You are on page 1of 16

BUNDELAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS DAN PIGMEN FOTOSINTETIK

OLEH :

NAMA

: RINI OKTAVIA

(1010421011)

KELOMPOK : II GANJIL ANGGOTA : NOVIA RIKA DELI NAILUL RAHMI AULIA SERLY MARSELINA ARIFIN FAISAL HADI INDAH FAJARWATI ARI ALFAMA PUTRA RUDI SUPRIADI (1010422031) (1010423045) (1010422005) (1010421005) (1010422011) (1010422015) (1010423045)

ASISTEN PENDAMPING : RYKI PERIWALDI

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Fotosintesis terjadi pada semua bagian berwarna hijau pada tumbuhan karena memiliki kloroplas, tetapi tempat utama berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Pigmen warna hijau yang terdapat pada kloroplas disebut dengan klorofil dan dari zat inilah warna daun berasal. Klorofil menyerap energy cahaya yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam kloroplas untuk menghasilkan energi (Campbell, 2002). Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan yang penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini klorofil dibedakan dalam Sembilan tipe yaitu klorofil a, b, c, d, e, bakteriklorofil a dan b dan klorofil klorobium 650 dan 660. Klorofil a biasanya pada sinar hijau biru, sementara klorofil b adalah kuning hijau. Klorofil lain (c, d, dan e) ditemukan hanya pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil a. bakteri klorofil a dan b serta klorofilklorobium ditemukan pada bakteri fotosintesis (Devlin, 1975). Selain klorofil tumbuhan juga membutuhkan cahaya untuk

perkembangannya. Terdapat empat macam penerima cahaya yang dikenal dalam mempengaruhi fotomorfogenesis pada tumbuhan. Pertama, fitokrom yaitu diketahui paling kuat menyerap cahaya merah dan juga mampu menyerap cahaya biru. Kedua adalah kriptoksom, yaitu kelompok sejumlah pigmen yang serupa menyerap cahaya biru dan gelombang ultraviolet. Ketiga, penerima cahaya UV yaitu satu atau beberapa senyawa yang tidak dikenal yang menyerap radiasi ultraviolet antara kurang lebih 280-320 nm. Keempat ialah protoklorofilida, yaitu pigmen yang menyerap cahaya merah dan biru, bias tereduksi menjadi klorofil a (Sasmitamiharja, 1990). Klorofil sangat penting bagi tumbuhan untuk melaksanakan fotosintesis dan menghasilkan energi. Untuk itu kita perlu mengetahui banyaknya klorofil yang terdapat pada selembar daun dan kandungan dari klorofil itu sendiri. Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum mengenai pigmen fotosintetik ini dengan menggunakan beberapa metoda. Klorofil merupakan pigmen kloroplast yang

terdapat dalam plastid. Plastid merupakan struktur khusus, diselimuti oleh system membran rangkap ditemui hanya pada tumbuhan dan beberapa protista. Plastid mengandung ONA dan ribosom yang terbenam (bersama membrane) dalam cair yang disebut stroma (Salisbury dan Ross, 1995). Semua plastidtumbuh dari proplastida yaitu benda kecil yang ditemukan pada tumbuhan baik didalam gelap maupun ditempat terang. Plastid membelah sama seperti mitokondria (dan prokariotik). Plastid tidak berwarna biasa disebut leukoplas. Leukoplas yang paling dikenal ialah amiloplas yang mengandung dua atau lebih butir pati. Leukoplas lain berisi cadangan protein (proteinoplas) (Salisbury dan Ross, 1995). Ada dua macam plastid berwarna, yaitu kloroplas yang mengandung klorofil dan berbagai pigmen yang menyertainya dan kromoplast yang mengandung pigmen lain (contohnya pigmen merah pada tomat) (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Noggle dan Fritz (1979), klorofil akan memperlihatkan flouresensi berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang dipantulkan. Klorofil adalah molekul amfilik, rantai hidrokarbonnya sangat hidrofobik. Sedangkan sebagian dari cincin porfirin tempat gugus C=O itu hidrofilik. Klorofil dikatakan sebagai pigmen karena menyerap cahaya, yakni sinar elektromagnetik pada spectrum kasat mata (visible). Cahaya putih mengandung semua warna spectrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik dan merata oleh klorofil. Untuk menentukan bagaimana efektifnya setiap panjang gelombang (warna) yang diserap dapat dilakukan dengan menyinari suatu larutan klorofil dengan cahaya monokromatik (Kimball, 2000). Bukti yang menyimpulkan bahwa kloroplas berisi pigmen yang dibutuhkan, diperoleh pada tahun 1954 oleh Arnon dan rekan-rekannya yang memperagakan bahwa kloroplas yang diisolasi dapat dilaksanakan seluruh proses fotosintesis diluar sel hidup (Devlin, 1975). Kloroplas adalah plastid pembawa pigmen fotosintesa yang dapat dilihat dibawah mikroskop cahaya, tetapi struktur intinya dapat diamati dengan

