You are on page 1of 22

PEMBAHASAN

1) )
A. PENILITIAN SANAD a. Penggalan lafadz-lafadz atau matan hadits dalam kitab alMu`jam al-Mufahros Li al-Fadzhi al-Hadits an-Nabawi.

1 : 101, 64 , 02, Bahwa topik hadits


tentang hak hamba dan Tuhannya ada dalam kitab Shahih alBukhari tepatnya hadits ke 101 pada bab libas, juga terdapat pada bab jihad hadits ke 46, bab isti`dzan pada hadits ke 20 dan bab tauhid hadits pertama sama dengan imam al-Bukhari sebagai mukhorijnya.

39 ,38 : bahwa topic hadits tentang hak hamba dan


Tuhannya di takhrij oleh Imam Muslim dalam kitabnya shahih Muslim tepatnya pada bab iman hadits ke 48-49

18 : bahwa topik hadits tentang hak hamba dengan


Tuhannya di takhrij oleh Imam an-Nasa`i hadits ke 18 pada bab iman.

25 : bahwa topik hadits tentang hamba dengan


Tuhannya di takhrij oleh Imam Ibnu Majjah bab zuhud tepatnya pada hadits ke 25.2

b. Menulusuri letak hadits pada kitab hadits (al-Kutub at-Tis`ah) berdasarkan kitab kamus hadits, yaitu:

, ,
1 Ibrahim bin Muhammad bin Kamaluddin, al-Bayan wa al-Ta`rif fi Asbabi al-Wurud al-Hadits As-Syarif, (Bairut Lebanon), hal: 277, 1982 2 Concordance Et Indices dela Tradition Musul Mane A. J. Wensinch, (Penerbit: E. J. Brill), 1969

Artinya: Meriwayatkan kepadaku Hudbah bin Khalid menceritakan kepadaku Qotadah meriwayatkan kepadaku Anas bin Malik dari Mu`adz bin Jabal R.a Rosulullah Saw, bertanya kepada muadz tentang hak allah atas hambanya dan tantang hak hamba atas allah, muadz pasrah kamudian rasul menjalaskan bahwa hak allah atas hamba adalah menyembah sedangkan hak hamba ats allah adalah untuk tidak mengadzab. c. Ranji Sanad Setelah ditemukan urutan sanad dan matan hadits secara lengkap maka perlu didiskripsikan ranji sanad yang ada sesuai dengan urutan sanad pada hadits, berikut ranji sanad beserta Tahammul al-Hadits, yaitu

3 Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari, Mujaladu al-`Asy, (Bairut Lebanon), hal: 142-143

d. Hasil penelitian kebersambungan sanad hadits dalam kitab Tadzhib al-Kamal Fi as-Ma al-Rijal, berdasarkan data biografi perawi, yang meliputi nama lengkap, tahun lahir dan wafat rihlah ilmiah pencarian hadits serta daftar guru dan muridnya: Hudbah bin Khalid bin al-Aswad bin Hudbah alQaysiy at-Tsaubuni Guru: Harun bin Musa an-Nahwi, Hummam bin Yahya, Abi Hilal ar-Rasy Murid: Imam Bukhari, Musum, Abu Dawud4 Hammam bin Yahya bin Dinar al-Audzi al-Muhally Guru: Qosim bin Abdul Wahid, Qhotadah bin Diamah, Qhutadah bin Wabrah alUjaify Murid: Harun bin Isma`il al-Khazzar, Hudbah bin Kholid, Waki` bin al-Jarrah5 Qotadah bin Diamah Guru: Az-Zubair bin al-Awan bin Khuwailh, Anas bin Malik, Rafi` bin Nuhara`an6 Murid: Sulaiman bin Salhin, Hammam bin Yahya bin Dinar al-Audzi alMuhally, Sab`ah bin Khijati bin Warod.7

4 Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mazzy, tadzhib al-Kamal fi Asma` ar-Rijal, (Baiyrut , Lebanon, penerbit Darrul Fikr), 1994 M/ 1414 H, Juz: 19, Hal: 225-228 5 Ibid, Juz:19, Hal: 301-305 6 Ibid, Juz: 15, Hal: 250-255

