You are on page 1of 31

Ceceran Minyak Cemari Teluk Gilimanuk

Pemerintah setempat tengah mencari tahu dari mana minyak tersebut berasal. Rabu, 2 Mei 2012, 19:49 WIB

Warga Bali di tepi pantai (REUTERS/Beawiharta)

VIVAnews Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, memberi perhatian serius atas laporan masyarakat mengenai ceceran minyak di kawasan Teluk Gilimanuk. Menanggapi laporan itu, Made langsung menginstruksikan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali untuk melakukan peninjauan ke Gilimanuk. Menindaklanjuti intruksi tersebut, Kepala BLH Bali AA. Gede Alit Sastrawan, beserta sejumlah staf langsung meninjau lokasi ceceran minyak di Teluk Gilimanuk. Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali, I Ketut Teneng, mengatakan bahwa ceceran minyak mulai terlihat sejak 29 April 2012. Menurut hasil pantauan, ceceran minyak terlokalisir pada kawasan Teluk Gilimanuk pada hamparan seluas kurang lebih 100 hektar. Sejauh ini, sebarannya tidak sampai ke kawasan kolam Pelabuhan Gilimanuk, ujar Teneng, Rabu 2 Mei 2012. Tim BLH yang turun ke lapangan juga tidak mencium bau yang menyengat, sehingga dapat diduga jika volume tumpahan tidak terlalu besar. Selain itu, pada kawasan tersebut juga tidak ditemukan kematian biota. Masyarakat sekitar juga masih dapat melaksanakan kegiatan memancing dan mendapatkan ikan dari aktivitas tersebut, imbuhnya. Untuk mengetahui tingkat pencemaran air laut akibat tumpahan atau ceceran minyak tersebut, BLH Bali telah mengambil sampel air laut untuk diuji di laboratorium dan hasilnya baru dapat diketahui dalam tiga hari ke depan.

Belum diketahui sumber ceceran minyak tersebut. BLH bersama petugas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) dan Satuan Polisi Perairan Pelabuhan Gilimanuk tengah melakukan identifikasi sumber ceceran minyak tersebut. (sj)

Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/309957-ceceran-minyak-cemariteluk-gilimanuk

Lingkungan Memburuk, Bahan Baku Obat Terancam


Muncul sejumlah masalah baru akibat penurunan daya dukung lingkungan. Sabtu, 3 Maret 2012, 17:40 WIB VIVAnews - Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, mengatakan perubahan lingkungan pasti berdampak terhadap kesehatan. Contoh langsung, penipisan lapisan ozon di strastofer telah meningkatkan risiko terkena kanker kulit, penyakit pernafasan, dan kehilangan keanekaragaman hayati yang menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan. Bahkan perubahan iklim bisa mempengaruhi kesehatan melalui jalur kontaminasi mikroba dan transmisi dinamis. Selain itu, perubahan iklim juga akan mempengaruhi agro-ekosistem dan hidrologi, serta sosio-ekonomi dan demografi, kata pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ini ketika menjadi keynote speaker dalam acara Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ke-66, di Yogyakarta, Sabtu 3 Maret 2012. Dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses perubahan iklim di antaranya efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana akibat cuaca ekstrem, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, dan penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat. Masalah kesehatan juga dapat terjadi sebagai akibat dampak tidak langsung perubahan iklim, yaitu terjadinya gagal panen yang dapat menyebabkan kekurangan pangan dan gizi, perubahan sifat vektor penyakit yang dapat menyebabkan meningkatnya kejadian penyakit menular, dan buruknya kualitas udara dan air yang dapat menyebabkan berbagai gangguan. Menurut Guru besar Universitas Lambung Mangkurat tersebut, untuk mempertahankan kualitas udara dan air perlu dikembangkannya pemanfaatan berbagai sumber energi terbarukan seperti angin, mikrohidro, arus laut, panas bumi, dan nuklir. Selain itu dikembangkan pula berbagai alat transportasi ramah lingkungan, hemat BBM, dan rendah emisi, serta teknologi hujan buatan. Untuk itu, lanjutnya, para peneliti dibidang kesehatan telah bersepakat untuk memfokuskan kegiatan kepada pengembangan obat anti malaria Artemisinin, pengembangan vaksin tuberkulosis, flu-burung, dan dengue; pengembangan alat
3

kesehatan berupa Ultra-sonografi bergerak, dan pengembangan obat bahan alam untuk penyakit diabetes, hiperkholesterolemia dan hipertensi. Selain itu, telah dikembangkan pula nyamuk jantan steril, sebagai upaya menekan populasi vektor berbagai virus. Terakhir, Gusti mengatakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan diperlukan langkah adaptasi yang ditunjang oleh tingginya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat.

Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/293149-lingkungan-memburuk-bahan-baku-obat-terancam

Pulau Sampah Raksasa Siap Jadi Saingan Hawaii


Tim ilmuwan Belanda mengumpulkan 44 juta kilogram sampah plastik. Mengubahnya jadi pulau. Jum'at, 2 Juli 2010, 06:31 WIB

VIVAnews - Sebuah pulau seukuran Pulau Hawaii yang seluruhnya terbuat dari botol plastik suatu saat nanti akan menjadi destinasi wisata paling panas di muka Bumi. Ini adalah bagian dari visi lingkungan yang luar biasa di masa depan. Berdasarkan computer-generated imagery (CGI) atau pencitraan yang dihasilkan komputer, tim ilmuwan Belanda berencana mengumpulkan 44 juta kilogram sampah plastik yang kini terapung di Samudera Pasifik dan mengubahnya menjadi pulau daur ulang. Seperti dimuat laman Daily Telegraph, Kamis 1 Juli 2010, energi terbarukan dari Matahari dan ombak akan dimanfaatkan demi kelangsungan hidup sekitar 500.000 orang penghuninya. Juru bicara dari proyek ambisius ini mengatakan, pembangunan pulau dari botol bekas ini bukan tanpa tujuan. "Ada tiga tujuan yang ingin kami raih -- membersihkan lautan dari sampah plastik raksasa, menciptakan sebuah pulau, dan mengkonstruksi sebuah habitat yang terbarukan." "Pulau daur ulang adalah usaha untuk mendaur ulang sampah plastik di lokasi pembuangan dan mengubahnya menjadi sebuah entitas yang mengambang." Sampah yang mengapung itu akan dihimpun dan dijadikan dasar bagi pulau apung seluas 10.000 kilometer persegi.