mikroskop electron. Bentuknya bervariasi, ada yang berbentuk bundar, oval, batang, cangkir, pita dan lainnya. Ukurannya juga bervariasi 3-10 nm panjang dan 1-5 nm diameter. Pigmen fotosintesa tertanam dalam tilakoid yang terdiri dari klorofil dan karotenoid, umumnya pada tumbuhan tingkat tinggi. Pikobilin pada klorofil a, c, d, dan e pada algae, bakterioklorofil pada bakteri (Kramer, 1960). Tiap atom dan molekul memiliki sedikit perbedaan pada tingkat energinya dan setiap substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik panjang gelombang yang berbeda. Hal ini bisa ditunjukkan melalui spectrum penyerapan selama penyerapan sinar pada tiap gelombangnya. Contohnya, yaitu klorofil a sangat kuat pada panjang gelombang 660 nm (sinar merah) dan panjang gelombang yang mudah dilihat ketika konsentrasi larutan yang cukup dari klorofil a dan klorofil b atau campuran pigmen kloroplas yang khususnya ultraviolet atau radiasi biru (Salisbury dan Ross, 1995). Struktur dari sebuah molekul klorofil biasanya adalah sebuah tetrapyrolic cyclic (porphyrin) dengan sebuah cincin isocyclic yang mengandung sebuah atom magnesium ditengahnya. Adapun rumus empiris dari molekul klorofil a adalah C55H72O5N4Mg dan klorofil b adalah C55H70O6N4Mg. Perbedaan antara klorofil a dan klorofil b terdapat pada atom C3 penyusunnya, dimana pada klorofil a disusun oleh kelompok metil dan klorofil b disusun oleh kelompok aldehid (Devlin, 1975). Terjadinya klorofil dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu factor pembawa (gen), jika gen ini tidak ada, tanaman akan tampak putih (albino). Factor kedua adalah cahaya. Jika cahaya terlalu kuat, klorofil akan berkurang hijaunya. Factor yang ketiga adalah oksigen dan factor lainnya adalah karbohidrat, nitrogen, magnesium, mangan, coprum, zink, air, dan temperature (Dwijoseputro, 1985). Perbedaan klorofil a dan b adalah pada atom C3 terdapat gugusan metil untuk klorofil a dan aldehid untuk klorofil b. karena itu keduanya mempunyai penyerapan gelombang cahaya yang berbeda. Peranan pigmen klorofil adalah dalam reaksi fotosistem. Klorofil mempunyai banyak electron yang mampu berpindah ke orbit eksitasi karena menyerap cahaya (Nurdin, 1997). Pembentukan klorofil dalam tubuh tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : faktor pembawaan (gen), cahaya, oksigen, karbohidrat,

nitrogen, magnesium dan besi serta air dan temperature, dimana temperature yang baik untuk pembentukan klorofil yaitu 3-48oC (Dwijoseputro, 1994) Klorofil dibentuk dari kondensasi suksinil Co-A dan asam amino glisin menjadi senyawa yang tidak stabil yaitu asam amino glisin menjadi senyawa asam amino ketoda di dapat, kemudian melalui dekarboksilasi dan diubah menjadi asam amino lovalenat dikatalis oleh enzim amino lovalenat sintetase dengan adanya pridoksal posfat dan cahaya (Nurdin, 1997). Dibungkus oleh dua lapis membrane yaitu membrane luar dan membran dalam, yang dipisahkan oleh ruang intermembran. Membrane luar datar, sedangkan membrane dalam melebar dan melipat ke arah dalam membentuk tumpukan seperti kantong-kantong yang disebut tilakoid. Tumpukan tilakoid yang sejajar disebut granum, satu granum terdiri dari 2-100 tilakoid. Didalam setiap tilakoid terdapat ruang yang disebut lumen yang berisi garam pelarut (Nurdin, 1997). Kloroplas merupakan organel yang berbentuk lensa dan berukuran kirakira dua micrometer dikali lima micrometer. Kloroplas ini dilingkupi oleh dua membrane yang dipisahkan oleh ruang inter membran yang sempit. Membran dalam melingkupi cairan yang disebut stroma. Stroma mengelilingi ruangan ketiga, yang dibatasi oleh membrannya sendiri (membrane tilakoid). Diseluruh kloroplas, kantung tilakoid ditumpuk membentuk grana yang dihubungkan satu sama lain oleh tubula tipis diantara masing-masing tilakoid (Campbell, 2002). Tiap kloroplas mengandung 40-60 granum dan ada juga yang tidak pakai grana seperti pada kloroplas seludang ikatan pembuluh. Membrane tilakoid sama dengan membrane lain disusun oleh lipid dan protein, disamping adanya pigmenpigmen fotosintetik dan senyawa-senyawa pembawa electron lainnya. Kloroplas sama dengan mitokondria, juga punya DNA, ribosom dan RNA sendiri yang berguna untuk membentuk polipeptida dan protein tertentu bersama dengan DNA inti (Nurdin, 1997). Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang dipantulkan (Noggle and Fritz, 1979).

Cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh daun tidak efektif bagi fotosintesis sebab untuk menghasilkan kimia cahaya itu harus diabsorbsi lebih dahulu. Telah lama diketahui bahwa hanya bagian tumbuhan hijau tumbuhan yang melaksanakan fotosintesis, dan cukup alas an untuk menduga bahwa pigmen hijau kloroplaslah yang menyerap cahaya yang diperlukan untuk prose situ (Dwijoseputro, 1985). Kadar klorofil yang terdapat dalam daun tumbuh-tumbuhan dapat ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer dan fotometer.

Spektrofotometer akan menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur energy secara relative. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditagkap oleh klorofil yang terlarut. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang punya spesifikasi tertentu (Noggle and Fritz, 1979). Pada tingkat iradiasi tinggi, kloroplas berbaris di sepanjang radiasi sel menjadi terlindungi satu sama lain dari kerusakan akibat cahaya. Dalam cahaya redup dan gelap, kloroplas terpisah menjadi dua kelompok yang etrsebar sepanjang dinding di sisi terdekat dan terjauh dari sebuah sumber cahaya. Pergerakan plastid bergantung pada cahaya dan tingkat iradiasi merupakan contoh dari fototaksis yaitu pergerakan seluruh organism atau organel sebagai responnya terhadap cahaya. Pada semua spesies, klorofil atau kloroplas ini sendiri tidak menyerap cahaya yang menyebabkan fototaksis, sebaliknya cahaya yang diserap di tempat lain di dalam sel menyebabkan pergerakan kloroplas melalui efeknya pada aliran sitoplasma dan efek itu berasal dari interaksi antara mikrofilamen dan mikrotubul (Salisbury dan Ross, 1995). Plastida merupakan organel yang umum terdapat pada sel tumbuhan eukariotik. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam dan diklasifikasikan terutama ada tidaknya pigmen di dalam selnya. Pada dasarnya terdapat tiga macam plastid yang dapat berubah menjadi plastida lainnya (Dahlan, 1986). Plastida diselubungi oleh dua membran. Pada tumbuhan tingkat tinggi, system tilakoid terdiri dari grana yang merupakan susunan tilakoid yang berbentuk cairan dan masing-masing grana dihubungkan oleh stroma tilakoid (Dwijoseputro, 1990).

Peranan pigmen klorofil adalah menyerap energy cahaya dan berperan langsung dalam reaksi cahaya sebagai aseptor electron dan pusat reaksi fotosistem. Klorofil mempunyai banyak electron yang mampu pindah ke orbit eksitasi karena menyerap cahaya. Klorofil dibentuk dari kondensasi suksinil CoA dan asam amino glisin menjadi senyawa yang tidak stabil yaitu asam alfa amino beta ketoadopat, kemudian didekarboksilasi dan di ubah menjadi asam-asam amino levulenat sintase dengan adanya piridoksal fosfat dan cahaya (Devlin, 1975).

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan memberikan latihan cara penggunaan spektrofotometer dan menentukan kadar klorofil daun.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Februari 2012 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain Spektronik 20 Bausch and Lomb, lumpang porselin, kertas saringan, sentrifuse, cuvet, saringan

Buchner, seperangkat alat kromatografi, pisau, koin, kertas saring atau kertas kromatografi, benang, dan gelas ukur 100 ml. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun tanaman Artocharpus cummunis. Dan bahan kimia yang digunakan antara lain, aseton 80 %, larutan kromatografi, campuran petroleum eter dan aseton (9:1 atau 7:3).

