You are on page 1of 104

www.belajarkonseling.

com

MODEL-MODEL KONSELING, MEDIA DAN EVALUASI BIMBNGAN DAN KONSELING


Dra. Kelanawaty Karim, Msc.Ed. Dra Rahmi Sofah, MPd.,Kons. Drs. Romli Menarus, SU., Kons. Dr. Yosef Dra. Harlina, M.Sc. Drs. Syarifuddin Gani, Msi., Kons.
1. Pendahuluan Modul ini fokus pada pngembangan guru bimbingan dan konselng dalam mempersiapkan dan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Dengan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru bimbingan dalam melaksanakan konseling dengan model-model yang sesuai dengan permasalahan yang dialami siswa, maka alkan menunjukkan kualitas pelaksanaan layanan konseling,yang pada gilirannya akan terentaskan permasalahan siswa. Layanan konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ni mengalami perubahan-perubahan yang sanga cepat. Perubahan itu dapat ditemukan pada bagaimana teori-teri muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling ditruntut untuk dapat memanfaatkan media dalam layanan ui bimbingan dan konseling Selain itu untuk mengetahui ketercapaian tujuan layanan bimbngan dan konseling diperlukan evaluasi sebagai alat ukur untuk mengetaui proses dan hasil layanan yang telah diberikan, sehingga dari hasil evaluasi dapat dijadikan umpan balik untuk meningkatkan kualias layanan bimbingan dan konseling. 2. Kompetensi dan Indikator Setelah mempelajari modul ini diharapkan memiliki kempetensi : 1. Mengaplilkasikan pendekatan model jenis pelayanan bimbingan dan konseling. 2. Mampu mengaplikasikan teknik-teknik konseling 3. Menentukan media yang tepat sesuai dengan tujuan dan layanan yang diberikan.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

4. Melakukan evaluasi proses dan hasil program layanan bimbingan dan konseling Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka indikator yang diinginkan tercapai dalam pembelajaran modul ini adalah : 1. Menjelaskan model-model dalam pendekatan layanan konseling. 2. Mampu menentukan model konseling sesuai dengan permasalahan yang dialami siswa. 3. Mampu menggunakan teknik dalam konseling. 4. Mampu menilai proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling. 5. Menjelaskan kegunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling. 6. Menentukan media yang tepat sesuai dengan tujuan layanan bimbingan dan konseling Untuk membantu Anda menguasai kompetensi-kompetensi dalam modul ini, bahan ajar yang disajikan ke-dalam kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan Belajar 1 Model-model Konseling Dalam modul ini dibahas Terapi: Psikoanalisis, Client centered, Gestals, Analisis Transaksional, Tingkah laku, Rasional Emotif dan Realitas. 2. Kegiatan belajar 2 berisi keterampilan dalam melaksanakan konseling individual 3. Kegiatan Belajar 3 Media Bimbingan dan Konseling. Dalam kegiatan ini dibahas media BK, manfaaat Media BK, Jenis-jenis media BK sesuai dengan jenis layanan dan fungsinya. 4. Kegitan Belajar 4 Evaluasi BK Dalam kegiatan ini dibahas, pengertian evaluasi BK, tujuan evaluasi BK, sasaran evaluasi BK, teknik teknik evaluasi BK.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Kegiatan Belajar 1 MODEL-MODEL KONSELING


I.Pendahuluan
Modul ini membahas berbagai pendekatan konseling dan psikoterapi, yang memuat konsep-konsep dasar dari masing-masing pendekatan psikoterapi dan topik-topik seperti, proses terapeutik (mencakup tujuan-tujuan), teknik-teknik yang spesifik dan prosedurprosedur yang dapat diterapkan pada praktek individual dan kelompok. Tujuan modul ini adalah pengembangan pandangan yang seimbang tentang konsep-konsep utama dalam berbagai terapi serta penerapan-penerapan praktis dan implementasi teknik-teknik dalam proses terapeutik. Dalam perkembangan teori pada saat ini, tidak ada model; teoritis tunggal yang sepenuhnya mampu mencakup segenap dimensi yang unik dari berbagai terapi. Meskipun upaya-upaya untuk mengintegrasikan dan menyatukan berbagai pendekatan psikoterapi yang berlainan telah dijalankan, para praktisi yang mengikatkan diri pada titik pandang teoritis tertentu masih saja beranggapan bahwa pendekatan psikoterapi merekalah yang mengandung kebenaran yang pasti. Fokus modul ini adalah dengan mengenal pendekatan-pendekatan psikoterapi utama, para guru bimbingan konseling dapat memperoleh suatu corak konseling yang dipadukan dengan kepribadian mereka sendiri dan memilih teknik-teknik yang sesuai dengan masalah yang dihadapi kliennya. Jadi tim penulis menganjurkan eklektisisme sebagai suatu kerangka kerja bagi pendidikan para guru bimbingan konseling. Pada saat melengkapi tulisan ini penulis menyadari bahwa setiap pendekatan psikoterapi terdapat dimensi-dimensi yang berguna dan bahwa menerima pendekatan yang satu tidak berarti menolak pendekatan yang lain. Untuk diketahui bahwa seorang praktisi bisa saja berorientasi humanistik dan memiliki pandangan eksistensial tentang manusia sebagai landasan konseptual dan filsafatnya, tetapi pada saat yang sama dia boleh saja

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

menggunakan teknik-teknik yang berasal dari terapi tingkah laku dan dari sejumlah psikoterapi berorientasi kognitif yang berfokus pada tingkah laku dan tindakan. Asumsi utama kita adalah bahwa para klien mengalami peningkatan kebebasan memilih akan menjadi bagaimana mereka di masa mendatang. Meskipun menerima pandangan bahwa kita secara pasti dibentuk oleh lingkungan sosio kultural dimana sebagian besar dari tingkah laku kita merupakan hasil belajar dan pengondisian, kita sebaiknya berpegang pada asumsi bahwa dengan meningkatnya kesadaran terhadap kekuatan-kekuatan yang mencetak kita, kita mampu melampaui kekuatan-kekuatan yang mendeterminasi itu. Kebanyakan pendekatan konseling dan psikoterapi kontemporer beroperasi diatas asumsi bahwa para klien sanggup menerima tanggung jawab pribadi dan bahwa kegagalan para klien untuk menerima tanggung jawab pribadi itu sebagian besar disebabkan oleh kesulitan-kesulitan emosional dan behavioral yang dialaminya sekarang. II. URAIAN MATERI A. TERAPI PSIKOANALISIS Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang manusia, dan metode psikoterapi. Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup: 1, Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia; 2, Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar; 3, Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa; 4, Teori psikoanalitik menyediakan karangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandalkan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan-kecemasan; 5, pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensiresistensi dan transferensi-transferensi. Konsep-konsep utama : Struktur kepribadian

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: Id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis, id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial. Id. Id adalah sistem kepribadian yang orisinil; yang dimiliki seseorang pada saat dilahirkan, yang merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisir, buta, menuntut, dan mendesak, id tidak bisa menoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin untuk mencapai keseimbangan. Dengan diatur olah asas kesenangan, id bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan: memuaskan kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan asas kesenangan. Ego. Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur sebagai polisi lalu lintas dari id, superego dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai nalurinaluri dengan alam sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melakukan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis. Serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Apa hubungan antara ego dan id? Ego adalah tempat bersemayam inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Sementara id hanya mengenal kenyataan subyektif, ego membedakan bayangan-bayangan mental dengan halhal yang terdapat di dunia eksternal. Super Ego. Super ego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Super ego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Super ego merepresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan orang tua kepada anak. Super ego berfungsi menghanbat impuls-impuls id. Kemudian, sebagai internalisasi standar-standar orang tua dan masyarakat, super ego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh kekuatankekuatan irrasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongandorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama kehidupannya. Selain itu menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis; Ia melihat tingkah laku sebagai dideterminasi hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan. Kesadaran dan ketidaksadaran Ketidaksadaran tidak dapat dipelajari secara langsung, tetapi bisa dipelajari melalui tingkah laku. Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa, seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada di bawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berada di bawah permukaan air. Ketaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang direpresi, kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi yang tidak bisa dicapai, yang berada di luar kesadaran dan juga di luar kendali.. Oleh karena itu sasaran terapi analitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya ketika menyadari motif-motifnyalah manusia bisa menentukan pilihan; Pemahaman terhadap peran ketak sadaran itu penting guna menangkap esensi model tingkah laku psikoanalitik. Prosesproses tak sadar adalah akar segenap gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini, penyembuhan adalah upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan bahan-bahan yang direpresi yang merintangi fungsi psikologis yang sehat. Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Ada tiga macam kecemasan: kecemasan realistis yaitu ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada; kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya; kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Orang yang hati nuraninya berkembang baik cendrung merasa berdosa apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya.

Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Ego Penyangkalan, adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan. Misalnya kecemasan terhadap kematian orang yang dicintai, sering dimanifestasikan dengan penyangkalan terhadap kematian. Proyeksi, adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan mengutuk orang lain karena kejahatannya dan menyangkal memiliki dorongan jahat seperti itu. Fiksasi, maksudnya adalah menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ketahap selanjutnya menimbulkan kecemasan. Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutantuntutannya tidak terlalu besar. Contohnya, seorang anak yang takut sekolah memperlihatkan tingkah laku yang infantil, mengisap jari, bersembunyi, bergantung pada orang tuanya. Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang lebih baik guna manghindarkan ego dari cedera; Orang yang tidak berhasil memperoleh suatu kedudukan mengemukakan alasan mengapa dia begitu senang tidak memperoleh kedudukan yang sesungguhnya dia inginkan, atau seorang pemuda yang ditinggalkan kekasihnya, guna menghibur egonya

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

yang terluka, ia menghibur diri dengan mengatakan bahwa dia memang memutuskannya karena gadis tsb bukan orang yang baik.

akan

Sublimasi, adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya, contohnya: dorongan yang agresif dari seseorang disalurkan kepada aktifitas bersaing dalam olah raga, sehingga dia menemukan jalan bagi pengungkapan perasaan agresifnya, dan dia juga memperoleh imbalan atas prestasinya. Displacement, adalah mengarahkan energi kepada obyek atau orang lain , apabila obyek yang sesungguhnya sulit atau tidak mungkin dijangkau. Seorang anak yang marah kepada orang tuanya, melampiaskan kepada benda yang ada di sekitarnya. Represi, adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan;mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kapada ketidak sadaran,. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting, menjadi basis bagi banyak pertahanan ego lainnya dan bagi gangguan-gangguan neurotik. Formasi reaksi, adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar; jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang menimbulkan tingkah laku yang berlawanan guna manyangkal perasaan-perasaan yang menimbulkan ancaman itu. Contoh, seseorang yang sebenarnya memiliki perasaan benci terhadap seseorang, tapi karena takut dengan dosa, menutupi perasaannya dengan menunjukkan sikap senang yang berlebihan. Adaptasi-adaptasi Psikoanalisis: Para Neo-Freudian Carl Jung Ringkasan konsep-konsep Utama Pandangan tentang sifat mnusia menekankan peran maksud dalam perkembangan manusia. Manusia hidup dengan sasaran-sasaran di samping dengan sebab-sebab. Jung memiliki pandangan yang optimistis dan kreatif tentang manusia, menekankan tujuan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

aktualisasi diri. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau, tetapi jua oleh masa mendatang. Ketaksadaran personal meliputi pengalaman-pengalaman yang pada suatu saat disadari tetapi kemudian direpresi dan terlupakan Ketaksadaran kolektif adalah himpunan ingatan-ingatan terpendam yang diwariskan oleh nenek moyang. Kesadaran kolektif merupakan warisan ingatan-ingatan rasial (arketifarketif) yang signifikan, yang diturunkan dari satu generasi ke lain generasi. Arketif-arketif itu dapat diungkap melalui penafsiran simbolik atas mimpi-mimpi. Animus dan anima : Manusia memiliki karakteristik-karakteristik feminine maupun maskulin. Sisi feminine yang dimiliki oleh pria adalah anima, yang memungkinkan pria mampu memahami wanita. Sedangkan sisi maskulin wanita adalah animus, yang memungkinkan wanita memahami pria. Dua sikap ekstraversi dan introversi. Sikap ekstravert mengarahkan seseorang kepada dunia eksternal dan obyektif, sedangkan sikap introvert mengarahkan seseorang kepada dunia internal dan subyektif. Alfred Adler : Ringkasan Konsep-konsep Utama Pandangan tentang manusia Manusia dimotivasi terutama oleh dorongan-dorongan social. Pria dan wanita adalah makhluk social dan masing-masing orang dalam berelasi dengan orang lain mengembangkan gaya hidup yang unik. Adler menekankan determinan-determinan social kepribadian, bukan determinan-determinan seksual. Pusat kepribadian adalah kesadaran, bukan ketaksadaran. Manusia adalah tuan, bukan korban dari nasibnya sendiri. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya yang inheren serta untuk mencapai superioritas. Tujuan hidup adalah kesempurnaan, bukan kesenangan. Adler menekankan bahwa setiap orang memiliki perasaan rendah diri, anak karena ukuran dan ketidak berdayaannya merasa rendah diri. Individu berusaha mengatasi ketidak berdayaannya itu dengan berkompensasi, yakni mengembangkan gaya hidup yang memungkinkan tercapainya keberhasilan. Gaya hidup : Konsep gaya hidup menerangkan keunikan setiap individu. Setiap individu memiliki gaya hidupnya sendiri dan tidak ada dua orang yang memiliki gaya hidup

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

yang persis sama. Dalam usahanya untuk mencapai superioritas, sebagian orang mengembangkan inteleknya, sebagian orang lagi mengembangkan bakat seninya, sedangkan yang lainnya lagi mengembangkan bakat olahraga dan seterusnya Pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, Adler menekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak mengembangkan gaya hidup yang keliru. Susunan dalam keluarga bias memperkuat rasa rendah diri pada anak.

Erik Erikson: Ringkasan konsep-konsep utamanya: Identitas ego Erikson, penulis utama tentang psikologi ego, mengonsepsikan identitas ego sebagai suatu polaritas dari apa seseorang itu menurut perasaan dirinya sendiri dan apa seseorang itu menurut anggapan orang lain Seseorang yang mencapai identitas ego memperoleh rasa memiliki. Juga jika masa lampau seseorang memiliki makna bagi masa depannya, maka akan terdapat kesinambungan perkembangan yang direfleksikan oleh tahap-tahap pertumbuhan; masing-masing tahap berhubungan dengan tahap-tahap lainnya. Lima tahun pertama kehidupan Erikson (1964) menggambarkan delapan tahap perkembangan yang masing-masing mengandung kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi dan krisis yang perlu diselesaikan. Tiga tahap pertama berlangsung pada masa bayi dan masa kanak-kanak: 1. Yang berhubungan dengan fase oral adalah tugas mengembangkan rasa percaya pada diri dan dunia. Bayi akan mengembangkan rasa percaya apabila dia dicintai. Pada tahap ini krisis yang muncul adalah percaya lawan tidak percaya. 2. Yang bersesuaian dengan fase anal adalah periode masa kanak-kanak awal, yang oleh Erikson disebut tahap otonomi. Intinya adalah otonomi lawan malu. Anak perlu belajar mandiri, menguasai lingkungan, dan memiliki rasa mandiri. Penting bagi anak

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

untuk memperoleh dukungan, diizinkan bereksperimen, dan dibiarkan bergantung pada orang lain dengan cara sehat. 3. Yang bersesuaian dengan fase falik adalah tahap inisiatif. Pada tahap ini krisis utama adalahinisiatif lawan dosa. Tugas-tugas yang menentukan adalah mengenal kompetensi kompetensi dasar, identifikasi peran seksual, standar-standar moral, dan pengendalian dorongan-dorongan. Setelah lima tahun pertama dilewati, digambarkan lima tahapan berikutnya: 4. industri lawan inferioritas pada masa latensi, 5. identitas lawan kekacauan peran pada masa remaja 6. keakraban lawan isolasi pada masa dewasa muda 7. kesuburan lawan stagnasi pada masa dewasa, dan 8. integritas ego lawan keputus asaan pada masa kematangan akhir Buku utama: Childhood and Society (1964) Tujuan-Tujuan Terapeutik Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan membuat ketaksadaran di dalam diri klien menjadi disadari. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak. Pengalamanpengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketidak sadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi. Fungsi dan Peran Terapis Karakteristik psikoanalis adalah terapis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terutama membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan rasional. Analis terlebih dulu membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

menafsirkan. Analis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien. Sementara yang dilakukan oleh klien sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan oleh analis mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tak disadari. Analis mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentanganpertentangan pada cerita klien, mengartikan mimpi-mimpi dan asosiasi bebas yang dilaporkan oleh klien, mengamati klien secara cermat selama pertemuan terapi berlangsung, dan peka terhadap isyarat-isyarat yang menyangkut perasaan-perasaan klien kepada analis. Teknik-Teknik dan Prosedur-Prosedur Terapeutik Teknik-teknik pada terapi psikoanalitik disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku klien dan untuk memahami makna berbagai gejala. Kemajuan terapeutik berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis, kepada pemahaman, kepada penggarapan bahan yang tak disadari, kearah tujuan-tujuan pemahaman dan pendidikan ulang intelektual dan emosional, yang diharapkan mengarah kepada perbaikan kepribadian. Kelima teknik dasar terapi psikoanalitik adalah: 1. asosiasi bebas, 2. penafsiran, 3, analisis mimpi, 4, analisis atas resistensi, dan 5, analisisi atas transferensi. Asosiasi bebas Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Analis meminta kepada klien untuk membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran sehari-hari dan sebisa mungkin, mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan, tolol, remeh, tidak logis dan tidak relevan kedengarannya. Singkatnya, dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan, klien akan terhanyut bersama segala pikiran dan perasaannya. Cara yang khas adalah klien berbaring di atas balai-balai sementara analis duduk di belakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir bebas. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalamanpengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

situasi traumatik di masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Katarsis hanya menghasilkan peredaan-peredaan sementara dari pengalaman-pengalaman menyakitkan yang dialami klien, tidak memainkan peran utama dalam proses treatment psikoanalitik kontemporer; katarsis mendorong klien untuk menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam dan karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pemahaman. Guna membantu klien dalam mencapai pemahaman dan evaluasi diri yang lebih obyektif, analis menafsirkan makna-makna dari asosiasi bebas ini. Selama asosiasi bebas berlangsung, tugas analis mengenali bahan-bahan yang direpres dan terkurung dalam ketaksadaran. Urutan asosiasi-asosiasi membimbing analis dalam memahami habunganhubungan yang dibuat oleh klien di antara peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Penghalangan-penghalangan dan pengacauan-pengacauan yang dibuat oleh klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien, membimbing klien kearah dinamika-dinamika yang mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien. Penafsiran Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan tranferensi-teransferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien maknamakna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensiresistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan terhadap bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran menyebabkan pemahaman dan tidak terhalanginya bahan-bahan tak sadar pada pihak klien. Analisis mimpi Selama tidur pertahanan-pertahanan melemah dan perasaan-perasaan yang direpres muncul kepermukaan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan menuju ketaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkapkan. .

