You are on page 1of 18

BEDAH MULUT DAN REHABILITASI RONGGA MULUT LANSIA Skenario Pasien wanita 78 tahun, ingin buat gigi tiruan

n yang nyaman dipakai, tidak longgar, ingin warna gigi yang putih dan sempurna, pernah pakai Gigi Tiruan Rahang Atas tapi lupa simpan dimana, 23 sisa akar dengan diagnosa periodontitis kronis, tidak terdukung tulang alveolar. Ada benjolan di palatal, ditekan tidak sakit, simetris, dan bergerombol 4, diameter 4 mm. Rahang Bawah edentulous 38,37,36,35,31,48,47,46,41. Tekanan darah 215/116. Kata kunci wanita 78 tahun ingin buat gigi tiruan yang nyaman dipakai, tidak longgar, ingin warna gigi yang putih dan sempurna pernah pakai Gigi Tiruan RA 23 sisa akar dan periodontitis kronis tidak terdukung tulang alveolar benjolan di palatal, ditekan tidak sakit, simetris, dan bergerombol 4, diameter 4 mm RB edentulous 38,37,36,35,31,48,47,46,41 Tekanan darah 215/116.

Pertanyaan penting 1. Jelaskan tekanan darah normal pada lansia? 2. Bagaimana kondisi kejiwaan seseorang yang mengalami penuaan? 3. Sebutkan jenis-jenis benjolan yang terjadi di palatal? 4. Apa yang menyebabkan terjadinya benjolan pada palatal dan apa hubungannya dengan GT? 5. Apa diagnosis pada kasus? 6. Jelaskan prognosis pada kasus? 7. Jelaskan persiapan yang dilakukan sebelum melakukan perawatan pada lansia? 8. Jelaskan perawatan yang dilakukan pada gigi 23? 9. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan bedah mulut pada lansia?

10. Bedah prostetik apa yang dibutuhkan pada scenario untuk mendukung pembuatan GT? 11. Sebutkan macam-macam GT yang dapat dibuat pada lansia, dan jelaskan indikasi dan kontraindikasinya? 12. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain GT? 13. Desain GT apa yang sesuai kasus di scenario? Jawaban 1. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008). a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam Rohaendi (2008): 1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg. 2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg 3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari: Tekanan sistolik: 1) < 119 mmHg : Normal

2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi 3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1 4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2 Tekanan diastolik 1) < 79 mmHg : Normal 2) 80-89 mmHg : pra hipertensi 3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1 4) >100mmHg : hipertensi derajat 2 Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg) Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg) Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg) Stadium 4: hipertensi sangat berat ( >210 mmHg >120 mmHg) 2. Kondisi kejiwaan pada lansia klasifikasi kejiwaan pada lansia menurut M.M House yang dikutip dari buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan, membagi kejiwaan lansia dalam 4 kategori sebagai berikut: a) Philosophical Mind Sifat orang pada kelompok ini biasa nya rasional, tenang dan seimbang. Ia berkeyakinan penuh pada kemampuan dokter gigi. Prognosis pada penderita ini baik, dan pada umumnya hanya membutuhkan sedikit perlakuan khusus. Sebagian besar pasien termasuk dalam kelompok ini. b) Exacting or Critical Mind Hidup orang dari kelompok ini serba teratur, terlalu berhati-hati,ingin segala sesuatu secara teratur dan kadang kesehatan umumnya kurang baik. Untuk segi estetik dan protesa yang dipakai, golongan ini mengharap terlalu banyak. Mereka sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan mungkin inginturut mengatur perawatan.pada kelompok ini, prognosis bisa baik bila tendensi ingin sempurna dan juga sikap kritisnya sepadan dengan pengertiannya . pada pasien seperti ini, dokter gigi harus mampu menunjukkan bahwa ia memang mampu merawat dirinya dengan cermat dan teliti. c) Hysterical Mind