Desainer pulau sampah itu berencana membuat pulau yang dikelilingi jalan air -seperti Venesia, Italia. Selain ada kompleks kota modern, juga dirancang lahan cukup luas untuk pertanian -- menyediakan makanan dan pekerjaan untuk penduduknya. Saat ini, Samudra Pasifik adalah 'tempat sampah' plastik terbesar di dunia. Sampahsampah itu menjelma menjadi sampah raksasa di tengah laut. Ini sangat berbahaya bagi kehidupan mahluk laut. Burung laut, misalnya Albratos raksasa, menganggap sampah-sampah itu sebagai makanan. Juga ikan, binatang-binatang itu memakan sampah-sampah plastik yang kecil-kecil. "Pulau daur ulang harus dilihat sebagai sebuah kesempatan unik, menciptakan habitat mengapung, sekaligus membersihkan laut dari pencemaran plastik." **** 'Samudera sampah' telah ditemukan sekitar tahun 1997. Lokasinya berada di tengahtengah bagian utara Samudera Pasifik. Adalah Kapten Charles Moore, pelaut yang menemukan lokasi sampah raksasa itu. "Diperkirakan ada sekitar 100 juta ton plastik terjebak di dalam pusaran arus laut (North Pacific Gyre)," kata Moore, seperti dilansir Washington State University Today, Sabtu 10 April 2010. Setiap kali dirinya berjalan ke atas dek kapal, dia menyempatkan diri melihat garis horizon antara laut dan langit. Pemandangan yang sangat tidak indah didapat. "Saya melihat botol sabun, penyumbat botol atau sisa-sisa sampah plastik dari rambut palsu," kata dia. "Ironis, saya berada di tengah samudera tapi tidak dapat menghindari plastik yang ada di berbagai titik". (hs)

Sumber : http://dunia.vivanews.com/news/read/161675-pulau-sampah-raksasa-siapjadi-saingan-hawaii

Motorku Ikut Mencemari Udara


Sabtu, 25 Februari 2012

Jakarta Kualitas udara di Jakarta tergolong cukup buruk. Boleh jadi karena setiap hari disesaki oleh asap dari knalpot kendaraan. Salah satunya, asap dari knalpot sepeda motor saya. Menurut MR Karliansyah, deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), terjadi penurunan kualitas udara di areal perumahan penduduk dan di perkotaan sejak tahun 2005 sampai saat ini. Hal ini ditandai dengan adanya polutan udara yang melampaui baku mutu udara ambien, contoh : kadar tertinggi NO2 (0 30 ppm) yang banyak ditemukan di kota-kota dengan aktifitas transportasi tinggi, dan kadar tertinggi SO2 (0-50 ppm) banyak ditemukan di areal perumahan. Transportasi diperkirakan menyumbangkan 76% dari total emisi pencemar oksida nitrogen (NOx). Sedangkan untuk emisi hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO), transportasi merupakan kontributor utama (lebih dari 90%), kata Karliansyah, saat memberi sambutan dalam seminar Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta, baru-baru ini. Hasil studi KLH BTMP JARI tahun 2011 terkait studi penentuan faktor emisi kota Jakarta menunjukkan volume sepeda motor pada hari kerja mencapai 39.4% dan pada hari libur/minggu menurun menjadi 28.8%. Bagaimana supaya kualitas udara tidak terlalu buruk? Salah satunya, pemerintah sedang memfinalisasi aturan draf peraturan menteri LH tentang baku mutu emisi gas buang sepeda motor EURO 3. Pemberlakukannya sekitar dua tahun setelah standar ini ditetapkan. Mudah-mudahan tahun 2012 ini segera finalisasi dan bisa kami umumkan, tuturnya.

Selain itu, jelas dia, komponen kegiatan yang perlu dilakukan dalam kerangka pengendalian pencemaran dari sumber bergerak di antaranya adalah penggunaan bahan bakar bersih, penerapan manajemen transportasi, dan teknonologi kendaraan. Bahan bakar yang bersih berpotensi untuk meningkatkan kinerja mesin kendaraan sekaligus mengurangi pencemaran udara melalui emisi gas buang. Kepadatan lalu lintas yang ditandai dengan kemacetan di jalan maupun perilaku pengemudi juga akan mengaitkan beban emisi ke udara. Adanya perbaikan dalam pengelolaan lalu lintas yang disinergikan dengan tata ruang perkotaan seperti perluasan jalan, pengalihan moda transportasi ke jenis angkutan lain seperti kereta api, peremajaan angkutan umum akan sangat menunjang dalam menurunkan bahan emisi ke udara. Sistem transportasi dan pilihan teknologi juga mempengaruhi pola pergerakan manusia dan kendaraan dari suatu kota yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas udara. (edo rusyanto)

Sumber : http://edorusyanto.wordpress.com/2012/02/25/motorku-ikut-mencemariudara/

