You are on page 1of 13

II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Dasar Teori Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat di didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian di dinginkan kembali dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Setiap cairan terdapat uap yang terbentuk karena terlemparnya sejumlah molekul yang berenergi tinggi dari permukaan cairan ke ruangan sekeliling (mengatasi gaya tarik menarik atau gaya kohesi dari molekul molekul yang tertinggal). Molekul molekul dalam ruangan diatas cairan akan menimbulkan tekanan (karena membentur dinding seperti molekul gas) yang disebut sebagai tekanan uap dari cairan yang bersangkutan. Tekanan uap adalah sebuah ukuran kecenderungan molekul cairan untuk berubah menjadi uap, sehingga merupakan ukuran kemudahan menguap (volatilitas) dari bahan yang bersangkutan. Setiap cairan memiliki tekanan uap yang spesifik. Terdapat berbagai macam destilasi, yaitu: Destilasi Sederhana Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol. Beberapa aplikasi destilasi sederhana: a. Demineralisai air b. Penghilangan sebagian atau keseluruhan pelarut, dimana didalamnya terkandung padatan atau cairan lain yang kurang mudah menguap dibanding pelarut. c. Destilasi campuran campuran tidak saling larut

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan alat sistem destilasi sederhana : a. Susunan alat berjalan dari kiri ke kanan b. Selalu ditambahkan batu didih kedalam labu destilasi untuk menghindari terjadinya bumping. c. Labu destilasi yang digunakan harus sesuai dengan jumlah campuran yang akan didestilasi (tidak melebihi 2/3 ) d. Pemanasan harus diatur untuk menjaga kecepatan destilsi tetes perdetik. e. Penampung destilat sebaiknya terendam dalam penangas es untuk mencegah terbentuknya uap terutama bagi senyawa yang toksik maupun yang mudah terbakar. f. Jangan pernah menggunakan gelas beker sebagai penampung destilat.

Gambar 2.1 Bagan destilasi sederhana Destilasi Uap Distilasi uap merupakan metode untuk isolasi dan pemurnian senyawa. Metode ini dilakukan untuk cairan yang tidak bercampur atau hanya untuk yang sedikit bercampur dengan uap air.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam hal ini akan dibicarakan yang tidak bercampur dengan uap air. Uap jenuh dari cairan yang sama sekali tidak bercampur akan mengikuti hukum Dalton mengenai tekanan parsial, yang mengatakan bahwa jika dua atau lebih gas atau uap yang tidak bereaksi satu sama lain yang dicampur pada suhu yang tetap, setiap gas itu menghasilkan tekanan yang sama seperti jika gas itu terdapat sendirian dan jumlah tekanan itu sama dengan tekanan jumlah system itu. Dengan formula P=P1 + P2 + P3 + P4..+Pn P adalah tekanan jumlah, dan P1, P2, P3,Pn adalah tekanan parsial dari senyawa itu. Jika suatu campuran dari cairan yang tidak bercampur disuling, titik didihnya merupakan suhu dimana jumlah tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Tekanan uap parsial adalah tekanan uap cairan murni pada suhu tersebut. Jika PA dan PB adalah tekanan uap cairan A dan cairan B pada titik didih campuran, tekanan jumlah Pt adalah Pt = PA + PB dan susunan uapnya adalah : nA/nB = PA + PB dimana nA adalah jumlah mol senyawa A dan nB adalah senyawa B pada volume tertentu pada fase uap

Gambar 2.2 Bagan Destilasi Uap Destilasi Campuran (azeotrop) Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah

komponen tetap, yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan. Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult. Destilasi vakum Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak

stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah

jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini. Destilasi ini bisa digunakan oleh zat organik yang mudah terurai bila dipanaskan.

Gambar 2.3 Bagan Destilasi Vakum Destilasi Fraksional Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

Gambar 2.4 Bagan Destilasi Fraksional Beberapa tanaman penghasil minyak atsiri : 1. Nilam (Patchouli) Nilam (Pogostemon spp) dikenal dengan berbagai nama di beberapa daerah, seperti: dilem (Sumatera-Jawa), rei (Sumbar, pisak (Alor), ungapa (Timor). Dalam perdagangan internasional nilam dkenal sebagai pathcouly. Di kalangan ilmiawan dikenal beberapa spesies Pogostemon sp.

