You are on page 1of 27

PENDAHULUAN

Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hampir semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip desain tata letak yang benar. Dalam makalah ini akan dibahas desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi, namun terbatas pada alat-alat utama saja yaitu Dental Unit, Mobile Cabinet, dan Dental Cabinet.

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain tata letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum tempat praktek dibangun dan tidak tertutup kemungkinan untuk direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak layak lagi.

Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya berupa sketsa yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia. Selain itu juga dengan memperhatikan

pertimbangan ergonomis, medis dan kepatutan. Secara garis besar ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan memperhatikan proses dan yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada tempat praktek dokter gigi yang digunakan adalah desain tata letak dengan memperhatikan proses efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak pergerakan yang terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari desain tata letak.

PEMBAHASAN

TIM DAN SISTEM KERJA Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Dentist adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas mengisi Rekam Medis, serta melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara mandiri. Dental Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di Laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan dipasang di mulut pasien. Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan gigi diluar dokter gigi yaitu Perawat Gigi dan Tekniker Gigi. Perawat Gigi bertugas seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist, sedangkan

Tekniker Gigi bertugas sama seperti Dental Technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua orang ini berbeda namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry. Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi dengan sisi Dental Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep Four Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

JALUR KERJA DAN PERGERAKAN

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi Clock Concep (Nusanti, 2000). Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi,

pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.

Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974).

TATA LETAK PENEMPATAN ALAT

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna,

pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan. Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk Operators Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operators Zone dan Asistants Zone. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operators Zone dan Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi

akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operators Zone. Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistants Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.

ERGONOMICAL AGENT Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersamasama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari menusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, higeine perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis atau cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dinjurkan modifikasi yang sesuai antara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban

tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja dan meningkatkan produktivitas. 1. Disain tempat kerja: gambaran dasar untuk kenyamanan, produktifitas dan keamanan. a. Rancangan dan arus lalulintas. b. Pencahayaan. c. Temperatur, kelembaban dan ventilasi d. Mobilisasi (aktifitas kerja). e. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan padat). Proses dan disain perlengkapan untuk fungsi dan keamanan. Disain tempat dan alat kerja akan mempengaruhi kenyamanan, keamanan dan produktifitas dalam bekerja. Misalnya: Posisi duduk pada saat membuat klamer, menekuk kawat, menggerinda, melakukan sand blasting, melakukan pemolesan, dan lain-lain.

Gambar 1. A. Posisi pada saat melakukan sand blasting melakukan pemolesan denture

B. Posisi pada saat

Posisi saat melakukan pengepresan, saat mengangkat handpress dan kuvet, saat mengangkat panci, dan lain-lain.

Gambar 2. Posisi pada saat melakukan pengepresan

3. Fungsi dan tugas: fungsi dan tugas orang dengan pekerjaan yang pantas. Misalnya: Karyawan dibagian pengecoran logam, pengepressan harus punya spesifikasi tertentu misalnya berat dan tinggi badan ideal, dan lain-lain.

Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik: 1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan 2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan 3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error) 4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang 5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja

6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang 7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok 8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup 9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan 10. Komitmen kerja yang rendah 11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan

KELELAHAN / FATIQUE

Setelah

pekerja

melakukan

pekerjaannya

maka

umumnya

terjadi

kelelahan,dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik: Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

2. Kelelahan yang patologis: Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya. 3. Psikologis dan emotional fatique: Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

UPAYA MENGURANGI KELELAHAN


Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : 1. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. 2. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising 3. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang. 4. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor. 5. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus 6. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan. 7. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja. 8. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.

9. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja 10. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya; Pekerja remaja, Wanita hamil dan menyusui, Pekerja yang telah berumur, Pekerja shift, dan Migrant.

MUSCULOSKELETAL Kondisi pekerjaan utama dari dokter gigi telah dijelaskan dalam literatur pada dekade ke-6. Di antara mereka, gangguan muskuloskeletal memiliki insiden tertinggi pada kelompok kerja. (Gambar 1)

Gambar 1. Insiden kondisi kerja utama di dokter gigi (setelah Murphy)

Kondisi ini dijelaskan dalam literatur di bawah beberapa nama yang merujuk baik untuk definisi mereka seperti itu, atau untuk karakter kumulatif mereka atau untuk menentukan penyebab sebagai berikut:

1. Kerja terkait gangguan muskuloskeletal (WR-MSD); 2. Karena tugas yang berulang (RSI) Kondisi; 3. Trauma dengan efek kumulatif (CTD).

