You are on page 1of 12

Belajar dalam Perspektif Islam

BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal pokok dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakaan proses pengembangan individu dan kepribbadian seseorang yang dilaksanakn secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannnya. Pendidikan sangat erat kaitannya dengn proses pembelajaran yang diantaranya diaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal. Pemerintah Indonesia kini sedang meningkatkan upayanya untuk memperbaharui Pendidikan Nasional menjadi suatu sistem yang lebih relevan dan lebih serasi serta dapat menjunjung terhadap program-program Pembangunan Nasional. Sebagai warga negara yang baik, kita hendaknya mencari efektivitas, afisien dan produksi dalm penyelenggaraan pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisitem pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Manusia yang berkualitas adalah hasil daripendidikan yang berkualitas serta pelatihan yang sesuaidengan kebutuhan pasar. artinya Tentunya manusia yang berkualitas demikian dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan dan pelatihan yang berorientasikan pasar.2 Dengan demikian sekolah yang berkualitas tentunya adalah sekolah yang mampu menghsilkan output yang sesuai dengn kebutuhan pasar, artinya dapat bersaing di era globalisasi. Hal pokok yang berkaitan dengan pendidikan adalah belajar. Belajar merupakan komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam dunia pendidikan, baik secar formal, informal dan non formal. Tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pedidikan. Sehingga secara tidak langsung dapat disimpulkan secar semsntar bahwa keberhasilan pendidiakn tergantung oleh berhasil pulanya proses belajar yang dialami oleh siswa. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapatkan tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu agama yaitu prespektif islam. Dalam agama islam mengatakan bahwa belajar merupakan kewajiban setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu
1

pengetahuan sehingga derajat ilmu pengetahuannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat Al- Mujadalah : 11, yaitu: Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

BAB II KAJIAN TEORI A.Definisi Belajar Banyak definisi belajar yang dikemukakan oleh para tokoh diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Hilgard mengatakan :Learning is the proses by which an activity originates as changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) 2.Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 3.James P. Chaplin, leearning (hal belajar, pengetahuan) yang berarti perolehan dari sembarang yang relative permanent dalm tingkah laku sebagai hasil praktek. 4.Sumadi Suryabrata menyimpulkan dari beberapa tokoh diatas bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changed, aktual maupun potensial). Perubahan itu ada pokoknya adalah di dapatkan kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha. B.Belajar Prespektif Agama Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital. Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa. Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensipotensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. Namun Islam menekankan dalm signifikasi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat jelas. Kata-kata kunci seperti yaqilun, yatafardkkarun, yubshirun, yasmaun dan sebagainya terdapat dalam Al-Quran merupakan bukti betapa pentingnya penggnaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengeatahuan. Islam menurut Dr. Yusuf Al- Qardhawi (1984) adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta.4 Hal tersebut terdapat
3

dalam Al-Quran Surat Muhammad: 19 yang artinya Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah.. Teori Belajar Menurut Islam Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQuran, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Quran memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Quran, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya hadist berikut ini; Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama Arti Penting Belajar menurut Al-Quran 1. Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. 2. Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apayang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. 3. Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah. Cara Belajar 1. Belajar melalui imitasi Di awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi, sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-orang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang yang sudah mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain. Di dalam Islam, dapat ditemui juga hal yang demikian. Mari kita lihat sepasang saudara kembar, Qabil dan Habil. Banyak juga di dalam Al-Quran yang mencoba menerangkan tentang salah satu varian yang seperti demikian. Karena tabiat manusia yang cenderung untuk meniru, maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk perilaku manusia. 2. Pengalaman Praktis dan trial and error.
4

Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang menuntutnya untuk cepat tanggap terhadapa permasalahan yang ada tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. 3. Berfikir Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005). Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling tinggi. Dalam Al-Quran, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S. Al-Anam: 95, Q.S. Al-Anbiya : 66-67. Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang. Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar. Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru. Sarana Belajar 1. Sarana Fisik Terdapat dua panca indera manusia yang membantunya untuk melakukan kegiatan belajar yakni, mata dan telinga. Tidak bisa dipungkiri kedua panca indera ini menjadi sesuatu yang mutlak digunakan ketika belajar. Dua panca indera ini pula sering disebutkan dalam Al-Quran. Meskipun demikian, indra peraba, perasa, dan penciuman juga mampu memberikan kontribusi pada saat belajar.

