You are on page 1of 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang
Hampir di semua negara saat ini, problem ketenagakerjaan atau perburuhan selalu tumbuh dan berkembang, baik di negara maju maupun berkembang, baik yang menerapkan ideologi kapitalisme maupun sosialisme.Hal itu terlihat dari adanya departemen yang mengurusi ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk.Hanya saja realitas tiap negara memberikan beragam problem riil sehingga terkadang memunculkan berbagai alternatif solusi. Umumnya, negara maju berkutat pada problem ketenagakerjaan yang berkait dengan mahalnya gaji tenaga kerja, bertambahnya pengangguran karena mekanisasi (robotisasi), tenaga kerja ilegal, serta tuntutan penyempurnaan status ekonomi, dan sosial, bahkan politis. Sementara itu, di negara berkembang umumnya problem ketenagakerjaan berkait dengan sempitnya peluang kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan SDM tenaga kerja, tingkat gaji yang rendah, serta jaminan sosial nyaris tidak ada. Belum lagi perlakuan pengusaha yang merugikan tenaga pekerja, seperti perlakuan buruk, tindak asusila, penghinaan, pelecehan seksual, larangan berjilbab, beribadah, dan lainlain. Akibatnya, berbagai problem yang menyangkut hak-hak kaum buruh tidak terselesaikan dengan baik.

1.2.

Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian ketenagakerjaan? 2. Apakah pengertian negara berkembang? 3. Apa saja permasalahan ketenagakerjaan di negara berkembang?

1.3.

Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian ketenagakerjaan. 2. Untuk mengetahui pengertian negara berkembang.

3. Untukpermasalahan ketenagakerjaan di negara berkembang mengetahui.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan berasal dari kata tenaga kerja yang artinya objek, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa, untuk kebutuhan sendiri dan orang lain. Sedangkan ketenagakerjaan menurut ketentuan UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesainya masa hubungan kerja.

2.2. Pengertian Negara Berkembang Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengkategorikan negara-negara di dunia yang memiliki standar hidup relatif rendah, sektor industri yang kurang berkembang, skor Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) berada pada tingkat menengah ke bawah, serta rendahnya pendapatan perkapita. Negara yang dikategorikan sebagai Beberapa negara yang masuk kategori negara industri baru, antara lain Argentina, Brasil, Meksiko, China (termasuk Taiwan dan Hongkong), Singapura, Korea Selatan,Yunani, Spanyol, dan Portugal.Sebagian besar negara di dunia, yakni sekitar 76% dikategorikan sebagai negara berkembang. Negara-negara tersebut adalah sebagian besar negara di Afrika, Amerika Tengah, dan sebagian negara di Laut Karibia.Termasuk juga negara-negara Arab, serta sebagian besar negara Asia Tenggara. Ciri- ciri negara berkembang: 1. Sebagian besar penduduk (>70%) bekerja di sektor pertanian. 2. Industrinya biasanya berlatarbelakang agraris, terutama memanfaatkan hasil kehutanan, pertanian, dan perikanan (industri sektor pertama dan sektor kedua). 3. Tenaga pertanian masih mengandalkan tenaga kerja manusia.

4. Luas lahan garapan relatif sempit dengan teknologi yang sederhana sehingga hasilnya tidak maksimal. 5. Pendapatan per kapita rendah. 6. Angka kelahiran dan kematian masih tinggi. 7. Tingginya angka pengangguran karena besarnya jumlah penduduk dan terbatasnya lapangan pekerjaan. 8. Pendidikan formal tersebar secara tidak merata dengan kualitas yang buruk. 9. Kelebihan jumlah penduduk yang menyebabkan tidak terjangkau atau tidak meratanya pelayanan sosial. 10. Kedudukan dan peran wanita sangat terbatas dan cenderung dipandang sebagai kelas dua.

2.3. Permasalahn Ketenaga Kerjaan di Negara Berkembang

1. Problem Gaji / UMR Salah satu problem yang dialami kaum buruh adalah rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini , yakni kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak protes kaum buruh. Adapun dalam sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi penarik bagi para investor asing.Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah (bukan rakyat), justru memelihara kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah lebih sering memihak sang investor , dibanding dengan buruh (yang merupakan rakyatnya sendiri) ketika terjadi krisis perburuhan. Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas SDM. Untuk membantu mengatasi problem gaji, pemerintah kemudian menentukan batas minimal gaji yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerja, yang kemudian dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Daerah (UMD) atau Upah Minimum Kota (UMK) yang mengacu pada UU Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999. Intervensi pemerintah dalam hal ini

ditujukan menghilangkan kesan eksploitasi pemilik usaha kepada buruh karena membayar di bawah standar hidupnya. Nilai UMR, UMD, dan UMK ini biasanya dihitung bersama berbagai pihak yang merujuk kepada Kebutuhan Fisik Minimum Keluarga (KFM), Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), atau kondisi lain di daerah yang bersangkutan.

2.