Pencemaran Kali Barantas, Pemerintah Tidak Tegas


Dahlia Irawati Minggu, 11 Mei 2008 , 19:01 WIB MALANG, MINGGU Selama tiga tahun terakhir ini ada delapan perusahaan di hulu Waduk Sutami yang membuang limbah industri di atas standar baku mutu limbah cair. Namun belum ada tindakan tegas dari pemerintah atas kondisi itu. Demikian dituturkan Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON), Prigi Arisandi, Minggu (11/5) saat dihubungi dari Malang, Jawa Timur. Hal itu, menurut Prigi, merupakan contoh nyata ketidaktegasan pemerintah menindak pelaku pencemaran lingkungan. Respon pemerintah terhadap persoalan pencemaran Sungai Brantas yang berujung pada kematian ikan di Waduk Sutami sangat lambat. "Jika tahun 1980-an dahulu gubernur Jatim Sunandar Priyo Sudarmo bisa menutup empat pabrik yang mencemari Kali Surabaya, dan Gubernur Sularso bisa menutup Kali Sadar Sidoarjo yang mencemari Sungai Brantas, kenapa sekarang tidak ada keberanian seperti ini?" tutur Prigi. Berdasar data yang diperoleh ECOTON dari provinsi, rata-rata per tahun ada perusahaan yang membuang limbah melebihi baku mutu ke Sungai Brantas. Data 2004-2006 terdapat empat industri tapioka, dua industri gula, dan dua industri kertas (di hulu Waduk Sutami) yang membuang limbah dengan kandungan bahan kimia tinggi (BOD) melebihi 1000mg/L bahkan hingga mencapai 10.551 mg/L. Padahal standarnya nilai BOD limbah industri berkisar 50-100 mg/L.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2008/05/11/19011650

Pengelola Bantar Gebang: Telusuri Pencemaran


Di sekitar Bantar Gebang terdapat tiga pengelola sampah. Senin, 24 Oktober 2011, 20:28 WIB

VIVAnews - Pengelola Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, PT Godang Tua Jaya (GTJ) meminta seluruh pihak menelusuri dugaan pencemaran limbah sampah dari TPST Bantar Gebang. Godang Tua menilai limbah itu bukan dari milik pengelolaan TPST Bantar Gebang. Direktur PT Godang Tua Jaya Douglas Manurung mengatakan, di sekitar Bantar Gebang terdapat tiga pengelola sampah, termasuk TPA Burangkeng dan TPA Sumur Batu. Selain TPST ada tempat pengelolaan sampah lainya. Jadi belum tentu limbah sampah dari TPST mencemari sungai, karena kami punya tempat pengelolaan limbah sendiri, katanya, Senin, 24 Oktober 2011. Menurut Douglas, selain tempat pengelolaan sampah, ada puluhan pemulung yang melakukan pencucian plastik di sekitar TPST. Kebanyakan mereka (pemulung) setelah melakukan pencucian plastik tersebut langsung membuang ke saluran air. "Bisa juga mereka yang mencemari, imbuhnya. Terkait pembagian dana kompensasi sampah, Douglas mengaku mengikuti semua aturan yang disepakati oleh Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Kota (Pemkot)

10

Bekasi beberapa waktu lalu. Namun, hingga saat ini kesepakatan itu belum berjalan. Karena masih dilakukan pembahasan. Memang ada dua poin pembahasan yang sudah disepakati, masih kita pelajari, jelasnya. Untuk dana kompensasi sendiri, pihak DKI Jakarta sering terlambat mencairkan dana tersebut. Akibatnya, pihak GTJ sementara waktu harus menalangi akibat terlambatnya anggaran dari APBD DKI Jakarta tersebut. Biasanya, keterlambatan itu hingga April, sehingga kami harus mengganti sementara dana kompensasi tersebut, paparnya. Sebelumnya, Pemkot Bekasi dan Pemprov DKI Jakarta sepakat membentuk tim pengendali TPST Bantargebang untuk mengatasi pencemaraan limbah sampah. Hanya saja belum disepakati mulai kapan tim tersebut akan bertugas dan apa saja yang menjadi kewenangannya. Apakah termasuk berhak memberi sanksi atau sekedar monitoring saja. Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan tripartit antara Pemrov DKI, Pemkot Bekasi dan pengelola TPST Bantargebang PT Godang Tua Jaya, beberapa waktu lalu. Teka teki tersebut langsung dijawab Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi Dadang Hidayat yang menyatakan pembentukan tim akan dilakukan dalam waktu dekat. "Kami harapkan terlaksana dalam waktu dekat dan langsung bekerja ke lapangan untuk memonitoring semua kegiatan pengelolaan sampah di TPST Bantargebang, paparnya tanpa merinci lebih lanjut. Dia menambahkan tim terdiri dari perwakilan tiga pihak dan unsur profesional yang memahami masalah lingkungan. Tugas tim pengendali itu, kata dia, diantaranya mengawasi sistem pengelolaan sampah di TPST Bantargebang secara keseluruhan, termasuk masalah air sampah. Jika dalam pengelolaan sampah ada yang kurang dan perlu dibenahi menjadi tugas tim pengendali mendesak pengelola teknis melakukan perbaikan, misalnya pencemaran, jelasnya.

11

Selain kesepakatan membentuk tim pengendali, dalam pertemuan itu juga disepakati pembayaran dana Community Development (CD) sebesar 20 persen atau Rp3,2 miliar dari nilai kompensasi Rp16 miliar, dibayarkan langsung ke rekening kas daerah Pemkot Bekasi. Meski begitu, rekening PT Godang Tua Jaya tetap dipertahankan. Rekening pembayaran kompensasi sampah akan dibuat dua. Satu untuk kas daerah dan satu rekening lagi untuk PT Godang Tua. Sehingga tidak ada lagi permasalahan terkait hal tersebut lagi," katanya. Seperti diketahui, dana kompensasi itu dihitung berdasarkan volume sampah sebesar Rp107 ribu per ton, dengan jumlah sampah yang dibuang sekitar 5.200 sampai 5.300 ton per hari. (Laporan: Erick Hamzah | Bekasi, umi)

Sumber : http://metro.vivanews.com/news/read/258435-pengelola-bantar-gebang-telusuri-pencemaran

12

Sumber Air Bersih Bekasi Tercemar E-Coli


Pencemaran terjadi karena banyak pembuangan limbah tinja langsung ke kali. Kamis, 29 September 2011, 16:55 WIB