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Analisis dan penafsiran resistensi Resistensi, sebuah konsep yang fundamental dalam praktek terapi psikoanalitik, adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahanbahan yang tak disadari. Selama asosiasi bebas atau asosiasi kepada mimpi-mimpi, pasien bisa menunjukkan ketidak sediaan untuk menghubungkan pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, dan pengalaman-pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu. Analisis dan penafsiran transferensi Seperti resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika urusan yang tak selesai di masa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya. Sekarang dalam hubungannya dengan analis, klien mengalami kembali perasaan-perasaan menolak sebagaimana yang dirasakannya terhadap orang tuanya. Analisis transferensi merupakan teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Analisis ini memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan deprivasi-deprivasinya, dan menyajikan pengalaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Rangkuman Konsep utama terapi psikoanalitik adalah bahwa perkembangan kpribadian yang normal berdasarkan resolusi dan integrasi fase-fase berkembangan psikoseksual yang berhasil. Id, Ego dan Superego pembentuk dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat perepresian konflik-konflik dasar. Mekanisme-mekanisme pertahanan Ego dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Tujuan terapi psikoanalitik adalah membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari dan merekonsruksi kepribadian

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

dasar. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus konflik-konflik yang direpresi. Teknik-teknik utama terapi psikoanalitik adalah: penafsiran, analisis mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi, dan analisis transferensi. Soal-soal untuk latihan 1. Jelaskan struktur kepribadian menurut psikoanalitik ! 2. Jelaskan pandangan psikoanalitik tentang manusia ! 3. Jelaskan apa yang menjadi tujuan terapi psikoanalitik! 4. Jelaskan dengan contoh salah satu bentuk mekanisme pertahanan Ego ! 5. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik terapi psikoanalitik ! Tes Formatif 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat: 1. Tokoh utama terapi psikoanalitik adalah: a. William Glasser b. Sigmund Frued c. Frederick Perl d. Erick Berne 2. Psikoanalitik adalah salah satu model terapi yang berorientasi pada: a. Masa kini b. Masa lampau c. Masa depan d. Masa lampau dan masa depan 3. Menurut pandangan psikoanalisis, tsruktur kepribadian terdiri atas: a. Anak, dewasa dan orang tua b. Ambang sadar, bawah sadar, dan tidak sadar c. Id, ego dan super ego d. Semuanya benar 4. Menurut teori psikoanalitik, manusia dideterminasi oleh: a. Kekuatan-kekuatan irrasional

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

b. Motivasi-motivasi tak sadar c. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada 5 tahun pertama kehidupan d. Semuanya, a,b, dan c 5. Id adalah: a. System kepribadian yang memerintah b. Cabang moral dari kepribadian c. System kepribadian yang sudah ada sejak manusia dilahirkan d. A,b,dan c semuanya salah

B.TERAPI CLIENT-CENTERED
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakekatnya, pendekatan ini adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subyektif dan fenomenalnya. Terapis berfungsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi kliennya dalam menumbuhkan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Berlandaskan pada pandangan subjektif atas pengalaman manusia, terapi clientcentered menaruh kepercayaan dan meminta tanggung jawab yang lebih besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan. Konsep Utama terapi Client-Centered Konsep Utama terapi ini bahwa klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang dan berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dank arena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dan diri riel. Maladjustment adalah akibat dari kesenjangan diri antara diri ideal dan diri riel. Berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasaan.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai orang yang lebih tahu dirinya sendiri adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Menurut pendekatan client-centered, psikoterapi hanyalah salah satu contoh dari hubungan pribadi yang konstruktif. Klien mengalami pertumbuhan terapeutik di dalam dan melalui hubungannya dengan seseorang yang membantunya melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya sendirian. Itu adalah hubungan dengan konselor yang selaras (menyeimbangkan tingkah laku dan ekspresi eksternal dengan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran internal), bersifat menerima dan empatik yang bertindak sebagai agen perubahan terapeutik bagi klien. Rogers mengajukan hipotesis bahwa sikap-sikap tertentu pada pihak terapis (ketulusan, kehangatan, penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien. Terapi client-centered memasukkan konsep bahwa fungsi terapis adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada pengalaman di sini-dan-sekarang yang tercipta melalui hubungan antara klien dan terapis. Proses Terapeutik: Tujuan dasar terapi ini menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri klien sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumnya diingkari atau didistorsinya. Membantu klien agar mampu bergerak ke arah keterbukaan terhadap pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup. Tujuan-tujuan dasar terapi client-centered adalah: 1, keterbukaan pada pengalaman, 2. kepercayaan terhadap organisme sendiri,3. tempat evaluasi sendiri, dan 4. kesediaan untuk menjadi suatu proses. Tujuan-tujuan tersebut, adalah tujuan yang luas, yang menjadi suatu kerangka umum untuk memahami arah gerakan terapeutik. Terapis tidak memilih tujuan-tujuan yang khusus bagi klien; Tonggak terapi ini adalah anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapis yang menunjang, memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuannya sendiri.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Bagaimanapun banyak konselor yang mengalami kesulitan dalam memperbolehkan klien untuk menetapkan sendiri tujuan-tujuannya yang khusus dalam terapi. Meskipun mudah untuk pura-pura setuju dengan konsep klien menemukan jalan sendiri, ia menuntut respek terhadap klien dan keberanian pada terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan dirinya sendiri dan mengikuti arah-arahnya sendiri terutama pada saat klien membuat pilihan-pilihan yang bukan pilihan-pilihan yang diharapkan oleh terapis. Fungsi dan peran terapis Peran terapis client-centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien berbuat sesuatu. Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah. Jadi terapis client-centered membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari. Hubungan antara Terapis dan Klien Rogers merangkum hipotesis dasar terapi client-centered dalam satu kalimat, yaitu: jika saya menyajikan suatu tipe hubungan, maka orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan hubungan itu untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan pribadipun akan terjadi. Apa ciri-ciri hubungan terapeutik?. Apa sikap utama terapis client-centered yang kondusif bagi penciptaan iklim psikologis yang layak dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk memulai perubahan kepribadian? Menurut Carl Rogers, keenam kondisi berikut diperlukan dan memadai bagi pengubahan kepribadian: 1. Dua orang berada dalam hubungan psikologis. 2. Orang pertama, yang akan kita sebut klien, ada dalam keadaan tidak selaras, peka, dan cemas. 3. Orang yang kedua, yang akan kita sebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam hubungan. 4. Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap klien.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

5. Terapis merasakan pengertian yang empatik terhadap kerangka acaun internal klien dan berusaha mengomunikasikan perasaannya ini pada klien. 6. Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis kepada klien setidak-tidaknya dapat dicapai. Ada tiga ciri atau sikap pribadi terapis yang membentuk bagian tengah hubungan terapeutik, dan karenanya dari proses terapeutik, yaitu: 1, keselarasan dan kesejatian, 2. perhatian positif tak bersyarat, dan 3. pengertian empatik yang akurat. Penerapan dalam proses belajar-mengajar disekolah Filsafat yang melandasi teori client-centered memiliki penerapan langsung pada proses belajar mengajar.. Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan dalam konseling juga telah beralih pada perhatian terhadap apa yang terjadi dalam pendidikan. Dalam bukunya yang berjudul Freedom To Learn (1969), Rogers mengupas soal-soal yang mendasar bagi pendidikan humanistik dan mengajukan suatu filsafat bagi kegiatan belajar yang terpusat pada siswa. Pada dasarnya, filsafat pendidikan yang diajukan oleh Rogers sama dengan pendapatnya tentang konseling dan terapi, yakni; ia yakin bahwa siswa dapat dipercaya untuk menemukan masalah-masalah yang penting yang berkaitan dengan keberadaan dirinya. Para siswa bisa terlibat dalam suatu kegiatan belajar yang bermakna, yang bisa timbul dalam bentuknya yang terbaik jika guru menciptakan iklim kebebasan dan kepercayaan. Fungsi guru, sama dengan fungsi terapis client-centered, yaitu: Kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, empeti dan kesediaan untuk membiarkan para siswa mengeksplorasi material yang bermakna, menciptakan atmosfer dimana kegiatan belajar yang signifikan biasa berjalan. Rogers menganjurkan pembaharuan pendidikan dan menyatakan bahwa jika ada satu saja di antara seratus orang guru mengajar di ruangan-ruangan kelas yang terpusat pada siswa di mana para siswa diizinkan untuk bebas menekuni persoalan-persoalan yang relevan. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa teori Ragers berlandaskan dalil bahwa klien memiliki kesanggupan untuk mengalami faktor-faktor yang ada dalam hidupnya yang menjadi sebab ketidak bahagiaan. Klien juga memiliki kesanggupan untuk mangarahkan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

diri dan melakukan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan pribadi akan timbul jika terapis yang selaras bisa membangun hubungan dengan kliennya, suatu hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan pengertian empatik yang akurat. Konseling terapeutik berlandaskan hubungan aku-kamu, atau hubungan pribadi-ke-pribadi dalam keamanan dan penerimaan yang mendorong klien dirinya yang sebelumnya diingkari atau didistorsi. Terapi client-centered menempatkan tanggung jawab utama terhadap arah terapi pada klien. Tujuan-tujuan umumnya adalah menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai organismenya sendiri, mengembangkan evaluasi internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan dengan cara-cara lain bergerak menuju taraf-taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi diri. Terapis tidak mengajukan tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang spesifik kepada klien; klien sendirilah yang menetapkan tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang spesifik. Pendekatan ini menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, Pendekatan ini tidak memasukkan merefleksikan perasaan-perasaan; menjelaskan, dan hadir bagi klien. Dukungan dan pemberian keyakinan bisa digunakan jika layak. pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi. Rangkuman Konsep utama terapi client-centered dalah bahwa klien mempunyai kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dan diri riil. Maladjustment adalah akibat dari kesenjangan antara diri ideal dan diri riil. Terapi ini berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasaan. Tujuan terapi client-centered adalah menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri klien sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumnya diingkari dan didistorsinya. Serta membantu klien agar mampu terbuka terhadap pengalaman serta meningkatkan spontanitas. menanggalkan pertahananpertahanannya yang kaku serta menerima dan mengintegrasikan aspek-aspek sistem

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Pendekatan ini menggunakan teknik-teknik dasar yang mencakup: mendengar aktif, merefleksikan perasaan-perasaan, menjelaskan, dan hadir bagi klien. Soal-soal untuk latihan 1. jelaskan konsep utama dari terapi eksistensial humanistik ! 2. Jelaskan pendangan terapi ini tentang manusia! 3. jelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam terapi client-centered ! 4. teknik-teknik apa saja yang dapat dipakai dalam terapi ini? 5. Jelaskan tentang penerapan terapi ini pada proses pembelajaran ! Soal tes Formatif 3 Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Tokoh utama terapi client-centered adalah: a. Sigmund Freud b. Carl R. Rogers c. Erick Berne d. William Glasser

2. Terapi client-centered memusatkan perhatian pada pengalaman: a. Masa lampau b. Masa depan klien c. Disini dan sekarang d. Masa lampau dan masa depan 3. Terapi client-centered menmpatkan tanggung jawab utama arah terapi pada: a. Pada klien b. Pada konselor c. Pada klien dan konselor d. Pada tujuan konseling 4. Teori client-centered berlandaskan dalil bahwa: a. Klien memiliki kemampuan untuk memahami masalahnya

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

b. Konselor wajib membantu klien c. Klien dalam keadaan tidak berdaya d. Konselor dan klien mempunyai peran yang sama C.TERAPI GESTALT Terapi gestalt yang dikembangkan oleh Federick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas perinsip kesadaran, terapi gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui. Asumsi dasar terapi gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu terapi gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsiran sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataan sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan disini-dansekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflikkonflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kasadarannya. Saat Sekarang Bagi Perls, tak ada yang ada kecuali sekarang, karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama terapi gestalt adalah penekanannya pada disini dan sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Kecemasan sebagai senjang antara saat sekarang dan kemudian, jika individuindividu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan. Dalam memikirkan masa depan, mereka boleh jadi mengalami tahap yang menakutkan, yakni mereka dirasuki oleh pengharapanpengharapan katastropik atas berbagai hal buruk yang akan terjadi atau oleh pengharapan-pengharapan anastrofil mengenai berbagai hal yang menakjubkan yang akan timbul mereka berusaha menutup kesenjangan antara saat sekarang dan hari kemudian dengan resolusi-resolusi, rencana-rencana, dan visi-visi daripada hidup pada saat sekarang. Guna membantu klien untuk membuat kontak dengan saat sekarang, terapis lebih suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan apa dan bagaimana ketimbang mengapa. Dalam rangka meningkatkan kesadaran atas saat sekarang, terapis melakukan dialog dalam kala kini dengan melontarkan pertanyaan seperti: Apa yang terjadi sekarang ini?, apa yang berlangsung sekarang?, apa yang sedang anda alami sekarang saat anda duduk disana dan mencoba berbicara?, Bagaimana kesadaran anda saat ini?. Bagaimana anda mengalami ketakutan anda sendiri saat ini? Bagaimana anda mencoba menarik diri saat ini? Sasaran terapi ini adalah membantu orang-orang membuat hubungan dengan pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara tentang pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jika klien mulai berbicara tentang kesedihan, kesakitan, dan kebingungan, terapis membuat usaha-usaha agar klien mengalami kesedihan, kesakitan dan kebingungan itu sekarang. Apakah masa lampau diabaikan oleh terapi gestalt?. Tidaklah tepat kalau dikatakan demikian, masa lampau itu penting apabila dengan cara tertentu berkaitan dengan tematema yang signifikan yang terdapat pada fungsi individu pada saat sekarang. Apabila masa lampau memiliki kaitan yang signifikan dengan sikap-sikap atau tingkah laku individu saat sekarang, maka masa lampau itu ditangani dengan membawanya kesaat sekarang sebanyak mungkin. Jadi, apabila klien berbicara tentang masa lampaunya, maka terapis meminta klien agar menbawa masa lampaunya itu ke saat sekarang dengan menjalaninya kembali seakan-akan masa lampau itu hadir pada saat sekarang. Terapis mengarahkan klien agarberada di masa lampau (dalam khayalan) dan menghidupkan kembali

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

perasaan-perasaan masa lampaunya. Daripada berbicara tentang pengalaman traumatik masa kanak-kanak dengan ayahnya, misalnya, klien diarahkan untuk menjadi anak yang terluka dan dalam fantasinya dia berbicara secara langsung dengan ayahnya sehingga klien diharapkan dapat menghidupkan dan mengalami kembali luka hatinya itu. Urusan tidak selesai Dalam terapi gestalt, terdapat konsep tentang urusan tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedukaan, rasa berdosa, rasa terabaikan, dan sebagainya. Meskipun tidak diungkapkan, perasan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi .tertentu. Karena tidak diungkapkan di dalam kesadaran, perasaanperasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa ke kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan tetap bertahan sampai ia menangani dan menghadapi perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu. Satu contoh tentang bagaimana urusan yang tak selesai mengganggu individu dan mengejawantahkan dirinya dalam tingkah laku sekarang bisa dilihat pada seorang pria yang tidak pernah merasa sepenuhnya dicintai dan diterima oleh ibunya. Si pria menaruh dendam pada ibunya, sekalipun dia terus mencari persetujuan si ibu, dia selalu merasa diri tidak memadai. Dalam usahanya menyimpangkan arah kebutuhan akan persetujuan ibunya, si pria mencari wanita yang bisa mengukuhkannya sebagai pria. Dalam mengembangkan berbagai permainan guna memperoleh wanita yang bisa memberikan persetujuan itu, sipria tetap merasa tidak puas. Urusan tidak selesai telah menghambat hubungan intimnya yang otentik dengan wanita. Dengan demikian, tingkah laku si pria didominasi oleh pencarian cinta yang kompulsif yang tidak pernah diterimanya dari ibunya. Dia perlu mengalami penyingkapan urusan yang tak selesai agar bisa mengalami kepuasan yang nyata, yakni si pria perlu berpaling pada persoalan lama dan mengungkapkan perasaanperasaan yang tak diketahuinya. Perasaan-perasaan yang tak diketahui menghasilkan sisa emosi yang tak perlu, yang mengacaukan kesadaran yang terpusat pada saat sekarang. Menurut Perls, rasa sesal atau dendam sering kali menjadi sumber dan menjadi bentuk urusan tak selesai yang paling buruk, jadi pengungkapan rasa sesal itu merupakan suatu

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

keharusan. Rasa sesal yang tak terungkapkan acapkali berubah menjadi perasaan berdosa, saran Perls, Bila anda merasa berdosa, temukan dan ungkapkan rasa sesal anda, dan usahakan agar tuntutan-tuntutan anda menjadi jelas. Sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran, yang dengan dan pada dirinya sendiri dipandang kuratif. Tanpa kesadaran, klien tidak mempunyai alat untuk mengubah kepribadiannya. Dengan kesadaran klien memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subyektif dan dengan kenyataan. Klien bisa menjadi satu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi. Teknik-Teknik Terapi Gestalt Apabila interaksi pribadi antara terapis dan klien merupakan inti daripada proses terapeutik, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal, menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi, dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam terapi gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis. Teknik-teknik tersebut mencakup: permainan dialog. membuat lingkaran. urusan yang tak selesai, saya memikul tanggung jawab, saya memiliki suatu rahasia bermain proyeksi, pembalikan, irama kontak dan penarikan, ulangan, melebih-lebihkan, bolehkah saya memberimu sebuah kalimat

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Penerapan dalam Terapi Individual dan Kelompok Terapi gestalt bisa diterapkan dengan berbagai cara, baik dalam setting individul ataupun dalam setting kelompok Dalam konseling, terapi gestalt bisa diterapkan dalam gaya gestalt terbatas, dimana interaksi klien dengan terapis bertaraf minimal. Klien menerjemahkan permainan segeranya kedalam situasi permainan peran dimana klien mempersonifikasi segenap aspek kesadarannya. Dalam bentuknya yang murni ini, reaksireaksi klien terhadap terapis menjadi bagian dari proyeksi-proyeksi fantasi klien. Terapi individul bisa juga dilaksanakan dalam bentuk yang kurang murni, yang ditandai oleh dialog antara klien dan terapis. Terapis bisa menyarankan percobaanpercobaan guna membantu klien dalam memperoleh fokus yang lebih tajam kepada apa yang dilakukannya sekarang. Akan tetapi, terapis juga membawa reaksi-reaksinya kedalam dialog, dan karenanya dia lebih dari sekedar pengarah terapi individual. Dalam setting kelompokpun terapi gestalt bisa mengambil bentuk murni atau sebagai alternatif, mendorong para anggota untuk secara spontan terlibat dalam interaksi satu sama lain. Perls menangani kelompok dengan cara yang murni. Kontaknya difokuskan kepada klien tunggal pada suatu saat, dan ia mengalihkan perhatian klien dari kelompok kepada reaksi-reaksi internal klien itu sendiri. Pada dasarnya melalui cara ini, terapis dan klien bekerja bersama, dan para anggota lain bertindak sebagai pengamat. Jika seorang klien telah selesai bekerja, maka terapis biasanya meminta kepada para anggota untuk memberikan umpan balik atau menghubungkan apa yang timbul dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Penerapan di sekolah Metodologi gestalt memiliki penerapan langsung bagi kerja menangani anak-anak dan para remaja di sekolah. Buku Janet Lederman yang mengharukan, yang berjudul Anger and the Rocking Chair, berisi uraian yang dramatis tentang adaptasinya atas metode-metode gestalt bagi kerjanya menangani anak-anak yang mengalami masalahmasalah emosinal dan tingkah laku di ruangan-ruangan kelas pendidikan khusus. Lederman dengan jelas menggambarkan perasaan-perasaan ketidak berdayaan dan apati yang sering dialami, baik oleh anak-anak maupun para orang tua. Lederman menerapkan konsep-konsep terapi gestalt dalam mengonfrontasikan anak-anak dengan cara-cara