Anas bin Malik an-Nadzar bin Azamazam bin Zala bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Ady bin an-Najar al-Ansary8 Guru: Mahmud bin ar-Raby, Mu`adz bin Jabbal, Abi Sa`ad as-Sa`ady Murid: Farqod as-Sabahy, Qhotadah bin Diamah, Katsir bin Sulaiman al-Madany Mu`adz bin Jabal bin amir bin Aus bin Aid bin ady bin Ka`ab bin Amir bin Ady bin Sa`id bin Aly bin as-`Ad bin Saridah bin Jusyami bin al-Khazaraj alAnsary al-Khazrajy Abu Abdurrahman Sahibu Rosulullah Saw Guru: Nabi Saw, (Warowa al-Jama`ah) Murid: Aswad bin Yazid an-Nakhai`, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah9 e. Hasil penelitian tentang kualitas sanad hadits dengan sanad yang muttasil, berikut nama perwai, tahun, lahir, wafat dan Jarh wa Ta`dil, yaitu: No 1 Nama Perawi Hudbah bin Khalid bin alAswad bin Hudbah alQaysiy atTsaubuni TL/TW/Umur Lahi r 235 H Waf at: 172
8 Ibid, Juz: 2, Hal: 330-345 9 Ibid: Juz: 18, Hal: 163-168

Guru : Haru n bin Mus a anNah wi Hu

Murid Imam Bukha ri Musu m Abu Dawud

Jarh Wa Tadil Abu Hatim: Shoduq AnNasa`i: Dha`if Yahya

H Umu r : 63 Th

mm am bin Yah ya Abi Hilal arRasy

bin Ma`in: Tsiqah Ahmad bin Ady: Wafqohu al-Nas, Shoduq, La ba`sa bih Abu Bakar bin Abu Asim: Tsiqah AlBukhari: Mungkar al-Hadits

Hammam bin Yahya bin Dinar alAudzi alMuhally

Lahi r:5 SH Waf a: 164 H Umu r: 59 Th

Qosi m bin Abd ul Wah id

Harun bin Isma`il alKhazz ar Hudb ah bin Kholi d

Ahmad Bin Sinan AlQattan: Qowiyyu n FilHadits Yahya Bin Ma`In:

Qho tada h

bin Dia mah Qhut adah bin Wab rah alUjaif y

Waki` bin alJarrah

Tsiqah Ab-Bas Addaury: Tsiqah, Shalih Al-Hadits Abu Bakar Bin Abi Khaitsam ah: Aksar Al-Hadits Affan: Tsiqah Ahmad bin Ady: `Adalah Abdurrah man bin Abi Hatim: La ba`sa bih

Qotadah bin Diamah bin Qotadah

Lahi r: 117 H Waf at: 54 H

AzZuba ir bin alAwa n bin Khu

Sulaim an bin Salhin Ham mam bin Yahya

Ibnu Sirin: Akhfadun nas Yahya bin Ma`in:

Umu r : 63 Th

wail h Ana s bin Mali k, Rafi` bin Nuh ara`a n

bin Dinar alAudzi alMuhal ly Sab`ah bin Khijati bin Warod . Farqod asSabah y Qhota dah bin Diama h Katsir bin Sulaim an alMadan y

Tsiqah Abu Zara`ah:

Anas bin Malik anNadzar bin Azamazam bin Zala bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Ady bin anNajar alAnsary

Lahi r : 35 SH Waf at: 93 H

Mah mud bin arRaby Mu` adz bin Jabb al Abi Sa`a d asSa`a dy

Abu Abdillah Mainur Bin Abban AlJusyammi : Tsabit, Autsaq Ja`far bin Sulaiman: Tsabit Imron bin Khalid alKhuzaly: Tsabit

Umu r: 63 Th

Ibnu Aun: Tsabit 5 Mu`adz bin Jabal bin amir bin Aus bin Aid bin ady bin Ka`ab bin Amir bin Ady bin Sa`id bin Aly bin as-`Ad bin Saridah bin Jusyami bin al-Khazaraj al-Ansary Lahi r:165 Th Waf at : 18 H Umu r : 34 Th Nabi Saw, (War owa alJama `ah) Aswad bin Yazid anNakhai ` Anas bin Malik Jabir bin Abdill ah f. Penelitian Terhadap Kualitas Perawi berdasarkan Jarh Wa Ta`dhil: 1. Hudbah bin Khalid bin al-Aswad bin Hudbah al-Qaysiy at-Tsaubuni Abu Hatim: Shoduq An-Nasa`i: Dha`if Yahya bin Ma`in: Tsiqah Ahmad bin Ady: Wafqohu al-Nas, Shoduq, La ba`sa bih Abu Bakar bin Abu Asim: Tsiqah Al-Bukhari: Mungkar al-Hadits Ahmad Bin Sinan Al-Qattan: Qowiyyun Fil-Hadits Yahya Bin Ma`In: Tsiqah Ab-Bas Addaury: Tsiqah, Shalih Al-Hadits Abu Bakar Bin Abi Khaitsamah: Aksar Al-Hadits Abu Kilabah:


