You are on page 1of 6

DAYA SAING BANGSA : PERAN ENTOMOLOGI

Pendahuluan Harian Kompas pada 22 September 2006 mengutip suatu laporan tentang survei persaingan global tahun 2006-2007 yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) yang menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat 50 dari 125 negara. Pada periode survei sebelumnya Indonesia menempati peringkat ke 60 dari 107 negara. Singapura (urutan ke 5), Jepang (ke 7), Malaysia (ke 26), Thailand (ke 35), dan India (ke 43). Survei yang sama dilakukan oleh International Institute for Management (IMD) menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia dinilai terendah bila dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Metodologi survei dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara data primer dan data sekunder yang secara teoritis berpengaruh terhadap daya saing bangsa. Data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) sedangkan data primer berasal dari 200 pengusaha dari semua skala usaha. Tiga faktor utama yang dinilai, yaitu keadaan ekonomi mikro, ekonomi makro, kualitas lembaga publik dan teknologi yag diterapkan. Hasil survei daya saing yang dilaporkan WEF tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi banyak masalah terutama kelemahan infrastruktur, ketidakefisienan birokrasi dan ketidakstabilan penentuan kebijakan. Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi daya saing bangsa. Masalah SDM yang rendah menyebabkan proses pembangunan yang selama berjalan kurang didukung oleh produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang memadai. Kita memerlukan kader-kader terbaik bangsa yang memiliki kecerdasan tinggi, sikap mental prima, unggul dan berdaya saing tinggi, kemampuan handal dengan nasionalisme sejati Daya saing bangsa dapat kita capai dengan meningkatkan kualitas SDM, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai, perbaikan kondisi ekonomi mikro dan makro serta serta perbaikan kualitas lembaga publik. Kontribusi Entomologiwan Indonesia Saat ini puluhan ribu entomologiwan Indonesia tersebar di seluruh pelosok tanah air dari pusat sampai daerah, bekerja di banyak lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat serta banyak bidang dan profesi pembangunan bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya. Sebagian besar profesi yang mereka tekuni secara langsung dan tidak langsung berkaitan dengan serangga. Para entomologiwan Indonesia merupakan para pekerja yang tekun dan sangat dedikatif di bidang pekerjaannya masing-masing meskipun hasil dan prestasi kerja mereka jarang diketahui oleh masyarakat luas. Mereka tetap bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, petani serta untuk peningkatan ekonomi dan daya saing bangsa. Mereka bekerja keras karena didorong oleh suatu keyakinan dan kesadaran bahwa dunia serangga sebagai kelompok binatang terbesar mempunyai peran, arti dan fungsi yang sangat menentukan keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi.