Sikap dan tingkah laku pada kelompok ini biasanya gugup, selain tidak memperhatikan kesehatan mulutnya sendiri. Pada umumnya, pengambilan ke[putusan relative meragukan. Selain tidak koperatif, mereka juga sulit menerima alasan. Pribadi dan kemampuan dokter gigi dalam meyakinkan pasiennya sangat berperan. Pasien sering mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya. d) Indifferent Mind Penderita pada kelompok ini, tidak peduli pada penampilannya dan tidak merasa pentingnya masalah mastikasi. Mereka biasanya tidak ulet dan biasanya tidak mau merepitkan dirinya sendiri dalam pemakaian protesa. Dietnya biasa buruk. Prognosis perawatannya biasanyab tidak menguntungkan. 3. Benjolan yang terjadi di palatal Eksostosis Torus Palatinus Eksostosis oni terlokalisir pada bagian tengah palatum keras dan penyebabnya belum diketahui. Secara klinis, tampak tonjolan tulang yang asimptomatik yang ditutupi oleh mukosa oral. Ukuran dan bentuknya bervariasi mulai dari eksostosis tunggal yang mempunyai ciri tertentu, multilokuler, bosselated, sampai pada bentuk iregular.umumnya tidak membutuhkan terapi khusus kecuali pada pasien yang membutuhkan perawatan prostetik, dan pada pasien yang terganggu dengan adanya eksostosis tersebut. Papillary hiperplasia pada palatum Merupakan kondisi patologis terlokalisir yang terjadi pada palatum yang jarang terjadi. Umumnya terjadi pada pasien yang edentulous yang menggunakan gigitiruan dalam waktu yang lama dan mungkin karena inflamasi hiperplasia mukosa karena adanya iritasi lokal kronis. Lesi juga dapat terjadi pada pasien bergigi, terjadi karena iritasi mekanis dan termal dari makanan, merokok, dan lain-lain. Secara klinis, berupa nodulus hiperplastik multifocal pada mukosa palatum diantara daerah tempat makanan terakumulasi, sehingga memungkinkan terjadinya inflamasi. Perawatannya berupa bedah dengan menghilangkan lesi menggunakan scalpel. Tumor

Osteoma Merupakan tulang odontogenik jinak yang terdiri dari tulang matur,

compact, cancellous dan paling umum ditemukan pada mandibula. Dapat terjadi pada pria dan wanita dan biasanya pada usia dewasa muda. Tanda klinis osteoma : o Dapat muncul pada permukaan tulang dari periosteum atau dari tulang sendiri yang disebut peripheral osteomas o Berupa tulang cancellous atau kompak o Terjadi dimanapun pada maksila (palatum keras dan maksilaris) , mandibula (umumnya pada sudut mandibula) o Merupakan massa tulang yang keras, berkembang lambat, asimptomatik, yang menyebabkan asimetris dari tulang yang terkena ketika membesar sampai proporsi yang cukup, o Dapat menyebabkan ekspansi lokal pada rahang ketika membesar Kista Median Palatal Cyst Merupakan kista fisura yang jarang terjadi, yang secara teori berkembang dari epitelium yang terperangkap sepanjang garis emrionik pada saat fusi susunan palatal pada maksila. Oleh karena itu sulit dibedakan dengan nasopalatine duct cyst. Nasopalatine duct cyst Merupakan kista nonodontegenik oaling umum pada pada kavitas oral. Gejala umum terjadi pembengkakan pada palatum daerah anterior, rasa sakit dan drainase. Hiperplasia palatal Kondisi reaktif ini merupakan hasil dari pergerakan dan kehilangan kontak dari dasar gigitiruan rahang atas pada epitelium palatal dan jaringan konektif dasar. Tanda klinis berupa proyeksi papila kecil yang banyak,tampak cobblestones, area permukaan hiperplasia dengan bentuk seperti potongan bercelah diantara blok-blok dari mukosa hiperplastik yang sering terlihat dibawah gigi tiruan sebagian.