Pogostemon cablin Benth. Populer dengan nama nilam Aceh, ciri utamanya adalah daunnya membulat seperti jantung dan di permukaan bagian bawahnya terdapat bulu-bulu rambut. Jenis ini sampai umur 3 (tiga) tahun hampir tidak berbunga.

Pogostemon hortensis Backer. Dikenal dengan nama nilam sabun. Ciri utamanya lembaran daun lebih tipis, tidak berbulu, permukaan daun tampak mengkilat, dan warnanya hijau.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pogostemon heyneanus Benth. Sering disebut nilam hutan atau nilam Jawa. Ciricirinya yaitu ujung daun agak runting, lembaran daun tipis dengan warna hijau tua dan berbunga lebih cepat.

Dari ketiga jenis nilam tersebut, yang paling tinggi kandungan minyaknya adalah Nilam Aceh (2,5 5,0%), sedangkan nilam lainnya rata-rata hanya mengandung 0,5 1,5 %. Saat ini telah dikenal 3 varitas unggul nilam Indonesia dengan produktivitas > 300 kg minyak / ha yaitu Sidikalang, Tapaktuan dan Lhokseumawe. 2. Akar Wangi (Vetiver) Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Graminae atau rumputrumputan. Memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun lebat, akar serabut bercabang banyak berwarna merah tua. Waktu penanaman setiap saat sepanjang tahun, namun yang terbaik adalah di awal musim hujan. Proses produksi minyak akar wangi dilakukan dengan penyulingan uap pada tekanan bertingkat I-3 atm selama 8 9 jam dengan laju destilasi 0,7 0,8 liter destilat/kg akar/jam. Rendemen rata-rata minyak akar wangi 1,5 2%. Mutu minyak akar wangi tidak hanya tergantung pada umur akar, tetapi juga tergantung dari lamanya penyulingan. Bau gosong yang ditimbulkan karena penyulingan yang cepat akan menurunkan mutu dan harga minyak akar wangi yang diinginkan pembeli. Komponen yang menyusun minyak akar wangi yaitu: vetiveron, vetiverol, vetivenil, vetivenal, asam palmitat, asam benzoat, dan vetivena. Banyak digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, dan bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi mempunyai bau yang menyenangkan, keras, tahan lama, dan disamping itu juga berfungsi sebagai pengikat bau (fixative). 3. Sereh Wangi (Citronella) Sereh wangi diduga berasal dari Srilangka. Nama latinnya adalah Cymbopogon nardus L., termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan). Varietas sereh wangi yang paling dikenal adalah varitas Mahapegiri (java citronella oil) dan varitas Lenabatu (cylon citronella oil). Varitas Mahapegiri mampu memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dbandingkan varitas Lenabatu.
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengambilan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan melalui proses penyulingan selama 3 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh wangi sekitar 0,6 1,2% tergantng jenis sereh wangi serta penanganan dan efektifitas penyulingan. Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan luas areal pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha (Tabel 3), terbesar di daerah Jawa, khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari total produksi Indonesia. Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak atsiri, sehingga kadarnya harus memenuhi syarat ekspor agar dapat diterima. Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays, desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan aneka ragam preparasi teknis. 4. Cengkeh (Clove) Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memliki batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 20 meter dan dapat bertahan sampai umur ratusan tahun. Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada bagian bunga (20%) sedangkan bagian gagang dan daun mengandung sekitar 4 6 %. Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan minyak cengkeh adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 8 jam untuk daun basah dan 6 - 7 jam untuk penyulingan daun kering. Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4 5 jam. 5. Pala (Nutmeg) Tanaman pala tersebar di wilayah Sumatera, NAD, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Luas arel terbesar berada di NAD dan Maluku seperti ditunjukan pada Tabel 5.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak pala dihasilkan dengan penyulingan air dan uap dari biji atau fulinya. Biji pala menghasilkan minyak atsiri sekitar 7-16%, sedangkan bagian fuli menghasilkan minyak sekitar 4 15%. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan dengan biji pala tua. Komponen utama minyak pala adalah miristisin yang bersifat racun dan mempunyai efek narkotika, sehingga penggunaan dalam industri pangan dan obat-obatan sangat sedikit. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dn pasta gigi. 6. Jahe (Ginger) Proses produksi minyak jahe dilakukan dengan penyulingan (melalui steam distillation atau water distillation) atau ekstraksi rimpang jahe yang sebelumnya telah dikeringkan dalam bentuk serpihan atau dibuat serbuk. Rendemen rata-rata minyak jahe adalah 1-3% (kering) tergantung jenis jahe serta penanganan dan efektifitas proses penyulingan. Ekstraksi dengan pelarut menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyulingan, karena selan minyak atsiri, juga dihasilkan oleoresin. Oleoresin inilah yang membentuk rasa pedas pada jahe. Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen, dan zingberol yang menyebabkan bau khas minyak jahe. Minyak jahe digunakan sebagai bahan baku minuman ringan (ginger ale), dalam industri penyedap, farmasi dan wangi-wangian. 7. Kenanga (Cananaga) Tanaman kenanga (Cananga odorata) berasal dari Filipina. Di Pulau Jawa tanaman tersebut tumbuh liar. Tanaman kenanga tumbuh subur di dataran rendah dengan kelembaban tinggi, beriklim tropis dan dekat dengan pantai. Di Jawa, kenanga biasanya ditanam di pekarangan rumah, tidak dibudidayakan. Bunga yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Rendemen dan mutu minyak tertinggi terdapat pada bunga yang telah matang sempurna (warna kuning tua). Minyak kenanga diperoleh dengan cara penyulingan bunga kenanga. Di daerah biasanya dilakukan dengan cara rebus. Hasil sulingan terdiri dari beberapa fraksi yang mempunyai komposisi dan mutu yang berbeda. Fraksi dengan mutu paling baik adalah yang mengandung kadar ester dan eter yang tinggi, sesquiterpen yang rendah. Minyak
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA kenanga diekspor masih dalam keadaan crude. Oleh importir Amerika dan Eropa, minyak kenanga biasanya direktifikasi untuk menghasilkan minyak yang lebih jernih dan lebih mudah larut. Minyak yang dihasilkan akan menyusut sebanyak 25%. 8. Cendana (Sandalwood) Minyak cendana (Santanum album L) di Indonesia banyak terdapat di Pulau Timor. Tanaman cendana berupa pohon kecil yang selalu hijau dengan batang lurus dan bulat tanpa alur. Tanaman ini sangat cocok pada daerah yang berudara dingin dan kering serta intensitas cahaya matahari yang cukup. Bulan kering yang panjang sangat baik pengaruhnya terhadap pembentukan minyak dan aroma. Varietas tanaman cendana yang berdaun kecil, mempunyai kadar minyak yang lebih tinggi pada bagian kayu teras, namun kadar santanolnya lebih rendah. Minyak cendana diperoleh dari hasil penyulingan jantung kayu cendana dengan waktu penyulingan cukup lama karena titik didih minyak ini cukup tinggi. Rendemennya sekitar 3-5%. Komponen utama dalam minyak cendana adalah santanol. Dalam perdagangan internasional, kadar santanol tersebut harus lebih dari 90%, jika tidak maka pasar tidak akan menerimanya. 9. Masoi Masoi (Cryptocarya spp) tumbuh liar di hutan Indonesia bagian Timur, tingginya sekitar 40 m. Berbatang tegak, bagian dalam berwarna merah, sedangkan kulit berwarna kelabu muda. Minyak masoi dihasilkan dari proses penyulingan kulit kayu masoi, mempunyai bau wangi (sweetish oil) dan terasa pedas jika terkena kulit. Minyak ini mengandung sekitar 80% eugenol, dan 6% terpene dan safrole. Minyak ini merupakan sumber natural laktone. Kandungan safrole dalam minyak masoi dibutuhkan dalam industri kimia, untuk pembuat heliotropin, bahan baku celluloide (film), kosmetik dan wewangian. Minyak masoi diproduksi di Indonesia dengan output lebih dari 5 ton per tahun dengan negara tujuan ekspor yakni USA, Eropa, Australia dan Jepang.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10. Kayu Putih (Cajeput) Kayu putih (Melaleuca spp) termasuk ke dalam famili Myrtaceace dan ordo Myrtalae. Beberapa spesies yang sudah diketahui dapat menghasilkan minyak kayu putih dan sudah diusahakan secara komersil adalah M. leucodendrom, M. cajuputih Roxb dan M. viridiflora Corn. Minyak kayu putih yang diperoleh dengan cara menyuling daun tanaman kayu putih berwarna biru sampai hijau, sementara minyak kayu putih yang telah dimurnikan berwarna kuning sampai tidak berwarna dan berbau seperti kamfer. Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai 65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum. Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih besar yakni sekitar 85%. 11. Jeruk Purut (Kaffir Lime) Tinggi pohonnya antara 2 dan 12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua, dapat polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun. Untuk mendapatkan minyak jeruk purut pada umumnya dilakukan penyulingan dengan metode kukus ataupun uap. Bahan yang digunakan adalah daun atau kulit buah jeruk purut tersebut. Karakteristik minyak daunya terutama didominasi oleh minyak atsiri citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol, dan limonena. Minyak atsiri yang berasal dari kulit jeruk purut pada indutri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik, dan lain-lain, Pemakaian minyak jeruk purut sementara ini hanya untuk fragran, padahal potensi di flavor cukup besar, namun minyak atsiri ini belum memiliki nomor FEMA.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12. Adas (Fennel) Minyak adas, disebut juga fennel oil, dihasilkan dari tanaman adas. Varietas yang menghasilkan minyak adas terdiri dari 2 sub spesies, yaitu Var. Vulgare (Miller) Thelling (liar dan pahit) dan Var. Dulce (Miller) Thelling (budidaya secara intensif dan manis). Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji) adas menggunakan sistem penyulingan uap. Rendemennya sekitar 1-6%. Penyulingan