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

mereka menggunakan kekuatan pribadinya, dan menuntut, berdasarkan kepribadiannya sendiri dan hubungannya yang sungguh-sungguh dengan anak-anak, agar anak-anak itu menerima tanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh mereka. Ia menghadapi anakanak yang penuh kebencian, kemarahan, [perasaan tidak berdaya, dan memandang diri sendiri sebagai manusia yang gagal. Ia menerima dan perlawanan anak-anak itu. Brown (1971) telah mengembangkan pendekatan humanistik terhadap proses belajar mengajar berlaandaskan teknik-teknik kesadaran gestalt yang bisa diterapkan baik pada siswa sekolah dasar maupun pada para siswa sekolah menengah. Bengkel-bengkel kerja yang ditangani oleh para stafnya diarahkan pada pelayanan pendidikan guru untuk membantu para guru belajar bagaiman mengintegrasikan minat-minat utama para siswa pada pelajaran. Tujuannya bukanlah menyingkirkan kurikulum konvensional, melainkan menunjukkan kemungkinan-kemungkinan menerapkan kurikulum konvensional kedalam kehidupan para siswa. Penekanan diberikan tidak hanya pada perasaan-perasaan para siswa, tetapi juga pada pengintegrasian aspek-aspek kognitif dan afektif dari belajar. Cara-cara belajar yang menjadi alternatif, yang memasukkan perasaan-perasaan, ambisi-ambisi, tujuan-tujuan, nilai-nilai, sikap-sikap dan ruang hidup siswa, adalah fokus pendidikan yang konfluen. Berikut ini adalah ciri-ciri spesifik terapi gestalt yang dianggap bernilai oleh Gerald Corey: 1. Terapi gestalt adalah pendekatan konfrontif dan aktif. 2. Terapi gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan kesaat sekarang. 3. Terapi gestalt menggairahkan hubungan dan pengungkapan perasaan-perasaan langsung, dan menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah-masalah klien. 4. Terapi gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesanpesan tubuh. 5. Terapi gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai sebagai alasan untuk tidak berubah. dan mangakui kenyataan dari perasaan-perasaan tersebut dan tidak berpretensi untuk mengesampingkan kemarahan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

6. terapi gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna-maknanya sendiri dan membuat penafsiran-penafsiran sendiri. 7. dalam waktu yang sangat singkat, para klen bisa mengalami perasaan-perasaannya sendiri secara intens melalui sejulah latihan gestalt. Rangkuman Terapi gestalt berfokus pada apa dan bagaimana mengalami disini-dan-sekarang untuk membantu klien agar menerima polaritas-polaritas dirinya. Konsep-konsep utama terapi ini mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran, mengalami dan manyadari saat sekarang. Terapi ini adalah terapi eksperiensial yang menekankan perasaan-perasaan dan pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai terhadap perkembangan kepribadian sekarang. Tujuan terapi gestalt adalah membantu klien untuk memperoleh kesadaran atas pengalaman dari saat ke saatnya. Dan menantang klien agar menerima tanggung jawab atas pengambilan dukungan internal daripada eksternal Berbagai teknik dirancang untuk mengintensifkan mengalami dan mengintegrasikan perasaan-perasaan yang berlawanan. Teknik-tekniknya mencakup: konfrontasi, dialog dengan polaritas-polaritas, permainan peran, tetap dengan perasaan-perasaan, menembus jalan buntu, dan menghidupkan kembali serta mengalami ulang urusan yang tak selesai berupa dendam dan rasa bersalah. Soal-soal untuk latihan: 1. jelaskan konsep utama dari terapi gestalt ! 2. Jelaskan apa yang menjadi tujuan utama terapi gestalt ! 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan urusan yang tak selesai pada terapi gestalt! 4. jelaskan teknik-teknik apa saja yang digunakan pada terapi gestalt. Tes Formatif 4: Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Tokoh utama terapi Gestalt adalah: a. Alfred Adler

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

b. Erick Berne c. Frederick Perl d. Abraham Maslow 2. Asumsi dasar terapi gestalt adalah, bahwa: a. individu yang bermasalah tidak mampu menolong diri sendiri b. individu mampu menangani masalahnya sendiri secara aktif c. dengan bantuan konselor, individu menyelesaikan masalahnya d. individu mengharapkan bantuan dari konselor sepenuhnya 3. Terapi gestalt berpendapat bahwa: a. individu harus memikirkan masa depannya b. individu harus selalu mengingat masa lampaunya c. masa lampau sedah lewat dan masa depan belum datang d. masa lampau dan masa depan sama pentingnya 4. Sasaran utama terapi gestalt adalah: a. membantu klien mengingat masa lalunya b. membantu klien membentuk hubungan antara pengalaman dengan masa depannya c. membantu klien merencanakan masa depannya d. membantu klien mencari akar permasalahannya 5. Terapi gestalt dapat diterapkan dengan mudah karena: a. mempunyai teknik-teknik yang sesuai dengan kebutuhan b. berorientasi pada masa lampau klien c. berfokus pada masa yang akan datang d. mengabaikan peran terapis 6. Salah satu teknik terapi gestalt adalah: a. assosiasi babas b. urusan tidak selesai c. penafsiran mimpi d. token economy.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

D. TERAPI ANALISIS TRANSAKSIONAL


Analisis Transaksional adalah model terapi kontemporer yang cenderung ke arah aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang. AT adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktul dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah dari proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya. Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kpribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, orang dewasa, dan anak. Sifat kontraktual proses terapeutik AT cendrung mempersamakan kekuasaan terapis dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi klien melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang dibuatnya, serta menginsafi bahwa ia sekarang menetapkan ulang dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya. Pada dasarnya AT berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaanperasaannya.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Konsep Utama AT berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri atas ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Klien diajari untuk menyadari ego yang mana yang berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan, putusanputusan dini, skenario kehidupan, dan internalisasi perintah-perintah adalah konsep-knsep utama. Tujuan terapi AT membantu klien agar bebas dari skenario, bebas dari permainan, menjadi pribadi yang otonom yang sanggup mamilih ingin menjadi apa dirinya. Membantu klien dalam menguji putusan-putusan dini dan membuat putusan-putusan baru berlandaskan kesadaran. Teknik terapi AT adalah analisis skenario, atau kuesioner, digunakan untuk membantu klien menyadari perintah-perintah masa dini yang telah diterimanya. Banyak teknik AT yang bisa dikombinasikan dengan teknik-teknik Gestalt yang mendatangkan hasil. Beberapa bentuk diagnosis bisa digunakan untuk menaksir sifat masalah. Klien berpartisipasi secara aktif dalam diagnosis dan penafsiran-penafsiran., dan diajari membuat penasiran-penafsiran dan penilaian-penilaian sendiri. Konfrontasi sering digunakan, dan kontrak-kontrak dianggap penting. Bertanya adalah bagian dasar dari AT. Perwakilan-perwakilan Ego AT adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kpribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atu perwkilan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, orang dewasa dan anak. Ego orang tua adalah bagian kpribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari pengganti orang tua. Jika ego orang tua dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah perasaan orang tua kita dalam suatu situasi atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan parasaan dan tidakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah harus dan semestinya, orang tua yang ada dalam diri kita bisa orang tua pelihara atau orang tua pengeritik. Ego orang dewasa adalah pengolah data dan informasi yang merupakan bagian obyektif dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi.. Ia tidak emosional dan tidak menghakimi, tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan eksternal. Berdasarkan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik bagi masalah tertentu. Ego anak berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tidakan-tindakan spontan. Anak yang ada dalam diri kita berupa anak alamiah, profesor cilik, atau berupa anak yang disesuaikan. Anak alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan dan ekspresif. Profesor cilik adalah kearifan yang asli dari seorang anak, ia manipulatif dan kreatif. Ia adalah bagian dari ego anak yang intuitif, bagian yang bermain diatas firasat-firasat. Anak yang disesuaikan menunjukkan suatu modifikasi dari anak alamiah. Modifikasi-modifikasi dahasilkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan-latihan dan ketetapan-ketetapan tentang bagaimana caranya memperoleh belaian. Skenario-skenario Kehidupan dan Posisi-posisi Psikologis Dasar Skenario-skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelejari dan putusan-putusan awal yang kita buat sebagai anak, yang selanjutnya terbawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan dan dengan demikian kita belajar dan menetapkan tentang bagaimana kita pada usia dini. Pesan-pesan verbal dan nonverbal orang tua mengomunikasikan bagaimana orang tua melihat kita dan bagaimana mereka merasakan diri kita. Kita membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil pada pembentukan perasaan sebagai pemenang (perasaan OK) atau perasaan sebagi orang yang kalah (perasaan Tidak OK) Perintah-perintah orang tua adalah bagian dari skenario kehidupan kita yang mencakup harus, semestinya, lakukan,jangan dilakukan, dan pengharapanpengharapan orang tua. Kita mempelajari perintah-perintah itu pada usia dini dan kita juga membuat putusan-putusan tentang bagaimana kita akan merespons orang lain dan bagaiman kita merasakan harga diri kita. Dalam kehidupan dewasa banyak tingkah laku kita yang tumbuh dari bagaimana kita diskenariokan dan hasil putusan-putusan dini yang kita buat. Berkaitan dengan konsep-konsep kehidupan, pesan-pesan dan perintah-perintah orang tua, serta putusan-putusan dini itu adalah konsep dari AT tentang empat posisi dasar dalam hidup, yaitu:I, saya OK- kamu OK, 2. Saya OK- kamu tidak OK, 3.saya

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

tidak OK- kamu OK, dan 4.saya tidak OK-kamu tidak OK. Masing-masing posisi itu dibuat orang sebagai hasil dari pengalaman dini dimasa kanak-kanak. Jika seseorang telah membuat keputusan, maka dia pada umumnya akan bertahan pada putusannya itu kecuali jika ada campur tangan (terapi atau kejadian tertentu) yang mengubahnya. Posisi yang sehat adalah posisi dengan perasaan sebagai pemenang atau posisi saya OK-kamu OK. Dalam posisi tersebut, dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka. Saya OK-kamu tidak OK adalah posisi orang-orang yang memproyeksikan masalahnya kepada orang lain dan mempersalahkan orang lain. Yaitu posisi yang arogan yang manjauhkan seseorang dari orang lain dan mempertahankan seseorang dalam penyingkiran diri. Saya tidak OK kamu OK adalah posisi orang yang mengalami depresi, yang merasa tak kuasa dibanding dengan orang lain dan cendrung menarik diri atau yang libeh suka memenuhi keinginan orang lain ketimbang keinginan sendiri. Saya tidak OK kamu tidakOK adalah posisi orang-orang yang menyingkirkan semua harapan, yang kehilangan minat hidup dan menganggap hidup sebagai tidak mengandung harapan. Kebutuhan Manusia akan Belaian Orang-orang ingin dibelai, baik secara fisik maupun secara emosional. Manusia (juga hewan) membutuhkan belaian; jika kebutuhan akan belaian tidak terpenuhi, cukup bukti yang menunjukkan bahwa mereka tidak berkembang secara sehat, baik emosional maupun fisikal. Oleh karena itu, AT memberikan perhatian kepada bagaimana orang-orang menyusun waktunya dalam usaha memperoleh belaian. Menurut AT, kita seharusnya memahami bagaimana kita memperoleh belaian, belajar untuk memperoleh belaian yang kita inginkan, dan bertanggung jawab atas ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman. Belaian yang positif adalah esensial bagi perkembangan pribadi yang sehat secara psikologis dengan perasaan OK. Jika belaian yang kita terima itu otentik dan bersunber dari posisi saya OK kamu OK, kita akan terpelihara dengan baik. Belaian-belaian yang positif, yang bisa berbentuk ungkapan-ungkapan afeksi atau penghargaan, bisa disalurkan melalui kata-kata, elusan, pandangan, atau mimik muka. Belaian negatif, yang mengirimkan pesan kamu tidak OK, menyangkut pengecilan, penghinaan, pencemoohan, kesewenangan, dan perlakuan terhadap orang sebagai

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

obyek. Bagaimanapun, bahkan belaian-belaian negatif itu agaknya lebih disukai daripada tidak menerima belaian sama sekali, yaitu diabaikan. Menurut Berne dan Haris, ada enam tipe transaksi yang bisa muncul diantara orangorang, yakni: penarikan diri, uapacara-upacara, aktifitas-aktifitas, hiburan, permainanpermainan, dan keakraban. Tujuan-tujuan Terapi Tujuan dasar terapi AT adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidupnya yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri, dengan gaya hidup yang otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban. Haris melihat tujuan AT untuk membantu individu agar memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah keinginan, kebebasan mengubah respons-respons terhadap stimulus-stimulus yang lazim maupun yang baru. Pemulihan kebebasan untuk mengubah itu berlandaskan pengetahuan tentang ego orang tua dan ego anak serta tentang bagaimana kedua ego itu memasuki transaksi-transaksi sekarang. Proses terapeutik pada dasarnya menyertakan pembebasan ego orang dewasa dari pencemaran dan pengaruh merusak yang dihasilkan oleh ego orang tua dan ego anak. Hubungan antara Terapis dan Klien AT adalah suatu bentuk terapi berdasarkan kontrak, Suatu kontrak dalam AT menyiratkan bahwa seseorang akan berubah. Kontrak haruslah spesifik, ditetapkan secara jelas dan dinyatakan secara ringkas. Kontrak menyatakan apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya, dan kapan kapan klien mengetahui saat kontraknya habis. Sebagai sesuatu yang dapat diubah, kontrak-kontrak bisa dibuat bertahap-tahap, terapis akan mendukung dan bekerja sesuai dengan kontrak yang bagi klien adalah kontrak terapi.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Kontrak-kontrak yang cakupannya luas, seperti saya ingin bahagia, saya ingin memahami diri sendiri, tidak diterima. Kontrak harus lebih spesifik dan harus melukiskan cara-cara yang sesungguhnya digunakan dalam terapi, baik terapi individual maupun terapi kelompok. Jika seorang klien berkata, saya merasa kesepian dan saya ingin dekat pada orang-orang, maka kontrak yang dibuat harus menyangkut latihan yang spesifik, atau tugas yang harus dikerjakan oleh klien bertujuan agar dia mulai mendekatkan diri kepada orang lain.

Penerapan pada Kelompok Haris sepakat bahwa treatment atas individu-individu dalam kelompok adalah metode memilih oleh analisis-analisis Transaksional. Ia memandang fase permulaan kelompok AT sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakkan kepentingannya pada peran didaktik terapis, semangat dan kemampuannya sebagai pengajar dan kesiagaannya dalam mengikuti setiap komunikasi atau isyarat di dalam kelompok, baik verbal maupun nonverbal. Haris mengemukakan beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan kelompok: 1. Berbagai cara ego orang tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati; 2. Kerakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individu dalam kelompok bisa dialami; 3. Orang-orang bisa mengalami dalam suatu lingkungan ilmiah, yang ditandai oleh keterlibatan dengan orang lain; 4. Konfrontasi permainan-permainan yang timbal balik bisa muncul secara wajar; 5. Para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok. Prosedur-prosedur Terpeutik Prosedur-prosedur terapeutik dalam AT adalah: analisis struktural, metode-metode didaktik, analisis transaksional, kursi kosong, permainan peran, pencontohan keluarga,

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

analisis upacara, hiburan dan permainan, analisis permainan dan ketegangan, dan analisis skenario, yang karena keterbatasan ruang dan waktu diantara prosedur terapeutik tersebut hanya dapat diuraikan satu diantaranya, yaitu yang sesuai dengan nama pendekatan ini: analisis transaksional yang dapat dijelaskan secara detail berikut ini : Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu penjabaran atas analisis yang dilakukan dan dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain. Apapun yang terjadi, orangorang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan egonya. Ketika pesanpesan disampaikan, diharapkan ada respons. Ada tiga tipe transaksi, yaitu komplementer, menyilang, dan terselubung. Transaksi-transaksi koplementer terjadi apabila suatu pesan yang disampaikan oleh suatu perwakilan ego seseorang memperoleh respons yang diperkirakan dari perwakilan ego yang seseorang yang lainnya. Sebagai contoh adalah transaksi anak-anak yang suka bermain-main (lihat gambar 1). Transaksi menyilang terjadi apabila respons yang tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan seseorang sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2. Transaksi terselubung yang merupakan suatu transaksi yang kompleks, terjadi apabila lebih dari satu perwakilan ego serta seseorang menyampaikan pesan teselubung kepada seseorang yang lainnya (lihat gambar 3). OT OD A X OT OD A Y Gambar 1. Transaksi komplementer OT OD A X OT OD A Y X: Aku ingin meluncur di atas salju bersamamu Y: Ah, sadarlah dan bertindaklah sesuai dengan usiamu. Aku tidak punya waktu yang bisa dibuang percuma untuk Ketololan seperti itu! Gambar 2, Transaksi menyilang X: ayo kita bersenang-senang Y: Hey, itu kedengarannya menarik! Mari kita pergi

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Suami kepada istri:Maukah kamu pergi keluar jalan-jalan OT OD A X OT OD A Y atau mungkin kita harus menyelesaikan pekerjaan di rumah! Suami menyampaikan pesan terselubung yang bias didengar oleh istri, yaitu: (a) Mari kita pergi keluar dan berjalan-jalan (anak), atau (b) Bertanggung jawablah dan selesaikan pekerjaan rumah (ortu) Gambar 3, Transaksi terselubung. Rangkuman Analisis transaksional berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri atas ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Klien diajari untuk menyadari ego yang mana yang berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan, putusanputusan dini, skenario kehidupan, dan internalisasi perintah-perintah adalah konsep utama terapi ini. Terapi ini bertujuan membantu klien agar bebas dari skenario, bebas dari permainan, menjadi pribadi yang otonom yang sanggup memilih ingin menjadi apa dirinya. Serta membantu klien dalam menguji putusan-putusan dini dan membuat putusan-putusan baru, berlandaskan kesadaran Analisis skenario, atau kuisioner, digunakan untuk membantu klien menyadari perintahperintah masa dini yang telah diterimanya. Banyak teknik AT yang bisa dikombinasikan dengan teknik-teknik gestalt yang mendatangkan hasil. Soal-soal untuk latihan: 1. jelaskan konsep utama terapi analisis transaksional ! 2. Jelaskan pandangan terapi ini tentang kepribadian ! 3. jelaskan tujuan dari terapi analisis transaksional ! 4. apasaja teknik-teknik yang biasa digunakan terapi ini! Tes Formatif 5 Pilihlah jawaban yang paling tepat!