Leaf Fibroma Lesi ini merupakan hasil dari iritasi friksional kronik dari jaringan lunak palatal karena pergerakan atau tidak regularnya coverage dari gigi tiruan rahang atas. Apabila tidak ditutupi gigitiruan, maka akan berkembang sebagai pembengkakakn bulat eksofitik non-ulcerated, tetapi karena posisinya, makanya bentuknya datar seperti daun. Probing dengan lembut sering dapat menyebabkan hilangnya perlekatan pada kubah dan kemudian bergelantung pada perlekatannya yang sangat tipis dan nyata.

Flabby ridges Tepi kendur merupakan hasil dari pergatian fibrous dari tepi tulang. Hal ini paling sering ditemukan pada segmen anterior rahang atastempat gigitiruan penuh rahang atas berlawanan dengan gigi alamiah rahang bawah tetapi dengan sadel free end tidak diimbangi dengan gigi tiruan sebagian rahang bawah. Hasil aksi tipping yang disebabkan oleh aksi mengunyah protrusif menghasilkan resorbsi tulang dan pergantian fibrous dari tepi.terpi tersebut menjadi goyang dengan berlebihan menggambarkan kurangnya dasar dari jaringan keras.

Hyperplasia fibrosa Hyperplasia ini mengalami keradangan dan linger yang kendur merupakan akibat dari cedera oleh karena pemakaian protesa ditambah resorpsi tulang, baik patologis maupun fisiologis. Lesi hiperplastik berkembang didekat pinggiran protesa dan berbentuk sebagai mukosa yang panjang, mengandung jaringan fibrosa atau sikratik atau jaringan parut dan kadang-kadang mengalami ulserasi.

4. Penyebab terjadinya benjolan 5. Diagnosis pada scenario Benjolan yang terjadi di palatal diagnosisnya adalah torus sedangkan diagnosis bandingnya hyperplasia pada palatum Sedangkan untuk RB didiagnosis kelas I modifikasi IA kennedy 6. Prognosis pada kasus Prognosis pada kasus adalah kurang baik karena

7. Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan perawatan pada lansia 8. Perawatan pada gigi 23 9. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan bedah mulut pada lansia Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Memang ada pula kekecualian dalam hal ini, umpamanya ekstraksi perlu ditangguhkan sampai dapat dilakukan pembuatan geligi tiruan imidiat. Dengan cara ini, protesa dimanfaatkan sebagai perlindungan luka sampai sembuh, sehingga membantu mencegah resoprsi tulang berlebihan. Prosedur bedah ini harus diselesaikan jauh sebelum pembuatan protesa dilakukan, supaya penyembuhan optimal bisa tercapai. Pembentukan kembali jaringan bekas ekstraksi biasanya berlangsung cepat untuk periode 4-5 bulan pertama dan kemudian berlangsung lebih lambat. Setelah jangka waktu 10-12 bulan, residual ridge umumnya dianggap sudah stabil. Makin lama jarak antara pembedahan dan prosedur pencetakan, penyembuhan luka makin mantap, sehingga jaringan pendukung protesa jadi semakin stabil pula. Setiap gigi yang masih tinggal hendaknya dievaluasi secara cermat dan diteliti apakah mungkin dipakai sebagai gigi penahan. Sedapat mungkin gigi tetap dipertahankan supaya tulang alveolar bisa lebih awet. Gigi yang rusak, tinggal sisa akar atau impaksi dicabut jauh sebelum geligi tiruan dibuat, kecuali bila tindakan bedah ini akan menimbulkan keadaan patologik. Kista, tumor dan keadaan patologik lain yang ditemukan pada foto Rontgen harus diperiksa, didiagnosis, dan dirawat. Exostosis dan tori yang mengganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara bedah, bila tidak dapat lagi diatasi dengan cara non-bedah. Pembuangan bagian ini tergantung pada ukuran, lokasi dalam kaitan dengan protesa yang akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar. Bila dukungan berasal dari gigi (tooth borne support), pembedahan jarang dilakukan karena gaya yang menggerakkan protesa pada saat fungsi terbatas. Tetapi pada geligi tiruan dukungan jaringan, tori yang terletak pada bagian distal harus dibuang, khususnya bila residual ridge memberikan dukungan minim. Pada kasus