VIVAnews - Kali Bekasi yang menjadi air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bhagasasi, kini dalam kondisi yang buruk akibat tercemar bakteri ecoli dalam jumlah tinggi. Tidak hanya dari Bekasi, pencemaran bahkan sudah terjadi hingga wilayah Kabupaten Bogor. "Marak pembuangan limbah tinja langsung ke kali, tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu," ujar Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi, Wahyu Prihantono, Kamis, 29 September 2011. Karena itu, diminta kesadaran dari pemilik usaha sedot tinja agar tidak membuang limbahnya secara langsung ke Kali Bekasi. Bila dibiarkan maka dalam beberapa tahun lagi, air Kali Bekasi tidak bisa digunakan sebagai air baku. "Setiap dilakukan uji laboratorium ditemukan bakteri e-coli dalam jumlah tinggi. Karena itu kapasitas produksi akan diturunkan," katanya. Sejauh ini PDAM Tirta Bahagasasi mengaku kesulitan mengambil tindakan bila ada mobil tinja yang membuang limbah ke Kali Bekasi. Laporan mengenai hal ini sudah disampaikan kepada pemerintah daerah.

13

Selama ini Kali Bekasi digunakan sebagai air baku PDAM Tirta Bhagasasi, dengan kapasitas produksi untuk pengolahan Rawa Tembaga sebanyak 200 ribu liter per detik dan di pengolahan Kota Bekasi mencapai 450 ribu liter per detik. "Mendorong kepada Gubernur Jawa Barat, agar segera membuat perjanjian antara Kabupaten Bogor dengan Kota Bekasi. Karena untuk pencemaran limbah diperlukan perjanjian lintas daerah," katanya. PDAM Tirta Bhagasasi juga sedang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk pengujian sample air Kali Bekasi di mana hasil uji laboratorium nantinya akan diteruskan ke Kementrian Lingkungan Hidup, agar bisa diambil langkah serius guna mengatasi pencemaran. Sementara pengusaha sedot tinja yang tidak mau disebutkan namanya mengaku membuang limbah langsung ke Kali karena tempat pembuangan limbah di TPA Sumur Batu sejak beberapa bulan ini tengah di renovasi. Bila limbah itu harus dibuang ke instalasi pembuangan limbah terpadu di Pulogebang, memerlukan biaya lebih untuk bensin dan uang retribusi.

Sumber : http://metro.vivanews.com/news/read/251306-sumber-air-bersih-bekasitercemar-e-coli

14

Pencemaran, Sentra Ikan Jawa Timur Terancam


Perairan Banyuwangi, produsen ikan terbesar Jawa Timur, terancam oleh pencemaran Senin, 11 Juli 2011, 06:44 WIB VIVAnews - Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti M Hatta menyebut perlu komitmen bersama mengatasi pencemaran lingkungan di Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jika tidak, produksi ikan dari Jawa Timur terancam karena Banyuwangi merupakan pemasok utama. Pengendalian pencemaran lingkungan di Muncar memerlukan komitmen bersama untuk merumuskan program dan rencana kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan bagi perbaikan ekonomi dan lingkungan di Kabupaten Banyuwangi dan Muncar khususnya, kata Gusti M Hatta dalam rilis yang diterima VIVAnews, Senin 11 Juli 2011. Dalam dialog pada Minggu kemarin itu, sejumlah nelayan serta pengusaha ikan di Muncar mengeluhkan mulai langkanya ikan di perairan Muncar. Padahal, kawasan Muncar terkenal sebagai sentra pendaratan ikan terbesar dan sentra industri pengolahan ikan di Jawa Timur. Keberadaan Muncar tentu saja memberikan arti penting bagi Provinsi Jawa Timur karena memberikan kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor perikanan. Di antaranya seperti industri pengolahan ikan yang terdapat di Muncar seperti pengalengan ikan, tepung ikan, minyak ikan, pemindangan ikan, dan produk pengolahan ikan lainnya. Berdasarkan data yang ada, setiap hari ikan yang dibongkar di Muncar minimal 500 ton dan sekitar 90 persen di antaranya dipasok ke industri pengolahan ikan setempat. Data Sekretariat Kabinet RI menunjukkan, Muncar merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur dengan produksi ikan tahun 2010 sebesar 27.748 ton. Di mana produksi ikan olahan diekspor ke Eropa, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan Kanada sebanyak 1.562.249,72 kg per bulan dengan nilai ekonomi sebesar hampir 20 miliar rupiah. Angka ekonomi tersebut sebenarnya bisa ditingkatkan apabila daya dukung dan kualitas perairan Muncar tetap dapat dipertahankan dari kemungkinan terjadinya