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

1. Tokoh utama terapi analisis transaksional adalah: a. Frederick perl b. William Glasser c. Erick Berne d. Alfred Adler 2. AT dikembangkan berlandaskan teori kpribadian yang mengacu pada 3 pola tingkah laku: a. Id, ego, dan super ego b. Ego anak, ego dewasa dan ego orang tua c. Subyektif, obyektif dan netral d. Anak alamiah. Anak individual dan anak kelompok 3. Ego orang tua adalah representasi dari: a. Bagian kpribadian yang tidak menyenangkan b. Bagian kepribadian yang menyenangkan c. Bagian kepribadian yang ingin dilupakan d. Bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua 4. Ego anak adalah representasi dari: a. Bagian kepribadian yang berisi perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan spontan b. Bagian kepribadian yang mudah terlupakan c. Bagian kepribadian yang dominan d. Bagian kepribadian yang selalu diingat 5. Posisi psikologis dasar yang sehat menurut AT adalah: a. Im not OK Youre OK b. Im OK youre OK c. Im OK youre not OK d. Inot OK youre not OK 6. Tujuan dasar terapi AT adalah: a. Membantu klien menelaah masa lalunya b. Membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

c. Membantu klien mencari akar permasalahannya d. Membantu klien menafsirkan mimpi-mimpinya.

E.TERAPI TINGKAH LAKU


Tokoh utama dalam terapi tingkah laku adalah: Wolpe, Eysenck, Lazarus, dan Salter. Terapi tingkah laku adalah suatu model terapi yang merupakan penerapan prinsipprinsip belajar pada penyelesaian gangguan-gangguan tingkah laku yang spesifik. Hasilhasilnya merupakan bahan bagi eksperimentasi lebih lanjut. Terapi tingkah laku secara sinambung berada dalam proses penyempurnaan. Salah satu aspek yang paling penting dari gerakan modifikasi tingkah laku adalah penekanannya pada tingkah laku yang bisa didifinisikan secara operasional, diamati, dan diukur. Perubahan tingkah laku sebagai kriteria yang spesifik memberikan kemungkinan bagi evaluasi langsung atas keberhasilan kerja dan kecepatan kearah tujuan-tujuan terapeutik yang bisa dispesifikasi dengan jelas Konsep Utama: Pandangan tentang sifat manusia Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecendrungan-kecendrungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk Dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari. Meskipun berkeyakinan bahwa segenap segenap tingkah laku pada dasarnya merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan fakto-faktor genetic, para behavioris memasukkan pembuatan putusan sebagai salah satu bentuk tingkah laku. Konsep utama terapi tingkah laku berfokus pada tingkah laku yang tampak, ketepatan dalam menyusun tujuan-tujuan treatment, pengembangan rencana-rencana treatment yang spesifik, dan evaluasi objektif atas hasil-hasil terapi. Terapi berlandaskan prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat dari belajar yang keliru. Ia

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

menekankan tingkah laku sekarang dan hanya memberikan sedikit perhatian kepada sejarah masa lampau dan sumber-sumber gangguan. Ciri-Ciri Unik Terapi Tingkah Laku Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh:a. pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, b.kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment, c. perumusan prosedur treatment yang sesuai dengan masalah , dan d. penaksiran obyektif atas hasil-hasil terapi Tujuan Terapi Tingkah Laku Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah bahwa seganap tingkah laku adalah dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif. Tugas terapis adalah membantu klien dalam menghapuskan tingkah laku yang maladaptif dan mempelajari pola-pola tingkah laku yang konstruktif. .Teknik Terapi Teknik-teknik utama terapi tingkah laku adalah: desensitisasi sistematik, terapi implosif, latihan asertif, terapi aversi, dan pengondisian operan, perkuatan positif,pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan dan token ekonomi. Kesemua teknik berlandaskan prinsip-prinsip belajar dan digerakkan menuju perubahan tingkah laku. Diagnosis, pengumpulan data, pertanyaan-pertanyaan apa, bagaimana, dan kapan (tetapi tidak mengapa), dan prosedur-prosedur pengetesan sering digunakan. Desensitisasi sistematik Desensitisasi sistematik adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku; teknik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan memunculkan tingkah laku atau respons yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi diarahkan pada mengajar klien untuk menampilkan suatu respons yangn tidak konsisten dengan kecemasan. Wolpe (1958, 1969),yang mengembangkan teknik inin mengajukan argumen bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan bahwa respons kecemasan bisa dihapus oleh penemuan respons-respons yang secara inheren berlawanan dengan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

respons-respons tersebut. Dengan pengondisian klasik, kekuatan stimulus penghasil kecemasan bisa dilemahkan, dan gejala kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus Terapi implosif dan pembanjiran Teknik-teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan dan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulangulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik pembanjiran tidak menggunakan agen pengondisian balik maupun tingkatan kecemasan. Terapis mempertahankan kecemasan klien. Stampfl (1975) mengembangkan teknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran, yang disebut terapi implosif: seperti halnya dengan desensitisasi sistematik, terapi implosif berasumsi bahwa tingkah laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan. Terapi implosif berpendapat bahwa jika seseorang secara berulang-ulang dihadapkan pada suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan tidak muncul, maka kecemasan kecemasan terreduksi atau terhapus. Klien diarahkan untuk membayangkan situasi-situasi (stimulus-stimulus) yang mengancam. Dengan secara berulang-ulang dan dimunculkan dalam setting terapi dimana konsekwensi-konsekwensi yang diharapkan dan menakutkan tidak muncul, stimulus-stimulus yang mengancam kehilangan daya menghasilkan kecemasannya, dan penghindaran neurotikpun terhapus Latihan assertif Pendekatan behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas adalah latihan assertif yang dapat diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Latihan assertif akan membantu bagi orang-orang yang: 1, tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, 2, menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, 3, memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak, 4. mengalami kesulitan memunculkan stimulusstimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya, 5, merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Bagaimana pendekatan ini berlangsung? Latihan assertif ini menggunakan prosedur-prosedur permainan peran. Suatu masalah yang khas yang bisa dikemukakan sebagai contoh adalah kesulitan klien dalam menghadapi atasannya di kantor. Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acapkali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan halhal yang menurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu. Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan,. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan pada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya, terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan. Proses pembentukan terjadi ketika tingkah laku baru dicapai dengan penghampiranpenghampiran. Juga terjadi penghapusan kecemasan dalam menghadapi atasan dan sikap klien yang lebih tegas terhadap atasan menjadi lebih sempurna. Terapi kelompok latihan assertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam sitiasi-situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekkan, melalui permainan peran, kecakapankecakapan bergaul yang baru diperoleh sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi kelemahannya dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu. Terapi aversi, pengondisian peran, perkuatan positif, pembentukan respons dan perkuatan intermiten, penghapusan, dan percontohan, karena keterbatasan ruang dan waktu tidak akan diuraikan lebih detail pada modul ini, akan tetapi untuk yang berminat memperdalamnya dapat dilihat pada buku sumber. Metode Token Economy

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Metode token economy dapat dipergunakan untuk membentuk tingkah laku persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya dapat ditukar dengan obyekobyek atau hak istimewa yang diingini. Metode token economy sangat mirip dengan yang terjadi dalam kehidupan nyata, misalnya para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka. Metode token economy merupakan contoh dari perkuatan yang ekstrinksik, yang menjadikan orang-orang melakukan sesuatu untuk meraih pemikat diujung tongkat. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinksik menjadi motivasi yang intrinksik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru. Rangkuman Terapi tingkah laku berfokus pada tingkah laku yang yang tampak, ketepatan dalam menyusun tujuan-tujuan treatment, pengembangan rencana-rencana treatment yang spesifik, dan evaluasi obyektif atas hasil-hasil terapi. Terapi berdasarkan perinsip-perinsip hasil belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui perkuatan-perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat dari belajar yang keliru. Terapi ini menekankan pada tingkah laku yang sekarang dan hanya menberikan sedikit perhatian pada sejarah masa lampau dan sumber-sumber gangguan. Tujuan yang akan dicapai dalam terapi tingkah laku adalah menghapus pola-pola tingkah laku yang maladaptif dan membantu klien dalam mempelajari pola-pola tingkah laku yang konstruktif. Tujuan-tujuan yang spesifik dipilih oleh klien sendiri. Teknik-teknik utama terapi tingkah laku adalah; disensitisasi sistematik, terapi implosif, latihan asertif, terapi aversi, dan pengondisian operan. Kesemua teknik berlandaskan perinsip-perinsip belajar dan digerakkan menuju perubahan tingkah laku. Soal-soal untuk latihan 1. jelaskan konsep utama terapi tingkah laku !

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

2. jelaskan pandangan terapi ini tentang tingkah laku yang abnormal dan tingkah laku yang normal ! 3. jelaskan apa tujuan terapi tingkah laku ! 4. sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam terapi tingkah laku ? Tes Formatif 6 Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Tokoh utama terapi tingkah laku adalah: a. Sigmund Freud b. William Glasser c. Carl Rogers d. Wolpe dan Lazarus 2. Konsep utama terapi tingkah laku dalah: a. Tingkah laku manusia semuanya positif b. Semua bentuk tingkah laku merupakan hasil belajar c. Tingkah laku manusia semuanya negative d. Tingkah laku yang sudah ada tidak dapat diubah 3. Tujuan utama terapi tingkah laku adalah: a. Membantu klien merenungkan masa lalunya b. Membantu klien merencanakan masa depannya c. Membantu klien mencari akar permasalannya d. Membantu klien menghapus tingkah laku yang maladaptive 4. Ciri-ciri unik terapi tingkah laku adalah: a. Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang ingin diubah b. Kecermatan menguraikan tujuan-tujuan treatmen c. Perumusan tujuan d. Semuanya a,b,dan c.

F.TERAPI RASIONAL-EMOTIF
Terapi rasional emotif , yang dikembangkan Albert Ellis, terpisah secara radikal dari pendekatan-pendekatan psikoanalitik, eksistensial-humanistik, client centered, dan gestalt.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

TRE lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. TRE sangat didaktik dan sangat edukatif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran daripada dengan dimensi-dimensi perasaan. Konsep-konsep utama- pandangan tentang sifat manusia TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat. Manusia memiliki kecendrungan-kecendrungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabubng dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecendrungan-kecendrungan kearah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhyul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusiapun mempunyai kecendrungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungsional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri. TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan, jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ellis, ketika mereka berpikir, mereka juga beremosi dan bertindak, ketika mereka bertindak, mereka juga berpikir dan beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka juga bertindak dan bertindak dan beremosi Dalam rangka memahami tingkah laku menolak diri, orang harus memahami bagaimana orang beremosi, berpikir, mempersepsi dan bertindak. Untuk memperbaiki pola-pola yang disfungsional, seseorang idealnya harus menggunakan metode-metode perseptual kognitif, emotif-evokatif, dan behavioristikreedukatif. Menurut Ellis manusia bukanlah makhluk yang ditentukan sepenuhnya secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat manusia sebagai makhluk unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecendrungan-kecendrungan menolak diri sendiri.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Orang-orang memiliki kesanggupan untuk mengonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan mengindoktrinasi diri dengan keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang berbeda. Sebagai akibatnya mereka akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah laku di masa lampau. Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubah, mereka bukan korban-korban pengondisian masa lampau yang pasif. Teori A-B-C tentang Kepribadian Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktik TRE; A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang, C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang; reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (pristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Dari pada B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C , yakni reaksi emosional. Misalnya, jika seseorang mengalami depresi sesudah perceraian, bekan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab terjadinya depresi, melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai suatu kegagalan, penolakan atau kehilangan teman hidup. Ellis berkeyakinan akan penolakan dan kegagalan (pada B) adalah yang menyebabkan depresi (pada C), jadi bukan peristiwa perceraian yang sebenarnya (pada A). Jadi manusia bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-reaksi emosinal dan gangguan-gangguannya sendiri. Pada kesempatan lain Ellis menandaskan bahwa karena memiliki kesanggupan untuk berpikir, maka manusia mampu melatih dirinya sendiri untuk mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan yang menyabotase diri sendiri. Untuk memahami dan mengonfrontasikan sistem-sistem keyakinan diperlukan disiplin diri, berpikir, dan belajar. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinankeyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Tujuan terapi

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam TRE yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu, meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh falsafah hidup yang lebih realistik. Menurut Ellis tujuan utama psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan pada klien bahwa verbalisasiverbalisasi diri mereka telah dan masih menjadi sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang mereka alami. Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irrasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidak bahagiaannya adalah irrasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi karenanya, sebagian besar adalah proses belajar mengajar. Teknik Terapi Pendekatan ini menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca, Pekerjaan rumah, dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah. Teknikteknik dirancang untuk melibatkan klien ke dalam evaluasi kritis atas filsafat hidupnya. Diagnosis yang spesifik dibuat. Terapis menafsirkan, bertanya, menggali, menantang, dan mengonfrontasikan klien. Penerapan TRE Terapi TRE bisa diterapkan pada terapi individual maupun pada terapi kelompok, Ellis mengemukakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan emosional yang berat sebaiknya mejalani terapi individual maupun kelompok dalam periode tujuh bulan sampai satu tahun agar mereka memliliki kesempatan untuk mempraktekkan apa yang sedang mereka pelajari. Kepada mereka yang memiliki masalah yang spesifik atau yang ingin menjalani terapi singkat, terapis bisa mengajarkan dasar-dasar tentang penanganan sumber-sumber yang melandasi masalah mereka dalam satu sampai sepuluh kali pertemuan terapi. Pada dasarnya, pertemuan-pertemuan ini terdiri dari pemberian penerangan mengenai metode A-B-C untuk memahami suatu gagasan emosional, penunjukan dalil-dalil yang irrasional yang mendasari masalah, dan pengajaran tentang bagaimana mulai bekerja dan melakukan penukaran gagasan-gagasan yang irrasional dengan yang rasional.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Rangkuman Menurut terapi Rasional emotif, neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irrasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak. Tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh kerananya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu. Tujuan terapi rasional emotif adalah menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional. Pendekatan ini menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca, pekerjaan rumah, dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah. Teknikteknik dirancang untuk melibatkan klien kedalam evaluasi kritis atas filsafah hidupnya. Terapis menafsirkan, bertanya, mengali, menantang dan mengonfontasi klien. Soal-soal untuk latihan: 1. jelaskan konsep utama terapi rasional emotif ! 2. jelaskan pandangan rasional emotif tentang asal mula tingkah laku irrasional ! 3. jelaskan apa tujuan terapi ini ! 4. sebutkan dan jelaskan teknik-teknik yang diterapkan pada terapi rasional emotif ! Tes Formatif 7. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Tokoh utama terapi rasional emotif adalah: a. William Glasser b. Frederick Perl c. Lazarus d. Albert Ellis 2. Terapi rasional emotif berlandaskan asumsi bahwa: a. Manusia dilahirkan dengan potensi berpikir rasional dan jujur maupun berpikir irrasional dan jahat b. Manusia dilahirkan dengan pembawaan baik c. Manusia dilahirkan dengan kecendrungan yang buruk

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

d. Manusia sangat dipengaruhi lingkungannya 3. Pandangan terapi rasional emotif tentang terapi adalah: a. Bahwa manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan b. Bahwa manusia seringkali terbawa emosi c. Bahwa manusia cendrung bertindak tanpa berpikir d. Bahwa manusia sering terhanyut oleh pikirannya 4. Teori kepribadian yang dikemukakan terapi rasional emotif adalah: a. Terdiri dari id,ego dan super ego b. Ego anak, ego dewasa, dan ego orang tua c. ABC, diman A adalah fakta, B adalah sikap terhadap A, dan C adalah reaksi emosional terhadap A dan B d. Tak satupun yang tepat 5. Psikoterapi dipandang oleh terapi rasional sebagai a. Proses perdebatan antara klien dan konselor b. Proses pemberian gagasan dari konselor kepada klien c. Proses reedukatif dimana klien belajar cara menrapkan pikiran logis d. Proses pertukaran pendapat antara konselor dank lien 6. Teknik dalam terapi rasional emotif antara lain adalah: a. Disensitisasi sistematik b. Analisis mimpi c. Latihan assertif d. Mengajar, membaca dan pekerjaan rumah.

G.TERAPI REALITAS
Terapi Realitas, yang dikemukakan oleh William Glasser, adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien manghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang disamakan dengan kesehatan mental.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-asumsi yang keliru. Terapi realitas, yang menguraikan perinsip-perinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu identitas keberhasilan, dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga, dan perkembangan masyarakat. Terapi realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku, karena dalam penerapan-penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisian operan yang tidak ketat. Salah satu sebab mengapa terapi ini menjadi populer adalah keberhasilannya dalam menterjemahkan sejumlah konsep modifikasi tingkah laku kedalam model praktek yang relatif sederhana dan tidak berbelit-belit. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang berfokus pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan di mana para klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik karenanya, bisa mencapai keberhasilan. Konsep Utama Pandangan tentang sifat manusia Terapi realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian. Kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika tingkah laku, dipandang sebagai universal pada semua kebudayaan. Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian identitas keberhasilan lawan identitas kegagalan. Dalam pembentukan identitas, masing-masing dari kita mengembangkan keterlibatan-keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relative berhasil dan tidak berhasil. Menurut Glasser (1965), basis dari terapi realitas adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Ada delapan ciri terapi realitas, yaitu:

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

1. Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Menurut realitas, gangguan mental adalah tingkah laku yang tidak bertanggung jawab, sebaliknya kesehatan mental adalah tingkah laku yang bertanggung jawab. 2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang daripada sikap-sikap. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku. 3. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa lampau sesorang itu sudah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang dapat diubah adalah saat sekarang dan masa yang akan datang 4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi ini menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang menyebabkan dialaminya. 5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi, tetapi memandang transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. 6. Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek ketaksadaran. 7. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik 8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser didifinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhankebutuhan mereka. Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup., walaupun kita semua memiliki kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk memiliki rasa berguna, kita tidak memiliki kemampuan bawaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.. Glasser menyatakan bahwa kita perlu belajar mengoreksi diri apabila kita berbuat salah dan membanggakan diri apabila kita berbuat benar. Tujuan terapi realitas adalah membimbing klien ke arah mempelajari tingkah laku yang realistis dan bertanggung jawab serta mengembangkan identitas keberhasilan. kegagalan yang

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Membantu klien dalam membuat pertimbangan-pertimbangan nilai tentang tingkah lakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan. Teknik Terapi Pendekatan ini pada dasarnya adalah terapi yang aktif, direktif, dan didaktik. Terapis sering menggunakan kontrak dan apabila kontrak selesai, terapi diakhiri. Terapi realitas tidak mengikuti diagnosis dan evaluasi model medis. Sasarannya menjadikan klien membuat penafsiran-penafsiran dan pertimbangan-pertimbangan nilai sendiri. Pendekatan ini bisa suportif dan konfrontasional. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: 1. terlibat dalam permainan peran dengan klien, 2. menggunakan humor 3. mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun 4. membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan 5. bertindak sebagai model dan guru 6. memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi 7. menggunakan 8 terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistik, dan melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.