Nama di mana mereka digambarkan tidak penting, karena mereka semua mengacu pada semua gangguan tentang tulang, otot, sendi dan saraf - untuk kondisi yang mempengaruhi misalnya tulang punggung, sindrom carpal tunnel, dll Tendinitis

Faktor yang mendukung dari MSD : 1. Gerakan berulang-ulang: mereka merujuk pada gerakan yang sama atau suksesi gerakan yang dibuat secara berkala atau terus-menerus untuk jangka waktu yang panjang. Mereka dikaitkan dengan tingkat presisi yang tinggi, dan dilakukan pada wilayah yang sangat terbatas. 2. Posisi tidak nyaman (operator dan posisi yang tidak benar pasien): posisi postural persyaratan otot minimal untuk semua tingkat (posisi netral), baik dalam posisi berdiri atau bekerja dalam satu duduk. Postur yang berbeda dari yang satu ini menyiratkan suatu strain otot meningkat hingga tingkat tertentu.

3. Waktu yang lama kegiatan yang lebih dari gerakan berulang atau postur tidak nyaman dipertahankan. 4. Kurangnya istirahat dalam aktivitas atau istirahat tidak teratur (kurangnya relaksasi otot). 5. Gerakan kuat yang terkait dengan tangan menggenggam instrument. 6. Getaran - mereka dapat mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, misalnya tangan, ketika menggunakan peralatan mekanik yang menghasilkan getaran lokal. Getaran dapat juga diberikan pada para pekerja seluruh tubuh, misalnya dengan peralatan pneumatik pengeboran. 7. Lingkungan sekitarnya tidak nyaman - misalnya peningkatan suhu dan kelembaban, kebisingan yang berlebihan, petir tidak benar. 8. Karena organisasi yang salah dari kegiatan ini (misalnya tekanan waktu, jawaban atas kecemasan pasien dll) stres.

TOLAK UKUR DALAM MENGURANGI GANGGUAN KERJA

Gambar 2. Standar dimensi ergonomis tubuh dokter gigi dalam kaitannya dengan tubuh pasien.

Gerakan dokter gigi dalam kantor gigi dan gerakan-gerakan khusus dia / dia bisa membuat selama prosedur gigi (akses ke instrumen, penyesuaian sumber cahaya, perubahan posisi kerja, dll) yang diperhitungkan dari sudut pandang ergonomis . Posisi pasien dan organisasi dari instrumen dan peralatan yang didirikan dalam rangka untuk mempertahankan posisi kerja yang benar. Postur kerja yang benar adalah titik awal dari semua penentuan ergonomis lainnya. Oleh karena itu, kursi gigi masa depan akan harus menyediakan kenyamanan dokter kebutuhan selama kegiatan itu. Pengukuran utama yang diperlukan untuk melaksanakan untuk setiap komponen dari kursi adalah: permukaan pesawat, punggung dan kaki kursi. Kami juga dapat membangun ruang maksimum dokter gigi

akses di kursi gigi (Total lengan menyebar diperlukan untuk menyesuaikan instrumen kerja / sumber cahaya). Penelitian ergonomis mendirikan posisi yang benar tubuh dokter gigi harus memiliki saat bekerja: kursi harus disesuaikan sedemikian rupa kaki harus bersandar pada lantai (sudut yang dibentuk antara paha dan bagian bawah kaki harus minimum 90o), kolom tulang belakang harus lurus seperti itu mungkin, lordosis fisiologis dari kolom tulang belakang lumbal harus dijaga dan bahu harus membentuk garis, tegak lurus lurus di lantai bersama dengan pinggul. Siku harus di samping tubuh, membungkuk untuk 90o. (Gambar 2)

PERATURAN DAN STANDAR PERALATAN OPERASI GIGI Identifikasi banyak pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal (kebanyakan terkait dengan postur kerja dan antarmuka manusiaperalatan) menyebabkan pembentukan ISO 6385 dan ISO 11226. Mereka menetapkan kriteria pada orientasi dalam merancang peralatan yang digunakan dalam praktek gigi. Hal ini juga berisi beberapa "Prinsip Panduan Umum", mewakili pilihan aspek relevan.