15

overfishing dan pencemaran. Sayangnya, potensi besar tidak dapat dimaksimalkan lantaran banyak perusahaan perikanan di Muncar dalam melakukan aktivitas produksinya kurang memperhatikan pengelolaan limbah dari kegiatan produksi. Bisa tebak, akibat pencemaran tersebut produksi penangkapan menurun drastis. Sekarang ikan sudah susah didapat, Pak. Bagaimana harus menanggulanginya? Rasanya perlu kita menggalakkan program perbaikkan terumbu karang dan penanaman pohon bakau, kata salah satu nelayan peserta dialog. Berdasarkan hasil penelitian terbaru Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta tahun 2010 terungkap, tingkat pencemaran sudah menjangkau kawasan perairan Muncar sejauh 200 hingga 350 meter dari bibir pantai. Termasuk, sungai-sungai di Muncar yang dijadikan tempat pembuangan limbah seperti Kali Mati, Kali Tratas, dan Kali Moro. Kondisi kali tersebut cukup parah. Data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010 menunjukkan, tingkat BOD di permukaan air laut Muncar jarak 350 meter dari pantai sudah mencapai 34 mg/L. Padahal standar baku mutu BOD seharusnya 20 mg/L. Selain itu, hasil pengujian kualitas air Kali Mati di Muncar tahun 2010 menunjukkan kondisi yang sudah tercemar berat. Seluruh parameter melebihi baku mutu (sebagai contoh parameter BOD sudah mencapai 951 mg/L, sedangkan standar baku mutu adalah 3 mg/L). Boleh jadi karena kondisi pencemaran tersebut, ikan-ikan di Muncar pada pindah ke perairan lain. Kalaupun ada, ikan-ikannya tidak merasa nyaman (karena pencemaran), kata Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) itu. Respons Pemerintah Karena itu, lanjutnya, untuk merumuskan program dan rencana kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan bagi perbaikan ekonomi dan lingkungan di Kabupaten Banyuwangi dan Muncar khususnya, Kementerian Lingkungan Hidup telah memprakarsai penyusunan dokumen rencana aksi penanganan Muncar bersama-sama dengan instansi terkait. Itu merupakan program 5 tahunan sampai tahun 2014. Dokumen tersebut bertujuan mensinergikan kegiatan pada masing-masing sektor, memperjelas siapa berbuat apa, target yang ingin dicapai dan menghindari tumpang tindih kegiatan untuk menciptakan keterpaduan dalam pelaksanaannya. Dalam kaitannya dengan pengendalian pencemaran, Kementerian Lingkungan Hidup akan memberikan bantuan berupa unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
16

komunal senilai Rp 30 Miliar yang akan dibangun pada tahun 2012. Sebagai persiapan, pembangunan IPAL komunal tersebut, pada tahun 2011 ini akan dilakukan revisi terhadap detail engineering design (DED) IPAL, serta kajian kelembagaan pengelolaan IPAL tersebut. Untuk itu, dibutuhkan komitmen dari pemerintah kabupaten serta pengusaha di Muncar untuk menjaga dan menjalankan IPAL tersebut sehingga pencemaran dari usaha/kegiatan di Muncar dapat diatasi. Selain bantuan berupa IPAL komunal, Kementerian Lingkungan Hidup juga akan memberikan bantuan berupa tempat sampah terpilah serta mesin pencacah plastik untuk membantu pemerintah kabupaten serta masyarakat Muncar dalam mengatasi masalah sampah. Ini merupakan salah satu upaya KLH mendukung program Minapolitan yang telah dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam kesempatan itu, Gusti M Hatta bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga melihat kondisi anak sungai yang bermuara ke perairan Muncar. Kondisi anak sungai itu terbilang parah lantaran pencemarannya. Masalah ini (pencemaran) harus segera ditanggulangi," kata dia. (sj)

Sumber : http://bisnis.vivanews.com/news/read/232335-pencemaran--sentra-ikanjawa-timur-terancam

17

Duh, Lima Danau Tercemar Limbah


Selasa, 04 Januari 2011, 02:03 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Limbah sawit dan kegiatan penambangan yang mendominasi pencemaran lingkungan selama 2010, selain mencemari sungai-sungai juga turut mencemari lima danau besar di Indonesia. "Selain sungai, terdapat lima danau yang juga tercemar limbah," kata Kepala Departemen Advokasi Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Mukri Friatna di Jakarta, Senin. Danau yang tercemar tersebut yaitu Danau Sentani di Jayapura, Provinsi Papua, tercemar limbah domestik, Danau Unhas di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, yang tercemar limbah logam berat, Situ Rawabadung di Jakarta Timur tercemar merkuri. Selain itu, juga Danau Sembuluh di Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah, yang tercemar limbah CPO dan Danau Penantian di Muaraenim Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, yang tercemar limbah PLTU. Pencemaran air di danau tersebut, menyebabkan masyarakat setempat tidak bisa lagi memanfaatkan air danau untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk konsumsi maupun membudidayakan ikan. Pencemaran air dilihat dari tingginya tingkat BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan Ph yang melampaui baku mutu yang ditetapkan. Bila mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan No.907/Menkes/ SK/VII/2002 menyebutkan, tingkat keasaman air (Ph) harus antara 6,5 hingga 8,5. Nilai ini sama dengan yang telah ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) yaitu air bisa diminum jika Ph 6,5 hingga 8,5. Walhi mendata selama 2010 telah terjadi 75 kali pencemaran yang mengakibatkan 65 sungai dan lima lokasi perairan laut tercemar. Selain lima danau tersebut, sejumlah sungai juga turut tercemar selama 2010 seperti sungai Batota di Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur dan 18 sungai lainnya di sejumlah daerah yang tercemar limbah tambang batubara.

18

Di samping itu, lima sungai tercemar tambang emas, sungai Rembang dan Indralaya di Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, yang tercemar minyak, sungai Nuangan di Manado tercemar limbah B3 dan sungai Bali di Kotabaru, Kaltim, tercemar bijih besi serta sungai Ulu Muntok di Bangka yang tercemar timah. Sementara itu, 21 sungai dimana 18 di antaranya di wilayah Sumatera dan lainnya di Provinsi Kalimantan Barat, tercemar limbah sawit serta 22 sungai juga tercemar limbah industri dan campuran. Redaktur: Siwi Tri Puji B

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/lingkungan/11/01/04/156088-duh-lima-danau-tercemar-limbah

19

Pencemaran Sungai di Indonesia Meningkat 30 Persen


Kamis, 05 April 2012, 16:25 WIB

Sampah di Sungai Citarum, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup mengungkapkan, indeks kualitas air sungai di Indonesia menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan pencemaran hingga 30 persen. "Dari 52 sungai yang dipantau hampir 30 persen kecenderungan meningkat pencemaran sungai dari cemar sedang menjadi cemar berat," kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas, Henry Bastaman di Jakarta, Kamis (5/4). Henry menjelaskan, pencemaran air sungai tersebut paling tinggi diindikasikan dari semakin meningkatnya limbah domestik, walaupun dibeberapa sungai disebabkan oleh kegiatan tambang. Intensitas meningkatnya pencemaran akibat kegiatan tambang meningkat terutama di daerah timur seperti Maluku dan Papua. Papua yang pada 2009 menduduki peringkat pertama untuk indeks kualitas lingkungan hidup turun ke peringkat dua, salah satunya disebabkan karena meningkatnya pencemaran air sungai. "Sungai yang tercemar di Provinsi Papua tersebut yaitu Sungai Mamberamo dan Danau Sentani," jelas Henry.