Penerapan pada situasi-situasi konseling Glasser dan Zunin percaya bahwa teknik-teknik terapi realitas bisa diterapkan pada lingkup masalah behavioral dan emosional yang luas. Mereka menyatakan bahwa prosedur-prosedur. Terapi realitas telah digunakan dengan barhasil pada penanganan masalah-masalah individu yang spesifik seperti masalah kecemasan, maladjustment, konflik-konflik perkawinan, dan psikosis Pada situasi-situasi sekolah, terapis realitas memiliki implikasi-implikasi langsung. Glasser percaya bahwa pendidikan bisa menjadi kunci bagi pergaulan manusia yang efektif. Dalam bukunya School Without Failure, ia mengemukakan sebuah program untuk menghapus kegagalan, menitik beratkan pemikiran ketimbang kerja mengingat,

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

memperkenalkan relevansi ke dalam kurikulum, mengganti hukuman dengan disiplin, menciptakan suatu lingkungan belajar dimana anak-anak bisa memaksimalkan pengalaman-pengalaman yang berhasil yang akan menuju kepada identitas keberhasilan, menciptakan motivasi dan keterlibatan, membantu para siswa dalam mengembangkan tingkah laku yang bertanggung jawab, dan membentuk cara-cara untuk melibatkan para orang tua dan masyarakat dengan sekolah.. Rangkuman Pendekatan ini menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lampau sebagai variabel utama. Pertimbangan dan tanggung jawab moral ditekankan; dimana kesehatan mental dianggap sama dengan penerimaan atas tanggung jawab. Tujuan terapi realitas adalah membimbing klien kearah mempelajari tingksah laku yang reslistis dan bertanggung jawab serta mengembangkan identitas keberhasilan. Terapi ini juga bertujuan membantu klien dalam membuat pertimbangan-pertimbangan nilai tentang tingkah lakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan. Pendekatan ini pada dasarnya adalah terapi yang aktif, direktif, dan didaktik. Terapis sering menggunakan kontrak dan apabila kontrak selesai, terapi diakhiri. Terapi realitas, tidak mengikuti diagnosis dan evaluasi model medis. Sasarannya menjadikan klien membuat penafsiran-penafsiran dan pertimbangan-pertimbangan nilai sendiri. Soal-soal untuk latihan: 1. jelaskan konsep utama terapi realitas ! 2. jelaskan pandangan terapi realitas tentang masa lampau ! 3. jelaskan apa yang menjadi tujuan terapi realitas ! 4. jelaskan apa yang dimaksud dengan aktif, direktif dan didaktik pada terapi realitas !

Tes Formatif 8 Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Tokoh utama terapi realitas adalah:

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

a. Albert Ellis b. William Glasser c. Erick Berne d. Frederick Perl 2. Terapi realitas berfokus pada a. Pengalaman masa lampau b. Pada saat sekarang dan masa lampau c. Masa sekarang dan masa yang akan datang d. Masa yang akan dating 3. Konsep utama terapi realitas adalah: a. manusia bisa bertanggung jawab b. manusi berpikir. Beremosi dan bertindak c. identitas adalah salah satu kebutuhan manusia d. manusia mempunyai potensi untuk menjadi baik dan menjadi buruk 4. Tujuan terapi realitas adalah: a. Membimbing klie mempelajari tingkah laku yang realistis b. Membantu klien berpikir assertif c. Membantu klien merencanakan masa depan d. Membantu klien menerima masa lalu. DAFTAR PUSTAKA Bell, Margaret E, Learning and Instruction Theory into Practice, Macmilan Publishibng Company, New York, 1986 Belkin, Gary S, Introduction to Counseling, WM. C. Brown Publishers Dubuque, Iowa, 1984 Bowman, James. T et al, Theories and Strategies in Counseling and Psichotherapy, Prantice Hall Inc,Inglewood Cliffs, New Jersey, 1980 Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Penerjemah E. Koswara, Pt Refika Aditama, Bandung, 2007. Glasser, W., & L Zunin, Reality Therapy, In R. Corsini (Ed.), Current Psychotherapies, Peacock, Itasca, III., 1973.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Patterson, CH., Theories of Counseling and Psychotherapy (Rev. ed) Harper & Row, New York, 1973. Rogers, C., & B Meador, Client-Centered Therapy. In R. Corsini (Ed), Current Psy Chotherapies, Peacock,Itasca, III., 1973.

Glosarium: Analis Anastrofil Aversi Deprivasi Desisional Determinasi Distorsi Eklektitisme sistem Ekspressif Eksistensial Evokatif Fobia Fiksasi Katarsis Kondusif Kontraktual Konfrontasi Konfrontatif Repressi Resistensi Terapeutik Transferensi : orang yang menganalisis : lawan dari katastrofik, sesuatu yang menyenangkan : perasaan tidak setuju disertai dorongan untuk menarik diri : berkurangnya privasi : sesuai dengan yang diputuskan : hal menentukan (menetapkan) memastikan : pemutar balikan suatu fakta, aturan : paham atau aliran filsafat yang mengambil yang terbaik dari semua : mampu memberikan gambaran, maksud dan gagasan : dari eksistensi, adanya, keberadaan : mampu menggugah rasa : rasa takut yang irrasional : perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu yang berlebihan : pelepasan dari ketegangan : memberi peluang pada hasil yang diinginkan : sesuai dengan kontrak : berhadapan langsung : bersifat konfrontasi : ditekan supaya tidak timbul kembali : ketahanan : berkaitan dengan terapi : peristiwa pengalihan

Kegiatan Belajar 2
Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

KETERAMPILAN DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN


1. Pendahuluan
Kepesatan perkembangan konseling dipacu oleh perubahan yang pesat dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi gaya hidup, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi dan struktur keluarga, pergeseran nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat, dan perubahan masyarakat dari agraris ke industri. Kesemuanya memberikan kontribusi terhadap kemungkinan meningkatnya konflik-konflik dalam masyarakat pada umumnya. Konflik-konflik ini secara potensial mengganggu kehidupan efektif sehari-hari jika tidak diatasi. Jadi perubahan-perubahan tersebut memberikan kontribusi terhadap makin pesatnya perkembangan konseling. Peserta didik sebagai individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kemandirian atau kematangan. Untuk mencapai kemandirian dan kematangan tersebut, peserta didik memerlukan layanan bantuan sehingga memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, sehingga adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, juga dapat menentukan arah kehidupannya. Dalam proses perkembangannya tersebut, tidak selamanya berjalan dalam alur yang linier, lurus, atau searah potensi dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Oleh karena itu iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD, penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obatan terlarang / narkoba yang tidak terkontrol, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, dan contoh perilaku orang dewasa yang tidak bermoral sangat mempengaruhi pola perilaku peserta didik (terutama pada usia

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral, seperti : penyalahgunaan tata tertib sekolah, tawuran, minuman keras, pecandu narkoba atau napza. Konseling merupakan bantuan yang diberikan pada individu yang mengalami masalah dengan tujuan agar individu tersebut dapat mengambil keputusan secara mandiri atas permasalahan yang dihjadapinya. Konseling merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan hubungan yang bersifat pribadi dan memerlukan tingkat keterampilan yang tinggi. Oleh karena itu dalam kegiatannya konseling melibatkan emosional dan intelektual untuk memiliki pengendalian perilaku yang cermat, kepekaan terhadap manusia dan masalahnya, dan keterampilan-keterampilan teknis yang memadai. Untuk mengembangkan dan membina hubungan yang efektif dan fasilitatif dengan konseli, konselor dituntut mampu melaksanakan keterampilan konseling. Di samping itu menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan hubungan antar pribadi yang baik, untuk itu konselor harus memperhatikan nilai-nilai kultural yang dijunjung tinggi oleh klien. Bagi seorang konselor menguasai teknik-teknik konseling adalah mutlak, sebab dalam proses konseling teknik yang baik dan tepat merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuab konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik yang benar, sesuai dengan keadaan konseli saat itu, respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang dan mendorong sehingga konseli mau terlibat dalam kegiatan konseling.

2. Pengertian Konseling Ada banyak definisi konseling yang dijumpai dalam literatur bimbingan dan konseling. Milton E Hahn (1955) mengatakan bahwa konsleing adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar konseli mampu memecahkan kesulitannya. C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih konseli

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental konseli. Bila definisi ini dikaji lebih jauh, maka beberapa ciri-cirinya yang menonjol akan terlihat : (1) merupakan suatu proses, (2) bisa dilakukan dengan satu atau lebih konseli, (3) konselor harus dipersiapkan secara professional, dan (4) hubungan antar pribadi yang andalannya adalah upaya bersama. Edwin C. Lewis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang bermasalah (konseli) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang konseli untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkan berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya. Definisi ini juga melihat konseling sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi antara konselor dan konseli dalam suatu upaya bersama agar lebih efektif dalam berhubungan dengna dirinya dan lingkungannya. Dalam proses konseling konseli mengharapkan kondisi-kondisi yang memberikan suasana nyaman dan menyenangkan, karena suasana tersebut sangat diperlukan dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tujuan konseling adalah menyediakan komdisikondisi yang memudahkan perubahan secara sukarela, seperti diberikan hak individu untuk membuat pilihan, kebebasan dan otonomi. Menurut Patterson (1967) dalam melakukan pendekatan terhadap definisi konseling kadang-kadang perlu dilakukan ekslusi, yaitu mengidentifikasi hal-hal yang tidak termasuk di dalamnya. Di antara beberapa ekslusi yang dimaksud adalah hal-hal berikut ini. 1. Konseling bukanlah pemberian informasi, sungguhpun informasi bisa diberikan dalam konseling. 2. Konseling bukanlah pemberian ansihat, saran dan rekomendasi. 3. Konseling bukanlah wahana untuk mempengaruhi sikap, keprcayaan atau perilaku dengan jalan membujuk, mengarahkan, atau meyakinkan walaupun dilakukan secara tak langsung, halus, atau tidak menyakitkan.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

4. Konseling bukanlah wahama untuk mempengaruhi perilaku dengan menegur, memperingatkan, mengancam, atau memaksa tanpa penggunaan kekuatan atau paksaan fisik 5. Konseling bukanlah seleksi dan penugasan individu-individu ke berbagai pekerjaan dan aktivitas. 6. Konseling bukanlah mewawancarai (walaupun wawancara berlangsung dalam konseling, keduanya tidak boleh bersinonim). Dari rumusan definisi-definisi yang dikemukakan terdapat beberapa kesamaan. Kesamaan itu menyangkut ciri-ciri pokok konseling berikut ini. 1. Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang kompeten dalam menangani konflik-konflik, kecemasan-kecemasan, atau masalahmasalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan. Juga konselor diharapkan memiliki kesiapan profesional dan ciri-ciri pribadi yang akan memungkinkannya memahami proses-proses psikologis dan dinamika perilaku pada diri konseli dan konselor, serta dalam hubungan antar keduanya. 2. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu. 3. Model interaksi dalam konseling itu tidak terbatas pada dimensi verbal. Yaitu konselor dan konseli saling berbicara, tetapi juga telah dikembangkan model interaksi konseling multi dimensional, bahwa konseling tidak membatasi diri pada proses yang berdimensi verbal belaka, tetapi juga melibatkan berbagai latihan dan upaya lainnya secara langsung, seperti latihan fisik (misalnya latihan penenangan), latihan desensitisasi, dan sebagainya, kesemuanya diarahkan pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli. 4. Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan terarah kepada pencapaian tujuan. Berlainan dengan pembicaraan biasa seperti yang dilakukan oleh dua orang sahabat yang lama tidak

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

bertemu, arah pembicaraan dua sahabat itu bisa menjadi tidak jelas dan tidak begitu disadari, biasanya di satu segi dapet bersifat seketika, dan di segi lain dapat melantur ke mana-mana. 5. Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku konseli. Konselor memusatkan perhatiannya kepada konseli dengan mencurahkan segala daya dan upayanya demi perubahan pada diri konseli, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik, teratasinya masalah-masalah yang dihadapi klien. 6. Konseling merupakan proses yang dinamis, dimana individu yang dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuankemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi. 7. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri konseli, yaitu atas dasar penghargaan atas harkat dan martabat konseli. Sedangkan dilihat dari segi konseli, hubungan konselor itu didasari atas kesukarelaan, pilihan bebas, dan terjaminnya kerahasiaan konseli. Berdasarkan ciri-ciri pokok konseling tersebut dapat dirumuskan definisi konseling sebagai berikut : konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli terhadap orang lain atau terhadap diri sendiri sehingga terbuka kemungkinan untuk hidup produktif dan memuaskan dengan tidak mengabaikan pembatasan-pembatasan yang dituntut oleh masyarakat. 3. Tahap-Tahap Konseling Individual Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap pertengahan (tahap kerja), dan tahap akhir konseling. 1. Tahap Awal Konseling Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah klien. Cavanagh (1982) menyebut tahap awal ini dengan istilah introduction, invitation and environmental support.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut. a. Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubungan tersebut dinamakan a working relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan konseling diantaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci keberhasilan tahap ini diantaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci keberhasilan tahap ini diantaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk mengungkapkan isi hati, perasaan, dan harapan sehubungan dengan masalah ini akan sangat bergantung pada kepercayaan klien terhadap konselor. Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuannya untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli, mengerti, dan menghargai klien. Pada tahap ini konselor hendaknya mampu melibatkan klien untuk terus menerus dalam proses konseling. b. Memperjelas dan mendifinisikan masalah. Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dank lien sudah melibatkan diri, berarti kerja sama antara konselor dengan klien bias dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian, , dan masalah yang dialami klien. c. Membuat penjajakan alternative bantuan untuk mengatasi masalah. Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah kliennya. d. Menegosiasikan kontrak. Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerjasama lainnya dengan pihak-pihak yang akan membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Kontrak itu mengatur kegiatan konseling termasuk kegiatan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

konselor dank lien. Ini artinya konseling adalah kegiatan yang saling menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja. Di samping itu pula dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya. 2. Tahap Pertengahan ( Tahap Kerja) Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada : 1) penjelajahan masalah yang dialami klien, dan 2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apaapa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Cavanagh (1982) menyebut tahap ini sebagai tahap action. Pemahaman ini akan membantu dalam membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya. Adapun tujuan pada tahap pertengahan ini sebagai berikut. a) Menjelajahi dan mengeksplrasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar kliennya mempunyai pemahaman dan alternative pemecahan baru terhadap masalah yang dialaminya. Konselor mengadakan penilaian kembali dengan melibatkan klien dan lingkungannya untuk bersama-sama menila masalah yang dialami klien. Jika klien bersemangat, berarti klien sudah begitu terlibat dan terbuka dalam proses konseling. b) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam proses konseling dan merasa butuh untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mengatasi masalahnya yang dialaminya. Kondisi ini juga bias tercipta jika konselor berupaya secara kreatif menggunakan berbagai variasi keterampilan konseling serta memelihara keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberikan bantuan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

konseling. Kreativitas konselor juga dituntut dengan menggunakan berbagai potensi yang ada pada klien dan lingkungannya untuk membantu dan menemukan berbagai alternative sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesian masalah dan pengembangan diri klien.

c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling. Untuk itu konselor dank lien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat dalam pikirannya. Namun demikian untuk memeprlancar proses konseling, konselor boleh menambah kontrak lainnya dengan kliennya ( fleksibel). 3. Tahap Akhir Konseling Cavanagh (1982) menyebutkan tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini. a) Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya. b) Adanya perubahan perilaku klien kea rah yang lebih positif, sehat dan dinamik. c) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan dating dengan program yang jelas pula. d) Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan. Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena klien sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah : Terjadinya transfer of learning pada diri klien ; Melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu mengatasi masalahnya ; dan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Mengakhiri hubungan konseling.

5. Keterampilan yang perlu dipergunakan untuk Mengembangkan Iklim Hubungan Awal Konseling. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan konselor untuk mengembangkan iklim hubungan konseling awal, yaitu : 1. Menyiapkan konteks Keterampilan menyiapkan konteks atau kondisi fisik ruangan konseling yang memungkinkan konseli merasa aman, releks, dan senang sangat dioerlukan bagi seorang konselor yang profesional. Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam suasana ini adalah : Apakah keadaan ruangan konseling bebas dari suara-suara yang mengganggu ?, Adakah keadaan ruangan cukup menyenangkan ?, Adakah tempat dudik yang enak dan diletakkan dalam posisi yang tepat?, dan masih banyak lagi pertimbanganpertimbangan yang diperlukan dalam konteks ini. Dengan demikian pengaturan dekorasi ruangan, pengaturan tempat duduk dan pengaturan jarak duduk dan ruangan konseling perlu diperhatikan. a. Pengaturan dekorasi ruangan, hendaknya memungkinkan konseli mengenalinya dan dekorasi yang sudah familiar dengan konseli, misalnya gambar buku atau gambar menyenakkan dan menyenangkan. b. Pengaturan tempat duduk, pengaturan tempat duduk hendaknya memungkinkan konseli dapat berkomunikasi secara terbuka. Untuk itu hendaknya konselor dan konseli duduk berhadapan satu sama yang lain tanpa meja yang menghalangi.. c. Jarak duduk konselor dengan konseli, Jasrak duduk antara konselor dan konseli jangan terlalu jauh dan juga jangan terlalu dekat, yang baik adalah konseli mbisa memandang konselor dan masih m,emungkinkan konseli untuk melemparkan pandangannya ke luar jendela atau gambar yang tergantung di dinding sebelah kanan atau kiri dengan leluasa. Dengan posisi duduk demikian itu konseli akan merasa bebas dan tidak tertekan. d. Letak tempat duduk, Sebaiknya tempat duduk konseli menghadap ke jendela, sebaliknya jika tempat duduk konseli membelakangi jendela maka pandangan konseli

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

akan terbatas pada konselor dan membuat konseli merasa tidak enak, kikuk dan kurang bebas. e. Ruangan konseling. Dengan ukuran setidaknya 3x4 m dan mempunyai sirkulasi udara yang baik, usahakan konseli merasa bebas mengemukakan kelamin. Oleh karena itu disarankan jika permasalahannya. Keberadaan konseli dalam ruangan konselor berduaan terutama jika berlainan jenis akan menimbulkan hal-hal yang mengundang prasangka buruk, hendaknya ruangan konseling tembus pandang sehingga orang lain dapat melihat keberadaan konselor dan konseli atau jika belum memungkinkan maka pintu ruangan disarankan dibuka pintunya. 2. Menyiapkan Konseli Untuk Konseling Kesediaan konseli untuk konseling tergantung pada seberapa baik konselor menyiapkan konseli. Menurut Abimayu dan Manrihu (1995) ada tiga cara konseling (c) mendorong konseli untuk melaksanakan konseling dengan serius. a. Memikat Konseli, dengan membangun rapport dapat diwujudkan dengan sikap empati, sebab empati dapat mengembangkan keterbukaan dan kepercayaan pada diri konseli sehingga ia mampu menghekplorasi dirinya dan masalah-masalahnya. Dengan demikian prosedur atau cara memikat konseli agar ia mau berpartisipasi dalam konseling dapat meliputi barbagai usaha untuk menyambut konseli secara formal tetapi bersifat hangat, dan berbagai usaha untuk mewujudkan kerangka acuan mengenai tujuan konseling. Adapun yang dapat dilakukan konselor adalah: 1. mengucap salam 2. berjabat tangan 3. mempersilahkan duduk 4. menyebut nama konseli (kalau sudah kenal) atau menanyakan nama konseli (kalau belum kenal) 5. memperkenalkan nama konselor 6. membicarakan hal-hal yang menarik yang sempat ditangkap dari pertemuan singkat itu, misalnya menanyakan apakah konseli baru belajar . . ... atau bagaimana kesan konseli tentang pelajaran yang baru saja ia ikuti. untuk menyiapkan konseli, yaitu : (a) memikat konseli (b) memberi informasi tentang etika

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

b. Mewujudkan kerangka acuan mengenai tujuan dan pelaksanaaan hubungan konseling, adapun yang dapat dilakukan konselor adalah : 1. mengemukakan tujuan konseling. 2. mengemukan peran konseli dan konselor 3. menginformasikan tentang etika konseling. 4. membuiat kesepakatan tentang lamanya waktu yang disediakan untuk konseling, misalnya mengatakan waktu yang disediakan 30 menit untuk sekali pertemuan, jika konseli aktif dan jujur dan mau memikirkan jalan keluar atas masalahnya, maka waktu yang disediakan tersebut akan efektif tetapi jika tidak maka pertemuan aklan dilanjutkan pada hari yang lain dan menggunakan waktu lebih panjang lagi. c. Melakukan Attending Attending melayani secara pribadi yang memungkinkan konseli dapat merasa dekat dengan konselor, disebut juga sebagai perilaku menghampiri konseli yang ketiga komponen tersebut, sehingga mencakup komponen kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik adalah merupakan kombinasi memudahkan konselor untuk membuat konseli terlibat dalam pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik dapat meningkatkan harga diri konseli dan menciptakan suasana yang aman d untuk mengekpresikan perasaan konseli dengan bebas. Menurut Willis (2004) Attending yang bai asdalah : 1. Kepala melakukan anggukan tanda setuju. 2. Ekspresi wajah tenang, ceria dan senyum. 3. Posisi tubuh, agak condong kearah konseli 4. Tangan , variasi gerakan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat. 5. Kontak mata, Melalui kontak mata konseli akan merasa bahwa ia diperhatikan secara psikologis, tidak sepanjang proses konseling konselor menatap mata konseli, sebab pandangan yang terus menerus dapat menyebabkan konseli bosan atau jengkel. 6. Jarak duduk tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, uapayakan konseli masih bisa mengamati sekeliling ruangan.

