You are on page 1of 27

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar IPS Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB, dan merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan peraturan tersebut mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kembali digunakan dalam pembelajaran tingkat SD setelah pada kurikulum sebelumnya (Kurikulum 2004/KBK), dimana mata pelajaran IPS dibagi kedalam dua sub-bidang ilmu yaitu PKn dan PKPS. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran ini memuat materi Geografi, Serjarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Dengan demikian konsep dasar IPS adalah : 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan

11

atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.Dalam kerangka kerja pengkajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang ilmu sosial. 2. Kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak menekankan pada bidang teoretis, tetapi lebih pada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak perlu akademis teoretis, namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat diajarkan pada tingkat persekolahan,yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi. Demikian pula pendekatan yang digunakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan,

sedangkan pendekatan yang digunakan Ilmu Sosial (Sosial Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat yang taraf yang lebih rendah pendekatan studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan. 3. Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan sosial. untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara geografi dan sejarah. Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan

12

berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas. IPS sebagai satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya. Sebagai bidang pengetahuan, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global.

13

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut a. Manusia, Tempat dan Lingkungan. b. Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan. c. Sistem Sosial dan Budaya. d. Perilkau Ekonomi dan Kesejahteraan.

B. Karakteristik Konsep Dasar IPS Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia dimasyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apa pun yang kita pelajari, bersumber dari masyarakat. Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai

keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengethuan Sosial (memberikan keterampilan, berbagai serta pengertian yang mendasar, moral melatih yang berbagai

mengembangkan

sikap

dibutuhkan)

merupakan karakteristik IPS sendiri. Nu'man Somantri, yang dikutip oleh Daljoeni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut:

14

a. Bahan pembelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berfikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam. b. Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia. c. Organisasi studi IPS akan bervariasi dari susunan yang intergreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah). d. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanistis, sampai yang sruktural. e. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboraturium demokrasi f. Evaluasinya tak hanya mencakup aspek-aspek kongnitif, efektif, dan psikomotor saja, tetapi juga mencoba mengembangkan apa yang disebut democratic quontient dan citizenship quotient. g. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya akan mempelajarannya Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna mengembangkan materi pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut antara ain sebagai berikut :

15

1) Keperluan Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami dunia sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang berlainan pula. 2) Ketepatan Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep). 3) Mudah dipelajari Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut. 4) Kegunaan Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia umumnya serta masyarakat lingkungan di mana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat pada khususnya.

C. Pembelajaran IPS di SD 1. Pengertian IPS IPS merupakan suatu program dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science) maupun ilmu pendidikan (Sumantri 2001 : 89 ) Social Scence Education Council (SSEC) dan

16

National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebaga Social Science Education dan Social Studies. Dengan kata lain IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti : geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sebagainya. Dalam bidang pengetahuan sosial ada banyak istilah tersebut meliputi ilmu sosial (social sciences), studi sosial (social studies) dan ilmu pengetahuan sosial. a) Ilmu Sosial (Social Science) Ahmad Sanusi memberikan batasan tentang ilmu sosial

(Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut : Ilmu sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya pada tingkat perguruan tinggi makin lanjut makin ilmiah. Menurut Sumaatmadja menyatakan bahwa ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perseorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat. b) Studi Sosial ( Social Studies) Berbeda dengan ilmu sosial studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala atau masalah sosial. Tentang studi sosial ini Ahmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut

17

: studi sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan sekolah dasar. c) Pengetahuan Sosial (IPS) Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari litelatur pendidikan Amerika Serikat nama asli IPS di Amerika adalah Social Studies istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu Committee of Social Studies yang didirikan pada tahun 1913 Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu sosial yang mempunyai minat sama. Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial seperti sosiologi, antropologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiaologi, antropologi, politik. 2. Rasional mempelajari IPS di SD Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat : a) Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah

18

dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. b) Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. c) Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.

