You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME

Disusun oleh Nama Anggota Kelompok 3 :

1. Indah Octaviasari 2. Nur Qomariyah 3. Achmad Maulana 4. Ummi Salmah

(103654019) (103654020) (103654025) (103654040)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS 2012

LAPORAN PRAKTIKUM

A. Judul Percobaan
Penentuan Kadar Glukosa Darah

B. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan kadar gula pereduksi (glukosa) dalam darah dengan metode spektrofotometri.

C. Kajian Teori
Darah merupakan cairan yang berwarna merah dan agak kental yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan selsel di dalam tubuh kita. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan yang

oleh hemoglobin, protein

pernapasan (respiratory

protein)

mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Komponen kimia darah sangat kompleks karena darah membawa sejumlah besar nutrien metabolik, produk buangan dari ion anorganik. Bagian cairan dalam darah disebut dengan plasma darah yang terdiri dari 90% H2O dan 10 % komponen terlarut. Salah satu komponen organik non protein utama dalam plasma darah adalah glukosa, yang memiliki kisaran normal 70-90 mg/100 mL. Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan hasil fotosintesis pada tumbuhan dan beberapa prokariota serta awal bagi respirasi. Glukosa juga terbentuk dalam hati dan otot rangka dari pemecahan simpanan glikogen (polimer glukosa) serta disintesis dalam hati dan ginjal dari zat antara melalui proses yang disebut

glukoneogenesis. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Wikipedia, 2007). Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah (Poedjiadi 1994). Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal maka sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Seseorang yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula darah (hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine (Achjadi 2003). Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994). Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi maupun secara enzimatik. Prisip penentuannya didasari pada kemampuan glukosa untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+ atau Fe(CN)63-. Penentuan glukosa secara reaksi reduksi kurang spesifik dibanding cara enzimatik, terutama bila dalam darah terdapat bahan yang dapat mereduksi misalnya kreatinin, asam urat dan gula-gula lain selain glukosa (manosa, galaktosa dan laktosa) yang akan memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi daripada kadar glukosa yang sebenarnya. Sebagai pedoman dapat diperkirakan bahwa hasil penentuan glukosa secara reduksi akan memberikan hasil 3,6 -10,8 mg % lebih tinggi daripada cara enzimatik. Perbedaan ini akan lebih besar lagi bila terdapat peningkatan kreatinin dan asam urat (Suryohudoyo & Purnomo 1996).

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglisemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang

berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf (Wikipedia, 2007). Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butirbutir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliogenosis, yang mengurangi level gula darah. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan ("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah (Wikipedia, 2007). ABSORBANSI Menghitung absorbansi larutan Jika kita membaca bagian tentang bagaimana spektrometer serapan bekerja, kita akan mengetahui bahwa serangkaian panjang gelombang sinar akan melewati suatu larutan (sel sampel) dan wadah lain yang identik yang hanya berisi pelarut (sel pembanding/referens).

Untuk tiap panjang gelombang sinar yang melewati spektrometer, intensitas sinar yang melewati sel pembanding dihitung. Biasanya disebut sebagai Io dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang sama disimbolkan I. Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel menyerap sejumlah sinar. Selanjutnya perhitungan sederhana dilakukan oleh komputer untuk mengubahnya menjadi apa yang disebut dengan absorbansi dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang sama disimbolkan dengan A. Umumnya berdasarkan diagram di atas, kita akan mendapatkan absorbansi berkisar dari 0 hingga 1, tetapi dapat pula lebih tinggi dari itu. Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap. Intensitas berkas sampel dan pembanding sama, jadi perbandingan Io/I adalah 1. Log10 dari satu adalah nol. Absorbansi 1 terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang diserap 10 % lainnya tidak diserap. Dalam hal ini, Io/I is 100/I0 (=10) dan log10 of 10 adalah 1. Absorbansi tidak cocok dipakai untuk membuat perbandingan. Pentingnya konsentrasi Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar. Bayangkan kita memiliki zat warna organik yang kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Seandainya kita ingin membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, namun kita tidak mengetahui konsentrasinya, maka kita tidak akan dapat membuat perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak.

