You are on page 1of 27

USULAN PENELITIAN PEMANFAATAN KURKUMIN DARI EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT (Curcumae domestica) SEBAGAI ALTERNATIF ANTIINFLAMASI LOKAL

Oleh : MUHAMAD IBRAHIM SENGADJI 201010330311154

UNIVERSITAS MUHAMMAADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan khasanah tumbuhan alamnya. Beranekaragam tumbuhan tersebut memiliki kandungan-kandungan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk terapi maupun penyembuhan penyakit pada manusia. Obat tradisional merupakan warisan budaya dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia, hingga diinginkan untuk dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu, harus sesuai dengan kaedah pelayanan kesehatan yaitu secara medis dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat secara empiris menggunakan bahan alam sebagai alternatif pengobatan akan tetapi pengolahannya masih secara tradisional. Hingga dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat semakin pesat baik di dalam maupun diluar negeri guna menjawab akan kubutuhan manusia.Untuk mencapai hal itu perlu diadakan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar kualitas. Salah satu tumbuhan obat Indonesia yang bisa dimanfaatkan dalam bidang kesehatan adalah rimpang kunyit ( Curcuma domesticae Val.) yang merupakan suku dari Zingiberaceae. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga(Bangun, 2007). Rimpang kunyit sudah sejak dulu dipakai untuk mewarnai kapas, wol, sutera, tikar, dan barang-barang kerajinan lainnya. Juga sebagai pewarna dan penyedap berbagai makanan. Di Eropa, kunyit juga dipakai untuk mewarnai mentega, keju, dan lain-lain. Tepung kunyit juga dipakai di industri kosmetika (Anonim,2007).

Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin. Efek antitrombotik yang kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kurkumin (Dalimartha, 2003). Beberapa penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan, kunyit memunyai aktivitas sebagai antiinflamasi (antiperadangan), aktivitas terhadap peptic ulcer, antitoksik, antihiperlipidemia, dan aktivitas antikanker. Obat yang diberikan secara intraperitoneal pada tikus efektif untuk mengurangi inflamasi (peradangan) akut dan kronik. Efektivitas obat terhadap tikus yang dilaporkan sama dengan hidrokortison asetat atau indometasin untuk anti-inflamasi. Jus kunyit atau serbuk yang diberikan secara oral tidak menghasilkan efek antiinflamasi, hanya injeksi intraperitoneal yang efektif. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil, kurkumin hanya dapat dideteksi pada feces, namun tidak pada sel darah, plasma atau urine. Hal ini disebabkan kurkumin memunyai ketersediaan hayati yang rendah dan kurkumin merupakan senyawa yang sangat lipofil (Bangun, 2007). Minyak atsiri dari rimpang kunyit menunjukkan aktivitas antiinflamasi pada tikus yang menekan arthritis, udem tangan/kaki yang diinduksi dengan karagenan dan inflamasi yang diinduksi dengan hialuronidase. Aktivitas antiinflamasi, tampaknya melalui penghambatan enzim tripsin dan hialuronidase. Kurkumin dan turunannya yaitu natrium-kurkuminat yang diberikan secara intraperitoneal (ke organ dalam perut) dan oral menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang kuat yaitu dengan menekan udem yang diinduksi dengan karagenan pada tikus (Bangun, 2007). Sebagai antikanker, pertama-