D. Konsep Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih khusus. Secara etimologis kata pembelajaran adalah terjemahan dari bahasa Inggris instruction kata pembelajaran itu sendiri merupakan perkembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses belajar-mengajar yang telah cukup lama digunakan dalam pendidikan formal (sekolah). Istilah pembelajaran yang digunakan saat ini sebagai perkembangan dari istilah belajar-mengajar, banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik. Menurut aliran ini

pembelajaran intinya menempatkan siswa sebagai sumber aktivitas belajar. Teori belajar lain yang bersifat kontemporer yang memiliki relevansi cukup signifikan dengan istilah pembelajaran yaitu teori konstruktivisme (Vigotsky). Teori ini memandang bahwa siswa adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Dengan demikian maka pembelajaran harus dirancang

19

dengan lebih banyak mendorong siswa untuk mengembangkan potensi aktivitasnya, dan oleh karena itu dalam pandangan sekarang fungsi guru bergeser dari fungsi sebagai penyampai menjadi sebagai fasilitator pembelajaran. Menurut Mohammad Surya bahwa Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gagne (1992) Pembelajaran adalah serangkaian aktifitas atau kegiatan yang difasilitasi untuk terjadinya perubahan perilaku. Oleh karena itu beberapa implikasi dari teori diatas tercermin pada perilaku atau proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Belajar tidak hanya sekedar menghapal tetapi siswa harus membangun pengetahuannya. 2. Hasil belajar tidak hanya cukup untuk memenuhi konsumsi pengetahuan (kognitif) saja tetapi harus direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (aplikasi) 3. Dalam belajar siswa harus mengalami sendiri, dan bukan hanya sebagai penerima dari pemberian orang lain (guru) Oleh karena itu proses pembelajaran harus membiasakan siswa terlibat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan. 4. Pembelajaran harus membiasakan siswa banyak berinteraksi dengan sumber-sumber pembelajaran atau lingkungan pembelajaran dan bervariasi

20

dan tidak hanya dibatasi oleh ruang kelas saja. 5. Pembelajaran harus memposisikan siswa sebagai subyek pembelajaran yang aktif untuk melakukan belajar dimana guru sebagai fasilitator pembelajarannya.

E. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar merupakan aktifitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Belajar menurut Gagne (1984) adalah suatu proses dimana sesuatu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu : proses, perubahan perilaku dan pengalaman.Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan manifestasi dari adanya aktifitas mental (berpikir dan merasakan). Belajar hendaknya melakukan

21

aktifitas mental pada kadar yang tinggi. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat (Arief Sadiman , 1986:1) Belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungn fisik maupun lingkungan sosial, Lingkungan fisik adalah adalah lingkungan disekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural). Lingkungan fisik yang bersifat natural antara lain : pantai, sungai, udara, air dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat kultural adalah buku, media pembelajaran, gedung sekolah, perabot sekolah dan sebagainya. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Dari uraian di atas menegaskan bahwa indikator belajar ditentukan oleh perubahan dalam tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman dan latihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah sebagai

22

berikut ; a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang

berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup. b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat permanen. c. Hasil belajar ditunjukkan dengan aktifitas-aktifitas tingkah laku secara keseluruhan. d. Adanya kepribadian dalam proses belajar, antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan lain sebagainya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar Muhidin Syah (1995 : 32) membedakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu : a. Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Menurut Abin Syamsudin (1990:24) faktor-faktor tersebut adalah Kelemahan secara fisik, Kelemahan secara Mental, Kelemahan secara Emosional dan kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah. b. Faktor Eksternal Muhidin Syah (1995:135) mengemukakan faktor eksternal tersebut diantaranya :

23

1) Faktor Sosial Faktor sosial adalah faktor yang berhubungan dengan manusia yang hadir secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menggangu konsentrasi siswa dalam belajar 2) Faktor Non-sosial Faktor Non-sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar seperti gedung sekolah dengan letaknya, rumah tempat tinggal siswa. c. Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar yang merupakan suatu strategi dan metode yang digunakan siswa secara sistematis sehingga belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

F. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara

memahami (Em Zul, Fajri & ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608), Dalam definisi lain pemahaman berarti 1). pengertian, pengetahuan yang banyak, 2). pendapat, pikiran, 3). aliran pandangan, 4). mengerti benar (akan), tahu benar (akan), 5). pandai dan mengerti benar.Apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami berarti : a) mengerti benar (akan); mengetahui benar b) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe-an menjadi