Pentingnya bentuk wadah Seandainya sekarang kita memiliki larutan zat warna yang sangat encer dalam wadah yang berbentuk tabung sedemikian sehingga yang dilewati sinar panjangnya 1cm. Absorbansi tidak akan terlalu tinggi. Selain itu, seandainya kita melewatkan sinar melalui tabung sepanjang 100 cm yang berisi larutan yang sama. Sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul. Sekali lagi, jika kita ingin membandingkan diantara larutan yang ada, kita juga harus

memperhatikan panjang larutan yang dilalui sinar. Konsentrasi dan panjang larutan menjadi pertimbangan dalam hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert Kita akan mendapatkan berbagai simbol untuk beberapa istilah dalam persamaan khususnya untuk konsentrasi dan panjang larutan. Kita dapat menggunakan bentuk yang mudah dimengerti dimana konsentrasi larutan adalah "C" dan panjang adalah "l". Kita seharusnya mengenali bagian kiri persamaan seperti pada definisi absorbansi, A. Kita juga mendapatkan persamaan yang menyatakan A = k x C x l . Ini lebih mudah diingat daripada yang sebelumnya, tetapi anda harus tetap memahami persamaan untuk absorbansi. Huruf Yunani epsilon dalam persamaan ini disebut absorptivitas molar atau kadang-kadang disebut dengan koefisien absorpsi molar. Absorptivitas molar Ingat bahwa absorbansi larutan akan bervariasi berdasarkan konsentrasi atau ukuran wadah. Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan konsentrasi dan panjang larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini memberikan nilai absorbansi standar sinar berjalan sepanjang 1 cm melewati larutan 1 mol dm-3. Hal ini artinya bahwa kita dapat membandingkan antara satu senyawa dengan senyawa lainnya tanpa mengkhawatirkan pengaruh konsentrasi dan panjang larutan. Nilai absorptivitas molar dapat bervariasi. Contohnya, etanal memiliki dua puncak serapan dalam spektrum UV-tampak keduanya dalam spektrum

ultra-violet. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi elektron dari pasangan bebas pada oksigen ke orbital pi anti-ikatan; atau dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-ikatan. Tabel berikut memberikan nilai absorptivitas molar larutan etanal dalam heksana. Ingat bahwa absorptivitas tidak memiliki satuan. Hal ini sudah umum. Jika anda menginginkan adanya satuan, misalnya panjang dalam cm dan konsentrasi dalam mol dm-3, maka satuan absorptivitas adalah mol-1 dm3 cm-1.
Lompatan Elektron dari pasangan bebas ke orbital pi anti-ikatan dari orbital pi ikatan ke pi anti-ikatan Panjang gelombang serapan maksimum (nm) Absorptivitas Molar

290

15

180

10000

Etanal menyerap lebih kuat pada 180 nm daripada 290 nm. (meskipun faktanya puncak serapan 180 nm berada di luar jangkauan sebagaian besar alat spektrometer). Kita dapat melihat diagram spektra serapan yaitu plot antara absorptivitas pada sumbu vertikal terhadap absorbansi. Akan tetapi, jika kita menggambarkan dan membuat skalanya, anda tidak akan

mendapatkan titik 290 nm. Titik tersebut hanyalah puncak yang kecil dibandingkan pada 180 nm. Untuk mendapatkannya, kita buat diagram dengan sumbu vertikal diplot sebagai log10 (absorptivitas molar). Larutan ini diukur absorbansinya yang panjang gelombang maksimumnya yaitu 660 nm. Dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer konsentrasi glukosa dalam darah dapat ditentukan. Hukum Beer Lambert berbunyi: ''jika sebuah berkas cahaya dilewatkan ke larutan maka ada sebagian cahaya yang akan di serap, ada yang dilewatkan serta sebagian kecil yang dipantulkan''.

Rumusnya sebagai berikut: A= k C l dimana : A = absorbansi (serapan cahaya) k = koefisien ekstingsi molar larutan l = tebal kuvet C = konsentrasi sampel

Gambar 1 proses absorbansi

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasinya. Dapat disimpulkan jika konsentrasi suatu zat
bertambah, maka nilai absorbansi akan bertambah.

Konsentrasi glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 mL . Keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/100 mL disebut hipeglisemia sedangkan diatas 90mg/ 100 mL disebut hiperglisemia.