tama kurkumin dikaitkan dengan aktivitasnya sebagai anti-inflamasi yaitu sebagai inhibitor enzim cyclooxygenase, enzim yang mengkatalisis sintesis prostanoid dari asam arakidonat. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa kurkumin juga aktif dalam menghambat proses karsinogenesis pada tahap inisiasi dan promosi/progresi. Akhir-akhir ini juga dilaporkan bahwa kurkumin juga memiliki efek memacu proses apoptosis yaitu proses kematian sel dalam rangka mempertahankan integritas tubuh secara keseluruhan. Dalam tulisan ini akan diuraikan secara singkat aktivitas-aktivitas kurkumin tersebut untuk menelusuri mekanisme aksinya pada level molekuler. Kurkumin sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX). Ada dua jenis COX yang merupakan isoform yang ditemukan hingga saat ini, yaitu COX-1 dan COX-2. Kedua jenis COX tersebut memiliki aktivitas yang sama, yaitu sebagai katalase sintesis prostanoid dari asam arakidonat. COX-1 secara konstitutif diekspresi secara nyata oleh hampir seluruh jaringan tubuh mamalia, sedang COX-2 hanya sebagian saja, dan dalam level yang rendah atau tidak terdeteksi. Level ekspresi COX-1 pada umumnya konstan, dan hanya akan ada kenaikan sedikit bila ada stimulasi dari faktor pertumbuhan atau selama masa deferensiasi. Sementara itu, COX-2 biasanya akan diekspresi lebih banyak karena adanya rangsang dari mitogen, cytokines dan tumor promoter yang bisa diakibatkan oleh adanya kerusakan sel atau bentuk stress sel lainnya.COX-1 memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga prosesproses fisiologis pada berbagai jaringan atau organ. Misalnya pada ginjal, COX 1 berfungsi untuk menjaga elastisitas pembuluh darah sehingga proses filtrasi dapat berlangsung dengan baik, sedang pada lambung berfungsi untuk merawat integritas mukosa lambung dengan cara mengatur vasodilatasi pembuluh darah. COX-2 yang diekspresi karena adanya rangsang tertentu berfungsi sebagai pendukung fungsi COX-1 atau sesuai dengan kebutuhan. Pada beberapa sel kanker ekspresi COX-2 menunjukkan adanya peningkatan yang nyata. Bahkan pada kanker kolon ekspresi COX-2 menunjukkan adanya peningkatan yang sangat tinggi dibanding pada keadaan normalnya. Efek antiinflamasi dari kurkumin dikaitkan dengan aktivitasnya sebagai inhibitor dan repressor COX-2

karena jaringan yang mengalami inflamasi, ekspresi COX-2 nya akan meningkat yang mengakibatkan overproduksi prostanoid termasuk di dalamnya adalah prostaglandin (PG). Peningkatan produksi prostanoid akan mempengaruhi fisiologi selular melalui tiga tingkatan yang berbeda;aktivasi reseptor tujuh kali transmembran yang menyambung dengan protein G, menghambat inflamasi melalui aktivasi reseptor-reseptor yang menyerupai kortikosteroid dan berpartisipasi pada signal transduksi yang dipacu oleh kinase protein-tirosin (Meyanto, 1999). Aktivitas antiinflamasi dari kurkumin juga telah diuji dengan membandingkan kurkumin dengan senyawa steroid dan nonsteroid (fenilbutason) untuk pengobatan rheumatoid arthritis. Kurkumin berpengaruh pada sintesis senyawa yang menjadi penyebab inflamasi dengan cara menghambat biosintesis leukotrien dan berefek pada produksi prostaglandin. Kedua zat ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan panas. Dari studi yang dilakukan terlihat bahwa terjadi perbaikan yang nyata antara kurkumin dan fenilbutason (Anonim,2007).

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcumae domestica) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antiinflamasi lokal? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui bahwa kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcumae domestica) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antiinflamasi lokal dalam bentuk sedian gel.

1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui dosis dari kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcumae domestica) sebagai obat antiinflamasi lokal dalam bentuk sedian gel. 2. Mengetahui efek kerja dari ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcumae domestica) sebagai obat antiinflamasi lokal dalam bentuk sedian gel. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Masyarakat 1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan kunyit. 2) Untuk lebih mengembangkan penggunaan bahan alamiah sebagai bahan obat. 3) Dapat memotivasi masyarakat untuk membudidayakan tanaman obat tradisional. 1.4.2 Manfaat Klinis 1) Untuk menambah pengetahuan tentang alternatif pengobatan antiinflamasi. 1.4.3 Manfaat Akademis 1) Memperkaya pengetahuan di bidang kedokteran dan pengobatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunyit 2.1.1 Taksonomi Kingdom Division Class Famili Genus Species : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Zingiberaceae : Curcuma L : Curcuma longa L.