20

Ditambahkannya, selama ini pemerintah berkonsentrasi memperbaiki indeks kualitas air sungai-sungai yang berada di Pulau Jawa. Tapi kenyataanya di wilayah timur ada kecenderungan pencemaran meningkat. Kecenderungan meningkatnya pencemaran air sungai tersebut dapat diartikan semakin banyaknya kegiatan yang membebani media air sungai dan semakin padatnya jumlah penduduk. Sehingga mendesak untuk membuka pemukiman baru hingga ke daerah aliran sungai. "Saya kira kondisi seperti ini harus menjadi peringatan bahwa upaya yang sudah kita lakukan cukup gencar tapi masih terjadi pencemaran yang cukup berat," sebut dia menandaskan. Upaya yang dilakukan salah satunya KemenLH menyampaikan ke daerah agar pengukuran indeks kualitas air ditingkatkan supaya menjadi landasan kebijakan di masing-masing daerah.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/lingkungan/12/04/05/m2026ipencemaran-sungai-di-indonesia-meningkat-30-persen

21

Perkebunan Kelapa Sawit Perparah Pencemaran Sungai Batanghari


Rabu, 12 Oktober 2011, 08:17 WIB REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI---Pencemaran Sungai Batanghari yang mengalir di wilayah Provinsi Jambi dinilai semakin parah. Hal ini terlihat dari warna air yang mulai menguning dan keruh. Padahal, sungai terpanjang di pulau Sumatera itu merupakan sumber mata air utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Hasvia menuding alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit merupakan factor utama penyebab semakin keruhnya Sungai Batanghari. Selain itu, munculnya pertambangan batu bara dan emas putih menambah polutan di sungai tersebut. Sebelum marak perkebunan kelapa sawit, warna air sungai masih bening. Sekarang ini sudah kuning keruh, ujarnya, Selasa (11/10) petang. Sungai dengan panjang sekitar 3.322 km itu, menurutnya banyak mendapat pencemaran di daerah hulu. Padahal, sungai tersebut menjadi muara sejumlah sungai seperti sungai Batang Sangir, Batang Tebo, dan Batang Tembesi. Di hulu sungai banyak penambang emas putih yang mencemari hingga hilir, ujarnya. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Batanghari, Garendel Siboro membenarkan pencemaran di Sungai Batanghari semakin parah. Penyebab pencemaran tersebut semakin maraknya kebun kelapa sawit baik di Jambi maupun di Sumatera Barat. Selain kebun sawit yang marak, illegal logging juga masih ada dimana-mana, ujarnya. Kerusakan di Sungai Batanghari bakal mengancam sumber air minum warga setempat. Hal ini lantaran hampir 70 persen sumber air di PDAM Provinsi Jambi mengambil dari Sungai Batanghari. Kalau tidak segera dibenahi, masyarakat terancam kehilangan sumber air minum, tegasnya. Dia menilai usaha pengerukan sedimentasi di Sungai Batanghari pun seakan sia-sia. Hal ini lantaran sedimentasi berasal dari kerusakan di bagian hulu sungai. Kalau hulu tidak diperbaiki, sedimentasi di Sungai Batanghari akan terus-terusan terjadi, ujarnya. Untuk mengatasi kerusakan di Sungai Batanghari, Garendel mengaku pihaknya telah membentuk tim bersama yang terdiri dari pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS)
22

Batanghari dari Solok Selatan hingga Kota Jambi. Mereka mendesak perbaikan DAS Batanghari menjadi peraturan daerah di Pemprov Sumbar dan Jambi. Kalau jalan dari hulu Batanghari, semua sudah menjadi perkebunan sawit. Industri itu yang harus menjadi perhatian pemerintah, ujarnya. Selain mendesak regulasi, akses masyarakat untuk mengelola hutan juga perlu dibuka. Hal ini untuk meningkatkan kepedulian masyarakat sekitar DAS untuk menjaga kelestarian hutan. Ilegal logging masih marak, kalau masyarakat setempat diberikan akses mengelola hutan, mereka bisa lebih peduli sekitar, ujarnya. Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera yang memotong pulau itu menjadi dua bagian jika dilihat mulai dari hulu hingga hilir. Sungai tersebut memiliki panjang hampir empat kali lipat Sungai Musi. Sungai Batanghari berhulu di Provinsi Sumatera Barat dan bermuara di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/lingkungan/11/10/12/lsxi8operkebunan-kelapa-sawit-perparah-pencemaran-sungai-batanghari

23

Kepulauan Seribu Tercemar Minyak Mentah


Melly Febrida
Senin, 8 Agustus 2011 12:18

Liputan6.com, Jakarta: Pencemaran di perairan kepulauan Seribu, membuat Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Kepulauan Seribu melakukan tes kadar limbah minyak mentah di empat pulau. Mereka pun berang dan mengancam akan mempidanakan pelaku yang sengaja mencemari empat pulau di Kepulauan Seribu tersebut. Hal ini disampaikan KLH Kepulauan Seribu, Bowo Suroso, Senin (8/8). Menurutnya, pihaknya akan mencari siapa yang sengaja mencemari empat pulau tersebut. "Saya berjanji akan mempidanakan pelaku yang membuang minyak mentah ke laut hingga terjadi pencemaran," tegasnya. Tim KLH Kepulauan Seribu, saat ini tengah melakukan survei dan mengambil contoh minyak mentah untuk kepentingan uji laboratarium. "Bila bukti-bukti sudah kuat, pelaku akan kita seret ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya," ujar Bowo. Dijelaskan Bowo, pencemaran terbesar terjadi di empat pulau, yakni Pulau Pari, Pulau Payung, Pulau Tidung Kecil dan Pulau Tidung Besar.