seperti ini, pergerakan fungsional bagian posterior geligi tiruan akan menyebabkan trauma pada mukosa yang menutupi tori. Jaringan hiperplastik yang mengganggu desain dan stabilitas, termasuk pembesaran tuberositas, mukosa kendur, papillomatoses palatal atau epulis fissuratum. Frenulum labialis atas dan lingualis bawah mungkin paling sering menimbulkan gangguan pada desain geligi tiruan, karena itu mungkin pula membutuhkan tindakan bedah. Semua lesi jaringan lunak perlu dieksisi dan dievaluasi secara histologik sebelum pembuatan protesa. Stimulasi pada lesi oleh karena protesa disamping menyebabkan rasa tidak nyaman atau sakit, juga dapat menyebabkan perubahan selular. Pada kasus dimana dijumpai pembesaran tuberositas dan mengganggu ruang. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan pembedahan pada lansia: a. Kesehatan umum pasien jika pasien memiliki penyakit sistemik seperti hipertensi dll sebaiknya ditangani dulu sebelum melakukan pembedahan b. Psikologi lansia Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. c. Obat-obatan Terdapat kelompok obat yang kelihatannya cukup aman, asalkan dosisnya tidak melebihi dosis yang dianjurkan yaitu anestesi lokal. Karena efek katekolamin yang

disekresi secara endogen jauh melebihi anestesi local yang mengandung adrenalin, perhatian dokter gigi sebaiknya diarahkan pada usaha mengurangi kecemasan pasien, mempertahankan kontrol rasa sakit yang efisien dan menjaga agar prosedur bedah tetap dalam bentuk sederhana dan singkat. Insisdensi interaksi obat cukup tinggi pada lansia karena mereka menerima lebih banyak obat-obatan dibandingkan kelompok npopulasi lainnya. Dokter gigi harus mengetahui obat yang digunakan oleh pasiennya dan kemungkinan terjadinya interaksi dengan obatobatan yang mereka berikan kepada pasien. Penilaian pasien manula prabedah harus dilakukan dengan seksama, mengingat bahwa manula kemungkinan sudah menderita hipertensi, gagal jantung, gangguan ritme jantung, penyakit paru kronik, diabetes, gagal ginjal kronik atau penyakit degenerasi lain. Apabila mungkin, keadaan pasien harus dioptimumkan, bila perlu dengan menunda pembedahan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Sering kali manula mendapat obat diuretika, sehingga kita harus waspada tentang kemungkinan hipovolemia atau hipokalemia. Obat lain yang banyak dipakai oleh manula adalah hipnotika-sedativa untuk mengatasi insomia atau gangguan psikiatrik. Obat-obat tersebut mungkin sudah mempengaruhi hati, konduksi jantung dan dapat berinteraksi dengan obat anestetika. Premedikasi sebaiknya diberikan dengan hatihati dan dosis sekecil mungkin. Biasanya hanya diperlukan diazepam 5 mg melalui mulut (peroral). Atropin atau alkaloid beladona yang lain biasanya tidak diperlukan. d. Alergi Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit. Alergi obat bisa berkisar mulai dari timbulnya ruam di kulit, dan edema angioneurotik sampai dengan kedaruratan akut berupa reaksi anafilaksis atau anafilaktoid. Jalan terbaik untuk mencegah reaksi ini adalah dengan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan yang lengkap, menghindari obat-obat yang sama atau serupa dengan obat pada masa lalu yang menimbulkan reaksi alergi. Pasien dengan riwayat alergi terhadap sesuatu, rhinitis, asma, nampaknya merupakan pemicu untuk