Ibnu Mas`ud:

2. Hammam bin Yahya bin Dinar al-Audzi al-Muhally

Affan: Tsiqah Ahmad bin Ady: `Adalah Abdurrahman bin Abi Hatim: La ba`sa bih Ibnu Sirin: Akhfadunnas Yahya bin Ma`in: Tsiqah Abu Zara`ah:

3. Qotadah bin Diamah bin Qotadah

4. Anas bin Malik an-Nadzar bin Azamazam bin Zala bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Ady bin an-Najar al-Ansary Abu Abdillah Mainur Bin Abban Al-Jusyammi: Tsabit, Autsaq Ja`far bin Sulaiman: Tsabit Imron bin Khalid al-Khuzaly: Tsabit Ibnu Aun: Tsabit

5. Mu`adz bin Jabal bin amir bin Aus bin Aid bin ady bin Ka`ab bin Amir bin Ady bin Sa`id bin Aly bin as-`Ad bin Saridah bin Jusyami bin al-Khazaraj al-Ansary al-Khazrajy Abu Abdurrahman Sahibu Rosulullah Saw. Abu Kilabah: Ibnu Mas`ud:

1. Penelitian Kebersambungan Sanad beserta Risalah Ilmiyah dan Biografi Perawi, yaitu: 1. Hudbah bin Khalid bin al-Aswad bin Hudbah al-Qaysiy at-Tsaubuni Beliau merupakan ulama ahli hadits dari daerah Tsuban tepatnya di Basrah, beliau memiliki guru kurang lebih 20 orang dan muridnya kurang lebih 62 orang. Beliau wafat di Basrah pada usia kurang lebih 63 tahun. Adapun dalam risalah ilmiahnya Hudbah bin Khalid dari beberapa gurunya seperti Hammad bin Za`id dan beberapa rekannya seperti Ahmad bin Adi, mereka mengakui kemampuan dan kapabelitas Hudbah dalam periwayatan hadits dengan bukti beberapa komentar yang ada bereseni tentang ketsiqahan, kejujuran

dan kuatnya pikiran dalam memahami suatu hadits.10 2. Hammam bin Yahya bin Dinar al-Audzi al-Muhally Perawi hadits berasal dari daerah Quadz Bazrah, beliau memiliki guru kurang lebih 35 orang dan muridnya kurang lebih sebanyak 24 orang. Beliau wafat di Bazrah pada umur 59 tahun. Dalam risalah ilmiahnya Hammam memiliki bukti ideal sebagai seorang perawi sebagaimana ungkapan Abdurrahman bin Hatim bahwasanya teman seperguruan kepada Ziyadz bin Sa`ad dan Abdurrahman bin Hatim yang mengatakan bahwa ketika dalam masa pencarian ilmu beliau seringkali bercakap-cakap dengan Hamman tentang hafalan haditsnya dan dari keduanya dapat dipastikan kedekatannya dengan hadits. 3. Qotadah bin Diamah bin Qotadah Adalah perawi dari daerah Basrah, beliau lahir pada tahun 117 H dan beliau meninggal pada usia 54 H, beliau memiliki guru kurang lebih 66 orang dan muridnya kurang lebih 158 orang. Dan beliau wafat di Basrah pada usia kurang lebih 63 tahun. Dan dalam risalah ilmiahnya beliau terbukti sebagai perawi yang cerdas, karena ketekunannya dalam menuntut ilmu hingga dimasa tuanya, hal ini dibuktikan dari salah soerang gurunya yang bernama Az-Zubair bin al-Awan bin Khuwailh. 4. Anas bin Malik an-Nadzar bin Azamazam bin Zala bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Ady bin an-Najar al-Ansary Adalah perawi dari daerah Nahasy Madinah, beliau memiliki guru kurang lebih 300 orang. Beliau wafat di Madinah pada usia yang kurang lebih seumuran dengan usia Rosulullah Saw yaitu 63 tahun. Dalam risalah ilmiahnya terbukti dari pendapat az-Zuhri dari an-Nas bin Malik yang mengatakan bahwa ketika Rosulullah Saw ada di Madinah (setelah hijrah) an-Nas bin Malik berumur 10 tahun, ketika Nabi wafat beliau berumur 20
10 Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mazzy, tadzhib al-Kamal fi Asma` ar-Rijal, (Baiyrut , Lebanon, penerbit Darrul Fikr), 1994 M/ 1414 H, Juz: 19, Hal: 226