2.3. Cara Kerja 3.3.1 Pengaruh Perbedaan Panjang Gelombang Pada Fotosintesis Hydrilla sp. dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 tangkai (satu tangkai setiap tabung) dengan tangkai ke arah bawah tabung. Diisi tabung dengan NaHCO3 0,5 % sampai penuh, lalu diletakkan terbalik di dalam gelas piala, diusahakan tidak terbentuk ruang udara. Gelas piala dibungkus dengan kertas berwarna dan diletakkan di bawah lampu neon selama 2 jam. Setelah 2 jam, dinding tabung dipukul-pukul agar gelembung terlepas dari tanaman, lalu ditandai ruang udara yang terbentuk dengan spidol. Dikeluarkan isi tabung, dikeringkan, dan diisi dengan air dengan pipet sampai batas yang telah ditandai. Volume air ini sama dengan volume oksigen yang terbentuk selama fotosintesis. Terakhir dibandingkan pengaruh warna terhadap reaksi ini. 3.3.2 Penentuan Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer Daun Artocharpus communis segar ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu dirajang kecil-kecil dan diekstrak dengan aseton 80 % sebanyak 50 ml dengan cara digerus dalam lumping. Penggerusan dilakukan hingga seluruh klorofil larut dalam aseton

80 % dengan cirri ampas telah menjadi putih atau pucat. Setelah itu ekstrak disaring dengan saringan Buchner dan dimasukkan ke labu ukur 50 ml. penambahan aseton 80 % dilakukan jika volume ekstrak belum sampai 50 ml setelah diekstrak. Setelah itu larutan disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Selanjutnya Optical Density (OD) dari ekstrak di ukur dengan menggunakan kuvet dan memakai Spektronik 20 Bausch and Lomb pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm. Selanjutnya kandungan klorofil dapat dihitung dengan membandingkan OD pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm.

Klorofil total = [20,2(D645) + 8,02(D663)] x

V 1000 W

Klorofil a

= [12,7(D663) 2,69(D645)] x

V 1000 W

Klorofil b Keterangan :

= [ 22,9(D645) 4,68(D663)] x

V 1000 W

D = Optical Density yang terbaca pada spektrofotometer V = Volume dari aseton 80 % yang dipakai untuk mengekstrak klorofil (ml) W = Berat segar dari jaringan tanaman yang diekstrak (gr) Mg klorofil total/gr jaringan = mg klorofil a/gr jaringan + mg klorofil b.gr jaringan. 3.3.2 Pemisahan Pigmen Fotosintesis Metoda Kromatografi Kertas Siapkan kertas saring dengan berukuran 2 x 17 cm dengan 1 cm dibagian bawah dibuat meruncing dan diujung atasnya diberi benang sebagai penggantung di alat kromatografi dan beri garis batas pelarut naik maksimal 15 cm dari batas ujung bawah yang runcing. Selanjutnya daun piper aduncum digosokkan ke permukaan kertas saring dengan menggunakan uang logam sehingga pigmen warna daun pindah ke kertas saring tersebut. penggosokan dilakukan sebanyak 15 kali untuk memastikan berpindahnya klorofil. Setelah itu kertas saring ditempatkan pada alat

kromatografi yang telah di isi larutan kromatografi, bagian yang mengandung pigmen warna dari daun diusahakan tidak tenggelam dan tutup mulut alat kromatografi dengan rapat sehingga penguapan larutan tidak menyebar keluar. Larutan dibiarkan naik hingga mencapai batas atas kertas (larutan bergerak sekitar 15 cm). kemudian kertas saring di angkat dan dikeringkan. Selanjutnya warna yang terbentuk setelah kertas saring benar-benar kering di amati dan RF dari masing-masing pigmen warna yang dihasilkan diukur dengan persamaan : RF = jarak tempuh pigmen Jarak tempuh pelarut

