingga bola tersebut terbagi menjadi dua bagian yang sama besar. Misalnya B setelah dipotong seperti gambar 18b. Bola B kita kuliti yang tipis-tipis dan kecil-kecil, kemudian tempelkan kulit-kulit tersebut pada lingkaran besar bola B sehingga daerah tersebut benar-benar tertutup. Seluruh kulit bola tersebut (bola B) jika ditempelkan pada lingkaran besarnya diperlukan empat buah lingkaran besar. Kita tahu bahwa luas daerah lingkarab besar tersebut adalah . Karena untuk menanpung kulit bola B diperlukan empat daerah lingkaran besar, maka luas permukaan bola yang jari-jarinya r adalah 4.

You might also like