Problem Pemutusan Hubungan Kerja Salah satu persoalan besar yang dihadapi para buruh saat ini adalah PHK. PHK ini menjadi salah satu sumber pengangguran dinegara berkembang khususnya di Indonesia.Banyaknya pengangguran ini akan berdampak pada sektor kehidupan lainnya. Sebenarnya, PHK adalah perkara biasa dalam dunia ketenagakerjaan. Tentu saja asalkan sesuai dengan kesepakatan kerja bersama (KKB), baik pihak pekerja maupun pengusaha harus ikhlas dan menyepakati pemutusan kerja ini. Namun, dalam kondisi ketika tidak terjadi keseimbangan posisi tawar menawar dan pekerjaan merupakan satu-satunya sumber pendapatan untuk hidup, maka PHK menjadi bencana besar yang sangat menakutkan para buruh.

3.

Problem Tunjangan Sosial dan Kesehatan

Jika seseorang terkena bencana atau kebutuhan hidupnya meningkat, ia harus bekerja lebih keras secara mutlak. Begitu pula ketika ia sudah tidak mampu bekerja karena usia, kecelakaan, PHK atau sebab lainnya, maka ia tidak punya pintu pemasukan dana lagi. Kondisi ini menyebabkan kesulitan hidup luar biasa, terutama bagi seorang warga negara yang sudah tidak dapat bekerja atau bekerja dengan gaji sangat minim hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya . Pada beberapa wilayah, pihak negara biasanya mewajibkan para pemilik usaha untuk memasukkan nilai Jaminan Sosial terhadap para pekerjanya yang biasa dikenal dengan istilah Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Di Indonesia Jamsostek ini diatur dalam UU Ketenagakerjaan (UU No.3/1992) yang di antaranya pada Bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan: Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa, seperti kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Dengan demikian, ruang lingkup Jamsostek ini meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan kesehatan.

4.

Problem Kelangkaan Lapangan Pekerjaan Kelangkaan lapangan pekerjaan bisa terjadi ketika muncul ketidakseim-bangan antara jumlah calon tenaga kerja yang banyak, sedangkan lapangan pekerjaan relatif sedikit, atau banyaknya lapangan kerja, tapi kualitas tenaga kerja buruh yang ada tidak sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan. Kelangkaan lapangan pekerja ini memunculkan angka tingkat pengangguran yang tinggi. Problem kelangkaan lapangan kerja disebabkan oleh: 1. Penguasaan modal dan sumber daya alam pada segelintir orang (konglomerat) 2. Kurangnya kualitas SDM 3. Investasi usaha rendah karena problem regulasi yang dianggap mempersulit investor

5.

Kualitas SDM yang rendah

Tenaga kerja di negara berkembang belum banyak yagn dibayar mahal, karena memang belum layak. Hal tersebut makin menunjukkan bahwa rendahnya kualitas tenaga kerja telah menjadi masalah yang kompleks dan juga menjadi dilema. Disatu sisi secara kuantitas tenaga kerja diperlukan sebagai penggerak perekonomian, namun disisi lain secara kualitas justru mengalami kekurangan kualitas.
Peningkatan mutu tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara : 1. Menyelenggarakan pelatihan untuk pencari kerja 2. Menyelenggarakan pelatihan manajemen di seluruh provinsi 3. Menyelenggrakan pelatihan pematang dengan mengirimkan tenaga kerja terpilih ke luar negeri dan dalam negeri. 4. Meningkatkan prasarana pelatihan untuk untuk pencari kerja dan pegawai pengawas ketenagakerjaan. 5. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan untuk pegawai pengawas ketenaga kerjaan.

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan Melihat persoalan ketenagakerjaan yang sedemikian kompleks, tentunya dibutuhkan pemecahan yang komprehensip dan sistemik. Sebab, persoalan tenaga kerja, bukan lagi merupakan persoalan individu, yang bisa diselesaikan dengan pendekatan individual. Tapi persoalan ini merupakan persoalan sosial, yang akhirnya membutuhkan penyelesaian yang mendasar dan menyeluruh.
Negara negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban ketergantungan yang lebih berat. Selain itu, ledakan angkatan kerja banyak dialami oleh negara negara berkembang yang tidak diikuti dengan meningkatnya perluasan lapangan kerja sehingga terjadi pengangguran baik di kota kota maupun di desa desa. Jumlah penawaran tenaga kerja yang tinggi di negara negara berkembang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja di negara-negara berkembang memiliki kualitas yang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja di negara-negara maju. Indikator dari rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara berkembang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan dalam semua aspek. Keberhasilan usaha pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor tenaga kerja. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenaga kerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha dilapangan pekerjaan. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di negara negara berkembang, khususnya tenaga kerja yang menganggur tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja, yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga permasalahan megenai tenaga kerja di negara negara berkembang dapat teratasi dengan baik dan tidak lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan kualitas tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

*http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Negara_Maju_dan_Negara_Berkembang _9.1_%28BAB_1%29#A._Pengertian_Negara_Maju_dan_Negara_Berkembang

*http://www.indolawcenter.com/index.php?option=com_content&view=article& id=1627%3Apengertian-ketenagakerjaan-tenaga-kerja-pekerja-danpengusaha&catid=170%3Ahukum-perburuhan&Itemid=237 *http://sunxrevolution.blogspot.com/2009/04/permasalahan-buruh-dalamjeratan-sistem.html

Manullang, sendjun. 1990. Pokok-pokok hukum ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta, Rineka Cipta.

Husni, lalu. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

You might also like