Standar ISO 6385 "Prinsip Ergonomi Peralatan Merancang" berisi petunjuk penting berikut:

1. Merancang ruang kerja dan peralatan; 2. Merancang dalam hubungannya dengan kekuatan, postur otot dan gerakan tubuh; 3. Merancang lingkungan kerja.

Standar ISO 11226 "Ergonomi - penilaian postur statis bekerja" memiliki orientasi sebagai berikut:

1. Untuk mempertahankan postur santai; 2. Untuk alternatif postur kerja (kerja yang dinamis); 3. Untuk praktek olahraga dan latihan untuk memperkuat otot korset.

ISO KONSEP DASAR Sebagai konsekuensi dari standarisasi internasional mengenai desain unit kerja, konsep ISO dasar untuk unit gigi merupakan cara klasifikasi bekerja berdasarkan hubungan ergonomis antara operator dan / lingkungannya sendiri bekerja. Varietas pengaturan serta desain unit memungkinkan sebuah gaya individu

bekerja untuk diadopsi dalam kondisi ergonomis. Hasil dari laporan ini - yang berbeda dalam setiap konsep - adalah peningkatan efisiensi kegiatan serta kenyamanan operator meningkat. Karakteristik merujuk baik untuk menempatkan berbeda untuk setiap kategori peralatan dalam ruang kerja fisiologis (instrumen nampan, handpieces, sistem aspirasi dan mobile sub-unit) dan dengan berbagai desain dari unit itu sendiri. Dalam melakukan hal ini, sistem tampilan jam untuk orientasi (titik pasien pada jam 12 dan dagu pukul 6) digunakan.

Pilihan cara bekerja menggunakan standar ISO untuk peralatan.


Pemilihan suatu konsep tertentu ditentukan oleh gaya kerja dan integrasi dari unit gigi dalam ruang kantor gigi. Tingkat spesialisasi bantuan dokter gigi dapat mempengaruhi pada gilirannya pilihan ini. Dari sudut pandang ini, dua kecenderungan dapat dibedakan: solo kerja operasional atau karya solo-duo dikembangkan dalam ruang Eropa, terutama di negara asal Latin, menyiratkan tingkat rendah spesialisasi dari asisten dokter gigi, yang satu ini mengambil alih fungsi sesekali tertentu selama prosedur terapeutik. Namun di Amerika dan di ruang AngloSaxon Eropa, gaya bekerja sepenuhnya dibantu diperlukan, yang mengembangkan "empat tangan bekerja" konsep, dengan gigi asisten / kebersihan berpartisipasi secara aktif dalam prosedur, menurut / gelar yang tinggi spesialisasi dan pelatihan dalam pekerjaan ergonomis. Asisten gigi memiliki atribusi yang tepat dalam prosedur yang dilakukan dalam suksesi yang tepat, didirikan sebelumnya. Jadi, jika prasyarat untuk

memilih dan mengadaptasikan paling baik peralatan dan instrumen terpenuhi, hasilnya maksimal khasiat sebagai lebih besar dari pekerjaan dan usaha yang minimal.

Saat ini, ada preferensi utama untuk konsep 1 ISO, yang saat ini digunakan oleh 89% dari dokter gigi Jerman, 9% dari preferensi yang berorientasi pada ISO 3 (Prof Engles, Tbingen, 2004). Ini adalah jenis utama dari peralatan

dikomersialisasikan oleh produsen. Studi pernyataan fakta bahwa fakultas kedokteran gigi gunakan juga model ini, yang menggarisbawahi pentingnya mendidik siswa tentang kriteria ergonomi gigi. Sebuah pendekatan pendidikan masa mendatang akan berorientasi terhadap karakterisasi rinci dari 4 tipe unit, dalam rangka memfasilitasi pilihan masa depan dengan pengetahuan ergonomis penuh, sesuai dengan empat konsep ISO. Penerapan kriteria ergonomi gigi dapat menghasilkan serangkaian arah pada tingkat operasional di kantor gigi yang mampu membimbing dokter gigi.