sebaiknya langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses penyulingan, harus dijaga agar suhu kondensor agak tinggi, untuk mencegah pembekuan minyak dalam tabung kondensor. Komponen utama yang terdapat pada minyak adas seperti anthole, fenchone, dan estragole. Keberadaan komponen tersebut tergantung pada jenis varietas adas yang digunakan. 13. Kayu Manis (Cinamon / Cassia) Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness disebut minyak Cinnamon, sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia disebut minyak Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring agent dalam pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun. Volume ekspor minyak kayu manis relatif kecil. Data BPS 2000 2003 menyebutkan volume ekspor minyak ini cukup besar pada tahun 2000 yakni sebesar 14.400 ton, namun menurun drastis pada tahun-tahun berikutnya, hanya sampai 100 ton / tahunnya. 14. Melati (Jasmine) Ada dua macam varietas melati yang diusahakan yaitu tanaman J. officinale L; dan J. officinale var grandiflorum L. Perancis merupakan negara yang paling banyak memproduksi bunga melati dan terutama diproduksi untuk parfum. Bunga setelah dipetik tetap hidup secara fisiologis dan memproduksi minyak atsiri. Produksi minyak atsiri oleh bunga tersebut akan terhenti apabila bunga telah mati dan membusuk. Untuk mendapatkan minyak bunga melati, dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan sistem enfleurasi (lemak dingin). Dengan cara ini, rendemen yang dihasilkan cukup tinggi dan tingkat kewangian yang tinggi, namun biaya produksinya cukup mahal, sehingga jarang dipergunakan. Cara ekstraksi lainnya adalah dengan
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA mempergunakan pelarut menguap (solvent extraction). Minyak melati yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai bau khas minyak melati. Absolute melati bersifat lengket, jernih, berwarna kuning coklat dan mempunyai bau harum. Apabila mengdsorbsi udara, minyak berubah baunya, lebih kental dan akhirnya membentuk resin.
(http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/)