(Dalimartha, 1999) Gambar 2.1 Kunyit (Curcumae domestica) 2.1.3 Manfaat Kunyit

Dalam perubatan tradisional melayu kunyit digunakan untuk mengubah tekanan darah tinggi, demam kuning, cirit-birit, meningkatkan selera makan, mengubat sakit perut, sembelit, kening berdarah,radang ginjal dan menyegarkan badan. Cara penggunakan untuk penyakit diatas ialah dengan cara menumbuk kunyit hingga halus, campurkan air dan tapis hampasnya dan diminum sekali sehari selepas makan.(Bangun, 2007) Kunyit juga banyak digunakan sebagai bahan ubatan dalam kosmetik keluaran. Menurut perobatan cina kunyit dapat melancarkan perjalanan darah. Kunyit juga dijadikan rawatan selepas bersalin. Rizoma kunyit dimakan bersama nasi sebagai ulam selama 40 hari pantang untuk mengembalikan kecerdasan badan dan menyembuhkan luka dalaman. Kunyit yang dikisar bersama pegaga biasa dimakan seminggu sebelum kedatangan haid dan ini dikatakan dapat menghilangkan masalah keputihan dan vagina yang terlalu berair dan dapat meningkatkan keintiman hubungan suami isteri.(Bagun, 2007) Kunyit adalah sejenis tumbuhan herba yang memainkan peranan penting dalam masakan masyarakat Asia.Ia sejenis tumbuhan berumpun dengan daun selari yang lebar dan membiak melalui pecahan rizom. Kunyit hidup tempat lembab dan mendapat sinaran matahari yang mencukupi. Isi kunyit selalunya terdiri dari ibu kunyit yang dikelilingi oleh cabang-cabang. Ibu kunyit dikatakan mempunyai khasiat perubatan yang tinggi. Rizom kunyit berwarna coklat diluar dan berwarna oren terang didalamnya. Ia

mempunyai bau yang wangi dan menusuk hidung Kunyit mempunyai sifat anti-radang, antioksida, anti kanser, pelindung hati. Kandungan kimia kunyit terdiri daripada minyak atsiri, sikloiserin, mirsen, metil farbinol, sikloiserin, mirsen, dan metil farbinol.(kintoko, 2005) 2.2 Kandungan Kunyit Kandungan kimia dari rimpang kunyit terdri dari protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin. Efek antitrombotik yang kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kurkumin (Dalimartha, 2003).

2.3 Inflamasi Inflamasi yang berasal dari kata inflammation yang artinya radang, peradangan. Sedang dalam bahasa latin yaitu inflammare yang artinya membakar. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk membasmi dan menetralisir agen-agen yang berbahaya pada tempat kerja dan mempersiapkan keadaan tubuh untuk perbaikan jaringan. Peradangan dapat diakibatkan oleh trauma (pukulan, benturan, dan kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan atau pada memar akibat olahraga. Inflamasi adalah respon terhadap cedera akibat infeksi, fungsi, abrasi, terbakar, objek

asing, atau toksin (produk bakteri yang merusak sel hospes atau jaringan hospes.(Widyaningsi,2007) Inflamasi atau radang sendiri adalah proses di dalam tubuh dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri terhadap infeksi kuman (Kumar dkk, 2003). Proses peradangan disebabkan oleh pengaruh yang merusak (noksi) dari berbagai jenis yakni kimia, fisika, infeksi dengan mikroorganisme atau parasit. Peristiwa inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuer, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Indikasi proses inflamasi adalah kemerahan, panas, rasa nyeri/sakit, pembengkakan dan perubahan fungsi (Nugroho, 2000). Reaksi ini disebabkan oleh pembebasan bahan mediator (histamin, serotonin,

prostalglandin, kinin dll). Inflamasi dapat dihentikan menuruti reaksi-reaksi pemula ini dengan meniadakan noksi atau menghentikan kerja yang merusak (Mutschler, 1991). Untuk menghindari reaksi yang berlebihan yang merugikan maka diperlukan obat-obat anti inflamasi yang dapat mengendalikan reaksi sampai taraf yang tidak merugikan. Anti inflamasi yang mungkin disebabkan oleh flavonoid. Flavonoid dapat menghambat lipoksigenase yang merupakan langkah awal pembentukan leukotrien yang bertanggung jawab terjadinya peradangan ( Robinson,1991). Metode Uji yang digunakan adalah metode Winter yang dimodifikasi (Turner, 1965).Udem buatan ditimbulkan dengan menginjeksi larutan karagenin secara subplantar pada telapak kaki tikus, sedangkan bahan uji diberikan dengan mengoleskan pada telapak kaki tikus. Kaki belakang tikus

ditandai sebatas mata kaki dan diukur volumenya dengan plestimograf. Aktivitas antiinflamasi obat uji ditunjukkan oleh kemampuan mengurangi udem yang diinduksi pada telapak kaki tersebut (Widyaningsi, 2007). 2.2.1 Tanda-tanda dan gejala inflamasi Tanda-tanda dan gejala inflamasi yang bersifat umum antara lain: a. Kemerahan (rubor) b. Panas (kolor) c. Bengkak (tumor) d. Nyeri (dolor) e. Gangguan fungsi (fungsiolesa)