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

6. Keterampilan yang Diperlukan untuk Eksplorasi Masalah 1. Mengajak Terbuka Untuk Berbicara Setelah tahap persiapan konseling dirasa cukup dan konseli mulai mununjukkan keterlibatannya dalam konseling, maka konseli mengajak konseli memulai berbicara, misalnya : Apa yang dapat saya bantu ? Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu anda ? Ceritakan kepada saya apa yang anda pikirkan? Apa yang akan dibicarakan? Ajakan berbicara secara terbuka memungkinkan konselor dapat mengemukakan masalahnya dengan baik. Karena itu, hendaknya dapat dihindari pertanyaan yang bertubi-tubi, dan akan lebih baik jika disertai dengan sikap, cara duduk, isyarat, dan suara yang akrap dan bersahabat. Semua itu dilakukan secara wajar tanpa dibuatbuat. Ada beberapa hal yang perlu dihindari konselor, yaitu : Pernyataan yang bersifat olok-olok. Humor yang dibuat-buat. Penggunaan kata-kata : khawatir, masalah atau sulit

2. Pertanyaan Terbuka Pertanyaan terbuka sangat penting terutama pada tahap-tahap awal, pertanyaan pertanyaan terbuka dapat dilakukan dengan menggunakan kata tanya : APA, KAPAN, BAGAIMANA dan MENGAPA. Pertanyaan atau pernyataan terbuka seperti itu akan menghasilkan jawaban yang dapat dijadikan arah atau informasi yang berguna untuk mengadakan tindak lanjut, dan pertanyaan terbuka semacam itu juga memngkinkan suasana percakapan dapat berlangsung dengan baik. Hal ini juga menunjukkan pada konseli bahwa ia bebas untuk mengemukakan diinginkannya. Contohnya konselor mengatakan : - Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan nilai yang rendah ? - Usaha apa yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada rokok. - Bagaimana anda bisa mengalami masalah seperti ini? isi pembicaraan sesuai yang

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

3 . Mendengarkan Secara Akurat Mendengarkan secara akurat sangat diperlukan selama proses konseling berlangsung, terlebih-lebih pada saat permulaan yaitu ketika konselor ingin memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang diri dan masalah konseli. Konselor harus benarbenar bersikap empati, yaitu membuktikan diri bahwa dia benar-benar mendengar, mengerti, menerima segala sesuatu yang dikatakan konseli Menurut Munro (dalam Abimayu dan Manrihu, 1995) mendengarkan merupakan dasar bagi semua wawancara konseling. Kegiatan ini menghendaki konselor lebih banyak diam dan mengynakan inderanya untk menangkap pesan yang dikemukakan konseli. Dengan telinga mendengarkan kata-kata dan tekanan suara konseli, dengan mata mengamati bahasa badani konseli berupa gerakan isyarat yang ditampilkan konseli. 4 .Dorongan minimal Dorongan monimal adalah suatu isyarat, anggukan, sepatah kata atau suara tertentu, gerakan anggota badan, atau pengulangan kata-kata kunci yang menunjukkan bahwa konselor mempunyai perhatian dan mengikuti dengan baik pembicaraan konseli. Dorongan minimal ini memberikan kesempatanm dan kelleluasan kepada konseli untuk terus berbicara. Misalnya konselor menyatakan ucapan berikut ini : O-ya Ya Mmm Jadi ? Terus Mengulangi kata-kata kunci.

Dorongan minimal digunakan untuk kelangsungan pembicaraan konseli dan menghindari konselor terlalu banyak berbicara, yang dapat mengakibatkan konseli hanya sebagai pendengar. 5. Mengikuti pokok pembicaraan

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Mengikuti pokok pembicaraan berarti memusatkan perhatian pada yang dikatakan konseli, Tanda bahwa konselor mengikuti pembicaraan konseli dapat diucapkan dengan kalimat berikut : Saya memahami apa yang anda maksudkan. Ceritakan lebih lanjut lagi tentang hal itu.

6, Empati Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan konseli, merasa dan berpikir bersama konseli. Dalam melakukan empati konselor harus mampu : a. Mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik. b. Memasuki dunia konseli c. Melakukan empati primer dengan mengatakan : - Saya dapat merasakan begaimana perasaanmu. - Saya dapat memahami pikiranmu. - Saya mengerti keinginanmu. d. Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan : Saya merasakan apa yang saudara rasakan, dan saya ikut sedih dengan pengalaman yang dialami itu 7. Refleksi Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klonseli tentang pikiran, perasaan dan pengalaman konseli sebagai hasil pengalaman terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Refleksi ada tiga jenis, yaitu: (1) refleksi perasaan (2) refleksi pengalaman dan (3) refleksi pikiran. Contoh refleksi perasaan : Ki Ko Ki : saya benar-benar marah kepada mereka, pertama mereka memberi saya kesempatan dan kemudian mereka cabut kembali. : Nampaknya anda merasa geram kerena mereka curang pada anda. : sekarang tidak lagi, saya benar-benar sedih memikirkannya. Nampaknya yang anda katakan adalah . . . . ..

Oleh karena itu pernyataan konselor selalu dimulai dengan kata-kata: -

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Barangkali anda merasakan . . . . . . . . Hal itu rupanya . . . . . . . Tampaknya anda benar-benar marah. Sepertinya anda benar-benar tersinggung dengan .

Contoh Refleksi pengalaman. Ki : Saya minta tolong pada nenek saya untuk membujuk orang tua , agar orang tua saya tidak membatasi kebebasan saya dalam menentukan perguruan tinggi yang akan pilih. Ko : Nampaknya, anda sudah melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah anda.

Contoh Refleksi pikiran Ki Ko : Tetapi apakah saya bisa lulus UMPTN dan lalu diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran seperti yang saya cita-citakan. : Sepertinya anda tidak yakin dengan kemampuan anda sendiri.

8. Eksplorasi. Adalah suatu keterampilan untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman konseli, sehingga memungkinkan konseli untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Dalam hal ini konselor memintakan kejelasan dari pernyatan konseli yang belum spesifik. Contohnya dialog konselor dengan konseli. Ki Ko : Akhir-akhir ini saya tidak dapat belajar dengan baik, berbagai hal pikiran saya. : Coba ceritakan lebih lanjut hal-hal yng mengganggu pikiran anda tersebut. Bisakah anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan. Saya kira rasa sedih yang anda rasakan begitu dalam pada peristiwa tersebut. Dapatkah anda kemukakan perasaan bingung yang dimaksudkan. Apa yang anda maksudkan kalau anda terlalu sibuk. Apa ada hubungan kesibukan anda dengan keharmonisan keluarga anda. Dapatkah anda menjelaskan lebih jauh lagi maksud dari .. mengganggu

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

Apa maksudnya kalau anda kurang diperhatikan

9. Parafrase ( menangkap pesan utama) Untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan, dan pengalamannya, maka konselor perlu mennagkap persan utama dan menyatakan kembali secara sederhana pada diri konseli, dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Parafrase yang baik ditandai dengan suatu kalimat awal yakni : ADAKAH dan NAMPAKNYA, sehingga kalau dimasukkan dalam kalimat akan menjadi : Ki Ko 10. Adakah yang anda katakan bahwa . Nampaknya yang anda katakan : Biasanya ia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya. : Adakah yang anda maksudkan bahwa perilakunya tidak konsisten? Fokus Agar pembicaraan konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu membuat focus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan konseli Fokus membantu konseli untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Ada beberapa fokus yang dapat dilakukan seorang konselor, yaitu : focus pada diri sendiri, focus pada orang lain, dan fokus pada topik. Contoh fokus pada diri konseli Ko Ko Ki : Sasa, anda tidak yakin apa yang akan anda lakukan ? : Tampaknya anda sudah berusaha ,,,,,,,,,,,,,,,,,, : Saya menjadi agak pesimis dengan cita - cita saya., hambatan dukungan wali kelas cukup saya hargai.

Contoh dalam dialog :

Contoh fokus pada orang lain. datang di sana sini. Tapi Ko

Namun saya kecewa dengan sikap ayah saya. : Bisa diceritakan hubungan dengan ayahmu ?

Contoh fokus pada topik Ko : Apakah yang anda maksudkan dengan hambatan ini ?

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

b. Konfrontasi Konfrontasi adalah suatu teknik yang mengajak konseli untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa, ide awal; dengan ide berikutnya. Tujuan teknik ini untuk : (a) mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur (b) meningkatkan potensi klien (c) membawa klien kepada kesadaran adanya konflik atau kontradiksi, Contoh 1 : Ki Ko : : Oh saya baik-baik saja (dengan suara rendah, wajah tidak cerah) Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi kelihatannya anda nampak kurang bahagia. Atau Ko : Saya melihat ada perbedaan antara ucapan anda dengan kenyataan diri. Anda. Contoh 2 : Ki Ko : Saya rasa saya belum melakukan sesuatu rencana yang berarti, saya sebenarnya ingin segera terbebas dari masalah ini, tetapi saya malas. : Anda mengatakan bahwa anda menyesal atas tidak adanya inisiatif anda, tetapi anda tidak melakukan apa-apa untuk itu. 7. Keterampilan Konselor untuk Mengembangkan Inisiatif Carkhuff ( dalam Abimayu dan Manrihu 1885) mengemukakan bahwa dalam mengembanglkan inisiatif diperlukan ketyerampilan, yaitu (1) keterampilan membantu konseli dalam menetapkan tujuan (2) Keterampilan dalam membantu konseli mengembangkan program (3) Keterampilan dalam membantu konseli Merencanakan jadwal (4) Keterampilan dalam memberikan penguatan (5) Keterampilan dalam membantu konseli mempersonalisasikan langkah-langkah. 1. Menetapkan tujuan. Tugas yang paling penting dalam membantu konseli mengembangkan inisiatif adalah menetapkan tujuan. Jika tujuan dapat dirumuskan secara operasional, maka arah konseling akan menjadi jelas. Kata dasar yang digunakan untuk menetapkan operasi dari

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

tujuan itu adalah : Siapa, Apa , Mengapa, Kapan, Dimana dan Bagaimana.. Deskripsi pertanyaan secara operasional dari tujuan itu mencakup : komponen, fungsi, proses, kondisi dan standar. a. Menetapkan komponen, yaitu mendeskripsikan siapa dan apa yang terlibat dalam tujuan. Oleh karena itu dalam menetapkan tujuan jangan dilupakan memasukkan unsur komponen orang atau pengalaman-pengalaman tidak langsung atau tugastugas yang dapat menghalangi tujuan konseli. b. Menetapkan fungsi, yaitu mendeskripsikan apa yang dikerjakan orang atau aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. c. Menetapkan proses. Yaitu alasan-alasan atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, proses adalah kata keterangan yang memodifikasi funfsi atau kegiatan. d. Menetapkan standar. Standar mendeskripsikan seberapa baik fungsi itu dikerjakan. e. Mengkomunikasikan tujuan operasional. Setelah konselor berhasil membantu konseli merumuskan tujuan secara operasional dan dapat terukur, maka hasil rumusan itu hendaknya dikomujnikasikan kembali pada konseli, Contohnya : Ko : Tadi kamu mengatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan ayahmu,dan kamu ingin dapat berkomunikasi demikian? Ki Ko : Benar pak. : Kalau begitu lebih dahulu kamu hendaknya dapat menetapkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini harus dipertimbangkan siapa yang terlibat, melakukan apa saja mereka, b agaimana melakukannya, kapan dan dimana melakukannya. Nah, siapa saja yang terlibat dalam komunikasi itu? Ki : Pertama-tama saya sendiri .......... Dengan ditetapkan tujuan maka program dapat dikembangkan , setiap langkah dalam program hendaknya mengarah pada pencapaian operasi-operasi yang ada pada tujuan itu.. dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana konselor mampu membantu konseli dalam ham hal : a. Mengidentifikasi kemungkinan kemungkinan program. 2. Membantu Konseli Mengembangkan Program secara baik. Bukankah

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

www.belajarkonseling.com

b. Memilih program ( konkrit, terukur, realistik, sejalan dengan nilai-nilai konseli, pertimbangan waktu) c. Pengujian alternatif program. ( mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari program yang dipilih) 3. Merencanakan Jadwal Proses pengembangan inisiatif berlanjut, dengan membantu konseli menetapkan jadwal bagi pencapaian tujuan dalam mengentaskan masalah konseli. Tekanan utama adalah kapan waktu memulai dan mengakhiri kegiatan program. Dengan demikian jadwal bisa menjadi pedoman bagi konseli untuk memulai kegiatan. 4. Rencana Pemberian Penguatan. Penguatan ini diharapkan dapat mendorong konseli melakukan kegiatan yang telah diprogramkan. Penguatan ini akan berpengaruh jika diberikan segera setelah pelaksanan kegiatan. Dalam konteks ini konselor hendaknya memberikan perhatian melalui empati. Contohnya konselor mengatakan : Bapak senang mendengar kesanggupan kamu, tetapi sebaliknya jika kamu tidak melaksanakan langkah-langkah itu dengan baik maka kamu tidak akan diterima secara baik oleh temanmu, kamu akan tetap merasa sedih. Apakah kamu senang dengan suasana saeperti itu ?

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

7.Keterampilan Konselor dalam mengakhiri Konseling 1. Mengakhiri Konseling Untuk mengakhiri kegiatan konseling diperlukan prosedur penutupan konseling, untuk memungkinkan konseli dapat memahami lebih baik dari hasil yang telah dicapai. Dalam kondisi menilai proses konseling, konselor dapat mengajukan pertanyaan pada konseli, tentang perasaannya atau ewawasan yang ia peroleh dari konseling. Sehingga penilaian bertujuan untuk melihat bagaimanana perasaannya setelah melakukan konseling, atau pengalaman apa yang ia dapatkan dari proses konseling. Untuk itu akakah ada perubahan perasaan setelah diberikan

konselor dapat menanyakan

konmseling, atau apakah konseli mendapatkan pengetahuan dari konseling tersebut, sehingga bentuk penilaiannya lebih berorientasi pada penilaian segera. Contohnya : Ko : Bagus sekali, kamu telah memahami rencana untuk mengatasi masalah yang kamu hadapi, bagaimana perasaanmu sekarang? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan konselor untuk mengakhiri konseling, antara lain dengan : - Mengakhiri suatu unit diskusi, dengan cara membuat ringkasan dari bagian terkecil berkaitan dengan pembicaraan. - Mengakhiri suatu wawancara, dengan mengatakan keterbatasan waktu,, misalnya dengan mengatakan : Baiklah, hari ini cukup sampai disini. Atau Rupanya kita sudah sampai pada akhir konseling. 2. Meringkas Meringkas adalah cara kedua dari mengakhiri konseling, yaitu meringkas hal-hal yang esensial dari apa yang sudah dibicarakan selama konseling Contohnya : Ko : Rupanya waktu pertemuan kita hampir berakhir, dengan waktu yang sedikit ini dapatkah kamu melakukan beberapa hal, yaitu mengungkapkan kembali pokokpokok pembicaraan kita tadi ?