2.4 Pengamatan Pada praktikum ini kita melakukan pengamatan terhadap cara penggunaan spektrofotometer untuk mengetahui Optical Density dari ekstrak daun tersebut untuk menghitung kadar klorofilnya. Selain itu juga di amati pemisahan pigmen fotosintesis pada kertas kromatografi untuk mengetahui pigmen warna yang paling berat (berada paling atas kertas) berdasarkan warna masing-masing pigmen pada kertas kromatografi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Pengaruh Panjang Gelombang No. 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Perlakuan Ditutup kertas biru Ditutup kertas merah Ditutup kertas kuning Ditutup kertas hijau Kontrol Terhadap Efektivitas Fotosntesis Volume O2 Dihasilkan (mL) 1 0,01 0,1 0,1 0,2

Tabel 2. Pemisahan Pigmen Fotosintesis Metode Kromatografi Kertas No 1 2 3 4 Pigmen Klorofil a Klorofil b Xantofil Karoten Jarak tempuh pigmen 7,5 cm 3,5 cm 16 cm 15 cm Jarak tempuh pelarut 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm RF 0,5 0,23 1,066 1

Tabel 3. Penentuan Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer No 1. Daun Artocharpus communis Rata-rata OD 645 663 0,64 0,935 Klorofil (mg/L) a b Total 1,015 1,028 2,041

3.2 Pembahasan Dari tabel 1 didapatkan hasil bahwa oksigen yang paling banyak dihasilkan oleh tabung yang ditutupi warna biru dan oksigen paling sedikit adalah pada tabung yang ditutupi warna merah. Menurut literatur Seharusnya oksigen yang paling banyak adalah pada tabung kontrol sedangkan oksigen paling sedikit adalah pada Hydrilla yang ditutup dengan kertas biru hanya akan menyerap warna selain dari warna biru, sementara warna biru akan dipantulkan, padahal energi yang paling

tinggi terdapat pada warna biru oleh karena warna biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada warna merah dan kuning, sehingga O 2 yang dihasilkan lebih sedikit. Perbedaan hasil praktikum dengan literatur mungkin terjadi karena kesalahan kami dalam menghitung atau saat menutup tabung dengan plastik warna kurang rapat dan tingkat ketelitian kami dalam bekerja kurang. Sifat partikel cahaya biasanya diungkapkan dalam pernyataan yang mengatakan bahwa, cahaya itu datang dalam bentuk kuanta atau foton, yaitu paket energi yang terpotong-potong, masing-masing mempunyai panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang gelombang sehingga panjang gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi dibandingkan dengan panjang gelombang jingga dan merah (Salisbury dan Ross, 1987). Klorofil a sangat kuat pada panjang gelombang 660 nm pada sinar merah dan paling rendah pada panjang gelombang 430 nm pada sinar biru. Ketika gelombang itu berpindah maka sinar yang ada di sebelah kiri adalah sinar hijau yang bisa kita lihat (Guttmond dan Hopkins, 1983). Hydrilla yang ditutupi oleh kertas kuning adalah yang paling bagus

menyerap pigmen, tetapi hasil yang di dapatkan berbeda. Hal ini disebabkan karena pigmen pada daun yang dipakai lebih efektif menyerap cahaya merah dan biru. Pada tabel 2 pengamatan pemisahan pigmen fotosintesis metoda kromatografi kertas, dapat dilihat bahwa jarak tempuh santofil lebih jauh daripada jarak tempuh klorofil a klorofil b, dan karoten. Hal ini diamati berdasarkan warna dari masing-masing pigmen tersebut. Klorofil a berwarna hijau kebiruan (hijau tua), klorofil b berwarna hijau kekuningan (hijau muda), dan santofil berwarna kuning. Jarak tempuh pigmen fotosintesis yang terbesar yaitu terdapat pada santofil sebesar 1,066 dan di ikuti oleh karoten sebesar 1, klorofil a sebesar 0,5 dan yang terendah klorofil b yaitu 0,23. Alasan mengapa xantofil jarak tempuhnya paling cepat adalah karena molekulnya ringan sedangkan klorofil b memiliki berat molekul yang lebih daripada pigmen yang lain sehingga jarak tempuhnya lambat. Menurut Devlin (1975), klorofil a mengandung unsur C55H72O5N4Mg menyerap cahaya dengan