24

pemahaman, artinya proses, perbuatan, dan cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham)

(Depdikbud,1994:74) sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Pengertian pemahaman menurut para ahli diantaranya : Menurut W.J.S Poerwodarminto Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman adalah proses perbuatan cara memahami sesuatu Menurut W.S.Winkel Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umunya mendapat

penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom Here we are using the tern comprehension to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication artinya : disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti benar apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975 :89). Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti

25

dan dari bahan yang dipelajari (W.S.Winkel, 1996 : 245). W.S.Winkel mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklarifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam tiga kategori yaitu termasuk salah satu bagian dari asfek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam asfek dibidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi. Menurut Suharsimi Arikunto (1995 :115) pemaham (comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992:24)

menyatakan bahwa pemahaman dibedakan kedalam tiga kategori yaitu : (1) tingkat terendah yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau

menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.artinya memiliki pemahaman ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang

26

diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.

G. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal Untuk mengetahui hasil belajar dari pembelajaran siswa guru perlu menentukan Kriteria Ketentuan Minimal (KKM) yang menjadi patokan guru dalam menentukan apakah hasil belajar siswa tersebut sudah berhasil atau sesuai dengan harapan atau belum sehingga sebelum memulai suatu pembelajaran guru perlu menentukan KKM. Adapun pengertian dari KKM itu sendiri adalah Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. dalam pembelajaran adalah: 1. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

27

pengayaan; 2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan; 3. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari

keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah; 4. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua.

28

H. Media Pembelajaran 1. Pengertian Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Tekhnologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and

Communication Technology / AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah alat berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Miarso (1980) menegaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru) maupun sumber lain kepada penerima dalam hal ini anak didik maupun warga belajar. Pesan/

29

informasi yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pelajaran itu harus diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu atau gabungan beberapa indera mereka. Bahkan lebih baik bila seluruh alat indera yang dimilki mampu dapat menerima pesan yang disampaikan (Latuheru 1988:13) Media pembelajaran adalah sarana yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dalam mencaoai tujuan pembelajaran. Media merupakan komponen pembelajaran yang berperan untuk lebih memperjelas dan menarik perhatian siswa, fungsi media adalah untuk mengolah dan meproses bahan sehingga memudahkan siswa untuk mempelajarinya.Adapun tujuan menggunakan media pembelajaran adalah 1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalitas, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, 3) memperlancar jalannya proses Kegiatan Belajar Mengajar, 4) menimbulkan kegairahan belajar siswa, 5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan, serta untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

2. Penggunaan Media Peta dalam pelaksanaan KBM di Sekolah Dasar a. Pengertian Peta 1) Peta adalah gambaran umum (konvensional) permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan tulisan serta simbol sebagai keterangan, Oleh karena

30

merupakan gambaran konvensional maka peta menggambarkan semua kenampakan yang ada di permukaan bumi antara lain gunung, danau, sungai, laut dan jalan. Namun kenampakan tersebut hanya dilukiskan/digambarkan dengan simbol-simbol tertentu yang sesuai. 2) Peta adalah bayangan/gambaran yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi pada bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu. (Wongsotjitro,1980) 3) Peta adalah gambaran/representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi/benda-benda angkasa yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. (International Cartographic Association / ICA) 4) Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu digambarkan pada bidang datar melalui proyeksi tertentu. (Aryo Prihandito : 1988). 5) Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilankeputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan. (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasioanal / Bakorsurtanal) 6) Adiyuwono (1995:14) memberikan definisi tentang peta, a) Peta adalah gambaran keseluruhan atau sebagaian permukaan

31

bumi yang diproyeksikan dalam dua dimensi pada bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu. b) Peta adalah suatu persentasi diatas bidang datar baik seluruh atau sebagian permukaan bumi yang dilihat dari atas dan diperkecil dengan perbandingan tertentu. c) Peta adalah dibayangkan sebuah gambar suatu kita daerah yang dapat itu dari

seolah-oleh

melihat

daerah

udara.Gambar-gambar pada peta memperlihatkan adanya hutan, lapangan, jalan, sungai, kota dll. d) Peta adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan tertentu yang dinamai kedar / skala Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian peta diatas dapat disimpulkan bahawa peta adalah gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensi, atau dengan kata lain peta adalah pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang digambarkan pada bidang datar, dengan menggunakan ukuran, simbol dan sistem kumpulan peta permukaan bumi (atlas) b. Keterampilan membaca peta Keterampilan membaca peta sangat diperlukan untuk membangun pemahaman siswa pada suatu tempat dimana ia berada untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk mengetahui keadaan/ tempat