D.

Rancangan Percobaan
1. Gambar rangkaian

2.

Alat dan bahan a. b. c. d. e. f. g. h. Spektronik 20 dengan panjang gelombang 660 nm Peralatan gelas Sentrifuse Larutan Ba(OH)2 Larutan Standart glukosa Pereaksi arsenomolibdat Larutan Cu alkalis Larutan ZnSO4. 7 H2O 1 buah 1 buah

3.

Sifat fisika dan kimia bahan a. b. Sifat fisik Sifat Kimia

4.

Langkah-langkah percobaan A. Deproteinasi Filtrat Darah 1. Mengambil 0,1 mL darah, memasukkan ke dalam tabung sentrifuse yang telah berisi 1,90 mL aquades, mencampurkan dengan baik (menggunakan pengaduk) 2. Menambahkan 1.50 mL Ba(OH)2 0,3 N ke dalam tabung tersebut kemudian aduk baik hingga merata. 3. Menambahkan 1.5 mL ZnSO4 5%, mencampurkan dengan baik dan biarkan selama 5 menit. 4. Sentrifuse selama 30 menit. 5. Melakukan dekantasi dan filtratnya merupakan filtrat darah bebas protein (bila dilakukan pengenceran maka harus diperhitungkan dalam perhitungan) 6. Filtrat siap diuji selanjutnya

B. Penentuan Kadar Glukosa Darah 1) Pipet 1,0 mL filtrat darah bebas protein kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 1 mL pereaksi Cu alkalis. 2) Memasukkan ke dalam air mendidih selam 20 menit, kemudian memasukkan ke dalam air dingin. 3) Menambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata. 4) Membaca absorbansinya dengan alat spektronik pada 20 pada panjang gelombang 660 nm. C. Pembuatan Kurva Standart 1. Pipet masing-masing 1,0 mL larutan glukosa dengan konsentrasi 0,01 mg/ mL ; 0,02mg/ mL ; 0,03 mg/ mL ; 0,04 mg/ mL ; 0,05 mg/ mL masukkan ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis. 2. Memasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit kemudian memasukkan ke dalam air dingin. 3. Menambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata. 4. Membaca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm. D. Larutan Blanko 1. Pipet masing-masing 1,0 mL aquades masukkan ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis. 2. Memasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit kemudian memasukkan ke dalam air dingin . 3. Menambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata. 4. Membaca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm.

E.

Hasil Pengamatan

1) Deprotelnasi Filtrat Darah Hasil Pengamatan No Bahan Perlakuan Sebelum 1 0,1 ml darah Darah + aquades Darah + aquades + ZnSO4 Ditambah 1,9 ml aquades Ditambahkan 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N Menambahkan 1,5 ZnSO4 5% dan membiarkan selama 5 menit Larutan disentrifuse selama 30 menit Darah: merah Aquades: tidak berwarna (bening) Ba(OH)2: putih ZnSO4: tidak berwarna Larutan berwarna merah (+) Larutan berwarna merah kecoklatan (+) Larutan tidak berwarna dan terbentuk endapan merah kecoklatan Sesudah Larutan berwarna Merah (++) Larutan berwarna merah (+) Larutan berwarna merah kecoklatan (+) Larutan tidak berwarna dan terbentuk endapan merah kecoklatan Filtrat: bening Residu: merah

didekantasi

2) Penentuan Kadar Glukosa Darah Hasil Pengamatan No Bahan Perlakuan Sebelum Filtrat darah bebas 0,1 ml filtrat protein: tidak darah bebas Ditambah 1 ml Cu alkalis berwarna protein Cu Alkalis: biru (+++) filtrat darah Dimasukkan kedalam air bebas mendidih selama 20 Biru muda protein + Cu menit kemudian alkalis dimasukkan kedalam air Sesudah

Larutan berwarna Biru muda

Larutan berwarna biru muda keruh

dingin filtrat darah bebas Ditambah 1 ml pereaksi protein + Cu arsenomolibdat alkalis 5. Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm Arsenomolibdat: hijau Larutan berwarna biru muda keruh Larutan berwarna hijau

