You are on page 1of 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Aceh Besar
yang memiliki nilai ekonomi penting dalam usaha pertanian. Permintaan jagung
untuk kebutuhan bahan pakan ternak terus meningkat, sementara kemampuan
produksi masih terbatas. Jagung merupakan salah satu tanaman yang banyak
dikembangkan di Kabupaten Aceh Besar seperti Kecamatan Lembah Seulawah dan
Kecamatan Seulimum. Varietas yang ditanam di kedua kabupaten tersebut umumnya
lokal hibrida dan petani menanam untuk keperluan pemasaran local seperti untuk
sayur-sayuran dan kebutuhan pakan ternak. Varietas jagung hibrida dari tahun ke
tahun terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi.
Di pasaran telah beredar berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 2, Bisi 16, Bisi
816, NK 22, NK 33, Pionir, Semar dsb. Varietas jagung hibrida memiliki keunggulan
yaitu potensi hasil tinggi, sebagai contoh Bima-5 potensi produksinya mencapai 14,4
ton pipilan kering per hektar, sementara hasil uji multilokasi di beberapa daerah
menunjuk-kan hasil rata-rata 11,3 ton pipilan kering per hektar. Disamping itu
varietas jagung Bima-5 memiliki tongkol ganda dengan ukuran sama besar, panjang
tongkol 18,2 cm, jumlah baris biji pertongkol 12-14 baris, tinggi tanaman 204 cm
dan masak fisiologis pada umur 103 hari (Balitsereal, 2007 dalam Suharno, dkk
(2010).
2

Namun demikian, petani di beberapa desa telah menggunakan varietas
hibrida seperti Bisi 2, Bisi 16, ha-silnya dipanen muda sebagai bahan snack
(makanan ringan). Sebagai bahan pangan, jagung dikonsumsi karena nilai gizi dan
sumber energi yang tinggi dengan komposisi gizi karbohidrat 71 %, protein 10 %,
dan lemak 4. Nilai gizi jagung adalah 3.578 kalori/ kg, sedangkan beras 3.629 kalori
dan terigu 3.327 kalori (Downswell et.al., 1996). Dilihat dari proporsi kandungan
nutrisinya, kandungan protein dalam biji adalah rendah, selain rendah kualitasnya
sangat miskin asam amino essensial yaitu tryptophan dan lysine ( Dias Paes and
Bicudo, 1994 dalam Suharno, dkk (2010)).
Di Desa Blang Lambaro Kecamatan Lembah Seulawah, para petani selain
menanam varietas hibrida untuk dipanen dalam bentuk tongkol kering, banyak pula
petani menanam jagung varietas hibrida untuk dipetik dalam keadaan tongkol muda.
Penanaman jagung muda oleh petani umumnya dilakukan pada skala kecil sekitar
0,125 ha dan ditanam secara rotasi, artinya dilakukan secara terus menerus, sehingga
dalam setahun mampu ditanam 3 (tiga) kali pertanaman atau Indeks Pertanaman (IP)
jagung 300%. Panen jagung muda dirasakan menguntungkan petani, karena dapat
dipanen mulai umur 60 hari setelah tanam. Panen jagung hibrida muda sangat
diminati di lapangan, karena umurnya pendek, pemasarannya cukup lancar.
Permintaan masyarakat terhadap jagung hibrida tongkol muda dan pipilan
selalu meningkat, hal ini disebabkan karena kandungan karbohidrat dalam biji jagung
mengandung gula pereduksi (glukosa dan fruktosa), sukrosa, polisakarida dan pati
yang menyebabkan rasa manis. Jagung manis dapat dikonsumsi segar ataupun diolah
menjadi sayuran.
3

Dalam mengusahakan tanamannya, petani terkendala oleh sarana produksi
seperti bibit unggul, pupuk dan pestisida. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik
diperlukan pemberian pupuk yang memadai. Pemupukan nitrogen merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap hasil jagung manis. Pada umumnya untuk
mencapai hasil maksimum petani sering memberikan pupuk melebihi kebutuhan
tanaman dan kurang memperhatikan waktu pemberian yang tepat.
Rendahnya produktivitas dalam kegiatan pertanian disamping menyebabkan
tingkat pendapatan rendah, juga menunjukkan bahwa usahatani yang dikembangkan
mempunyai jumlah produksi yang rendah. Penyebab kondisi ini selain masalah
penggunaan sarana produksi dan faktor produksi juga masalah eksternal diantaranya
masalah modal usaha dan masalah iklim.
Permasalahan yang banyak dijumpai di lapangan, masalah modal usaha
merupakan masalah utama, dimana modal usaha merupakan faktor utama bagi para
petani dalam menentukan jenis faktor produksi yang berkualitas, seperti penggunaan
bibit unggul, jenis pupuk dan jumlah yang baik, serta penggunaan tenaga kerja yang
tepat. Kondisi ini bertolak belakang bila dilihat dilapangan dimana sebagian para
petani melakukan improvisasi sarana produksi seperti penggunaan bibit jagung
dimana mereka membuat benih jagung sendiri, kemudian adanya usaha memadukan
pupuk buatan dengan pupuk organik dan sebagainya.
Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi produksi dan
produktivitas usahatani jagung di daerah penelitian dan berimbas kepada tingkat
pendapatan yang rendah yang disebabkan kualitas dan kuantitas jagung yang
dihasilkan dibawah standar. Selain faktor modal usaha, faktor iklim mempunyai
4