tahun. Dari sini kita dapat ketahui bahwa an-Nas bin Malik juga mengetahui uswah Rosulullah Saw ketika hidup.11 Dan dalam tataran guru dapat diketahui pula bahwa an-Nas bin Malik pernah berguru kepada Rosulullah Saw. dan pendapat Ja`far bin Sulaiman tsabit, dan an-Nas pernah bertemu kepada Rosul bersama Ummu Sulaimah dan anNas dalam keadaan masih kecil Rosulullah Saw berdo`a:


Artinya: Ya Allah perbanyaklah hartanya anaknya dan masukkan dalam surga. 5. Mu`adz bin Jabal bin amir bin Aus bin Aid bin ady bin Ka`ab bin Amir bin Ady bin Sa`id bin Aly bin as-`Ad bin Saridah bin Jusyami bin al-Khazaraj al-Ansary al-Khazrajy Abu Abdurrahman Sahibu Rosulullah Saw. Beliau adalah perawi dari Madinah, dan Mu`adz termasuk perawi dalam kalangan sahabat memiliki guru, dalam kitab Tadzhibul Kamal secara jelas tidak disebutkan secara jelas berapa jumlah gurunya namun terdapat satu orang guru yang menjadi uswah atau tauladan manusia yaitu Rosulullah Saw, beliau memiliki murid kurang lebih 57 orang, beliau wafat pada umur kurang lebih 43 tahun, namun dalam waktu yang tidak lama beliau mampu melahirkan sejumlah perawi seperti an-Nas bin Malik, Jabir bin Abdillah dan lain-lain. Adapun dalam rislah ilmiahnya banyak para ulama hadits menyatakan banyaknya ilmu yang dia dapat dari Rosulullah Saw dan sebagaimana pendapat Abu Salih dari Abu Hurairah bahwa Rosul pernah memuji beberapa orang sahabat seperti Abu Bakar, Abu Ubaidillah, Usaid bin Khudzair, Ja`far Tsabit bin Qays dan Mu`adz bin Jabal. 2. Kualitas Pribadi dan Stratifikasi al- Jarh Wa al-Ta`dhil 1. Hudbah bin Khalid bin al-Aswad bin Hudbah al-Qaysiy atTsaubuni Adalah seorang perawi yang secara mayoritas ulama menta`dil
11 Ibid, hal: 227

kualitasnya, adapun beberapa komentar ulama yang menta`dil antara lain; Abu Hatim dengan ta`dil Shoduq, Ahamd bin Adi dengan ta`dil Wafqohu an-Anas: Shoduq Laba`sa Bih, menduduki tingkatan keempat dalam hal ini implementasi hukum yang ada adalah bahwa hadits yang diriwayatkan tidak bisa dijadikan hujjah, namun hadits tetap ditulis dan diberitakan. Berikut Yahya bin Ma`in menta`dil Hudbah dengan tsiqah dan Abu Bakar bin Asyim dengan tsiqah, dalam hal ini menempati tingkatan kedua yang memberikan implementasi hukum bahwa hadits yang diriwayatkan dapat dijadikan hujjah. 12 Disamping para ulama yang menta`dil juga terdapat ulama yang men-jarh Hudbah bin Khalid antara lain: an-Nasai` dha`if dan al-Bukhari dengan komentar munkarul hadits dari kedua kubu ulama yang mengungkapkan kualitas perawi dengan pendapat yang bertentangan dalam hal ini dapat menggunakan ka`idah,yaitu:


Artinya: Jika terdapat pertentangan antara ulama yang menjarh dan menta`dil maka hukumnya dimenagkan kepada ulama yang menta`dil, kecuali jika ditetapkan prediket jarh oleh para penjarh dan muffasir . Dari penggunaan ka`idah yang telah tersebut diatas maka Hudbah bin Khalid dapat dinyatakan sebagai perawi yang periwayatanya dapat dijadikan hujjah dikarenakan ulama yang mentadil lebih mayoritas dibanding ulama yang menjarh, adapun dapat disimpulkanya periwayatan Hudbah dapat dijadikan hujjah juga dilihat dari kualitas para ulama yang kualitasnya lebih, dalam hal ini adalah Yahya ibn Ma`in dan Abu Bakar bin Ashim yang notabene adalah kritikus hadits. 2. Hammam bin Yahya bin Dinar al-Audzi al-Muhally. Adalah perawi yang dapat dinyatakan periwayatannya dapat dijadikan hujjah, hal ini dapat dilihat dari komentar para ulama antara lain Ahmad bin Sinan al-Qathan dengan ta`dil qawiyan fil hadits, Yahya bin Ma`in dengan Tsiqah ad-Daury dengan tsiqah, Affan tsiqah, yang mana dalam urutan ta`dil
12 Mahmud Thohhan, Penerjemah Zainil Muttaqin, Ulumul Hadits, (Yogyakarta, Titian Ilahi Pres), 2003, hal: 169