3) Pembuatan Kurva Standart

Hasil Pengamatan No Bahan Perlakuan Sebelum 1 ml larutan glukosa 0.01 mg/ml Glukosa : tidak berwarna Ditambah 1 ml Cu alkalis Cu alkalis : biru +++ Dimasukkan kedalam air mendidih selama 20 menit kemudian dimasukkan kedalam air dingin Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm 2 1 ml larutan glukosa 0.02 mg/ml Glukosa : tidak berwarna Ditambah 1 ml Cu alkalis Cu alkalis : biru +++ Dimasukkan kedalam air mendidih selama 20 menit kemudian dimasukkan kedalam air dingin Larutan berwarna biru muda Sesudah Larutan berwarna biru muda - Larutan berwarna biru muda -keruh -cair

Larutan berwarna biru muda

Arsenomolibdat : hijau

Larutan berwarna kuning kehijauan

Larutan berwarna biru muda

-Larutan berwarna biru muda -keruh -cair

Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm 3. 1 ml larutan glukosa 0.03 mg/ml

Arsenomolibdat : hijau

Larutan berwarna hijau tua

Glukosa : tidak berwarna Ditambah 1 ml Cu alkalis Cu alkalis : biru +++ Dimasukkan kedalam air mendidih selama 20 Larutan berwarna menit kemudian biru muda dimasukkan kedalam air dingin Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm Arsenomolibdat : hijau

Larutan berwarna biru muda -Larutan berwarna biru pekat -padat

Larutan berwarna hijau tua

4.

1 ml larutan glukosa 0.04 mg/ml

Glukosa : tidak berwarna Ditambah 1 ml Cu alkalis Cu alkalis : biru +++ Dimasukkan kedalam air mendidih selama 20 Larutan berwarna menit kemudian biru muda dimasukkan kedalam air dingin Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm Arsenomolibdat : hijau

Larutan berwarna biru muda dan ada endapan

- Larutan berwarna biru pekat (++)

Larutan berwarna hijau tua

5.

1 ml larutan glukosa 0.04 mg/ml

Glukosa : tidak berwarna Ditambah 1 ml Cu alkalis Cu alkalis : biru +++ Dimasukkan kedalam air Larutan berwarna mendidih selama 20 biru muda menit kemudian

Larutan berwarna biru muda - Larutan berwarna biru pekat + padat

dimasukkan kedalam air dingin Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm Arsenomolibdat : hijau Larutan berwarna hijau tua

4) Larutan Blanko Hasil Pengamatan No Bahan Perlakuan Sebelum 1 Cu alkalis : biru 1 ml aquades Ditambah 1 ml Cu alkalis +++ Dimasukkan kedalam air mendidih selama 20 menit kemudian dimasukkan kedalam air dingin Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat Dibaca absorbansinya dengan spektronik 20 660 nm Sesudah Larutan berwarna biru pudar

Larutan berwarna biru pudar Arsenomolibdat : hijau Larutan berwarna biru pudar

Larutan berwarna biru pudar

Larutan berwarna hijau

F.

Analisis Data
1) Deprotenasi filtrat darah Pada percobaan ini, yang dilakukan adalah mengambil 0,1 ml darah dan memasukkannya kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1,9 ml akuades, dan diaduk sampai tercampur. Fungsi penambahan akuades adalah untuk mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades. Albumin adalah protein yang larut dalam air serta terkoagulasi (menggumpal) jika terpapar oleh panas. Darah yang

sebelumnnya berwarna merah pekat (++++) berubah warna menjadi merah (++) setelah bercampur dengan akuades. Setelah itu ditambahkan 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N dan diaduk sampai merata. Penambahan Ba(OH)2 menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah (+). Penambahan Ba(OH)2 bertujuan untuk menendapkan albumin yang terlarut dalam air. Kemudian ditambahkan 1,5 ml ZnSO4 5% dan didiamkan selama 5 menit. Setelah didiamkan larutan menjadi merah kecoklatan (+). ZnSO4 sendiri berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2. Setelah itu tabung dimasukkan dalam sentrifuse selama 30 menit agar terjadi endapan albumin secara sempurna untuk bisa diambil filtrate darah bebas protein. Setelah

dikeluarkan dari sentrifus, hasilnya adalah terdapat 2 lapisan, lapisan atas tidak berwarna (bening) dan pada lapisan bawah terbentuk endapan

