You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

KESETIMBANGAN FASE SISTEM BINER

DISUSUN OLEH KELOMPOK V : FELIKS ANTONIUS TETTY RIYANTI RITTA SELFIYANA VENI TAMBUNAN (1043050074) (1043050075) (1043050076) (1043050078)

I.

TUJUAN
Mengetahui tipikal diagram kesetimbangan fase system biner : fenol-air pada berbagai suhu dan konsentrasi.

II.

TEORI
Tingkat dari pemisahan akan ditentukan dengan keseimbangan antara fase uap dan cairan. Hubungan antar komposisi dari kedua fase pada keseimbangan biasanya disajikan dengan diagram keseimbangan fase. Metode penyajiannya harus tetap dengan jumlah variable yang bersangkutan. Gibbs menampilkannya dalam keadaan seimbang beserta sejumlah fase, berikut hubungan yang relevan : F = C + 2 P . (1) Dimana F adalah jumlah derajat kebebasan, atau variable bebas. C adalah jumlah komponen dan P adalah jumlah fase saat ini. Penyajian grafis dari data akan bergantung dari nilai F dan kita dapat memperkirakannya dan plotting akan meningkat lebih kompleks sebagaimana membesarnya nilai F. Tafsiran tampilam dari grafis biasanya membatasinya pada nilai F = 2, itulah sebabnya system biner. Sistem dua komponen yang berasa Fase Cair. Etil alkohol dan air dapat bercampur dalam segala perbandingan, sedangkan air dan air raksa tidak bercampur sempurna tanpa memperhatikan jumlah dari masing-masing komponen. Di antara kedua jenis campuran ini,terdapat suatu sistem yang memperlihatkan pencampuran sebagian (atau tidak bercampur). Sistem seperti ini adalah fenol air, dan jumlah diagram fase yang terkondensasi dplot dalam gambar di bawah ini.

Diagram fasa sistem biner fenol-air

L1 dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis (TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih).

III.

ALAT
Beaker glass, tabung reaksi, batang pengaduk, kompor listrik, dan termometer.

IV. BAHAN
Fenol dan air.

V.

CARA KERJA
1. Menyiapkan 12 buah tabung reaksi. 2. Menimbang fenol dan air seperti dalam table di bawah ini 1 0,5 9,5 2 0,7 9,3 3 1,0 9,0 4 1,5 8,5 5 2,0 8,0 6 2,5 7,5 7 3,0 7,0 8 4,0 6,0 9 5 5 10 6,5 3,5 11 7,5 2,5 12 8,,5 1,5

Fenol (g) Air (g)

3. Kemudian diamati dan dicatat suhu pada saat system campuran berada dalam kesetimbangan 1 fase 2 fase. 4. Bila campuran dalam tabung larut (1 fase), suhunya diturunkan dan dicatat suhunya hingga campuran persis menuju 2 fase (persis mulai sedikit keruh); kemudian diulangi mencatat suhu pada saat campuran kembali persis 1 fase (persis larut kembali). 5. Bila campuran dalam tabung 2 fase, suhunya dinaikkan dan dicatat suhunya hingga campuran persisi 1 fase (persis larut); kemudian diulangi mencatat suhu pada saat campuran kembali persis menuju 2 fase (persis mulai sedikit keruh).

VI. DATA
No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Komposisi (g) Fenol Air 0,5 9,5 0,7 9,3 1,0 9,0 1,5 8,5 2,0 8,0 2,5 7,5 3,0 7,0 4,0 6,0 5 5 6,5 3,5 7,5 2,5 8,5 1,5 Suhu ( oC ) Satu Fase Dua Fase 16 15 17 16 43 42 58 57 63 62 68 67 69 68 72 71 68 67 46 45 21 20 12 11

PERHITUNGAN
1. a. Konsentrasi dalam % untuk masing-masing campuran :

Fenol :
Tabung 1 % Fenol : 0,5 x 100 % = 5 % 10 Tabung 2 % Fenol : 0,7 x 100 % = 7 % 10 Tabung 3 % Fenol : 1,0 x 100 % = 10 % 10 Tabung 4 % Fenol : 1,5 x 100 % = 15 % 10 Tabung 5 % Fenol : 2,0 x 100 % = 20 % 10 Tabung 6 % Fenol : 2,5 x 100 % = 25 % 10 Tabung 7 % Fenol : 3,0 x 100 % = 30 % 10 Tabung 8 % Fenol : 4,0 x 100 % = 40 % 10 Tabung 9 % Fenol : 5,0 x 100 % = 50 % 10 Tabung 10 % Fenol : 6,5 x 100 % = 65 % 10 Tabung 11 % Fenol : 7,5 x 100 % = 75 % 10 Tabung 12 % Fenol : 8,5 x 100 % = 85 % 10