terdapat dalam tingkatan ketiga dengan implementasi hukum bahwa hadits dapat dijadikan hujjah, meskipun tidak terdapat dalam urutan pertama dan Shalih alHadits dalam urutan ta`dil keenam dengan implementasi hukum bahwa hadits tidak dapat dijadikan hujjah namun hadits hanya ditulis sebagai i`tibar, Abu Bakar bin Abi Khaisamah akhsanul hadits, dalam hal ini terdapat dalam urutan ta`dil yang pertama, karena menggunakan wazan dengan mauzun

dengan

implementasi dapat dijadikan hujjah hadits yang diriwayatkan.13 Berikut Ahmad bin Adi dengan komentar `adalah, Abdurrahman bin Abi Hatim dengan Laba`sa bih, dalam hal ini terdapat dalam urutan keempat dengan implementasi hadits tidak dapat dijadikan hujjah, namun hadits hanya diberitakan, dengan melihat komentar para ulama hadits maka hadits yang diriwayatkan Hammam bin Yahya dinyatakan dapat dijadikan hujjah karena ulama yang menta`dil dengan tingkatan tsiqah dan ahksan (wazan )lebih mayoritas dibanding ulama yang menta`dil dalam urutan dibawahnya. 3. Qotadah bin Diamah bin Qotadah Seorang perawi yang dinyatakan dapat dijadikan hujjah periwayatnnya hal ini merujuk kepada komentar para ulama Ibnu Sirin dengan akhfadunnas dalam tingkatan ta`dil terdapat dalam urutan yang pertama melihat lafadz ahfadho dengan wazan , Yahya bin Ma`in dengan tsiqah dalam hal ini terdapat dalam urutan ta`dil ketiga dengan konsekuensi dapat dijadikan hujjah. Abu Zara`ah dengan ( wazan )dengan urutan ta`dil pertama yang memberikan implementasi hukum bahwa hadits yang diriwayatkan dapat dijadikan hujjah, jadi dari komentar para ulama bahwa Qotadah disepakati dapat dijadikan hujjah periwayatannya. 4. Anas bin Malik an-Nadzar bin Azamazam bin Zala bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Ady bin an-Najar al-Ansary Perawi yang dapat dijadikan hujjah periwayatannya hal ini dilihat dari kesepakatan para ulama yang menta`dil didalam urutan tingkat tinggi seperti,
13 Ibid, hal: 172

Abu Abdillah Maimun bin Abban al-Jusyami dan Ja`far bin Sulaiman Imron bin Khalid al-Khuza`i dan Ibnu Aun dengan komentar tsabit yang mana terdapat dalam urutan kedua pada ta`dil. dan ta`dil berupa autsaq (wazan )yang terdapat dalam urutan yang pertama dari kedua macam ta`dil yang ada maka dinyatakan Anas bin Malik adalah perawi yang dinyatakan dapat dijadikan hujjah. 5. Mu`adz bin Jabal bin amir bin Aus bin Aid bin ady bin Ka`ab bin Amir bin Ady bin Sa`id bin Aly bin as-`Ad bin Saridah bin Jusyami bin al-Khazaraj al-Ansary al-Khazrajy Abu Abdurrahman Sahibu Rosulullah Saw. Perawi yang dinyatakan dapat dijadikan hujjah periwayatanya dengan merujuk pendapat para ulama antara lain, Abu Kilabah: , Ibnu Mas`ud: dengan ta`dil dan yang keduanya mengikuti wazan yang terletak pada tingkatan pertama dari urutan ta`dil, sehingga dapat disimpulkan bahwa Mu`adz bin Jabal dapat dijadikan hujjah periwayatannya atas implementasi hukum urutan ta`dil. B. PENELITIAN MATAN Meneliti matan hadits membutuhkan supplement sebagai informasi tambahan dalam memahami isi hadits, adapun hal-hal yang memiliki hubungan dengan teks matan antara lain al-Qur`an, al-Hadits, rasio, ilmu pengetahuan dan sejarah. 1. Diskursus dalam memperbincangkan hak hamba kepada Allah Swt. terdapat dalam al-Qur`an surat al-Bayyinah ayat 5, yaitu:

tBur (#rD& w) (#r6u9 !$# t=C $! &s! te$!$# u!$xuZm (#qJ)ur no4qn=9$# (#q? sur no4qx.9$# 4 y79sur ` pyJhs)9$#
Artinya: Dan tiada ku (allah swt) perintah kepada hambaku kecuali untuk beribada kepada Allah yang tulus atas dasar agama yang sempurna dan agar mereka mendirikan shalat, zakat, dan itulah agama yang lurus. Latar belakang pengambilan ayat tersebut dijelaskan oleh prof. Dr. Quaraish Shihab bahwa istisna` yang berupa lafad illa

adalah

menunjukkan

makan

hanya.

bahwa

hamba

yang

diciptakan didunia hanyalah untuk menyembah kepada Allah.14 Adapun berkaitan dengan ayat hak Allah atas hambanya adalah untuk tidak mengadzab hambanya yang dijelaskan dalam al-Qur`an, yaitu:

yxt7r&ur %!$# (#qYyJs? mtR%s3tB BF{$$/ tbq9q)t cr(s3ur !$# 6t Xh9$# `yJ9 !$to `B n$t7 )tur ( Iwqs9 br& `B ! $# $oYn=t y#|ys9 $uZ/ ( mRr(s3ur w x= tbrs39$# Artinya: Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencitacitakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dia kehendaki dari hambahambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar dia Telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah) Latar belakang pengambilan ayat ini adalah atas pengakuan kaum yang pada awalnya mengagumi dan mengunggulkan harta qorun lalu kemudian menyatakan bahwa Allah lah yang benarbenar melapangkan rezeki pada hamba yang dikehendakinya. Padahal kaum yang pada awalnya lalai dengan kebesaran Allah pada akhirnya beriman dan mengakui kebesaran-Nya dan bukan mengklaim bahwa Allah adalah Tuhan pengadzab hamba. Dalam konteks ini dikuatkan oleh ayat al-Qur`an yang berbunyi:


Artinya: Sesungguhnya Allah adalah maha pengampun 2. Hadits tentang hak hamba atas Allah dan

14 Quaraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, (Bandung, Mizan), 2003, hal: 14-18

sebaliknya juga dikuatkan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ali R.a yang berbunyi:


Artinya: Adapun Allah adalah dalam sembahan hambanya yang mana tersebut dalam pertolongan saudaranya.(H.R. Ali bin Abi Thalib)15 Dari pemahaman hadits tersebut bahwa hamba yang ada dalam lindungan Allah memberikan pemahaman muafaqah yaitu yang semakna antara teks yang tersurat dengan makna yang tersirat artinya bahwa hamba yang ada dalam lindungan Allah berkewajiban menyembah Tuhannya sebagai konsekuensi konkrit dan seimbang antara Tuhan dan hambanya. 3. Penelitian matan atau hadits korelasi dengan hak rasio Allah dan ilmu atas dalam Illa pengetahuan pengetahuan oleh ayat Abi paradigma tentang Yahya bin dengan

hambanya dan hak hamba atas Allah dijelaskan Zakaria Syarof wal muqadimah Riyadl as-Sholihin bahwa penjelasan Wama Kholaqtu mereka dirinya al-Jinna Insa hak liya`Budun adalah bahwa hamba diciptakan untuk beribadah membalas dan atas memiliki yang untuk dan diciptakan

menjadi bagian dari dunia meskipun zat yang meinciptakannya tidak butuh balasan tersebut.16 4. Dan korelasi dengan distorsi sejarah turunnya hadits tersebut adalah berkaitan dengan kesengajaan Nabi atas Mu`adz bin Jabal dalam
15 Abi Zakariya Yahya bin Syarof an-Nawawi, Muqadimah Riyad as-Sholihin, (Semarang, Putera Semarang), hal: 5 16 Ibid, hal: 4