merah kecoklatan. Bagian yang berwarna bening tersebut merupakan filtrate darah bebas protein sedangkan endapan merah kecoklatan merupakan bagian darah yang mengandung protein (residu). Filtrate

dipisahkan dari residu dengan cara didekantasi. Jadi, filtrat yang dihasilkan berupa cairan berwarna jernih, dan residunya berwarna merah kecoklatan. 2) Penentuan kadar glukosa darah Pada percobaan ini, yang dilakukan adalah mengambil 1,0 filtrat darah yang bebas protein dan memasukkannya pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis yang berwarna biru (+++). Setelah penambahan Cu alkalis larutan akan berwarna biru muda. Penambahan pereaksi Cu alkalis adalah sebagai oksidator (Cu akan direduksi oleh glukosa darah). Cu memiliki sifat oksidator kuat. Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit, pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Setelah dipanaskan dan didinginkan, larutan ditambah 1,0 pereaksi arsenomoblidat. Penambahan ini menyebabkan larutan berwarna hijau. Langkah terakhir adalah memasukkan sampel larutan kedalam alat

spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat sebesar 0,746. 3) Penentuan kurva standart a. Larutan glukosa dengan konsentrasi 0,01 mg/mL (Tabung reaksi 1 ): Langkah yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL glukosa dengan konsentrasi 0,01 mg/mL dengan pipet dan dimasukkan dalam

tabung reaksi 1. Kemudian ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis pada tabung reaksi tersebut. Setelah ditambahkan Cu alkalis, larutan menjadi berwarna biru muda (cair). Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Kemudian dipanaskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan 1,0 ml pereaksi arsenomoblidat.

Penambahan arsenomolibdat menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning kehijauan. Sampel larutan tersebut dimasukkan

kedalam alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat adalah: 0,396 b. Larutan glukosa dengan konsentrasi 0,02 mg/mL (Tabung reaksi 2 ): Langkah yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL glukosa dengan konsentrasi 0,02 mg/mL dengan pipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi 2. Kemudian ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis pada tabung reaksi tersebut. Setelah ditambahkan Cu alkalis, larutan menjadi berwarna biru muda (cair). Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Kemudian dipanaskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan 1,0 ml pereaksi arsenomoblidat.

Penambahan arsenomolibdat menyebabkan larutan berubah warna menjadi hijau tua. Sampel larutan tersebut dimasukkan kedalam alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat adalah: 0,508

c. Larutan glukosa dengan konsentrasi 0,03 mg/mL (Tabung reaksi 3 ): Langkah yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL glukosa dengan konsentrasi 0,01 mg/mL degan pipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi 3. Kemudian ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis pada tabung reaksi tersebut. Setelah ditambahkan Cu alkalis, larutan menjadi berwarna biru pekat (padat). Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Kemudian dipanaskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan 1,0 ml pereaksi arsenomoblidat.

Penambahan arsenomolibdat menyebabkan larutan berubah warna menjadi hijau tua. Sampel larutan tersebut dimasukkan kedalam alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat adalah: 0,675. d. Larutan glukosa dengan konsentrasi 0,04 mg/mL (Tabung reaksi 4 ): Langkah yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL glukosa dengan konsentrasi 0,04 mg/mL degan pipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi 4. Kemudian ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis pada tabung reaksi tersebut. Setelah ditambahkan Cu alkalis, larutan menjadi berwarna biru pekat (++). Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Kemudian dipanaskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan 1,0 ml pereaksi arsenomoblidat.

Penambahan arsenomolibdat menyebabkan larutan berubah warna menjadi hijau tua. Sampel larutan tersebut dimasukkan kedalam alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat adalah: 0,730. e. Larutan glukosa dengan konsentrasi 0,05 mg/mL (Tabung reaksi 5 ): Langkah yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL glukosa dengan konsentrasi 0,05 mg/mL degan pipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi 5. Kemudian ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis pada tabung reaksi tersebut. Setelah ditambahkan Cu alkalis, larutan

menjadi berwarna biru pekat + (padat). Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Kemudian dipanaskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan 1,0 ml pereaksi

arsenomoblidat. Penambahan arsenomolibdat menyebabkan larutan berubah warna menjadi hijau tua. Sampel larutan tersebut

dimasukkan kedalam alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat adalah: 0,838. 4) Larutan Blanko Pada percobaan ini yang dilakukan adalah memipet 1,0 ml akuades dan memasukkannya pada tabung reaksi dan ditambahkan 1,0 mL pereaksi Cu alkalis. Setelah ditambahkan Cu alkalis, larutan menjadi berwarna biru pudar. Larutan kemudian dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Kemudian dipanaskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan 1,0 ml pereaksi arsenomoblidat.