mengalami alergi di masa mendatang. Obat-obatan yang paling sering menyebabkan alergi adalah penisilin, sedative tertentu, dan narkotik. Reaksi ringan seperti urtikaria dapat diatasi dengan dipenhydramin oral (Benadryl 50 mg). reaksi yang lebih besar mmungkin memerlukan pemberian steropid atau epinefrin.] Anafilaksis menyeluruh atau reaksi tipe 1 umumnya akibat dari lepasnya mediatormediator vasoaktif seperti histamin yang mengakibatkan vasodilatasi, meningkatlkan permeabilitas kapiler dan kontraksi otot polos. Secara klinis, anafilaksis berlangsung sangat cepat dan ditandai dengan gejala yang tiba, urtikaria, diikuti dengan menurunnya tekanan darah dengan cepat. Kemudian pasien menjadi tidak sadar, yang mungkin bisa diikuti dengan ekematian. Cara mengatasinya dengan meminta bantuan sesegera mungkin, membantu pernafasan dengan oksigen bertekanan, memberikan epinefrin (0,5 -1 ml) dari larutan 1 : 1000 diulangi tiap 15 menit seperti yang dipersyaratkan dan dipenhydramin, 50 mg intramuscular. Ini diikuti dengan

pemberian hidrokortison (hidrokortison 50-100 mg) bisa intravena/intramuscular. 10. Macam-macam bedah prostetik a. Bedah Jaringan Lunak : Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous hyperplasia, flabby ridge, Papillary hyperplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah palatal yang tertutup oleh protesa, dimana kelihatan adanya papilla yang multipel dan mengalami peradangan. Fibrous hyperplasia dapat terjadi karena adanya trauma dari gigi tiruan dan adanya resorpsi tulang secara patologis atau fisiologis sehingga menyebabkan peradangan dan adanya jaringan fibrous diatas linggir tulang alveolar. Flabby ridge yaitu adanya jaringan lunak yang berlebih dimana terlihat jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang. b. Vestibuloplasty Vestibuloplasty merupakan suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa , ikatan otot dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi protesa. Vestibulum dangkal dapat disebabkan

resorbsi tulang alveolar, perlekatan otot terlalu tinggi, adanya infeksi atau trauma. Tidak semua keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan vestibuloplasty tetapi harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk mereposisi N. Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor yang harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen mentalis, Spina nasalis dan tulang malar pada maksila. Macam-macam tehnik vestibuloplasty : Vestibuloplaty submukosa Vestibuloplasty dengan cangkok kulit pada bagian bukal Vestibuloplasty dengan cangkok mukosa yang dapat diperoleh dari mukosa bukal atau palatal c. Frenektomi Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum merupakan lipatan mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah. Frenulum labialis Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi akan terlihat daerah yang pucat pada saat bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada frenulum labialis bertujuan untuk merubah posisi frenulum kalau diperlukan maka jaringan interdental dibuang. Pada frenulum yang menyebabkan diastema sebaiknya frenektomi dilakukan sebelum perawatan ortodonti . Macam-macam frenektomi : Vertical incision Cross diamond incision Teknik Z Plasty

Frenulum lingualis yang terlalu pendek Pada pemeriksaan klinis akan terlihat : Gerakan lidah terbatas, Gangguan bicara, gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi frenulum lingualis pada anak-anak dianjurkan sedini mungkin karena akan membantu proses bicara, perkembangan rahang dan menghilangkan gangguan fungsi yang mungkin terjadi.

Sedangkan pada orang dewasa dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara pembedahan dilakukan dengan insisi vertikal dan tindakannya lebih dikenal sebagai ankilotomi. d. Alveolplasty Alveoloplasty adalah prosedur bedah yang biasanya dilakukan untuk

mempersiapkan linggir alveolar karena adanya bentuk yang irreguler pada tulang alveolar berkisar dari satu gigi sampai seluruh gigi dalam rahang, dapat dilakukan segera sesudah pencabutan atau dilakukan tersendiri sebagai prosedur korektif yang dilakukan kemudian. Simple alveolplasty/ Primary alveolplasty Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi , setelah pencabutan gigi sebaiknya dilakukan penekanan pada tulang alveolar soket gigi yang dicabut. Apabila setelah penekanan masih terdapat bentuk yang irreguler pada tulang alveolar maka dipertimbangkan untuk melakukan alveolplasty. Petama dibuat flap mukoperiosteal kemudian bentuk yang irreguler diratakan dengan bor , bone cutting forcep atau keduanya setelah itu dihaluskan dengan bone file. Setelah bentuk tulang alveolar baik dilakukan penutupan luka dengan penjahitan. Selain dengan cara recontouring tadi apabila diperlukan dapat disertai dengan tindakan interseptal alveolplasty yaitu pembuangan tulang interseptal, hal ini dilakukan biasanya pada multipel ekstraksi. Secondary alveolplasty Linggir alveolar mungkin membutuhkan recountouring setelah beberapa lama pecabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler. Pembedahan dapat dilakukan dengan membuat flap mukoperiosteal dan bentuk yang irregular dihaluskan dengan bor, bone cutting forcep dan dihaluskan dengan bone file setelah bentuk irreguler halus luka bedah dihaluskan dengan penjahitan. Pada secundary alveolplasty satu rahang sebaiknya sebelum operasi dibuatkan dulu Surgical Guidance Yang berguna sebagai pedoman pembedahan. e. Alveolar augmentasi.

Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat , maka diperlukan tindakan bedah yang lebih sulit dengan tujuan : Menambah besar dan lebar tulang rahang, menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan. Terdapat beberapa cara untuk menambah ketinggian linggir alveolar Yaitu : Dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh tulang iliak atau costae Dengan melakukan osteotomi Visor Osteotomi Sandwich osteotomi Penambahan dengan menggunakan Hydroxilapatit Hidroxilapatit merupakan suatu bahan alloplastik yang bersifat Biokompatible yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian tulang alveolar.

11. Macam-macam GT serta indikasi dan kontraindikasi Gigi tiruan lepasan akrilik Gigi tiruan akrilik merupakan gigi tiruan yang paling sering dan umum dibuat pada saat ini, baik untuk kehilangan satu atau seluruh gigi. Gigi tiruan ini mudah dipasang dan dilepas oleh pasien. Bahan akrilik merupakan campuran bahan sejenis plastik yang manipulasinya mudah, murah, ringan dan bisa diwarnai sesuai dengan warna gigi dan warna gusi. Akan tetapi mudah menyerap cairan dan juga mudah kehilangan komponen airnya. Sehingga bila tidak dipakai, gigi tiruan akrilik harus direndam dengan air dingin supaya tidak mengalami perubahan bentuk. Gigi akrilik pun mudah terpengaruh perubahan warna. Misalnya warna dari makanan dan minuman, sehingga jenis gigi tiruan ini memerlukan perawatan yang lebih seksama, seperti selalu menyikatnya dengan sikat gigi lunak. Jangan menyikat gigi tiruan dengan sikat gigi yang keras karena akan mengakibatkan keausan. Akrilik juga mudah mengalami keausan, sehingga dengan pemakaian normal pun, dalam beberapa tahun gigi tiruan jenis ini harus diganti. Untuk mengurangi risiko keausan, maka gigi tiruan akrilik bisa dikombinasikan dengan gigi tiruan porselen. Landasan maupun gigi buatan dari akrilik juga mudah patah, sehingga landasan gigi tiruan akrilik harus dibuat lebih tebal dan lebih luas. Hal itu