Dominansi dan Manfaat Serangga Ordo Hexapoda atau bangsa Serangga merupakan kelompok binatang yang terbesar di dunia, dengan jumlah spesies diperkirakan sebanyak 30-80 juta spesies yang meliputi sekitar 50% dari diversitas spesies di muka bumi (Gullan and Cranston,2005). Jumlah spesies serangga yang sudah teridentifikasikan sekitar 2-3 juta spesies, dengan segala bentuk dan perilakunya yang beranekaragam. Serangga selalu mempengaruhi setiap kegiatan manusia yang berupaya untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya. Dimanapun dan kapanpun manusia hidup, bergerak dan bertindak tidak dapat menghindarkan diri dari interaksi dengan dan dipengaruhi oleh serangga. Berbagai sektor atau subsektor pembangunan ekonomi yang tidak dapat dilepaskan dari interaksinya dengan serangga adalah sektor-sektor lingkungan hidup, pertanian, kehutanan, perikanan, kesehatan, industri dan parawisata. Pengaruh serangga terhadap kehidupan manusia dapat positif, yaitu membantu manusia tetapi dapat juga negatif, yaitu yang merugikan manusia. Kalau kita lakukan analisis valuasi ekonomi secara benar akan didapat hasil bahwa nilai ekonomi pengaruh positif atau manfaat serangga bagi manusia jauh lebih besar daripada nilai ekonomi pengaruh negatif atau kerugian yang diakibatkan oleh serangga. Namun masyarakat sudah terlanjur melihat serangga hanya dari sisi negatif yang sangat merugikan kepentingan manusia sehingga serangga lebih sering dianggap sebagai musuh manusia yang harus dibunuh dan dimusnahkan. Entomologi sebagai suatu cabang ilmu telah ratusan tahun berkembang dalam mempelajari sifat-sifat dasar dunia serangga dan segala struktur, fungsi dan interaksi dengan lingkungannya termasuk interaksinya dengan manusia dengan segala peradabannya. Entomologi berhasil mengungkap dan menjelaskan banyak fenomena yang terjadi berkaitan dengan hubungan antara kehidupan manusia dengan serangga. Fenomena perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap interaksi antara manusia dan serangga kelihatannya perlu memperoleh perhatian dan pengkajian dari para entomologiwan saat ini. Para entomologiwan mengetahui bahwa serangga sangat banyak manfaatnya bagi manusia. Mereka memberikan pelayanan dan sumbangan pada manusia dalam bentuk penyerbukan tanaman pertanian, menghasilkan madu, lilin, sutera, lak, dan cat. Serangga sebagai bagian organisme pengurai dan biota tanah ikut menjaga kesuburan tanah di lahan pertanian secara berkelanjutan. Serangga sebagai pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan secara hayati serta mengendalikan tanaman gulma yang tidak dikehendaki. Serangga dapat menjadi sebagai sumber pangan bagi manusia dan pakan bagi ternak. Serangga bermanfaat untuk kedokteran dan pembedahan, serta serangga sangat berguna dalam kegiatan penelitian ilmiah berbagai bidang ilmu. Serangga dengan bentuk dan warnanya yang indah memiliki nilai estetika tinggi yang memberikan inspirasi bagi para seniman dan perancang (Borror et al, 1989). Program pembangunan ekonomi yang dilaksanakan Pemerintah cenderung mengarah pada keseragaman ekosistem, keseragaman pola produksi dan konsumsi, eksploitasi sumberdaya alam serta ketergantungan pada penggunaan masukan produksi yang tidak terbarukan, mendorong peningkatan pengaruh negatif serangga bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan pembangunan. Pengaruh negatif tersebut antara lain dalam bentuk:

Peningkatan intensitas penyakit manusia yang ditularkan oleh serangga seperti malaria dan demam berdarah Dengue yang dapat menurunkan mortalitas, tingkat kesehatan dan produktivitas kerja manusia Indonesia, Peningkatan penyakit hewan dan ternak yang ditularkan serangga yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi peternakan, Peningkatan serangan dan kerusakan hama tanaman yang dpat menurunkan kualitas dan kuantitas pangan dan produksi pertanian. Setiap tahun sekitar 30% hasil pangan dan produk-produk pertanian hilang disebabkan oleh serangan serangga hama, baik di pertanaman maupun pasca panen.

Dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi yang dipelajari dan dikembangkan di Perguruan Tinggi dan Lembaga-lembaga penelitian para entomologiwan Indonesia berusaha agar berbagai manfaat serangga dapat ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga dapat berguna bagi peningkatan ekonomi nasional pada aras mikro maupun makro. Sedangkan kelompok entomologiwan lain, khususnya yang bekerja di sektor kesehatan dan pertanian berusaha agar bangsa ini dapat mengelola dan mengendalikan serangga-serangga pengganggu secara ekonomi efektif dan efisien, aman bagi kesehatan dan lingkungan hidup serta manusiawi, dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Era Globalisasi Perdagangan Indonesia telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization) suatu organisasi internasional di bawah PBB yang mengatur kegiatan perdagangan barang dan jasa antar negara. Agar produk-produk barang dan jasa khususnya produk-produk pertanian kita dapat memasuki pasar global, kita harus dapat mengikuti dan memenuhi prosedur, standar dan persyaratan yang ditetapkan oleh WTO antara lain yang tercantum pada Kesepakatan WTOSPS (WTO- Sanitary and Phytosanitary Agreements) dan Kesepakatan WTO-TBT (WTOTechnical Barrier to Trade Agreements) Setiap negara yang ingin berhasil dalam memasarkan produk-produknya di pasar global harus dapat memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan oleh WTO yang pada dasarnya knowledge and scientific based. Semua negara berusaha memanfaatkan kesepakatan WTO untuk meningkatkan ekspor produk-produk pertanian ke negara sasaran, serta sedapat mungkin menghambat laju impor produk-produk luar negeri ke pasar domestik. Disamping itu, hampir semua negara maju dan beberapa negara sedang berkembang sibuk merancang, menyiapkan dan melaksanakan program Biosecurity atau Ketahanan Hayati yang bertujuan melindungi tumbuhan, hewan dan manusia di negaranya masing-masing dari organismeorganisme berbahaya yang mungkin datang dari luar negeri. Program Biosecurity tersebut secara tidak langsung terkait juga dengan isu-isu perdagangan. Negara-negara yang menguasai pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan persyaratanpersyaratan WTO dan persyaratan negara-negara sasaran ekspor adalah negara yang akan mampu bersaing di pasar dunia serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Banyak persyaratan, standar dan prosedur WTO-SPS yang merupakan sintesis atau perpaduan berbagai bidang ilmu termasuk entomologi. Peraturan dan ketentuan tentang Karantina Pertanian, seperti pelaksanaan PRA (Pest Risk Analysis) dan PFA (Pest Free Area) serta Keamanan Pangan seperti penetapan Batas Maksimum Residu Pestisida sangat bermuatan pengetahuan dan teknologi entomologi seperti taksonomi, biosistematik, biokimia, ekologi dan toksikologi serangga. Dalam konteks peningkatan daya saing bangsa di era