Penambahan arsenomolibdat menyebabkan larutan berubah warna menjadi hijau . Sampel larutan tersebut dimasukkan kedalam alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Absorbansi yang didapat adalah: 0,297.

5)

Penentuan Kadar Glukosa Darah

Tabel Absorbansi Vs Konsentrasi Konsentrasi (C) 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 Absorbansi (A) 0.297 0.396 0.508 0.675 0.730 0.838

Grafik absorbansi yang diperoleh berdasarkan data di atas adalah:

Kurva Absorbansi Vs Konsentrasi


0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 aquades 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.297 0.396 0.508 konsentrasi Absorbansi (A) 0.675 0.73 0.838

Dari hasil praktikum kami diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut : 0,01 mg/ml; 0,02 mg/ml; 0,03 mg/ml; 0,04 mg/ml; 0,05 mg/ml. Didapatkan nilai absorbansi secara berurutan 0,396; 0,508; 0,675; 0,730; dan 0,838. Hasil tersebut sudah sesuai dengan teori, semakin tinggi konsentraasi maka nilai absorbansinya semakin besar. Untuk penentuan kadar glukosa darah didapatkan nilai absorbansi 0,746. Angka ini hampir sama dengan nilai absorbansi pada glukosa konsentrasi 0,04 mg/ml, yaitu sebesar 00,730

G. Diskusi
Pada percobaan deprotelnasi filtrat darah, ketika Ba(OH)2 dimasukkan ke dalam larutan, larutan berubah menjadi warna merah (+). Hal ini disebabkan kadar protein yang terkandung dalam darah sangat kecil sehingga pada saat ditambahkan 1 ml Ba(OH)2 larutan tidak berubah menjadi coklat teh tetapi berwarna merah (+). Dengan demikian pada saat di tambahkan Zn(SO)4 dan disentrifuse yang terjadi adalah endapan merah bukan endapan hijau.

Kadar normal glukosa dalam darah adalah70-90 mg/100mL, sedangkan Kadar glukosa dalam darah yang kami gunakan adalah 68,9 mg/100mL (dalam 100 mL darah). Hal ini menunjukkan

bahwa pemilik darah tersebut menderita hipoglisemia, atau kadar glukosa dibawah 90 mg/ 100mL. Hal ini disebabkan karena pemilik darah tidak makan lebih dari dua jam sebelum praktikum. Kadar glukosa darah turun karena dalam tubuh tidak terjadi proses metabolisme glukosa.

H.

Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan penentuan kadar glukosa dalam darah adalah: 1. Penentuan kadar glukosa dalam darah dapat dilakukan dengan analisis menggunakan alat spektronik-20. 2. Kadar glukosa dalam darah yang diuji adalah 68,9 mg/100ml. Yang menunjukkan bahwa pada pemilik darah berada pada level hipoglisemia (keadaan dimana glukosa berada dibawah mg/100mL). 3. Hasil absorbansi dari larutan standar yang didapat sesuai dengan hukum lambert-Beer. Absorbansi yang didapat berbanding lurus dengan konsentrasi. 90

I.

Daftar Pustaka
[Anonim]. 2007. Hukum Beer-Lambert. http://www.chem-is-try.org, diakses di Surabaya, tanggal 21 April 2012 pukul 21.03 WIB. [Anonim]. 2012. Modul Praktikum Metabolisme. Program Studi Pendidikan Sains Unesa. Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press : Jakarta

Girindra A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor : IPB http://darmaqua.blogspot.com/2008/04/penentuan -kadar-glukosa-dalam-

darah.html, diakses di Surabaya, tanggal 21 April 2012 pukul 21.17 WIB. http://pengawuran.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-menentukankadar.html, diakses di Surabaya, tanggal 21 April 2012 pukul 20.57 WIB.

You might also like