memberitahukan hak Allah atas hambanya begitu juga dengan hak hamba atas Allah agar terealisasi pemahaman yang seimbang antara hak dan kewajiban hamba, begitu juga dengan hak dalam keadilan Allah karena pada kenyataannya Mu`adz pasrah dan membutuhkan pengertian dari Nabi.17 C. Metode Pemahaman Hadits Pemahaman Hadits Mukhtalif dengan Metode Kompromistis (al-Jam`u wa alTaufiq) dengan pendekatan Ushul Fiqh dan pendekatan takwil. 1. Pendekatan Ushul Fiqh Hadits tentang hak Allah atas hamba dan hak hamba atas Allah Swt. a. Dengan menggunakan Ushul Fiqh Bi i`Tibari wad`i al-Lafdzi Fi al-Ma`na, yaitu adanya huruf nafi dalam lafadz La Yu`adziba yang mana dalam teori Ushul Fiqh lafadz tersebut adalah merupakan lafadz mutlak,18 karena adanya lafadz yang muncul tanpa ada penjelasan kongkrit baik berupa taukid atau berupa sifat dan badal.

. , ,

Artinya: Meriwayatkan kepadaku Hudbah bin Khalid menceritakan kepadaku Qotadah meriwayatkan kepadaku Anas bin Malik dari Mu`adz bin Jabal R.a Rosulullah Saw, bersabda Rosul bertanya apakah kau mengetahui apa hak Allah Swt
17 Op.cit, al-Bayan wa al-Ta`rif fi Asbabi al-Wurud al-Hadits As-Syarif, (Bairut Lebanon), 1982, hal: 277 18 Jamaluddin Ahmad, Miftah al-Whusul, (Jombang, al-Fatah), 1996, hal: 17

atas hambanya, Mu`adz menjawab bahwa Allah dan Rosul lebih mengetahui, kemudian Rosul berkata hak Allah atas hambanya adalah agar hamba menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukannya kemudian Rosul berjalan sejenak dan memanggil, hai Mu`adz bin Jabal kupenuhi penggilanmu ya Rosul bertanya, apakah engkau ketahui hak hamba atas Allah kemudian mu`adz menjawab allah dan rosul lebih mengetahui, Rosul pun bersabda hak hamba atas allah agar tidak mengazabnya. Artinya bahwa hamba itu memiliki hak kepada Allah untuk menyembahnya dan Allah memiliki hak atas hambanya untuk tidak mengadzab. b. Hadits dengan menggunakan Ushul Fiqh dengan materi muqayyad19 bahwa lafadz hakiki dijelaskan oleh badal berupa lafadz khiara dan as-Syarro (memberi rahmat dan megadzab)

: ,
20

ii

.
Artinya: Dari Abi Sa`id al-Khudri R.a sesungguhnya Rosulullah Saw

bersabda hak setiap orang mukalaf mempercayai bahwa Allah ja`iz dan memiliki hak menjadikan baik dan buruk dan sesungguhnya Allah menjadikan Islam dalam tambahnya iman terkadang dalam kekufuran hamba didalam umur dan pengetahuan. Kandungan Makna Hadits Hadits pertama bersifat mutlak, karena hak hamba atas Allah hanya dijelaskan atau dipaparkan berupa layuaddzibahum (bahwa hak allah hanyalah memberi rahmat dan tidak mengadzab) padahal terdapat hadits lain yang memaparkan secara konkrit hak Allah atas hambanya berupa adzab dan rahmat-Nya. Hadits yang kedua menyatakan penjelasan secara
19 Ibid, hal: 19 20 Ibrahim al-Baijury, Kifayatah al-Awam, (Surabaya, al-Hidayah ), hal: 67

konkrit tentang hak hamba atas Allah dengan memberikan adzab disamping memberikan rahmat. Peneyelesaiannya: kemutlakan hadits pertama ditakyid dengan hadits kedua, bahwa Allah memiliki hak atas hambanya berupa memberikan adzab kepada hambanya (yang inkar) dan memberikan rahmat (bagi hamba yang ta`at)21 2. Pendekatan Takwil

. , ,

Bahwa hamba itu memiliki hak kepada Allah untuk menyembahnya dan Allah memiliki hak atas hambanya untuk tidak mengadzab.