perdagangan global inilah entomologi dan entomologiwan sangat diharapkan sumbangan pemikiran yang sangat siginifikan. Peningkatan Kualitas entomologi dan entomologiwan Pada saat ini dirasakan bahwa peningkatan laju kuantitas dan kualitas entomologiwan di Indonesia semakin merosot tidak seimbang dengan semakin meningkatnya tantangan dan masalah yang dihadapi di era globalisasi bagi peningkatan daya saing bangsa. Pertanyaan kita adalah apakah yang harus kita lakukan khususnya oleh PEI dan anggotanya pada waktu mendatang dengan kondisi yang semakin kurang kondusif bagi perkembangan entomologi. Secara kuantitas jumlah entomologiwan kita semakin menurun karena banyak yang sudah atau mendekati purna tugas baik, mereka yang bekerja di sektor pertanian, kesehatan dan sektor-sektor lain. Sayangnya data tentang jumlah entomologiwan Indonesia yang masih aktif dan yang sudah purna tugas yang tersebar di banyak sektor dan di berbagai daerah belum kita miliki. Penurunan jumlah ini jelas terlihat di sektor pertanian dengan jumlah para Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan dan para pejabat Perlindungan Tanaman yang sebagian besar sudah mendekati usia pensiun. Keadaan ini terjadi juga di banyak Balai Penelitian di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lebih banyak peneliti entomologi yang purna tugas dibandingkan dengan peneliti entomologi yang baru. Mungkin kecenderungan terjadi juga di Departemen Kesehatan, LIPI, dan di kalangan industri pestisida nasional. Akibat semuanya itu banyak posisi di suatu lembaga yang secara profesional seharusnya ditempati oleh entomologiwan tetapi ditempati oleh petugas dengan latar belakang profesi lain, yang tentunya akan merugikan bagi kualitas pelayanan entomologi secara profesional. Universitas Penghasil Entomologiwan Baru Kondisi suram tentang masa depan kuantitas dan kualitas pendidikan entomologi juga dialami oleh perguruan tinggi di Indonesia. Banyak mata kuliah dasar tentang entomologi semakin berkurang atau menghilang di kurikulum S1 baik di universitas-universitas seperti di Fakultas Pertanian IPB, UGM, UNPAD, UNIBRAW, UNSRAT dan universitas-universitas lain. Jurusan Perlindungan atau Proteksi Tanaman di Fakultas Pertanian UGM masih menawarkan beberapa mata kuliah entomologi dasar dan entomologi terapan meskipun jumlahnya tidak sebanyak kurikulum sebelumnya. Dengan keputusan dari Ditjen Pendidikan Tinggi bahwa pada Strata 1 Fakultas Pertanian Universitas Negeri dan Swasta hanya akan terdapat 2 jurusan yaitu Jurusan Agroteknologi dan Agrobisnis maka peluang pengembangan pendidikan tinggi entomologi di Fakultas Pertanian semakin kecil. Sarjana Pertanian akan lebih diarahkan menjadi sarjana yang mempunyai kompetensi yang lebih umum daripada kompetensi khusus atau spesialis. Kita pernah mengharapkan pendidikan entomologi dasar yang kuat dapat dikembangkan di Fakultas Biologi namun pada kurikulum S1 di Fakultas Biologi, entomologi dimasukkan dalam bidang/minat Zoologi. Di Fakultas Kedokteran beberapa mata kuliah Entomologi Kedokteran ditawarkan dan dikembangkan di bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran. Di Fakultas Kedokteran Hewan juga terdapat Bagian Parasitologi Hewan. Kurikulum entomologi pada umumnya diberikan di Perguruan Tinggi baik di tingkat S1 dan S2 masih menggunakan pendekatan klasik yaitu monodisiplin/ sub disiplin entomologi. Kita belum mengembangkan mata kuliah entomologi yang sifatnya komprehensif, sintesis dan