panjang gelombang 470 nm dan 660 nm, berwarna hijau kebiruan (hijau tua). Klorofil b mengandung unsur C55H70N4Mg menyerap cahaya dengan panjang gelombang 470 nm dan 640 nm, berwarna hijau kekuningan dan santofil berwarna kuning. Klorofil a dan b efektif menyerap cahaya ungu, biru, dan jingga. Sedangkan xantofil efektif menyerap cahaya biru dan ungu (Devlin, 1975). Pada tabel 3 didapatkan hasil bahwa rata-rata OD pada panjang gelombang 663 lebih tinggi dari panjang gelombang 645, ini mungkin disebabkan jenis daun yang kita gunakan. Pada praktikum kali ini kami menggunakan daun Artocharpus communis yang mungkin pada daun ini penyerapan kadar klorofil pada panjang gelombang 663 lebih bagus dari panjang gelombang 645. Berdasarkan literatur yang dijelaskan oleh Campbell (2002), menyatakan bahwa spektrum absorbsi terlalu rendah memperkirakan keefektifan panjang gelombang tertentu dalam menggerakkan fotosintesis. Hal ini disebabkan karena klorofil a bukanlah satu-satunya pigmen yang penting secara fotosintetik dalam kloroplas. Hanya klorofil a yang dapat berperan secara langsung dalam reaksi terang, yang mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimiawi. Tetapi pigmen lain dapat menyerap dan mentransfer energinya ke klorofil a, yang kemudian mengawali reaksi terang. Salah satu pigmen aksesoris ini ialah bentuk klorofil yang lain, yaitu klorofil b. Klorofil b hampir identik dengan klorofil a, tetapi perbedaan struktural yang kecil diantara keduanya telah cukup untuk membuat kedua pigmen tersebut mempunyai spektra absorbsi yang berbeda, sehingga warnanya pun berbeda. Hal ini tergantung pada jenis tanaman yang digunakan. Pembentukan klorofil dibawa oleh suatu gen tertentu dalam kromosom dimana banyaknya cahaya berpengaruh pada klorofil. Klorofil ini banyak terdapat pada daun paling tua, muda dan pada daun yang telah mati atau gugur (Dwijoseputro, 1985).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 1. Warna biru dan merah diserap tumbuhan pada saat terjadi fotosintesis sedangkan warna hijau dipantulkan. 2. Jarak tempuh fotosintesis yang terbesar terdapat pada pigmen santofil, yaitu 16 cm dengan RF 1,066 dan jarak tempuh terkecil terdapat pada klorofil b sejauh 3,5 cm dan RF 0,23. 3. Penyerapan klorofil lebih tinggi pada panjang gelombang 663 dari pada panjang gelombang 645, ini dikarenakan tergantung jenis tanamannya.

4.2 Saran Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diberi saran supaya hati-hati dalam menggunakan zat kimia dan hendaknya laksanakan praktikum dengan teliti dan cermat agar hasil dan data yang didapatkan lebih akurat dan tepat.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Campbell, N. A. 2002. Biologi Jilid I. Erlangga. Jakarta. Dahlan, S. 1986. Anatomi Tumbuhan. Universitas Andalas. Padang. Devlin, M.R. 1975. Plant Physiology. Rinehart Book Corporation A Subsidiari of Reinold Inc. New York. Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Guttmand, Buston S and Johns W.H. 1983. Understanding Biology. Harwurf Brace. Jovanich. Inc. New York. Kimball. 2000. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta. Noggle. G.R. and Fritz, G.J. 1979. Introduction Plant Physiology. Prentice Hall Of India. Nurdin, H. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Departement Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Andalas Padang. Salisbury, F.B. and Ross. 1995. Fisilogi Tumbuhan Jilid I. ITB. Bandung. Sasmitamiharja, D. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

LAMPIRAN

Percobaan c. Daun Artocharpus cummunis OD pada panjang gelombang 645 nm OD pada panjang gelombang 663 nm = 0,64 = 0,935

Volume aseton untuk mengekstrak klorofil = 80 ml Klorofil total = [20,2 (D645) + 8,02 (D663)] x
V 1000 x W

= [20,2 (0,64) + 8,02 (0,935)] x 80 / 1000 x w = 12,92+ 7,49 x 25/25 = 20,41 x 0,1 = 2,041 Klorofil a = [16,7 (0,935) 2,69 (0,64)] x 25/250 = 11,87 1,72 x 0,1 = 10,15 x 0,1 = 1,015 Klorofil b = [22,9 (0,64) 4,68 (0,395)] x 25/250 = 14,6 4,37 x 0,1 = 10,8 x 0,1 = 1,028

Percobaan b : Rf Rf klorofil a Rf klorofil b Rf xantofil Rf karoten

Jarak temp uh pigmen Jarak temp uh pelarut

= 7,5 / 25 =0,5 = 3,5 / 15 =0,23 = 16 / 15 =1.066 = 15 / 5 =1

You might also like