2.2.2 Pembagian Obat Anti inflamasi

Obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi 2 golngan, yaitu golongan kortikosteroid dan non steroid. Argumen yang diterima mengenai mekanisme kerja obat-obat tersebut adalah bahwa obat-obat anti radang berkaitan dengan penghambatan metabolisme asam arakidonat. Asam arakidonat adalah substrak untuk enzim-enzim sikooksigenase dan lipooksigenase. Sikooksigenase

mensintesa siklik endoperoksida (prostaglandin G-2 dan H-2) yang kemudian yang akan diubah menjadi prostaglandin stabil, tromboksan dan prostasiklin. Ketiga produk tersebut berasal dari leukosit, dan senyawa-senyawa itu dijumpai pada keadaan radan. Di dalam leukosit asam arakidonat oleh lipooksigenase

asam-asam mono dan dihiroksi (HETE) yang merupakan precursor dari leukotrin (senyawa yang dijumpai pada keadaan anafilaksis). Dengan adanya rangsang mekanis atau kimia, produk enzim lipooksigenase akan dipacu sehinga meningkatkan produksi leukotrien dari asam arakidonat (Widyaningsi, 2007).

sesquiterpen

Intraperitonial

3.2 Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah ada, maka dapat dibuat hipotesis dari rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya yakni kurkumin dari ekstrak etanol rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antiinflamasi lokal.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan penelitian experimental sensungguhnya (true experimental) dengan metode The Post Test Only Contorl Group Desig . 4.2 Lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan bertempat di Laboratorium Farmakologi Universitas Muhammadiyah Malang. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Ratus novergicus) strain wistar dewasa, jenis kelamin jantan, umur 3-4 bulan, berat badan 180-250 gram dengan kondisi sehat yang ditandai dengan gerakannya yang aktif. 4.3.2 Sampel Sampel diambil secara random dari populasi tikus putih (Ratus novergicus) strain wistar jantan sebagai hewan coba. Sampel terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok A dan B yang diambil secara random. 4.3.4 Besar Sampel Estimasi besar replikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan rumus berikut:

(Supranto, 2007) Keterangan:

P r

= Perlakuan = Jumlah replikasi per pelakuan Maka dalam penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus, dibagi menjadi

4kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus: a. Kelompok I : Kontrol negatif (diberi pekan standar tanpa pemberian karagenen dan ekstrak kunyit) b. Kelompok II : Kontrol positif (karagenen tanpa ekstrak kunyit) c. Kelompok gr BB/hari d. Kelompok IV : Pemberian karagenen dan ekstrak kunyit 5,4 gr/200 gr BB/hari. 4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian a. b. c. d. 2. Kriteria Ekslusi a. Tikus mati saat perlakuan 4.4 Variebel Penelitian dan Definisi Operasional 4.4.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak kunyit 4.4.2 Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah inflamasi. a. Jenis kelamin hewan coba adalah jantan karena relatif lebih kuat terhadap paparan zat dan tidak dipengaruhi beberapa faktor seperti kehamilan b. Waktu dan lama perlakuan c. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba. Umur 3-4 bulan Berat badan 180-250 gram Jantan, strain wistar Sehat, ditandai dengan gerakan yang aktif. 1. Kriteria Inklusi : Pemberian karagenen dan ekstrak kunyit 2,5 gr/200

4.4.3

Definisi Operasional 1) Kunyit yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk ekstrak. Bentuk ekstrak yang dipakai adalah 2,5 gr/200 gr BB/hari dan 5,5 gr/200 gr BB/hari. 2) Inflamasi adalah proses di dalam tubuh dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri terhadap infeksi kuman (Kumar dkk, 2003). 3)

4.5 Alat dan Bahan 4.5.1 Alat a) Timbangan untuk menimbang berat badan tikus b) Gelas ukur c) Beker gelas d) Alat suntik 1 ml e) plestimograf 4.5.2. Bahan a) Hewan percobaan b) Makanan tikus c) Prednison d) Bahan untuk pembuatan ekstrak kunyit: Kunyit Blander Botol tutu Tabung ukur