2. Sarana Psikis Akal dan qalb merupakan bagian dari saran psikis. Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi (Bastaman, 1997). Akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan rasional. Sedangkan qalb mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah jantung dan dana dalam arti
5

metafisik adalah karunia Tuhan yang halus yang bersifat rohaniah dan ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung. 3. Ragam alat belajar Islam memandang umat manusia sebagai mahkluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, bersih, fitrah dan suci (teori tabula rasa = John Lock). Namun pada kenyataannya Tuhan Ynag Maha Esa memberikan kelebihan baik dari segi jasmaniah maupun dari segi rohaniah sehingga manusia dapat belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemakmuran diri manusia itu sendiri. Potensi yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam organorgan fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan adalah sebgaai berikut : Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual. Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal. Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif. Alat-alat yang bersifat fisio-psikis dalam hubungannya dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sam lain berhubungan secara fungsional. Dalam surat An-Nahl: 78 Allah berfirman : Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Kata afidah dalam ayat ini menurut seorang pakar tafsir Al-Quran Dr. Quraisy Shihab, (1992) berarti daya nalar yaitu potensi atau kemampuan berfikir logis atau bisa di sebut dengan akal. Dalam tafsir ibnu Katsir Juz II afidah artinya akal yang menurut sebagian orang tepatnya di dalam jantung (qalb). Namun, kitab tafsir ini tidak menafikan kemungkina afidah itu ada dalam otak (dimagh). Sedemikian pentingnya arti daya nalar akal dalam prespektif ajaran isalm, hal tersebut terbukti dengan dikisahkannya penyesalan para penghuni neraka karena keengganan dalam menggunakan akal mereka untuk memikirkan peringatan Allah. Dalam surat Al-Mulk ayat 10 dikisahkan bahwa mereka berkata Artinya: Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Sehubungan dengan penjelasan yang diuraikan di atas,muncullah pertanyaan tentang bagaimana fungsi kalbu (qalb) bagi kehidupan psikologis manusia? Arti konkret (bersifat fisik) qalb menurut kamus Arab-Inggris Al-Maurid adalah heart (jantung) bukan lever (hati). Kata hati yang biasanya dipakai untuk menterjemahhkan qalb itu dalm bahasa arab disebut
6

kabid. Menurut kamus Arab Indonesia Al- Munawir (1984), arti fisik qolb disamping jantung juga hati. Akan tetapi mungkin pengertian hati ini dimasukkan karena sudah terlanjur populer di kalangan penerjemah kitab-kitab arab di Indonesia. Dalam pengertian non fisik (yang bersifat abstrak) kamus Arab Indonesia mengartikan qalb sebagai al-aql (akal); al-lubb (inti;akal);al-zakirah (ingatan;mental) dan al-quwwatul aqilah (daya pikir). Selain hal itu, Kamus Arab-Indonesia Al-Maurid memberikan arti non fisik Qolb dengan katakata : mind (akal) dan secret thought (pikiran tersembunyi / pikiran rahasia). Pengertian non fisik seperti yang tersebut dalam kamus Al- Munawwir dan Al-Maurid itulah yang lebih cocok untuk memahami kata Qalb. Bahkan untuk memilih arti non fisik akal untuk Qalb terasa lebih sesuai apabila kita memperhatikan firman Allah dalm surat Al-Aaraf 179 : Artinya :Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah). Hati menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah organ tubuh ng berwarna kemerahmerahan yang terletak di bagian atas rongga perut yang fungsinya untuk mengambil sari makanan dan untuk memproduksi empedu. Sedangkan secara non fisik, kamus tersebut mengartikan hati sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertianpengertian. Pengertian non fisik menurut KBI sama sekklai tidak mengesankan arti tempat sebagi sinonim kata hati dalam arti fisik yang konkret. Berdasarkan penjelasan di atas yang perlu di garis bawahi adalah bahwa hati dalam prespektif disiplin ilmu apapun tidak memiliki fungsi mental seperti otak. Sehingga pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam seluruh bidang study hendaknay di tanamkan dalam otak para pelajar / siswa bukan lah di tanamkan dalam hatinya. Memori permanen yang tersimpan dalam otak kita berfungsi menyimpan informasi, pengetahuan bahkan dalam keyakinan, (Besr, 1989; Reber, 1988; Anderson, 1990) selain itu memory permanen juga dapat brfungsi sebagai bahan penyimpanan semua kejadian-kejadin yang sudah lama berlalu.