32

diluar dunia yang sudah diketahui siswa salah satunya dengan cara guru memperkenalkan melalui peta. Penggunaan peta dalam mata pelajaran IPS mengajak siswa berpikir geografi, juga dalam melaksanakan pembelajaran siswa berproses/mengkorelasi dengan kemampuan peningkatan membaca jarak atau skala, interpretasi semantik dan dari tanda abstrak ke signifikan c. Jenis Peta Peta ternyata sangat beragam. Berdasarkan kegunaannya peta dibedakan menjadi dua, yakni: (1) Peta Umum Peta umum disebut juga dengan Peta Topografi. Peta umum merupakan peta yang menggambarkan keadaan umum dari suatu wilayah. Keadaan umum yang digambarkan meliputi objek atau kenampakan alam dan buatan. Objek alam misalnya gunung, sungai, dataran rendah, dataran tinggi, dan laut. Objek buatan misalnya kota, jalan dan rel kereta api. Peta Indonesia yang sering dipajang di dinding kantor atau sekolah-sekolah merupakan contoh peta umum. Peta Indonesia pada contoh di atas juga termasuk peta umum. Peta umum biasa digunakan untuk belajar di sekolah, untuk kepentingan kantor dan wisata. (2) Peta Khusus Peta khusus merupakan peta yang menggambarkan data-data tertentu di suatu wilayah. Peta khusus disebut juga dengan Peta

33

Tematik d. Komponen-komponen peta (1) Judul Judul petamerupakan identitas atau nama untuk menjelaskan isi atau gambar peta. Judul peta biasanya terletak di bagian atas peta. (2) Skala Skala merupakan perbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Skala biasanya menggunakan satuan cm. Skala dibagi 2 yaitu : (a) Skala angka merupakan skala yang menggunakan perbandingan angka. Contoh :

Skala ini artinya 1 cm jarak pada peta sama dengan 500.000 cm atau 5 km jarak sebenarnya. (b) Skala garis merupakan skala yang menggunakan gambar garis untuk menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di bumi

34

(3) Simbol Simbol merupakan lambang-lambang atau gambar yang

menunjukkan obyek alam atau buatan. Simbol peta harus memenuhi tiga syarat yakni sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum. (4) Warna Tata warna merupakan pewarnaan pada peta untuk membedakan obyek satu dengan yang lainnya. Misalnya warna coklat menunjukkan dataran tinggi, hijau menunjukkan dataran rendah dan biru untuk menunjukkan wilayah perairan. (5) Mata angin Mata angin merupakan pedoman atau petunjuk arah mata angin. Mata angin pada peta biasanya berupa tanda panah yang menunjuk ke arah utara. Mata angin sangat penting keberadaanya supaya tidak terjadi kekeliruan arah (6) Garis/Letak Astronomis Garis astronomis merupakan garis khayal di atas permukaan bumi pada peta. Garis/Letak astronomis terdiri dari dari garis lintang dan garis bujur. Garis lintang merupakan garis dari timur ke barat sedangkan garis bujur merupakan garis dari utara ke selatan. (7) Legenda Legenda merupakan keterangan yang berisi gambar-gambar atau simbol-simbol beserta artinya pada peta.

35

e. Fungsi peta Peta mempunyai beberapa fungsi diantaranya : 1) Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif dari suatu tempat 2) Memperlihatkan ukuran dalam pengertian jarak dan arah 3) Memperlihatkan bentuk dari unsur yang terdapat dipermukaan bumi 4) Menghimpun serta menselektif data permukaan bumi Untuk memperjelas tentang komponen-komponen peta perhatikan gambar peta berikut ini :

Gambar : 2.1 Komponen-Komponen Peta

36

37

You might also like