Air
Tabung 1 % Fenol : 9,5 x 100 % = 95 % 10 Tabung 2 % Fenol : 9,3 x 100 % = 93 % 10 Tabung 3 % Fenol : 9,0 x 100 % = 90 % 10 Tabung 4 % Fenol : 8,5 x 100 % = 85 % 10 Tabung 5 % Fenol : 8,0 x 100 % = 80 % 10 Tabung 6 % Fenol : 7,5 x 100 % = 75 % 10 Tabung 7 % Fenol : 7,0 x 100 % = 70 % 10 Tabung 8 % Fenol : 6,0 x 100 % = 60 % 10 Tabung 9 % Fenol : 5,0 x 100 % = 50 % 10 Tabung 10 % Fenol : 3,5 x 100 % = 35 % 10 Tabung 11 % Fenol : 2,5 x 100 % = 25 % 10 Tabung 12 % Fenol : 1,5 x 100 % = 15 % 10 b.konsentrasi dalam fraksi mol (X) untuk masing-masing campuran :

Fenol :
Tabung 1 : X1 = Tabung 2 : X2 = Tabung 3 : X3 = Tabung 4 : X4 = Tabung 5 : X5 = Tabung 6 : X6 = Tabung 7 : X7 = 0,5/94 0,5/94 + 9,5/18 0,7/94 0,7/94 + 9,3/18 1,0/94 1,0/94 + 9,0/18 1,5/94 1,5/94 + 8,5/18 2,0/94 2,0/94 + 8,0/18 2,5/94 2,5/94 + 7,5/18 3,0/94 3,0/94 + 7,0/18 = 0,00998 = 0,0142 = 0,02083 = 0,0327 = 0,0457 = 0,06 = 0,0758

Tabung 8 : X8 =

4,0/94 4,0/94 + 6,0/18 Tabung 9 : X9 = 5,0/94 5,0/94 + 5,0/18 Tabung 10 : X10 = 6,5/94 6,5/94 + 3,5/18 Tabung 11 : X11 = 7,5/94 7,5/94 + 2,5/18 Tabung 12 : X10 = 8,5/94 8,5/94 + 1,5/18

= 0,1132 = 0,1607 = 0,2632 = 0,3649 = 0,5204

Air :
Tabung 1 : X1 = 9,5/18 9,5/18 + 0,5/94 Tabung 2 : X2 = 9,3/18 9,3/18 + 0,7/94 Tabung 3 : X3 = 9,0/18 9,0/18 + 1,0/94 Tabung 4 : X4 = 8,5/18 8,5/18 + 1,5/94 Tabung 5 : X5 = 8,0/18 8,0/18 + 2,0/94 Tabung 6 : X6 = 7,5/18 7,5/18 + 2,5/94 Tabung 7 : X7 = 7,0/18 7,0/18 + 3,0/94 Tabung 8 : X8 = 6,0/18 6,0/18 + 4,0/94 Tabung 9 : X9 = 5,0/18 5,0/18 + 5,0/94 Tabung 10 : X10 = 3,5/18 3,5/18 + 6,5/94 Tabung 11 : X11 = 2,5/18 2,5/18 + 7,5/94 Tabung 12 : X12 = 1,5/18 1,5/18 + 8,5/94 = 0,99 = 0,9858 = 0,99 = 0,9792 = 0,9543 = 0,94 = 0,9242 = 0,8868 = 0,8393 = 0,7377 = 0,6351 = 0,4796

Tabel Data
No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Berat (g) 0,5 0,7 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 6,5 7,5 8,5 Komposisi Fenol % 5 7 10 15 20 25 30 40 50 65 75 85 X 0,0142 0,02083 0,0327 0,0457 0,06 0,0758 0,1132 0,1607 0,2623 0,2623 0,3649 0,5204 Berat (g) 9,5 9,3 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 6,0 5,0 3,5 2,5 1,5 Air % 95 93 90 85 80 75 70 60 50 35 25 15 X 0,99 0,9858 0.9792 0,9673 0,9543 0,94 0,9242 0,8868 0,8393 0,7377 0,6351 0,4796 Suhu rata-rata ( OC ) 15,5 16,5 42,5 57,5 62,5 67,5 68,5 71,5 67,5 45,5 20,5 11,5

2. Komposisi campuran (% dan X) pada titik suhu kritis : Suhu Kritis 71,5 % Fenol pada suhu kritis : 4,0 x 100 % = 40 % 10 X Fenol pada suhu kritis : 4,0 x 100 % = 0,1132 4,0/94 + 6,0/18

3. Nilai F (menurut aturan fase Gibbs) untuk system : Di atas suhu kritis 71,5 : F=CP+2 F= 22+2 F= 2 Di bawah suhu kritis 71,5 : F=CP+2 F= 22+2 F= 2

PEMBAHASAN
Fenol dan air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan dan jumlah fenolnya tetap sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang berubah-ubah. Perubahan suhu bergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat. Komponen berada pada satu fase pada saat campurannya larut homogen (jernih), sedangkan komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan dua lapisan (keruh).

KESIMPULAN

Kelarutan timbal balik sistem biner fenol air mempunyai suhu kritis 71,5C. Pada suhu kritisnya nilai fraksi mol fenol 0,1607 dan fraksi mol airnya 0,8868. Sistem biner fenol air memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Campuran fenol dan air dapat saling melarutkan, yang jumlahnya banyak sebagai pelarut dan sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA
Sistem Biner Fenol.2011. http://www.scribd.com/doc/74577823/Sistem-Biner-Fenol UI. http://staff.ui.ac.id/internal/131611668/material/PanduanKimiaFisika.pdf Irawati.2012.Modul Praktikum Farmasi Fisika.Jakarta

You might also like