BAB III Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam 1. Al-Ghazali

Dalam pemahaman beliau, seorang filsuf pendidikan di dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan melakukan dan talim rabbani. Talim insani adalah belajar dengan merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan yang diakui oleh orang yang berakal.

kalangan Islam, pendekatan belajar dua pendekatan, yakni talim insani bimbingan manusia. Pendekatan ini biasanya menggunakan alat indrawi

Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi. Al Ghazali kemudian membagi abstraksi ini menjadi empat tahap, yakni terjadi pada indra, terjadi pada al-khayal . 2. Al-Zarnuji Menurut al-Zarnuji, belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan kebodohan. Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain. Inilah buah dari ilmu yang menurut al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak. Dalam konteks ini, para pakar pendidikan Islam termasuk al-Zarnuji mengatakan bahwa para guru harus memiliki perangai yang terpuji. Guru disyaratkan memiliki sifat wara (meninggalkan hal-hal yang terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan) dibanding muridnya, dan berumur (lebih tua usianya). Di samping itu, al-Zarnuji menekankan pada kedewasaan (baik ilmu maupun umur) seorang guru. Hal ini senada dengan pernyataan Abu Hanifah ketika bertemu Hammad, seraya berkata: Aku dapati Hammad sudah tua, berwibawa, santun, dan penyabar. Maka aku menetap di sampingnya, dan akupun tumbuh dan berkembang.

BAB IV PEMBAHASAN

Terdapat banyak ayat di dalam al-Quran dan Hadits tentang perlunya belajar dan mengajar serta perlunya mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan keselamatan di akhirat. Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu : (1) Keteladanan (oleh Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat), dan (2) Metode pengajaran yang didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal.
9

Abdullah Yusuf menjelaskan, ungkapan pengajaran dan pembacaan yang ada pada ayatayat itu mengimplikasikan, pemerintah mengajar dan membaca (meneliti dan sebagainya) tidak terbatas pada penyampaian risalah Allah yang harus dilakukan Rasul, tetapi juga bersifat universal, menukik pada tugas untuk menyebarkan kebenaran oleh semua orang yang membaca dan memahami ajaran Al Quran. Nilai-nilai dan komitmen Islam itu akan makin tampak bila dikaitkan dengan Hadits Aisyah tentang permulaan turunnya wahyu (lihat al-Bukhari, 18-24), di mana Tuhan menyuruh membaca kepada Muhammad. Pertama kali Nabi menolak karena dia tidak bisa membaca. Namun, Tuhan menjelaskan, membaca adalah kewajiban manusia; mencari dan mengamalkan pengetahuan adalah sifat intrinsik yang harus ada pada manusia. Hadits ini juga menggambarkan dengan jelas mengenai proses penyampaian pengetahuan dalam Islam, yaitu sifatnya yang sangat menekankan pada penciptaan suasana dialogis dan aktif. Perintah membaca itu tidak hanya dikhususkan pada Rasulullah saja tapi juga untuk para umatnya. Membaca ticak hanya membaca buku, tetapi juga membaca segala macam fenomena dan peristiwa yang ada di alam dunia ini yang bisa diambil pelajaran hidup bagi kita semua. Belajar tidak mesti harus di sekolah-sekolah, lingkungan akan lebih berpengaruh pada kehidupan kita maka dari itu kita juga perlu belajar tentang dan dari lingkungan kita. Pengertian Belajar Dalam Persefektif Psikologi Islam Ketika kita dengar kata belajar pasti kita berfikir bahwa itu adalah suatu proses latihan yang mana dengan kita belajar pasti kita akan dapat pengetahuan atau ilmu. Ada orang yang beranggapan bahwa belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca, dan menulis. Berdasarkan persepsi yang seperti ini biasanya sudah berhasil apabila anak-anak mereka mampu memperlihatkan ketrampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenahi arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut. Ini berarti berhasil atau tidaknya itu tergantung pada proses belajar mengajar yang di alami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri. Terbentuknya suatu pembelajaran akan membawa suatu prestasi bagi siswa bahwa itu juga termasuk keberhasilan sutu pembelajaran. Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan . Semisalnya ada yang berpendapat bahwa tujuan pengajaran IPS di sekolah adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya. Dalam arti lain belajar menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, dalm arti pendidkan intelektual. Ada pendapat dari ahli pendidikan modern yang mengatakan bahwa Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri manusia yang ditanyakan dalam cara-cara bertingkash laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut Withherington dalam bukunya Educational Psycholofy mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
10

daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian . Dari pengertian di atas bahwa belajar adalah proses perubahan menyangkut dari berbagi aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. Seperti halnya perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapa, kebiasaan ataupun sikap. Bagaimana Proses Belajar Itu Berlangsung Manusia dan mahluk hidup linnya saling membutuhkan untuk melangsungkan kehidupannya. Untuk mencapai apa yang di inginkan manusia selalu senantiasa belajar guna untuk perkembangan penetahuan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari uraian-uraian yang telah disampaikan di awal dapat kita ambil beberapa kesimpulan. Pada bahasan pertama kita membahas tentang perlunya belajar, mengetahui dan mengembangakan ilmu pengetahuan. Baik itu pengetahuan tentang umum yang bertujuan pada dunia ataupun pengetahuan tentang agama yang orientsinya pada dunia akhirat nanti. Pada pembahasan awal juga kita membahas tentang pembelajaran atau pendidikan serta bagaimana pengajarannya dikaitkan dengan aspek agama khususnya agama islam.Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu yang pertama adalah Keteladanan (oleh Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat), dan yang kedua adalah Metode pengajaran yang didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal.
11

Pada kajian teori juga sudah dijelaskan tentang apa definisi belajar menurut beberapa tokoh. Bahwasannya inti dari sebuah kegiatan yang kita sebut belajar ini adalah perubahan. Manusia hidup harus selalu melakkukan perubahan dalam hidupnya, tentunya perubahan ke arah positif dan perubahan yang bermanfaat. Karena pada hakikatnya pun manusia juga berubah, berubah fisik yang juga akan mempengaruhi perubahan cara berpikirnya. Pada pembahasan berikutnya juga dijelaskan tentang ayat dan hadis yang menjelaskan tentang pentingnya belajar dan mencari pengetahuan. Dalam salah satu ayat dalam Al-Quran misalnya, Allah SWT memerintahkan pada Rasulullah Bacalah dengan nama Tuhanmu perintah membaca dalam ayat tersebut bukan ditujukan hanya untuk Rasulullah tetapi juga untuk para umatnya. Perintah membaca juga bukan hanya membaca buku dan tulisan saja tetapi juga bagaimana kita membaca lingkungan kita dan segala fenomena/peristiwa yang terjadi. SARAN Bagi penulis, untuk lebih banyak lagi membaca refrensi-refrensi terutama refrensi yang terbaru terkait dengan tema dan judul yang dibahas agar banyak hal-hal yang diperoleh dan dapat ditulis, pengetahuan juga semakin luas.

Daftar Pustaka Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Rosdakarya. Bandung. 1995 Syah,Muhibbin. Psikologi Belajar. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), halm.3 H.A.R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Prespektif Abad 21(Magelang: Indonesia Tera, 1999), hlm.123 Bastaman, Hanna Djumahna, Integrasi Psikologi Islam Pustaka Pelajar, Yogyakarta,1995 Wasty Sumntono. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta Malang,1983 Suryadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo. Jakarta. 1989 http://fisikaumm.blogspot.com Juga dari berbagai sumber di internet

12

You might also like