Ketika bekerja dengan MOD di spesialisasi gigi mana yang paling sering digunakan, penting untuk mengetahui bahwa konsep ISO 2 dan ISO 4 memungkinkan lebih banyak ruang untuk posisi mikroskop operasi. Sayangnya, ada bukti bahwa 2 konsep yang digunakan hanya dalam proporsi 2%. Hal ini dapat disebabkan oleh fakta bahwa dokter gigi pada umumnya tidak akrab dengan bekerja di posisi "12:00" dan gaya "empat-tangan", sedangkan 2 ISO dan ISO 4 - jenis unit gigi mendukung terutama ini bekerja gaya.

KEGIATAN STRUKTURISASI DAN ANALISA KERJA DI KANTOR GIGI DARI TITIK ERGONOMIS OF VIEW Dua aspek - fisik dan kognitif, ciri desain dari pengguna / teknologi interface (antarmuka manusia / mesin). Misalnya, ukuran fisik dari peralatan harus sesuai dengan ukuran anthropometrical dari user (s).

1. Ketika merancang peralatan gigi, kriteria fisik berikut harus dipertimbangkan: 2. Peralatan gigi harus sesuai dengan berbagai pasien sebagai besar mungkin; 3. Interval penyesuaian ketinggian harus besar; 4. Peralatan gigi harus memungkinkan penempatan nyaman peralatan lainnya, ini harus mudah diakses selama pemeriksaan pasien pada ketinggian tertentu; 5. Warna, bentuk, tekstur instrumen, arah gerakan dan gaya yang diperlukan untuk beroperasi yang dipilih dalam batas-batas kapasitas manusia.

Desain kognitif mengacu pada: 1. Disposisi dari perintah pada panel kontrol dari unit gigi secara logis; 2. Maklum instruksi untuk menggunakan peralatan.

Desain tempat kerja dan pembagian ruang mempengaruhi kesehatan operator dan kualitas nya / pekerjaannya.

Gambar 3. Non-seimbang postur (kiri) dan posisi yang benar dari (kanan) dokter

Prinsip-prinsip ergonomis dalam mengorganisir ruang adalah sebagai berikut: 1. Kenyamanan (peralatan yang paling sering digunakan adalah di tempat yang paling nyaman untuk operator). 2. Posisi (duduk untuk akses ke pasien tanpa penyimpangan postur, seperti membungkuk, mencondongkan rotasi, dll). (Gambar 3) 3. Frekuensi (operasi yang paling sering / prosedur dilakukan secara bersamaan ditempatkan sebagai dekat mungkin). 4. Akibatnya, operator mempertahankan posisi kerja yang terbaik dan berinvestasi upaya minimal, dan mengurangi upaya fisik dan psikis. Kondisi fisik lingkungan: mereka termasuk aspek seperti cahaya, kenyamanan termal, kebisingan, kualitas udara di kantor gigi (beban mikroba dll), getaran dan

medan elektromagnetik. Desain kegiatan, seleksi dan spesialisasi: organisasi aktivitas harus termasuk istirahat dan bekerja dalam shift untuk menghindari oversolicitation. Pemilihan personil dilakukan atas dasar keterampilan khusus dan kualitas: fisik, kognitif dan sosial. Desain organisasi dan manajemen: melibatkan tim analisis gaya yang bekerja, sehingga aktivitas dapat dioptimalkan, biaya berkurang dan teknologi baru diimplementasikan dan terpadu sebagai menguntungkan mungkin. Penerapan kriteria ergonomis dalam praktek gigi dapat dilakukan dengan cara individual, memilih untuk pengaturan tertentu dalam / nya ruang konsultasi nya atau untuk suatu konsep tertentu atas dasar konsep ISO yang dipilih, bersama dengan organisasi rasional dari seluruh aktivitas .

Unsur penting yang memandu aktivitas ini adalah: 1. Sebuah postur tubuh yang benar dari pekerjaan; 2. Posisi yang benar dari pasien 3. Visualisasi teknik sesuai dengan kasus. 4. Sebuah divisi dari ruang kerja sesuai dengan kemampuan fisik manusia 5. Sebuah penanganan yang efisien dan mengatur instrumen, sehingga memungkinkan tenaga besar waktu dan gerakan, dan kerja yang efisien dalam tim.