24

"Tekstur minyak mentah yang terdapat di empat pulau semuanya sama. Sampel yang kita ambil akan diuji lab untuk mengetahui asal minyak mentah tersebut," jelas Bowo. Selain uji lab, pihaknya juga akan berusaha mengetahui pelaku pencemaran melalui foto satelit. "Pencemaran terbesar terjadi di Pulau payung dengan luas permukaan laut tertutup cairan sekitar 100 meter persegi. Gumpalan memiliki 0.5 sentimeter di atas permikaan laut. Cairan itu hampir ada di sepanjang pantai Pulau Payung," katanya. Bupati Kepulauan Seribu Achmad Ludfi, mengutuk keras pencemaran yang terjadi di wilayah Kepulauan Seribu Selatan. Untuk itu, orang nomor satu di wilayah Jakarta kepulauan ini mengintruksi tim yang terdiri KLH, Sudin Kelautan dan Pertanian, Bagian Ekonomi dan Pembangunan, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, dan kelurahan Pulau Tidung untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan. Pencemaran tersebut, telah mengancam kelangsungan nelayan dan wisata Kepulauan Seribu. Akibatnya sangat merugikan, terutama kelestarian ekosistem laut. "Saya mendukung penuh langkah untuk mencari pelaku pencemaran dan melakukan penuntutan," tegasnya. Dampak dari pencemaran tersebut, ribuan bibit mangrove yang ditanam di pantai selatan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, terancam mati. Pasalnya, tanaman yang menjadi penopang utama gerusan abrasi bibir pantai pulau tersebut diserang pencemaran tumpahan minyak mentah. "Ceceran minyak mentah itu sudah menyerang sekitar 5.000 bibit pohon mangrove di selatan Pulau Pari, dan sampai saat ini belum ada upaya pembersihan minyak mentah tersebut dari laut," ungkap Mugiyanto, salah satu anggota Lembaga Musyawarah Keluarahan (LMK) Pulau Pari.(ANT/MEL)

Sumber : http://berita.liputan6.com/read/347780/kepulauan-seribu-tercemar-minyakmentah

25

Sumur Minyak Pertamina Bocor, Warga Resah


Arif Nur Kamis, 28 Juli 2011, 11:22

Sumur tua Pertamina di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Blora yang bocor.

Liputan6.com, Blora: Sumur tua Pertamina di Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Blora, Jawa Tengah, bocor, Kamis (28/7). Sumur yang memiliki kandungan minyak itu menimbulkan semburan minyak bercampur gas dan lumpur setinggi sepuluh meter. Bocornya sumur yang sudah tidak dieksplorasi itu diketahui sejak Rabu malam. Awalnya, ketinggiannya hanya dua meter, dan kini sudah mencapai 10 meter. Semakin bertambahnya jumlah semburan, semakin melebar pula diameter sumur. Warga sekitar pun mengaku mulai khawatir. Pasalnya, jarak antara sumur dengan permukiman warga hanya 200 meter. Warga berharap kebocoran sumur minyak ini bisa secepatnya ditangani. Jika tidak, dikhawatirkan akan berdampak buruk pada warga sekitar. Pasalnya, semburan minyak mengalir menuju Sungai Ngraho yang berpotensi menimbulkan pencemaran.(APY/ADO)

Sumber : http://berita.liputan6.com/read/346230/sumur-minyak-pertamina-bocorwarga-resah

26

Sejumlah Sungai di Mandailing Tercemar Limbah Kimia


Muhammad Hanapi Jumat, 04 Mei 2012, 23:59

Liputan6.com, Mandailin Natal: Tim dari Dinas Kesehatan Mandailing Natal, Sumatera Utara, Jumat (4/5), melakukan peninjauan ke sejumlah kecamatan yang melaporkan aliran sungai tercemar bahan kimia berbahaya jenis merkuri dan asam sianida. Warga mengaku dalam sebulan terakhir ini menemukan banyak ikan mati di sungai. Tim dinas kesehatan mengambil sejumlah sampel air dari sejumlah aliran sungai di tiga kecamatan yakni Kecamatan Panyabungan, Huta Bargot, dan Naga Juang yang diduga tercemar Informasi yang diterima redaksi Liputan6 menyebutkan di daerah Mandailing Natal, banyak beroperasi usaha pengolahan batu yang mengandung emas. Meski usaha ini tidak memiliki izin dari pemerintah setempat namun mereka bebas beroperasi. Tragisnya lagi limbah pabrik yang mengandung merkuri dan asam sianida ini dibuang ke sejumlah aliran sungai di sekitarnya. Dinas kesehatan setempat belum memastikan apakah sampel air dari sejumlah aliran sungai tersebut positif mengandung kimia merkuri atau asam sianida karena masih dalam penelitian. (ADI/Vin) Sumber : http://berita.liputan6.com/read/397196/sejumlah-sungai-di-mandailingtercemar-limbah-kimia