Model-Model Konseling, Media Dan Evaluasi Bimbngan Dan Konseling

3. Berdiri. Berdiri sering merupakan pernyataan teknik persuasif untuk mengakhiri konseling. Terutama jika konselor menghadapi konseli yang sangat ketergantungan pada konselor. RANGKUMAN Dalam konselin konselor berusaha membantu konseli untuk mengeksprasikan masalahny. Suatu proses konseling ditentukan oleh kehandalan mampu konselor dalam melakukan wawancara konseling. Kekuatan utama dari kegiatan ini bagaimana konselor menggunakan teknik yang dapat mengekplorasi masalah konseli, sehingga konseli mau mengemukakan perasaan, pikirannya yang sebenarnya. Oleh sebab itu keterampilan yang harus dikuasai konselor adalah : mengajak untuk berbicara terbuka, pertanyaan terbuka, mendengarkan, empati, parafrase dan refleksi, dorongan minimal, mengikuti pokok pembicaraan, fokus, dan lain sebagainya. Dalam membantu konseli mengembangkan inisiatif konselor hendaknya mampu membantu konseli dalam menetapkan tujuan, untuk ini tujuan harus jelas, spesifik, operasional dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut konseli. Selain itu Konselor harus mampu membantu konserli dalam mengembangkan tujuan yang telah dirumuskan, oleh karena itu akan dipilih, program perlu konseli harus dibantu dalam mengidentifikasi kemungkinan program yang kemudian melakukan pengujian alternatif program dengan melihat

keuntungan dan kerugian jika dilaksanakan. Penentuan jadwal untuk melaksanakan disepaati dengan konseli, sehingga konseli memiliki target untuk menyelesaikan program tersebut. Langkah berikutnya adalah membantu konseli dengan cara memberikan penguatan untuk mendorong konseli mampu melaksanakan program Dalam pengembangannya penguatan hendaknya menekankan pada penggunaan yang positif. Mengakhiri konseling secara efektif adalah penting agar hubungan baik dengan konseli tetap terpelihara, hasil-hasil konseling dapat dipahami dan rencana berikutnya dapat dilaksanakan. Karena itu secara umum dapat dirangkum bahwa keterampilan dengan cara meringkas pokok-pokok pembicaraan, berdiri atau menanyakan perassaan. Penilaian terhadap konseling bertujuan untuk mengetahui hasil proses konseling .Menyimpulkan, mengevaluasi dan menutup sesi konseling

Jika konselor akan menutup sesi konseling sebaiknya dibuat bersama konseli kesimpulan umum hasil proses konseling sejak awal, di samping itu klien diberi kesempatan memberikan penilaian terhadap jalannya konseling dan terhadap perilaku konselor selama membnatu konseli. Kesimpulan adalah berdasarkan perolehan selama proses konseling, terutama apa yang sudah diperoleh konseli yaitu (a) jelas (d) Apakah ada pertemuan berikutnya.. Sedangkan evaluasi adalah mengenai jalannya diskusi, kemampuan konselor, keadaan diri konseli sekarang dan bagaimana rencananya kira-kira berhasil atau tidak. Jika semua sudah jelas maka konselor menyarankan kepada klonseli konsleing sudah bisa ditutup. apakah sesi Apakah kecemasan telah menurun (b) Apakah klien merasa lega (c) Apakah rencananya sudah

Latihan :
1. Dalam membantu konseli merumuskan tujuan untuk mengatasi masalahnya. a. b. a. b. Unsur-unsur apa yang dipertimbnagkan dalam merumuskan tujuan tersebut. Berikan contoh rumusan tujuan yang operasional dan spesifik. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan olek konselor. Buat skrip tenbtang proses pengembangan program untuk membantu konseli mengatasi rasa takut menjawab pertanyaan guru. 3. Buat skrip percakapan konseli dengan konselor yang sedang mengembangkan jadwal kegiatan. 4. Buat skrip percakapan konseli dengan konselor yang sedang mengembangkan program dengan menggunakan pengujian alternatif program. 5. Apa tujuan menggunakan keterampilan mengembangkan penguatan. Jelaskan dan berikan contoh percakapan konseli dengan konselor. 6. Mengapa sesi mengakhiri konseling sama pentingnya dengan membangun hubungan awak konseling. 7. Buatlah skrip pembicicaraan konseli dengan konselor yang menggunakan teknik meringkas satu unit dari suatu diskusi.

2. Dalam membantu konseli mengembangkan program.

8. Buatlah skrip pernyatan konseli dan konselor yang menggunakan keterampilan dalam meringkas . 9. Mengapa menilai diperlukan dalam konseling. 10. Bagaimana mengakhiri konseling yang efektif untuk menghindari penolakan pada konseli.. 11. Keterampilanketerampilan apakah yang diperlukan untuk mengekplorasi masalah konseli. 12. Apa yang dimaksud dengan keterampilan tersebut. 13. Berikan contoh dialog konselor dengan konseli dengan menggunakan keterampilan. Pertanyaan terbuka, dorongan minimal dan empati. 14. Ada 3 yang harus diekplorasi , jelaskanlah dan berikan contohnya. 15. Bedakan melalui contoh refleksi dengan parafrase. 16. Apa tujuan menggunakan keterampilan empati. 17. Kapan konselor menggunakan keterampilan konfrontasi.. 18. Buat skrip yang menggunaka keterampilan refleksi, eksplorasi dan dan fokus. 19. Apa ciri parafrase yang digunakan konselor tepat. 20. Berikan contoh sikap konseli yang mengharuskan konselor menggunakan konfrontasi.

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Jurusan Bimbingan dan konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Munro, E,A, R.J. 1985. Penyuluhan ( Counselling) Suatu Pendekatan Berdasarkan Keterampilan. Diterhemahkan oleh Erman Amti dan disunting oleh Prayitno. Jakarta : chalio Indonesia. Shertzer, Bruce, dan Stone, Shllay C. 1981. Fundamentals of Guidance. Boston: Houghton Mifflin Co. Sofyan Willis. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Penerbit Alfabeta. Soli Abimayu dan M.Thayeb Manribu. 1995. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

KEGIATAN BELAJAR 3 MEDIA BIMBINGAN DAN KONSELING


1. Pendahuluan Media merupakan sarana penyalur pesan atau informasi kepada sasaran atau penerima pesan. Bila karena sesuatu dan lain hal media tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan yang diharapkan, maka ia tidak efektif dalam arti tidak mampu mengkomunikasikan isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada sasaran yang dicapainya. Media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal. Dengan perkataan lain pesan yang ingin disampaikan dapat diterima baik oleh penerima pesan. Proses layanan bimbingan dan konseling merupakan proses komunikasi, sehingga media bimbingan dan konseling akan berhasil membawa pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan perilaku atau sikap belajar. Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan layanan dan isi layanan. Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling harus melihat kepada tujuan penggunaannya dan memiliki nilai dalam mengoptimalkan layanan yang diberikan kepada siswa. Oleh karena itu dengan penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses layanan bimbingan dan konseling. II. Pengertian Media Bimbingan dan Konseling Istilah media berasal dari bahasa latin, yaitu medium yang memiliki arti perantara. Dalam Dictionary Of Education, disebutkan bahwa media adalah bentuk perantara dalam berbagai jenis kegiatan berkomunikasi. Menurut Brigs (dalam sadiman, 2002) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sehingga dengan media dapat menyalurkan pesan sehingga penerima pesan

dalam hal ini siswa dapat mengalami peristiwa belajar. Seperti dikatakan Sadiman (2002) bahwa proses pembelajaran di kelas pada dasarnya adalah proses komunikasi lebih lanjut. Yuliani Sugiono mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di pakai atau di manfaatkan sebagai perangsang daya pikir, perasaan, perhatian dan kemampuan anak sehingga dia mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada anak. (2005 ). Dari berbagai pendapat di atas dapat mengarahkan kita untuk menarik suatu kesimpulan bahwa media adalah peralatan yang di pakai atau dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan fisik, motorik, social, emosi kognitif, kreatifitas dan bahasa anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri anak. III. Peranan Media Dalam Program Bimbingan dan Konseling Tugas guru bimbingan dan konseling (konselor) adalah menyusun dan terdiri dari

melaksanakan program Bimbingan dan Konseling. Program BK tersebut

program tahunan, program semesteran, program bulanan, program mingguan, dan program harian. Program BK yang utama adalah pemberian layanan kegiatan pendukung dan program penunjang. Dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan Klasikal memerlukan alat dan media, misalnya dalam melaksanakan layanan informasi mengenai arti dan tujuan ibadah, alat yang di gunakan LCD, media yang digunakan selebaran. Media dalam bimbingan dan konseling sebagai hal yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan berbagai kegiatan BK, khususnya bimbingan klasikal. Namun dalam perkembangannya MEDIA BK tidak sebatas untuk perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan berbagai kegiatan bimbingan dan konseling, tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program BK. IV. Jenis-jenis Media Bimbingan dan Konseling. Saat ini dengan cepatnya teknologi komunikasi maka semakin banyak pula media komussnikasi yang muncul, ada beberapa jenis media dalam program Bimbingan dan Konseling, yaitu :

1. Media untuk menyampaikan informasi. a. Media Grafis, biasanya berbentuk Grafik, leaflet, papan bimbingan, poster grafik, Media grafis biasanya digunakan untuk : i. Grafik , digunakan dalam layanan konseling yang menggunakan strategi pengelolaan diri, pada strategi pengelolaan diri, setelah konseli melakukan self monitoring terhadap prilakunya selama beberapa waktu maka konselor diminta untuk menuliskan respon tersebut. ii. Leaflet, tentang pelayanan binbingan dan konseling di sekolah. iii. Poster, tentang bahaya narkoba., bahaya merokok, dll. iv. Papan bimbingan, yaitu suatu papan (semacam papan tulis/whiteboard, dapat juga dari lembaran streoform) yang memuat bebagai informasi maupun pesan tentang konseling, misal informasi tentang perguruan tinggi, informasi tentang penjurusan. b. Komputer Komputer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh guru bimbingan konseling (konselor), seperti dalam layanan bimbingan informasi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi komputer merupakan jawaban untuk akses data atau informasi, sehingga dapat digunakan untuk membantu siswa mendapatkan informasi tentang hal-hal yang diperlukan siswa, antara lain informasi tentang pilihan karir, informasi yang didapat pada akhirnya dapat menjadi suatu dasar pilihan tentang keputusan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan data atau informasi melalui internet, siswa akan dapat banyak informasi atau data yang dapat dipertanggungjawabkan, karena data atau informasi tersebut adalah data yang memiliki validitas yang tinggi Tentu saja pendampingan dari guru bimbingan dan konseling dalam hal ini sangat diperlukan. 2. Media sebagai alat (pengumpul dan penyimpan data) a) b) Media pengumpulan data : Angket, pedoman wawancara, lembaran observasi berupa anekdo record, cekh list, sosiometri. Media penyimpan data : Kartu pribadi, buku pribadi, map, CD, almari, rak.

3. Media sebagai alat bantu dalam memberikan group information. a) Media Audio : media yang penyanpaiannya pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan di sampaikan/ dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, music misal : Radio, dan tape. b) c) Media Visual : media yang berupa gambar yang dihasilkan melelui fotogrifi. Contoh : Foto. Media Audio-Visual : media yang memproyeksikan pesan, dimana hasilnya menyajikan pesan audio-visual dan gerak. Contoh : VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali digunakan guru BK untuk menunjukkan perilakuperilaku tertentu. Perilaku yang tampak pada tayangan tersebut siswa yang tidak dipergunakan guru BK untuk merubah perilaku

diinginkan. Sebelum VCD/DVD player ditayangkan sebaiknya guru BK memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya sebuah film tersebut, sehingga siswa memilki kerangka berpikir yang sama. Dan setelah film ditayangkan guru Bk memintakan tanggapan pada siswa tentang apa yang telah mereka lihat. Tanggapan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana siswa berpikir dan bersikap, yang kemudian diharapkan akan dapat merubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik. 4. Media ssebagai alat bantu dalam memberikan layanan individual. Perkembangan audio saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Peralatan audio yang dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling, seperti tape recorder dalam penggunaannya untuk merekam sesi konseling perorangan, dari hasil rekaman tersebut dapat diputar kembali hasil-hasil yang diperoleh selama sesi konseling. Tetapi Jika konselor ingin menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan dengan konseli, maka harus mendapatkan izin dari konseli. Tape recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman, kaset memiliki pita magnetik yang berfungsi menyimpan data atau informasi percakapan. Saat ini telah

berkembang alat perekam yang tidak membutuhkan pita perekam. Alat ini disebut MP 3 dan MP4. di dalam alat ini terdapat harddisk yang memiliki kapasitas sampai dengan 4 Gb. Ukuran MP3 dan MP4 saat ini amat kecil jika dibandingkan dengan sebuah mini tape recorder biasa. 1. Media sebagai alat menyanpaikan laporan. Berupa laporan kegiatan Bimbingan dan Konseling, semisal laporan mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan.Dari berbagai jenis media dalam Bimbingan dan Konseling, yang paling sesuai dengan pelaksanaan bimbingan klasikal adalah jenis media yang sebagai alatbantu dalam memberikan group information yang berupa media audio, visual, dan audiovisual. V. Manfaat Media Bimbingan dan Konseling Tidak dapat disangka bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi komunikasi. Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat, prubahan ini dapat di temukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media bersinggungan dengan konseling. Penggunaan media dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa keuntungan seperti : a) Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan, dan memberikan motivasi dalam menerima materi layanan terutama untuk layanan informasi yang diberikan secara klasikal dan layanan kelompok., sehingga materi akan menjadi menarik. b) Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan. c) Akan memunculkan respon yang positif sampaikan. d) Tidak akan memunculkan kebosanan. e) Terdapat pengaturan yang baik. dari siswa terhadap materi yang di

VI.

Kelemahan Penggunaan Media Harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media bimbingan dan

konseling. Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya maupun cara pembuatannya maupun dalam penggunaannya. Oleh karena itu karateristik media yang akan digunakan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru bimbingan dan konseling dalam kaitannya dengan pemilihan media bimbingan dan konseling. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru bimbingan dan konseling untuk menggunakan berbagai media bimbingan kobseling secara bervariasi. Menurut Pelling (2002) walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung pada teknologi, tetapi di lain pihak masih banyak diantara kita yang mangalami ketakutan untuk menggunakan media terutama teknologi. Sebaik apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir masyarakat masih terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar maka data atau informasi yang diperoleh dari media seakan tidak berguna. Oleh karena itu ada beberapa kelemahan pengguaan media, antara lain : a. Proses pembuatan media membutuhkan waktu yang cukup lama. b. Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks c. Memerlukan perencanaan yang matang dalam pembuatan dan penyajiannya. d. Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga. e. Media seringkali masih belum menyentuh sisi afektif dalam bimbingan dan konseling yang dikenal dengan empati, pengguna media seringkali akan menghilangkan empati jika guru BK mempergunakan sebagai alat bantu utama. VII. PENUTUP Media merupakan peralatan yang di pakai atau di manfaatkan untuk merangsang perkembangan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, kreativitas, sehingga dengan media mampu mendorong terjadinya proses belajar untuk perkembangan siswa. Sehubungan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, maka sesuai dengan strategi layanan, peranan media dalam bimbingan konseling khususnya bimbingan klasikal tidak hanya sebagai perantara atau pengantar guru Bimbingan dan konseling (konselor) dalam

melaksanakan berbagai kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling, Adapun jenis-jenis media dalam program Bimbingan dan konseling yaitu :

tetapi dapat

digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling. a) Media untuk menyampaikan informasi (selebaran, leaflet, papan bimbingan) b) Media sebagai alat (pengumpulan dan penyimpanan data) yang termasuk media pengumpulan data : angket, wawancara, anekdo recrord, ceck list,, dan yang termasuk alat penyimpanan data : kartu pribadi, buku pribadi, map, disket, almari, rak. c) Media sebagai alat dalam memberikan layanan konseling perorangan dan layanan group information yang diberikan secara klasikal. d) Media sebagai alat penyampaian laporan. Manfaat media bimbingan dan konseling antara lain : maningkatkan kreativitas, memberikan variasi dalam pelaksanaan, sehingga tidak akan muncul kebosanan bagi siswa yang membutuhkan layanan. Selain itu ada kelemahan penggunaan media dalam Bimbingan klasikal : pembuatan media memerlukan waktu yang lama, membutuhkan ketrampilan khusus, memerlukan perencanaan yang matang. VIII. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Media Bimbingan dan Konseling? 2. Jelaskan media BK yang tepat untuk layanan informasi yang diberikan secara klasikal? 3. Apa manfaat Media komputer untuk layanan BK? 4. Syarat apa saja yang harus dimiliki Media Poster untuk keefektifan layanan BK? 5. Apakah manfaat Papan Bimbingan. Jelaskanlah!

IX. Daftar Pustaka Baggerly , Jennifer. 2002. Practical Technological Aplications to Promote Pedagogical Principles and Active Learning in Counselor Education. Journalof Technology in Counseling. Vol. 2_2. Hartono., Soedarmadji, Boy. 2005. Psikologi Konseling. Surabaya: University Press UNIPA Surabaya. Hohenshill, Thomas, H. 2000. High Tech Cunseling. Journal of Counseling and Development. Menanti, Asih. 2005. Konseling Indigenous. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional ABKIN di Bandung 2005. Pelling, Nadine. 2002. The Use Technology In Career Counseling. Journal of Technology in Counseling. Vol. 2_2. Sadiman, Arief. Dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press. Sampson, James, P. 2000. Using the Internet to Enchance Testing in Counseling. Journal of Counseling and Development. V 78: 348-356 Suyitno, Imam. 1997. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal Sumber Belajar: Kajian Teori dan APLIKASI. 4 November

KEGIATAN BELAJAR 4 EVALUASI BIMBINGAN & KONSELING


1. Pendahuluan
Di dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa salah satu standar nasional Pendidikan adalah Standar penilaian pendikan. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah merupakan upaya, tindakan untuk mengetahui keefektifan dari pelayanan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian merupakan bagian penting dari perangkat kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada penerapan KTSP guru Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan pelayanan dalam memfasilitasi :Pengembangan Diri siswa sesuai minat, bakat, serta mempertimbangkan tugas perkembangannya. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan dan konseling, tanpa evaluasi tidak mungkin dapat diketahui dan diidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian. Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, evaluasi diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi tersebut dapat diketahui sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan informasi dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan pengembangan program selanjutnya.

2.Pengertian Evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Menurut Depdiknas ( 2008) Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanannya. Sesuai dengan kegiatan bimbingan dan konseling maka evaluasi bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah . Seperti dikatakan Abkin (2007) Evaluasi bimbingan dan konseling adalah segala upaya, tindakan, atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimnbingan dan konseling yang mengacu pada kriteria tertentu sesuai dengan program yang telah dilaksanakan. Lebih jauh Moch. Surya mengemukakan menilai Bimbingan pada hakekatnya mengetahui secara pasti tentang bagaimana organisasi dan administrasi program itu, bagaimana guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dapat berpartisipasi bagaimana pelaksanaan konseling dan bagaimana catatan-catatan kumulatif dapat dikumpulkan. Uraian tersebut merupakan penjabaran dari proses kegiatan Bimbingan dan Konseling, yang akhirnya perlu pula diketahui bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan itu. Dengan kata lain bahwa evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling ditujukan untuk menilai bagaimana kesesuaian program, bagaimana pelaksanaan yang dilakukan oleh para petugas Bimbingan, dan bagaimana pula hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling, mengandung tiga aspek penilaian, yaitu : a. Penilaian terhadap program Bimbingan dan Konseling. b. Penilaian terhadap proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. c. Penilaian terhadap hasil (Product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling.

3. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Dalam melaksanakan suatu program, hal ini program Bimbingan dan Konseling, peranan evaluasi sangatlah penting. Hasil evaluasi akan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi pelaksanaan program tersebut untuk selanjutnya. Beberapa hal yang diperoleh dari hasil evaluasi diantaranya : 1) Untuk mengetahui apakah program Bimbingan sesuai dengan kebutuhan yang ada ? 2) Apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program, dan mendukung pencapaian tujuan program itu ? 3) Bagaimana hasil yang diperoleh telah mencapai Kriteria keberhasilan sesuai dengan tujuan dari program itu ? 4) Dapatkah diketemukan bahan balikan bagi pengembangan program berikutnya ? 5) Adakah masalah-masalah baru yang muncul sebagai bahan pemecahan dalam program berikutnya 6) Untuk memperkuat perkiraan-perkiraan (asumsi) yang mendasar pelaksanaan program bimbingan ? 7) Untuk melengkapi bahan-bahan informasi dan data yang diperlukan dan dapat digunakan dalam memberikan bimbingan siswa secara perorangan. 8) Untuk mendapatkan dasar yang sehat bagi kelancaran pelaksanaan hubungan masyarakat 9) Untuk meneliti secara periodik hasil pelaksanaan program yang perlu diperbaiki. Adapun fungsi evaluasi adalah : a. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru bimbingan dan konseling untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling. b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah. 4. Aspek-aspek yang Perlu Dievaluasi

Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan konseling, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pelayanan bimbingan konseling dilihat dari prosesnya. Sedangkan penilaian hasil untuk memperoleh informasi keefektifan pelayanan bimbingan konseling dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain : a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan b. Keterlaksanaan program c. Hambatan-hambatan yang dijumpai. d. Dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar-mengajar. e. Respon siswa, personil sekolah, orangtua, dan masyarakat terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. f. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar, serta keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik studi lanjutan ataupun pada kehidupan di masyarakat. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program, dituntut suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Di dalam proses pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah banyak faktor yang terlihat khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan. Hal itu dapat diuraikan seperti berikut : a) Organisasi dan administrasi program bimbingan. b) Personal / petugas pelaksana c) Fasilitas dan perlengkapan. d) Kegiatan Bimbingan e) Partisipasi guru f) Anggaran pembiayaan. 5. Kriteria Keberhasilan Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa secara perorangan maupun kelompok, agar dapat mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan pengembangan karir. Dalam melaksanakannya tedapat strategi

layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung. Adapun layanannya tersebut meliputi : a. Layanan orientasi : layanan yang memungkinkan siswa memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah, objek-objek yang dipelajari untuk memudahkan dan memperlancarkan peran siswa. b. Layanan informasi : merupakan layanan yang memungkinkan siswa menerima, memahami berbagai informasi. c. Layanan penguasaan konten : merupakan layanan yang memungkinkan siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik dalam menguasai materi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya. d. Layanan penempatan dan penyaluran : merupakan layanan memungkinkan siswa memperoleh penempatan yang tepat. e. Layanan konseling perorangan : merupakan layanan yang membanmtu siswa mendapatkan pelayanan langsung untuk mengentaskan permasalahan. f. Layanan bimbingan kelompok : merupakan layanan yang diberikan kepada sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh materi dan membahas topik tertentu. g. Layanan bimbingan kelompok: merupakan layanan yang diberikan pada siswa sebagai anggota kelompok untuk memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. h. Layanan konsultasi : merupakan layanan yang memungkinkan seseorang memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan kepeduliannya. i. Layanan mediasi : merupakan layanan yang membantu pihak-pihak yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan. Dalam kegiatan pendukung meliputi : a. Aplikasi intrumentasi : merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan siswa. atau permasalahan orang lain yang menjadi

b. Himpunan data : kegiatan untuk menghimpun data dan keterangan yang relevan dengan pengembangan siswa. c. Konfrensi kasus, kegiatan untuk membahas permasalahan siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri pihak-pihak yang dalam suatu pertemuanyang dihadiri pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan. d. Alih tangan kasus, kegiatan pendukung untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas masalah yang dialami siswa engan memindahkan penanganan kasus. e. Kunjungan rumah, kegiatan untuk memperoleh data keterangan kemudahan dan kemitraan bagi terentaskannya permasalahan siswa. f. Tampilan kepustakaan, merupakan kegiatan dengan menyediakan berbagai media informasi. Dari 9 pelayanan dan 6 kegiatan pendukung tersebut di atas memilki tujuan masingmasing. Oleh karena itu beberapa kriteria keberhasilan yang dapat dijadikan landasan suatu penilaian, dapat kita lihat dari hasil yang ingin diperoleh dari tujuan pelayanan bimbingan. Bagi guru bimbingan dan konseling untuk mengevaluasi hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan pelayanan dapat tercapai atau tidak, akan tercermin dari diri siswa yang mendapat pelayanan bimbingan itu sendiri melalui : 1. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaiamn pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung untuk untuk mengetahui pemerolehan siswa yang dilayani. 2. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN) yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/ kegiatan terhadap siswa. 3. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG) yaitu penilaian dalam jangka waktu tertentu (satu sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan kegaiatan pendukung bimbingan dan konseling terhadap siswa. Berikut ini akan dikemukakan criteria keberhasilan dalam pelayanan bimbingan 1.Kriteria keberhasilan pelayanan kepada siswa :

a. Menerima diri sendiri, baik mengenai kekuatan-kekuatannya maupun kelemahan- kelemahannya, sehingga dapat membuat rencana untuk menentukan cita-cita dan membuat keputusan-keputusannya yang realitas. b. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai dunia sekitarnya, sehingga dapat memperoleh tingkat social yang selaras dalam pergaulan dan kehidupan di masyarakat. c. Dapat memahami dan memecahkan masalahnya sendiri. d. Dapat memilih secara tepat dan menyelesaikan program studi dan berhasil sesuai dengan tingkat kemampuannya. e. Dapat memilih pendidikan lanjutan secara tepat sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. f. Dapat memilih rencana dan lapangan kerja / jabatan yang tepat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. g. Memperoleh bantuan khusus dalam mengatasi kesulitan belajar, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan kepribadiannya secara menyeluruh. h. Memperoleh bantuan dan pelayanan dari orang-orang atau badan-badan lain diluar sekolah, untuk memecahkan masalahnya yang tidak mampu dipecahkannya dengan pelayanan langsung dari sekolah. 2. Kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan kepada guru : a. Guru berpartisipasi dan membantu pelaksanaan program bimbingan disekolah b. Guru menggunakan fasilitas yang disediakan oleh staf Bimbingan konseling c. Guru turut aktif mengkomunikasikan program Bimbingan konseling d. Ada keseragaman sikap dan tindakan terhadap siswa diantara guru-guru dan staf BK e. Guru memberikan informasi tentang siswa kepada staf BK. f. Guru membicarakan siswa yang memiliki kesulitan dengan konselor g. Guru memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa h. Tersedia alat pengumpulan data yang baik buatan guru sendiri. i. j. Guru menggunakan alat-alat pengmpulan data secara tepat. Guru mengumpulkan dan menyusun data dengan baik

k. Tercipta suasana belajar mengajar yang baik didalam kelas. l. Adanya penempatan dan penugasan kepada siswa oleh guru, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa masing-masing. m. Guru mengatasi kesulitan dalam menghadapi siswa tanpa kerugian sampingan, baik pada siswa ataupun pada guru n. Guru mengarahkan penggarapan siswa yang mengalami kesulitan yang tidak dapat ditangani oleh guru sendiri. o. Guru mempergunakan alat pengumpulan data sesuai dengan keadaan dan kemampuannya sendiri. p. Guru mempergunakan cara-cara untuk membantu siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan guru. 6. Teknik Evaluasi Bimbingan dan konseling Ada beberapa teknik yang dapat digunakan guru bimbingan dan konseling untuk mengevaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa, yaitu : Teknik non tes yang meliputi : a. Observasi Adalah penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi atau pengamatan adalah proses memperhatikan seseorang dalam melakukan suatun kegiatan. Pengamatan harus dilakukan dengan peka, terperinci, dan deskriptif. Oleh karena itu dilakukan dengan menggunakan intrumen yang sudah dirancang sebelumnya. Perilaku-perilaku yang ditetapkan sebagai kriteria harus relevan dan signifikan dengan tujuan program bimbingan dan konseling. Contoh Format observasi untuk menilai sikap belajar siswa di kelas :

Format Observasi Nama siswa : Tanggal Observer NO 1 2.. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9.. : : ASPEK Ketertiban dalam mengikuti pembelajaran di kelas Kediplinan dalam mentaati jadwal belajar di kelas Mendengarkan penjelasan guru Kemauan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru Membuat catatan tentang hal-hal yang dibahas dalam pembelajaran Bertanggungjawab dengan tugas-tugas dari guru Menjaga ketertiban kelas. Keingintahuan untuk belajar Kemandirian dalam mengerjakan tugas Kehadiran di kelas. Ada beberapa alat observasi yang dapat digunakan dalam situasi yang berbeda-beda antara lain: 1. Anekdotal records, biasanya di sebut sebagai daftar riwayat kelakuan merupakanncatan-catatan yang dibuat oleh penilai mengenai kelakuan luar biasa. Jadi alat ini merupakan catatan yang bersifat kumulatif dari perilaku individu yang luar biasa. Hal-hal yang luar biasa inilah yang dicatat oleh observer. Anekdotal records ini sangat membantu dalam melakukan evaluasi terhadap siswa sehingga dengan melihat catatan ini guru Bk dapat lebih tepat dalam memberikan evaluasi. 2. Catatan berkala, Dalam teknik ini guru BK tidak mencatat kejadian yang luar biasa, melainkan mencatat kejadian pada waktu-waktu tertentu. Apa yang dilakukan oleh guru BK? Dalam hal ini melakukan observasi atas cara siswa bertindak dalam jangka waktu tertentu dan kemudian memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah BAIK CUKUP KURANG . . . . . .. .

itu guru BK menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi dengan cara yang sama pada waktu sebelumnya. 3. Check list, Teknik ini dapat membantu guru BK karena dapat mencatat kejadiankejadian atau sifat-sifat yang dipandang penting seperti yang telah ditetapkan dalam check list tersebut terlebih dahulu. Dalam hal ini observer tinggal memberikan tandatanda tertentu atau check pada sifat-sifat atau kejadian. b. Wawancara Wawancara adalah alat pengumpul data untuk memperoleh data dan informasi dari nara sumber secara lisan. Selama pertemuan pewawancara yang membutuhkan informasi mengajukan pertanyaan minta penjelasan atas jawaban-jawaban yang diberikan, dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Wawancara dapat digunakan untuk untuk mengumpulkan data dan informasi yang sulit diperoleh dengan lain cara, untuk melengkapi data dan informasi yang telah diketahui melalui saluran lain, dan untuk mengecek kebenaran dari fakta dan data yang telah diperoleh. Keunggulan dari wawancara informasi ialah diperoleh informasi dalam suasana komunikasi langsung, yang memungkinkan siswa selain memberitahukan data faktual seperti yang banyak ditanyakan dalam angket tertulis misalnya mengungkapkan sikap, pikiran, harapan dan perasaan, perumusan pertanyaan-pertanyaan dapat disesuaikan dengan daya tangkap siswa, dapat ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitif, seperti tentang berbagai aspek tentang pribadi siswa dan hubungannya dengan orang lain. Adapun hambatan yang dapat timbul adalah waktu yang panjang dan energi bagi guru BK untuk melakukan wawancara, siswa berprasangka pada guru BK dan memberikan data yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau tidak lengkap, guru BK mendengarkan terlalu selektif atau bertanya dengan cara yang sugestif . Contoh wawancara untuk menilai kemampuan siswa dalam menetukan pilihan studi . 1. Program studi apakah yang kamu pilih ? 2. Apakah program studi yang dipilih sesuai dengan kemampuan? 3. Apakah sesuai dengan minat ?

4. Apakah anda mengetahui prospek dari pilihan studi yang dipilih? 5. Apakah kamu menyenangi pelajaran yang ada kaitannya program studi yang dipilih ? 6. Apakah anda memilih program studi tersebut karena pertimbangan dipilih oleh banyak teman? 7. Apakah anda mengetahui komptensi yang dimilki oleh program studi yang anda pilih? Kebaikan dan kekurangan wawancara : Ada beberapa segi kebaikan dari wawancara, antara lain : a. Dengan wawancara pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas. b. Bahasa dari pewawancara dapat disesuaikan dengan keadaan informan. c. Karena adanya hubungan langsung pula terhadap hasil wawancara. Adapun kelemahan dari wawancara, yaitu : a. Wawancara kurang hemat baik waktu maupun tenaga. b. Wawancara memerlukan keahlian dan pendidikan khusus dan waktu yang lama. c. Apabila dalam wawancara telah adanya prasangka maka hal tersebut akan mempengaruhi hasil wawancara, sehingga hasilnya tidak objektif. C. Angket Angket adalah dijawab atau dikerjakan oleh responden yang ingin dievaluasi, sehingga dapat dipetoleh faktafakta. Pertanyaan dalam angket tergantung pada tujuan evaluasi. Pada umumnya di dalam angket ada 2 bagian yang pokok yaitu bagian yang mengandung data identitas, dan bagian yang mengandung pertanyaan-peranyaan yang ingin diperoleh jawabannya. suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus maka dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik sehingga hal tersebut mempunyai pengaruh yang baik

Jenis angket disesuaikan dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan, oleh sebab itu ada 3 jenis angket, yaitu : a. Pertanyaan-pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang berbentuk dalam hal ini responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan di dalam angket tersebut. Jadi jawabannya telah terikat responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas. Contoh pertanyaan dalam mengevaluasi layanan informasi : 1.Apakah materi layanan informasi dapat dipahami ? 2. Apakah materi layanan informasi bermanfaat ? 3. Apakah anda mendapatkan pengetahuan baru dari informasi yang diberikan? 4. Apakah materi layanan informasi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? 5. Apakah anda mudah memahami materi layanan informasi? 6. Apakah materi informasi sangat menarik dan anda butuhkan? 7. Apakah cara penyampaian informasi menarik? b. Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka, adalah pertanyaan yang masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya terhadap angket tersebut. Contoh Pertanyaan untuk mengevaluasi layanan konseling kelompok : 1. Pengetahuan apakah yang anda dapatkan dari layanan konseling kelompok ? 2. Apakah suasana konseling kelompok dapat membantu anda dalam mengentaskan masalah yang dialami? 3. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti konseling kelompok ? 4. Apakah berbagai masukan dari teman kelompok dapat mengentaskan permasalahan yang anda alami. 5. Seberapa besar nilai-nilai kerjasama anda peroleh dari kegiatan layanan konseling kelompok?

c. Pertanyaan yang terbuka dan tertutup, adalah pertanyaan terbuka dan tertutup. Contoh : 1. Apakah

pencampuran dari kedua

anda mendapat pengtahuan dari bimbingan kelompok?

Pengetahuan apakah yang anda dapatkan? 2. Apakah anda merasakan mampu berkomunikasi setelah mengikuti bimbingan kelompok? Perbedaan apakah yang anda rasakan dengan kemampuan itu ? D. Dokumentasi Dokumentasi adalah berbagai data yang sudah didokumentasikan atau diadminstrasikan, misalnya nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa, data tentang kehadiran siswa, data tentang keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah, baik dalam studi lanjutan maupun dalam karir di masyarakat. . Data-data tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi guru Bimbingan dan konseling untuk melihat dampak layanan bimbingan dan konseling terhadap kegiatan pembelajaran, dan terhadap keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah tersebut. 7. Analisis Hasil Evaluasi Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspekaspek yang dievaluasi, yaitu partisipasi atau aktifitas dan pemahaman siswa, kegunaan layanan menurut siswa, perolehan siswa dari layanan yang diberikan, minat siswa terhadap layanan lebih lanjut, dan perkembangan siswa dari waktu ke waktu, serta kelancaran dan suasana kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Deskripsi tersebut mencderminkan sejauhmana proses penyelenggaraan pelayanan dan kegiatan pendukung memberikan sesuatu yang berharga bagi kemajuan dan perkembangan siswa. 8. Rangkuman Evaluasi merupakan bagian penting dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai alat ukur untuk mengumpulkan berbagai informasi secara

berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanaka. Dari hasil evaluasi dapat dijadikan umpan balik untuk memperbaiki dan mengembangkan cara dan strategi layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan. Hasil analisis evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan secara umum oleh pengambil keputusan termasuk kepala sekolah, dan pihak pengambil kebijakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan layanan bimbingan dan konseling. 9. Latihan 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan evaluasi Bimbingan dan Konseling/ 2. Jelaskan kriteria keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling dengan sasaran evaluasi siswa yang mendapatkan layanan BK? 3. Jika hasil evaluasi dari layanan informasi yang diberikan secara klasikal , kebanyakan siswa tidak memiliki pemahaman terhadap materi layanan. Apakah yang harus dilakukan guru BK? 4. Jelaskan kelemahan jika guru BK menggunakan teknik observasi untuk mengetahui keberhasilan layanan yang telah diberikan? 5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan teknik wawancara untuk menevaluasi layanan BK? 10. Daftar Pustaka Juntika, Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama Djiwandono, Sri Esti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Prayitno. 2005. Layanan Konseling Perorangan. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNP. Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI PRAKTIK KONSELING Petunjuk: Berikan tanda silang pada jenjang skla yang tersedia sesuai dengan keadaan yang saudara amati, dengan rambu-rambu: Skala O, bila keterampilan tersebut tidak dilakukan Skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan dengan tidak tepat Skala 2 bila keterampilan tersebut dilakukan kurang tepat. Skala 3 bila ketrampilan tersebut dilakukan dengan tepat. NO 1 TAHAPAN/ KETERAMPILAN KONSELOR Pengembangan tata formasi dan Iklim Hubungan Awal 1. Menyambut konseli secara formal dan hangat. 2. Mewujudkan kerangka acuan mengenai tujuan hubungan konseling. 3. Memberikan informasi etika konseling. 4. Melakukan kontrak atau kesepakatan 5. Melakukan attending. Tahap Eksplorasi Masalah 1. Mengajak terbuka untuk berbicara 2. Pertanyaan terbuka 3. Mendengarkan secara akurat 4.Mengikuti pokok pembicaran 5. Dorongan minimal 6. Empati 7. Parafrase 8. Refleksi 9. Fokus 10. Konfrontasi Tahap Mengembangan Inisiatif 1. Menetapkan tujuan 2. Mengembangkan program 3. Merencanakan jadwal 4. Memberikan penguatan. Tahap Mengakhiri dan menilai konseling 1. Mengakhiri suatu unit diskusi 2. Mengakhiri wawancara 3. Meringkas 4. Penilaian ( penilaian segera) 5. Melakukan gerakan ( berdiri, berjabat tangan) 0 1 2 3

3.

4.

Palembang, Pengamat ............................

PEDOMAN OBSERVASI PRAKTIK PENDEKATAN KONSELING GESTALT Petunjuk: Berilah tanda silang pada kolom skala sesuai dengan keadaan yang anda hadapi, dengan rambu-rambu: Skala 0 bila keterampilan tersebut tidak dilakukan Skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi tidak tepat Skala 2 bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi kurang tepat Skala 3 bila keterampilan dilakukan dengan tepat

TAHAPAN/ KETERAMPILAN KONSELOR Fase Pertama 1. Mengembangkan n pertemuan konseling agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada konseli. 2. Mengembangkan pola hubungan konseling yang sesuai dengan keunikan konseli. Fase Kedua 1. Membangkitkan motivasi konseli memberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyadari ketidak senangannya atau ketidak puasan. 2. Mengembangkan otonomi konseli Fase Ketiga 1. Mendorong konseli untuk menyatakan perasaan-perasaan pada saat ini. 2. Memberi kesempatan pada konseli untuk mengalami kembali segala perasaan-perasaan dan perbuiatan di masa lalu dalam situasi di sini dan saat ini. 3. Berusaha menemukan aspek-aspek kepribadian konseli yang hilang Fase Keempat 1. Mengkondisikan konseli agar memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya dan persaannya. 2. Memfasilitasi konseli untuk menunjukkan ciri-ciri integrasi kepribadiannya sebgai individu yang unik dan manusiawi 3. Mengkondisikan konseli untuk mewujudkan kepercayaan pada potensinya, menyadari dirinya, sadar akan tanggungjawab atas perasaan, pikiran, tingkahlaku. 4. Mengkondisikan konseli agar secara sadar dan bertanggung

jawab memutuskan untuk melepaskan diri dari konselor, dan siap untuk mengembangkan potensi

Pengamat

You might also like