4.6 Alur Penelitian

Adaptasi hewan coba selama 7 hari Pemberian makan dan minuman standar

Pendahan udem sebelum perlakuan

injeksi karagenin 0,2 ml dengan I.p

Pengukuran udem setelah pemberian karagenin

Kelompok I Kontrol negatif

Kelompok II Kontrol positif

Kelompok III Pemberian kunyit dengan dosis 2,5 mL/200 gr BB/hariselama 28 hari

Kelompok IV Pemberian kunyit dengan dosis 2,5 mL/200 gr BB/hari

Pengukuran udem setelah pemberian kunyit

4.7. Prosedur Penelitian 4.7.1. Adaptasi Hewan Percobaan Tikus diaklimatisasi dahulu dengan lingkungan dan pakan selama satu minggu di laboratorium sebelum injeksi karagenin sambil diamati kesehatannya. 4.7.2. Penentuan Dosis a) Dosis Aquades Aquades yang diberikan pada kelompok kontrol adalah 2 ml/200 gram BB b) Dosis Prednison Larutan prednisone diberikan pada seluruh tikus dengan dosis tungg al 2,0 ml intraperitonial. Sesuai dengan standar volume maksimum laruatan obat yangdiberikan pada binatang (Laurence & Bacharach, 1964):

Binatang

Volume Maksim um Cara pemberian I.V 0,5 1,0 2,0 5,0-10,0 5,0-10,0 10,0-20,0 : Intra Vena : Intra Peritonial : Intra Muskular : Subkutan : Per Oral I.M 0.005 0,1 0,1 0,25 0,5 0,5 1,0 5,0 I.P 1,0 2,0-5,0 1,0-5,0 2,0-5,0 2,0 10,0-20,0 10,0-20,0 20,0-50,0 S.C 0,5-1,0 2,1-5,0 2,5 5,0 2,0 5,0-10,0 5,0-10,0 10,0 P.O 1,0 5,0 2,5 10,0 10,0 50,0 50,0 100,0

Mencit 20-30 g Tikus 100 g Hamster 50 g Marmot 250 g Merpati 300 g Kelinci 2,5 g Kucing 3 kg Anjing 5 kg Keterangan: I.V I.P I.M S.C P.O

a) Dosis Kunyit

Pada manusia, dosis kunyit lebih efektif . Dari data tersebut dapat dikonversikan dosis manusia ke tikus (Laurence & Bacharach, 1964). Tabel 4.1 konversi dosis antar spesies Mencit Tikus 20 g 200g Mencit 20g 1,0 7,0 Tikus 200g 0,14 1,0 Marmot 400g 0,08 0,57 Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 Anjing 12 kg 0,008 0,06 Manusia 70 kg 0,0026 0,018 Marmot 400g 12,25 1,74 1,0 0,44 0,10 1,031 Kelinci 1,5 kg 27,8 3,9 2,25 1,0 0,22 0,07 Anjing 12 kg 124,2 17,8 10,2 4,5 1,0 0,32 Manusia 70 kg 387,9 56,0 31,5 14,2 3,1 1,0

Sehingga dapat diperoleh dosis kunyit menurut hasil konversi dari dosis manusia, dimana berat badan manusia 70 kg setara dengan 200 gram berat badan tikus dengan satuan konvrersi = 0,018(Laurence & Bacharach, 1964). Sehingga dosis kunyit yang diberikan yaitu : Dosis I = 180 ml x 0,018 = 3,2 ml/200 gr BB/hari Dosis II = 360 ml x 0,018 = 6,4 ml/200 gr BB/hari 4.7.3. Penyiapan Larutan Uji a. Prednisone dicampur dengan larutan NaCl (0,9%) diencerkan hingga diperoleh 100 ml. b. Kunyit diberikan dalam sediaan seduhan sesuai dengan dosis masing-masing kelompok.

4.7.4. Pengukuran Udem Tikus Seluruh hewan coba dari semua kelompok diukur udemnya dengan alat plestimograf. Kaki belakang tikus ditandai sebatas mata kaki dan diukur volumenya dengan plestimograf.

4.7.5. Percobaan a. Pembuatan Tikus Inflamasi Udem buatan digunakan dengan cara menginjeksi larutan karagenin secara suplantar pada telapak kaki tikus, sedangakan bahan uji diberiakan secara intra peritonial. Kaki belakang tikus ditandai sebatas mata kaki dan diukur volumnya dengan plestimograf. Aktivitas anti inflamasi obat uji ditunjukan oleh kemampuan mengurangi udema yang diinduksi pada kaki tersebut. Dua puluh empat ekor tikus kemudian dibagi dalam 4 kelompok secara random, masing-masing sebanyak 6 ekor. Kelompok I tidak diberi pemberian prednison karena kelompok I adalah kelompok kontrol negatif. Sedangkan untuk kelompok II,III dan IV diberi perlakuan pemberian injeksi larutan prednison dengan dosis tunggal 0,2 ml secara intra peritonial untuk mendapatkan tikus inflamasi. b. Pemberian Teh Hitam Kelompok I sebagai kelompok kontrol negatif. Kelompok I ini tidak diberi pemberian apapun (pakan standar). Kelompok II sebagai kelompok kontrol positif hanya diberi perlakuan injeksi alloxan, sedangkan pada kelompok III dan IV selain pemberian injeksi larutan prednisone dan juga diberi perlakuan kunyit. Kunyit diberikan masing-masing dengan dosis 3,6 ml/200gr BB tikus/hari untuk kelompok III dan 7,2 ml/200gr BB tikus/hari untuk kelompok IV. d. Pengamatan Hasil