27

Tiga Danau di Sulut Tercemar E-coli


Kamis, 10 November 2011, 11:57

Liputan6.com, Manado: Danau Makalehi di Kabupaten Sitaro, Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, dan Danau Moat di Kota Kotamobagu diduga tercemar bakteri escherichia coli (e-coli) karena sudah melebihi baku mutu. "Indikator e-coli di tiga danau ini sudah berada di atas baku mutu yang ditetapkan," kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sulawesi Utara, Sonny Runtuwene di Manado, Kamis (10/11). Dia mengatakan, uji kualitas air di tiga danau ini menggunakan beberapa parameter uji yaitu suhu, derajat keasamaan (pH), e-coli, total coli (T-coli), minyak dan lemak, nitrat serta fosfat. "Kurang lebih ada 15 paremeter uji yang kami gunakan di empat titik sampel yang ada di masing-masing danau," katanya. Selain bakteri e-coli, paremeter uji lainnya yang berada di atas baku mutu adalah parameter nitrat. Di atas ambang batas paramater e-coli dan nitrat menurut Runtuwene ada kaitannya dengan aktivitas pertanian dan limbah warga yang di buang ke sungai yang menuju kolam danau. "Untuk pengendalian pencemaran yang ada di danau yang diakibatkan pemanfaatan pestisida secara perlahan bisa menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pestisida. Sedangkan untuk e-coli perlu dibangunnya instalasi pengolahan limbah di permukiman ataupun restoran dan rumah makan yang berjejer di pinggiran danau," katanya. Selain itu, ujar Runtuwene, aktivitas peternakan yang ada di sekitar danau juga perlu diawasi. Harus dihindari kotoran ternak dibuang langsung ke danau tanpa melalui pengelolaan. "Saya pernah mendengar ada Tata Ruang Danau Tondano. Tapi saya tidak tahu persis apakah tata ruang tersebut benar-benar digunakan sebagai arahan atau tidak," katanya.(Ant/ADO)

Sumber : http://berita.liputan6.com/read/362225/tiga-danau-di-sulut-tercemar-e-coli

28

Jawa, Pusat Limbah Sungai


Syaiful Halim Jumat, 18 November 2011, 11:24

Liputan6.com, Yogyakarta: Pulau Jawa dengan kepadatan penduduk yang tinggi menjadi penyumbang limbah terbanyak yang mencemari sungai di Indonesia. "Volume limbah di Pulau Jawa yang besar semakin sulit dikelola, sehingga mencemari lingkungan. Limbah yang mencemari lingkungan di Pulau Jawa bervariasi, berupa limbah padat dan cair," kata Humas Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA) Asia Tenggara Erny Mardhani di Yogyakarta, Kamis (17/11). Erny mengatakan, limbah di Pulau Jawa berasal dari industri maupun rumah tangga yang banyak mencemari sungai dan danau. "Limbah yang dihasilkan industri dan rumah tangga hampir sama volumenya. Bedanya limbah industri lebih berbahaya karena mengandung zat kimia," katanya. Erny menjelaskan, pencemaran lingkungan dari limbah rumah tangga di sekitar sungai, contohnya adalah pembuangan limbah sabun setelah mencuci, sampah, dan berupa kotoran manusia. "Fasilitas yang belum memadai, seperti minimnya MCK membuat orang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, sehingga buang air besar sembarangan," katanya.

29

Menurut Erny, dampak jangka panjang dari limbah yang mencemari sungai adalah mencemari permukiman warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai. "Sanitasi lingkungan yang kurang baik berdampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai," katanya. Erny mengatakan, berdasarkan data pemerintah, Indonesia selama ini belum mencapai target dalam pengurangan limbah agar sesuai standar dalam deklarasi MDG`s, atau sasaran pembangunan milenium 2015. "Indonesia saat ini masih berada di posisi 52 persen pengurangan produksi limbah. Sedangkan, sesuai standar MDG`s, pengurangan produksi limbah adalah 64 persen," katanya. Menurut Erny, BORDA sebagai salah satu organisasi nonpemerintah yang peduli terhadap sanitasi lingkungan berupaya memberikan kemudahan masyarakat untuk mengakses toilet, dengan cara membangun toilet berbasis masyarakat di 500 lokasi di seluruh Indonesia. "Kami sebut sanitasi masyarakat, karena satu bangunan mampu menampung 400 orang," katanya. Erny mengatakan, bangunan itu hanya diperuntukkan bagi wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), BORDA telah mendirikan sanitasi masyarakat di Kabupaten Sleman, di antaranya di Kecamatan Ngaglik, dan Desa Minomartani.(Ant/SHA)

Sumber : http://berita.liputan6.com/read/363571/jawa-pusat-limbah-sungai

30

KESIMPULAN

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU RI No. 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, pasal 1 ayat 7). Pencemaran terjadi dimana-mana, ada yang di udara, tanah, air, maupun suara. Pencemaran terjadi karena adanya beberapa faktor yang tidak memenuhi standar ataupun ketidakpeduliannya pihak-pihak tertentu. Pencemaran sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diminimalisir ke tingkat yang bisa ditoleransi oleh lingkungan dan makhluk hidup yang tinggal disekitarnya. Hal itu bisa dilihat dari berbagai contoh kasus pencemaran lingkungan pada artikel yang saya kumpulkan, banyaknya pencemaran lingkungan karena lepasnya bahanbahan kimia yang belum diproses tuntas ke lingkungan, adanya minyak yang tumpah ke laut, ada bakteri E-Coli yang terdapat melimpah pada air yang harusnya layak pakai oleh masyarakat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol pencemaran lingkungan, misalnya seperti baku mutu lingkungan dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Baku mutu lingkungan bisa digunakan untuk mengatakan atau menilai lingkungan telah rusak atau tercemar. Sedangkan AMDAL merupakan hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan, dampak suatu kegiatan, baik negatif maupun positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan dimulai ini menjadi penting bagi pengambilan keputusan (Undang-undang No.4 tahun 1982 pasal 1) Selain kedua hal tersebut, perlu juga adanya pembangunan wawasan berlingkungan, yaitu upaya sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya secara bijaksana untuk pembangunan yang berkesinambungan guna meningkatkan mutu hidup (UU LH No. 4 / 1982). Dari semua upaya penanganan pencemaran lingkungan di atas, perlu disadari juga bahwa kegiatan tersebut perlu diadakannya dukungan dan berpartisipasinya pemerintah, masyarakat, dan pihak ketiga yang membuang limbah. Sehingga, lingkungan yang kita tempati dan cintai ini masih bisa dinikmati oleh anak cucu kita sebagai tempat yang layak dihuni bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
31

You might also like