mengakibatkan ketidaknyamanan, karena tertutupnya langit-langit akan mengganggu kontak lidah dengan langit-langit. Selain itu juga mengganggu bicara. Apabila kehilangan gigi hanya di bagian belakang dan tidak terlalu banyak, daerah langit-langit yang berkontak dengan lidah dapat dibebaskan dari akrilik, tetapi bila gigi hilang terlalu banyak dan meliputi gigi depan, hal itu tidak dapat dilakukan. Untuk mengurangi ketebalan dan luasnya landasan, maka dapat digunakan gigi tiruan kerangka logam. Gigi tiruan kerangka logam Gigi tiruan ini terdiri dari landasan gigi tiruan dari logam sedang gigi buatannya dari akrilik atau porselen. Karena bahan logam cukup kuat, landasan gigi tiruan kerangka logam dapat dibuat lebih tipis dan lebih kecil sehingga si pemakai akan lebih nyaman. Kontak lidah dengan langit-langit tidak terlalu terganggu. Logam yang dipergunakan merupakan campuran logam khusus yang memerlukan manipulasi lebih rumit, sehingga gigi tiruan ini lebih mahal dari gigi tiruan akrilik. Apabila patah pada bagian logam, tidak dapat disambung seperti akrilik, tetapi harus dibuat ulang. Akan tetapi apabila patah hanya gigi akriliknya saja bisa disambung/diganti akriliknya saja. Karena landasan logam harus dicoba dulu ketepatannya sebelum dipasang gigi-giginya, maka kunjungan pasien ke dokter gigi lebih banyak dari pemasangan gigi akrilik. Karena kekuatan logam, landasan gigi tiruan tidak terlalu terganggu oleh keadaan cairan/makanan di dalam rongga mulut, yang terpengaruh hanya bagian gigi buatannya. Gigi Tiruan Transisional (Percobaan) Pada individu lansia, terutama yang tidak atau hanya sedikit mempunyai pengalaman dalam pemakaian gigi tiruan sebagian, ada keuntungan bila dokter gigi menggunakan gigi-gigi yang goyang sebagai penyangga sementara untuk gigi tiruan sebagian lepasan yang terbuat dari akrilik dan ditahan oleh cengkeram kawat tuang. Protesa seperti ini memberikan dua fungsi. Pertama, membiarkan gigi yang masih ada itu menstabilkan gigi tiruan sehingga dapat membantu pengunyahan. Protesa ini memberikan waktu pada pasien untuk memperoleh keahlian yang dibutuhkan guna mengontrol pesawat serta beradaptasi terhadap pola berbicara yang baru. Kedua, protesa secara berangsur-angsur dapat diganti menjadi gigi tiruan lengkap jika gigi penyangga rusak, dengan menambahkan secara langsung gigi individual itu. Gigi tiruan semacam ini

disebut sebagai gigi tiruan transisional atau percobaan. Kebanyakan pasien dapat beradaptasi dengan mudah terhadap gigi tiruan transisional dan biasanya penggantian menjadi gigi tiruan lengkap dapat dilakukan tanpa ada masalah. Gigi tiruan mahkota/jaket Gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan akrilik/porselen/ kombinasi logam-porselen yang menyerupai selubung/jaket yang bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas oleh pasien karena ditempelkan langsung ke gigi dengan semen khusus. Bahan gigi tiruan ini tergantung pada posisi dan kondisi giginya. Jaket porselen biasanya diberi penguat logam, jadi pengurangan gigi harus lebih banyak daripada akrilik. Keuntungan jaket porselen, warnanya lebih baik serta tahan aus dibanding akrilik. Tetapi lebih mahal karena proses pembuatannya lebih rumit. Gigi tiruan pasak Gigi tiruan pasak adalah gigi tiruan yang mengganti gigi yang belum dicabut tetapi mahkota gigi sudah rusak dan syaraf gigi sudah terinfeksi atau sudah mati, tetapi akar giginya masih utuh. Untuk membuat gigi pasak, terlebih dulu harus dilakukan perawatan syaraf dahulu sampai steril dalam beberapa kunjungan, sesudah itu baru dilakukan pembentukan konstruksi pasak. Gigi tiruan pasak terdiri dari bagian logam yang ditanam ke dalam akar gigi serta bagian di luar gigi sebagai pendukung mahkota. Setelah disemen ke dalam akar gigi, dibuat mahkota jaket seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Gigi tiruan mahkota dan jembatan Gigi tiruan mahkota dan jembatan merupakan gigi tiruan untuk kasus kehilangan satu atau beberapa gigi yang tidak dapat dilepas sehingga pasien lebih nyaman, dan terhindar dari risiko gigi tiruan hilang. Tidak mengandung landasan yang akan mengganggu pengecapan lidah. Gigi tiruan ini terdiri dari pontik, yaitu pengganti gigi