. , : .

ii

Artinya: Dari Abi Sa`id al-Khudri R.a sesungguhnya Rosulullah Saw bersabda hak setiap orang mukalaf mempercayai bahwa Allah ja`iz dan memiliki hak menjadikan baik dan buruk dan sesungguhnya Allah menjadikan Islam dalam tambahnya iman terkadang dalam kekufuran hamba didalam umur dan pengetahuan. Kandungan Makna Hadits Dalam pengertian hadits ini hak hamba atas Allah adalah tidak memberikan adzab dengan kata lain bahwa Allah hanya memberikan rahmat hal ini
21 Ibid, hal: 68

sebagaimana pendapat yang digunakan oleh kelompok Jabaraiyah22 bahwasanya Allah dalam menciptakan makhluk memiliki hak otoritas untuk memberikan rahmat karena allah lah yang memaksa makhluk untuk melakukan perbuatan baik melalui hukumnya. Berbeda dengan pendapat yang digunakan Mu`tazilah yang berusaha mengkompromikan kedua hadits diatas dengan konsep adilnya melalui ushul alKhomsahnya yaitu allah wajib memberikan rahmat pada hambanya yang ta`at dan wajib memberikan siksa kepada hambanya yang inkar.23 Namun dalam kaca mata ahlu Sunnah yang dipelopori oleh Abu Hasan alAsyari, mengadzab dan memberikan rahmat adalah merupakan hak Allah yang mana dalam ilmu kalam disebut dengan sifat ja`iz allah, artinya bahwa allah berhak memberikan rahmat kepada hambanya yang ta`at dan berhak memberikan adzab kepada hambanya yang inkar, hal ini Ahlu Sunnah menguatkan firman Allah, yaitu

@%ur

,ys9$#

`B

O3n/

`yJs

u!$x

`Bs=s tBur u!$x 3u=s 4


Artinya: Katakanlah kebenaran datang dari Tuhanmu barang siapa yang mau maka dia beriman, barang siapa yang tidak mau maka dianggap kafir.24

D. Kesimpulan Dari pengamatan yang telah dilakukan hadits tentang dapat disimpulkan kualitas hadits secara rinci dan eksplisit berikut inplisit mulai dari kualitas sanad hadits, kualitas matan hadits dan pemahaman substansi hadits dengan beberapa
22 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta, UI Pres ), 2002, hal: 33 23 Ibid, hal: 40 24 Ibid, hal: 62

pendekatan yang ada antara lain: 1. Kualitas sanad: Dari penelitian sanad melalui jalur yang ditempuh mulai dari al-Kutub al-Tis`ah melalui al-Mu`jam al-Mufahros Li al-Fadz al-Hadits dan kebersambungan sanad dari kitab Tadzhib al-Kamal Fi Asma` al-Rijal. Dapat disimpulkan bahwa hadits yang telah diteliti berkualitas shahih melihat dari kebersanbungan sanad ( .) Melihat dari murid, guru, tahun, lahir, wafat dan Jarh wa Ta`dil. 2. Penelitian matan: Dari penelitian matan yang dilakukan telah jelas bahwa hadits yang diteliti memiliki korelasi yang sangat akurat melihat dari al-Qur`an, alHadits, rasio, berikut historisitas yang konkrit menerangkan kejadian sosial dan moral pada waktu hadits diturunkan. 3. Pemahaman hadits: Dengan menggunakan beberapa metode hadits yang ditawarkan, maka kami menggunakan metode kompromositis dengan pendekatan Ushul Fiqh dan pendekatan takwil, kami dapat paparkan maksud hadits dari segi lafadznya merujuk kepada teori-teori dalam Ushul dan maksud hadits dari pentakwilan para ulama dari paradigma yang ada antar golongan (ulama kalam)

DAFTAR PUSTAKA Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mazzy, Jamaluddin. 1994 M/ 1414 H. Tadzhib al-

Kamal fi Asma` ar-Rijal, Penerbit Darrul Fikr, Bairut Lebanon Ahmad, Jamaluddin . 1996. Miftah al-Whusul, , al-Fatah, Jombang Al-Baijury, Ibrahim. Kifayatah al-Awam, al-Hidayah, Surabaya Bukhari, Imam, Shahih al-Bukhari, Mujaladu al-`Asy, Bairut Lebanon Concordance Et Indices dela Tradition Musul Mane A. J. Wensinch, 1969, (Penerbit: E. J. Brill), Muhammad bin Kamaluddin, Ibrahim. al-Bayan wa al-Ta`rif fi Asbabi alWurud al-Hadits As-Syarif, Bairut Lebanon Nasution, Harun. 2002. Teologi Islam, UI Pres, Jakarta Shihab, Bandung Thohhan, Mahmud. Penerjemah Zainil Muttaqin, 2003. Ulumul Hadits, Titian Ilahi Pres, Yogyakarta Zakariya Yahya bin Syarof an-Nawawi, Abi. Muqadimah Riyad as-Sholihin, Putera Semarang, Semarang. Quaraish. 2003. Wawasan al-Qur`an, Mizan,

You might also like