penyelesaian masalah lapangan yang rumit dan dinamis. Sudah waktunya kita meninjau kembali kurikulum pendidikan entomologi di Universitas agar kita dapat menghasilkan entomologiwan yang berkualitas dan mampu terjun dalam usaha bersama meningkatkan daya saing bangsa. Dengan keadaan dan perkembangan dunia Pendidikan Tinggi yang demikian tampaknya Perguruan Tinggi dalam waktu dekat belum mampu untuk segera dapat menghasilkan entomologiwan baru untuk mengganti para entomologiwan di Indonesia yang jumlah dan kualitasnya semakin menurun tersebut.. Peran Strategis PEI Dengan kelangkaan lembaga-lembaga formal yang berlabelkan entomologi baik di lembagalembaga pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi harapan satu-satunya adalah pada organisasi profesi entomologi kita, yaitu PEI. Peran Perhimpunan Entomologi Indonesia menjadi semakin penting dan strategis untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa. Langkah penting yang harus PEI lakukan adalah memfasilitasi dan mendorong profesionalisme para anggotanya agar dapat meningkatkan wawasan, relevansi pengetahuan dan teknologinya sehingga mereka mampu menyumbangkan peningkatan daya saing bangsa melalui bidang kegiatannya masing-masing, termasuk yang berhubungan dengan perdagangan dunia . Para entomologiwan yang menekuni atau bekerja dalam salah satu bidang atau sektor pembangunan nasional didorong meningkatkan kemampuannya menghasilkan pendekatan dan teknologi yang khas lokasi dengan menggabungkan kearifan lokal dan ilmu pengetahuan yang relevan. Berikut merupakan beberapa bidang dan isu relevan yang perlu kita pelajari dan analisis lebih dalam tentang bentuk dan kadar keikutsertaan dan sumbangan entomologi.

Ketahanan Pangan (Food Security) Keamanan Pangan (Food Safety) Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary) Karantina Pertanian (Agriculture Quarantine) Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Ketahanan Hayati (Biosecurity) Keamanan Hayati (Biosafety) Keamanan Bahan Kimia (Chemical Safety) Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Beberapa topik isu di atas saling berkaitan dan mempengaruhi. Keberhasilan kita dalam mengelola isu-isu tersebut sangat mempengaruhi citra dan daya saing bangsa kita di dunia internasional. Perhimpunan dapat menyelenggarakan seminar, lokakarya dan kelompok kerja berkaitan dengan isu-isu tersebut. PEI dapat juga membuat rangkaian program pelatihan, kursus dan peningkatan mutu SDM terkait dengan isu-isu tersebut bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain di dalam negeri dan luar negeri. Sebagai perhimpunan profesi, PEI harus berani menyuarakan pendapat dan usulan pada Pemerintah dan masyarakat dari tingkat Pusat sampai Daerah sebagai hasil kajian terhadap isu-isu terutama yang terkait dengan pengelolaan serangga dan dampaknya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam rangka mengevaluasi dan merevitalisasi pendidikan

entomologi diusulkan agar PEI segera menyelenggarakan Seminar atau Lokakarya Pendidikan Entomologi II bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga-lembaga pendidikan lain yang berminat. Melalui PEI kita harapkan kontribusi Entomologi untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa secara bertahap dapat semakin nyata dan berkelanjutan. Untuk itu seluruh jajaran PEI Pusat dan PEI Daerah harus berkerja lebih keras dan profesional. Terima kasih. Daftar Acuan Borror, D.J., C.A. Tripleton and N.E. Johnson,1989. An Introduction to the Study of Insects. Sixth Edition. Thomson Learning Inc. Australia, Canada, Mexico, Singapore, Spain, UK, USA. Gullan, P.J and P.S.Cranston, 2005. The Insects. An Outline of Entomology. Third Edition. Blackwell Publ. Ltd. Malden, M.A. USA.

You might also like