yang hilang serta penyangga. Penyangga gigi tiruan ini menggunakan gigi asli disebelahnya yang masih ada, dengan cara mengurangi/menggerinda gigi asli tersebut dengan bentuk seperti untuk membuat mahkota/jaket. Kemudian mahkota dibuat di gigi tersebut dan disambungkan dengan gigi yang diganti. Apabila gigi yang diganti lebih kecil dari gigi penyangga, gigi penyangga bisa hanya pada satu gigi. Bahan yang digunakan bisa dari akrilik dan porselen. Akan tetapi untuk gigi-gigi belakang yang tidak terlalu terlihat lebih baik digunakan bahan logam untuk kekuatan dan mencegah keausan. Implan Implan adalah gigi tiruan yang dibuat dengan menanamkan pasak khusus ke dalam tulang rahang yang telah kehilangan gigi. Fungsinya sebagai penyangga gigi tiruan. Untuk kehilangan satu gigi, pasak implan yang ditanam hanya satu, tetapi bila lebih bisa beberapa buah. Persyaratan untuk pembuatan implan ini lebih berat dibanding dengan gigi tiruan lain. Di antaranya kesehatan umum pasien harus betul-betul prima serta tidak mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan seperti diabetes, kelainan tulang, dll. Struktur tulang untuk tempat ditanamnya pasak tersebut harus memunyai ketinggian tertentu serta kondisinya masih baik. Pasak implan dipasang melalui prosedur pembedahan sampai terjadi proses penyembuhan serta terdapat hubungan antara tulang dengan logam pasak. Apabila itu terjadi, maka setelah 6 bulan baru dipasang sekrup penyambung antara pasak dan mahkota dengan membuka lapisan mukosa gusi di ujung atas pasak. Setelah sekrup terpasang ditunggu sampai sembuh luka jaringannya, kemudian dipasang pasak untuk penyangga mahkota, baru setelah itu dipasang mahkotanya. Dengan prosedur ini, pembuatan implan memerlukan waktu lebih dari 6 bulan, serta biaya yang lebih mahal karena memerlukan bahan-bahan khusus, seperti jenis logam pasak khusus yang dapat merangsang pertumbuhan tulang di sekitar pasak implan. Selain itu peralatan yang dipakai pun khusus dan memerlukan sterilitas tinggi. Keuntungannya gigi tiruan implan adalah tidak perlu dibuka/dilepas, dan tidak memerlukan gigi penyangga. Jadi dapat dipasang pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya. Seperti halnya mahkota dan jembatan, tidak ada daerah langit-langit yang tertutup landasan gigi tiruan. Sehingga persepsi rasa seperti gigi asli.

12. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain GT Ada 4 tipe mendesain yang perlu di periksa pada lansia : a. menentukan kelas dari masing masing daerah tak bergigi atau sadel b. menentukan macam hubungan dari setiap sadel c. menentukan macam penahan d. menentukan macam konektor Hal hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain gigi tiruan a. Vestibulum Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan stabilisasi geligi tiruan. Pemeriksaan vestibulum dilakukan dengan kaca mulut ; dan disebut dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya. Vestibulum sedang dijumpai bila kaca mulut terbenam setengahnya, dan menjadi dangkal bila bagian kaca yang terbenam kurang dari setengahnya. b. Bentuk palatum Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk Quadratic, Ovoid dan Tapering. Bentuk lengkung palatum seperti huruf U / kuadratik adalah yang paling menguntungkan. Bentuk ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertical maupun horizontal, sebaliknya dari bentuk palatum seperti huruf V / tapering yang retensinya paling buruk. c. Free way space Apakah hubungan mandibula terhadap maksila yang ditemukan pada pasien lansia tak bergigi semata-mata disebabkan oleh perubahan jaringan karena usia, atau sebagai bagian dari respons adaptif, masih belun jelas. Apapun sebabnya, setiap usaha untuk memperbaiki dimensi vertikal ke proporsi klasik kelihatannya tidak akan berhasil dan disarankan untuk membiarkan lansia memiliki free way space yang lebih besar (4-5 mm) daripada yang digunakan pada perawatan untuk pasien yang lebih muda. d. Oklusi

Oklusi dari gigi tiruan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga memberikan keseimbangan yang besar selama gerakan fungsional dari rahang 13. Desain GT yang sesuai kasus di scenario

You might also like