Sediaan diamati dengan mengukur panjang udem yang diderita oleh tikus tersebut. 4.8. Analisis Data Analisis statistik yang digunakan adalah: 1. One way ANOVA, yaitu untuk menguji hipotesis kesamaan rata-rata antar kelompok (> 2 kelompok), apakah rata-rata antar sampel berbeda secara signifikan atau tidak; dengan tingkat kepercayaan = 0,01, di mana apabila diperoleh > 0,01 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna sebaliknya bila < 0,01 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. 2. Uji Tukey1% merupakan uji kelanjutan dari uji ANOVA, digunakan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan dalam penelitian. 3. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dosis kunyit dengan perlakuan (penurunan jumlah cell swelling dan pyramidal edema).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim,

2007.

Kunyit

Sahabat

Dekat

Penghakus

kulit.

http://www.darfaherba.blogspot.com.html. Bangun, Panji Asmara, 2007. Kunyit Sikuning yang Kaya Akan Manfaat. http://www.jossuke.wordpress.com.htm Dalimartha, S., 1993, Atlas Tumbuhan Indonesia, Jilid III, Trubus Agriwidya, Jakarta. Meyanto, Edy., 1999, Kurkumin Sebagai Obat Kangker. http://

www.groups.yahoo.com.htm. Mustchler, A.,1991, Dinamika Obat, Edisi V, Diterjemahkan Mathilda, BM. Dan Ana, SR., Institut Teknologi Bandung, Bandung. Nugroho, E.A., 2002, Pentunjuk Praktikum Farmakologi, Edisi XIII, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Robinson, 1995, Kimia Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB, Bandung. Spector, W. dan Spector, T. 1993, Pengantar Patologi Umum, BabII, Edisi III, Diterjemahkan Oleh Sutjipto, NS, Harsoyo, Hana, Astuti, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Vacher, I., Aubert-Gold, Marullaz-Duchene, 1994, Anti-Inflammatory Activity of the delta 1 : 2 : 4 Triazoline Derivates, in Grattini S., Dukes, M.N.G, International Symposium on Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs, Proceeding of an International Symposium International Congress Series no. 82, 299, Experta Medica Foundation, Amsterdam.

Widyaningsih, Wahyu,dkk, 2007, Petunjuk Praktikum Farmakologi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

BAB IV ETIKA PENELITIAN


Peneliti bertanggung jawab terhadap semua penggunaan hewan coba sejak hewan coba dipesan, transportasi, diberi perlakuan bahkan setelah hewan coba tersebut sudah tidak diperlukan lagi.

Tidak sembarangan dalam penggunaan hewan coba agar tidak terjadi hal-hal yang tidak memenuhi prinsip animal welfare yang juga akan berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut. Prinsip animal welfare pada hewan coba : 1. Bebas dari rasa lapar dan haus 2. Bebas dari rasa sakit dan penyakit 3. Bebas dari rasa takut dan tertekan 4. Bebas dari ketidaknyamanan 5. Bebas dalam mengekspresikan perilakunya

SURAT PERYATAAN

Bismillahirrahmanirrahim, Dengan menyebutb nama Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa Yang bertanda tangan dibawah ini saya:

Nama Nim

: Muhamad Ibrahim Sengadji : 201010330311154

Menyatakan dengan sesungguhnya usulan proposal berupa ide, judul maupun isi dari proposal yang dibuat merupakan hasil pemikiran diri sendiri (non plagiatisme) dan hasil dari tugas (pekerjaan) yang saya lakukan sendiri. Jika usulan proposal saya terbukti bersifat plagiatisme saya bersedia menerima sangsi yang harus saya terima. Demikian surat peryataan saya, Ttd

(Muhamad Ibrahim Sengadji)

You might also like