Postur kerja yang sesuai benar harus diingat sebagai titik awal dari semua

faktor penentu lainnya. Posisi pasien ini didirikan dan peralatan dan instrumen yang diatur sesuai dengan ini dan dengan postur tubuh yang benar pada saat kegiatan tersebut. Kedokteran Gigi abad XXI cenderung untuk memberikan kepentingan yang lebih besar dengan faktor manusia, sering terabaikan sebelumnya dalam mendukung faktor teknologi. Transisi dari ergonomi berpusat pada teknologi ke yang berpusat pada manusia ergonomi juga sekarang keasyikan utama industri, yang akhirnya telah memutuskan untuk mengoptimalkan kualitas kegiatan secara paralel dengan pengurangan risiko yang menghasilkan kondisi tertentu untuk pendudukan. Berbeda dengan inisiatif di masa lalu, manusia yang berpusat ergonomi memberikan prioritas pertama untuk pasien, sekunder untuk praktisi dan ketiga dengan desain tempat kerja.

Desain lingkungan kerja, yang harus disesuaikan baik untuk pasien dan untuk kebutuhan praktisi, dapat dipahami hanya setelah membangun hubungan yang benar antara operator dan pasien. Sebuah konsep yang relatif baru, yang disebut "kinerja logika" diperkenalkan dalam praktek gigi dan dalam pendidikan gigi. Menurut konsep ini, komponen-komponen penting dari kondisi ergonomis adalah pasien dan dokter gigi posisi. Keputusan ini posisi yang nyaman dan fisiologis serta pengaturan optimal dari lingkungan kerja adalah hasil dari umpan balik proprioseptif, dimana individu menyesuaikan kegiatannya menanggapi tanda-tanda yang dikirim oleh reseptor internal. Pada tahun 1987, Organisasi Kesehatan Dunia, mengacu pada konsep ini, kutipan yang keluar laporan ahli: "Logika efisiensi adalah pendekatan yang dapat dianggap sebagai indikator masa depan".

KESIMPULAN Konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi, semuanya bertujuan agar seluruh luasan ruangan termanfaatkan dengan baik serta menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja dan pasien yang menerima pelayanan.

Ergonomi menawarkan untuk dokter, kepada anggota lain dari tim gigi kemungkinan untuk melaksanakan kinerja potensial tanpa menempatkan pada risiko kesehatan dan kondisi fisik, dan kemungkinan untuk memberikan yang optimal peduli kepada pasien. Aspek terpenting adalah pencegahan penyakit akibat kerja, tanggung

jawab hukum untuk melindungi kesehatan keselamatan karyawan dan mahasiswa, pendidikan di ergonomi gigi dan untuk siswa kesehatan gigi penelitian ergonomi gigi, dan mulut,

perkembangan akademik

menggunakan

model organisasi dalam gigi setiap hari praktek, dan pengembangan ergonomi di tingkat Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.tmj.ro/article.php?art=9932424586124484 2. http://www.molaris.co.uk/images/4%20handed%20dentistry.jpg 3. Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for Dentistry. Design by Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.

4. Murdick, B. dkk. Service Operation Management. Boston : Allyn and Bacon. 1990. 5. Heizer, J. dan B. Render. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle River : Prentice Hall. 6. Nusanti, D. Dental Surgeon Assistant. Dental Horison. Volume 2 Nomor 7. Oktober 2000. Hal 31-33. 7. Kilpatrick. H. Work Simplification in Dental Practice. Philadhelphia : WB Saunders Company. 1974 8. Tawaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Islam Batik University Press. 2004. 9. Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. Practice Management for Dental Team. St Louis : Mosby. 2001. 10. Endro, H. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia, Nomor 1 Volume 8. Januari 2004. Hal 4-5. 11. Jones. Klinik Gigi Toothfairy, Periksa Gigi di Ruang Biru. 115 Sudut Ruang Usaha. Jakarta : PT Samindra Utama. Hal 72-75.

You might also like