II.2. Aplikasi Industri AKTIVITAS ANTIJAMUR MINYAK ATSIRI RIMPANG DRINGO (Acorus calamus L) TERHADAP JAMUR Botryodiplodia theobromae PENYEBAB BUSUK BUAH PISANG

Pisang merupakan salah satu komuditi pertanian yang mempunyai arti strategis bagi masyarakat bali, karena selain mempunyai arti ekonomis juga sangat dibutuhkan dalam berbagai upacara keagamaan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Telah dilakukan isolasi patogen menunjukkan bahwa jamur Botryodiplodia theobromae merupakan penyebab busuk buah pisang. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan menggunakan fungisida, salah satunya dalah fungisida sintesis. Tetapi fungisida sintetis dapat membahayakan konsumen karena dapat meninggalkan residu beracun karena tidak mudah untuk diuraikan. Untuk mengurai dampak tersebut maka perlu dikembangkan fungsida yang berasal dari alam. Dringo (Acorus calamus L) termasuk rempah-rempah, tanaman ini mengandung minyak atsiri yang biasanya disebut minyak kalamus (calamus oil). Minyak kalamus ini dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit kudis, cacar sapi, bengkak, demam, pilek, insektisida untuk melindungi padi dari serangan hama, sebagai antibakteri dan agen antijamur. Penelitian terhadap tanamana ini telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti yang telah melaporkan beberapa jenis senyawa yang berhasil diidentifikasi dari minyak atsiri rimpang dringo. Senyawa yang berhasil diidentifikasi antara lain asarone, calamenol, calamine, eigenol dan lain-lain Karena banyaknya kegunaan dari minyak atsiri rimpang dringo, maka dilakukan penelitian terhadap isolasi dan identifikasi serta uji aktivitas anti jamurnya terhadap jamur Botryodiplodia theobromae penyebab busuk buah pisang.
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

II-13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Prosedur penelitian ini dimulai dengan mendestilasi uap 1000 gr rimpang dringo. Destilat yang didapat ditampung untuk memisahkan minyak dan air. Distilat ditambahkan CaCl2 anhidrat kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Fase air ditambahkan NaCl untuk memisahkan minyak dengan airnya. Minyak yang didapat dimasukkan kedalam corong pemisah dan ditambahkan 200 ml n-heksana dan 200 ml etanol, lalu dikocok. Fraksi n-heksana dan fraksi etanol yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar vakum. Masing-masing fraksi kemudian diuji aktivitas antijamurnya terhadap jamur Botryodiplodia theobromae. Fraksi yang lebih toknik kemudian dianalisis komponen senyawa penyusunnya dengan spektrofoto-meter GC-MS. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa fraksi n-heksana tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur Botryodiplodia theobromae, sedangkan fraksi etanol mampu dengan daya hambatnya. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang dringo sangat bagus dikembangkan sebagai fungisida nabati untuk mengendalikan jamur Botryodiplodia theobromae penyebab busuk buah pisang.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA FTI - ITS

You might also like

  • Bab 2 Fix
    Bab 2 Fix
    Document14 pages
    Bab 2 Fix
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Karakteristik Baja Pengki
    Karakteristik Baja Pengki
    Document1 page
    Karakteristik Baja Pengki
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Valve
    Valve
    Document2 pages
    Valve
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Karakteristik Baja Pengki
    Karakteristik Baja Pengki
    Document1 page
    Karakteristik Baja Pengki
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document27 pages
    Bab I
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Valve
    Valve
    Document2 pages
    Valve
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Jenis
    Jenis
    Document1 page
    Jenis
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Appendiks
    Appendiks
    Document2 pages
    Appendiks
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Bab 4 Gravi Ok
    Bab 4 Gravi Ok
    Document6 pages
    Bab 4 Gravi Ok
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Document3 pages
    Bab Iv
    Akhadiyah N. Fitriani
    No ratings yet