peran penting terhadap keberhasilan usahatani tersebut, seperti curah hujan, dan
kelembaban, didaerah penelitian tingkat curah hujan dan kelembaban sangat sesuai
dengan kebutuhan usahatani jagung.
Melihat kondisi di atas, secara tidak langsung telah menggambarkan bahwa
permasalahan faktor produksi yaitu modal usaha serta faktor iklim merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jagung itu sendiri. Sesuai
dengan kenyataan diatas penulis ingin melihat peluang usahatani jagung di dalam
meningkatkan pendapatan.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun identifikasi masalah adalah
sebagai berikut :
1. Seberapa besar pendapatan usahatani jagung hibrida panen mudah dan
panen tua (pipil) ?
2. Seberapa besar perbedaan pendapatan antara usahatani jagung hibrida
panen muda dengan usahatani jagung panen tua (pipil)
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi petani melakukan pemanenan muda
pada jagung hibrda dan panen tua (pipil)

1.3. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani jagung hibrida panen
mudah dan panen tua (pipil)
5

2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan pendapatan antara usahatani
jagung hibrida panen muda dengan usahatani jagung panen tua (pipil)
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi petani melakukan
pemanenan muda pada jagung hibrda dan panen tua (pipil)

1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Kerangka Pemikiran
Pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas, didasarkan atas proses-
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Para petani mengatur dan menggiatkan
pertumbuhan tanaman dan hewan itu dalam usahatani (farm). Kegiatan-kegiatan
produksi di dalam usahatani merupakan suatu bagian usaha (business), dimana biaya
dan penerimaan adalah penting. Bagi masyarakat yang menggantungkan hidup
mereka di sektor pertanian dan tanaman pangan seperti usahatani padi, mampu
menciptakan pendapatan yang baik, akan tetapi sektor ini tergantung atau
dipengaruhi oleh perkembangan usahatani tersebut.
Sampai sekarang, sektor pertanian masih merupakan sektor penting dalam
pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia (lebih dari 60
persen) tinggal di pedesaan dan lebih dari separuh penduduk tersebut
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (Daniel, 2002).
Usahatani adalah sebagian dari kegiatan di permukaan bumi dimana seorang
petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji bercocok tanam atau memelihara
ternak. Petani yang berusaha tani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian
karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi
6

kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam
mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usaha tani yang
dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. (Maxwell L. Brown, 1974 dalam
Soekartawi, 2002).
Pengelolaan usahatani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang
positif atau suatu keuntungan, usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu
kerugian. Usaha tani yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini
bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi
dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya (Soekarwati,
2000).
Dalam usahatani modal merupakan barang ekonomi yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan dan untuk mempertahankan pendapatan keluarga tani.
Menurut Mubyarto, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor
produksi lain (tanah + tenaga kerja) menghasilkan barang-barang yaitu berupa hasil
pertanian (Mubyarto, 1999). Soekartawi mengelompokkan modal menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Barang yang tidak habis dalam sekali produksi misal peralatan pertanian,
bangunan, yang dihitung biaya perawatan dan penyusutan selama 1 tahun.
b. Barang yang langsung habis dalam proses produksi seperti benih,
7

pupuk, obat-obatan dan sebagainya. (Soekartawi, 1995).
Biaya produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan dan memilih
jenis usahatani yang akan diusahakan, besarnya biaya produksi suatu jenis barang
sangat mempengaruhi harga pokok dari hasil produksi yang dilaksanakan
(Soekartawi, 1995). Biaya produksi terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya
variabel (variable cost) adalah biaya yang digunakan dalam satu kali proses produksi
yang habis dipakai termasuk didalamnya antara lain biaya sarana produksi dan biaya
tenaga kerja. Adapun yang dimaksud dengan biaya tetap (fixed cost) adalah biaya
yang tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi.
Menurut Mubyarto (1982) petani membandingkan antara nilai hasil yang
diterima dengan biaya yang dikeluarkan banyak jenis usaha yang telah dilaksanakan
oleh petani untuk menambah pendapatan namun penerapan pola tanam lebih
menguntungkan meskipun produksinya masih rendah, kenyataan ini perlu mendapat
perhatian agar usaha untuk menaikkan pendapatan dalam mensejahterakan usahatani
dan jagung yang lebih baik dengan membandingkan antara produksi yang diperoleh
pada saat panen dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
Besarnya keuntungan sangat tergantung pada hasil yang diperoleh biaya
produksi yang digunakan dan baik buruknya pengaturan pengunaan biaya, biaya
produksi yang besar dan harga produksi tetap. Apabila tidak dikelola secara baik
tentu hasilnya akan berkurang sebaliknya biaya produksi yang rendah dan harga tetap
namun dikelola secara baik akan memberikan keuntungan yang sesuai.
Untuk mengukur tingkat pendapatan suatu usahatani, maka dilakukan
penghitungan tingkat produksi usahatani sebagai output dan mengelompokkan
berbagai biaya yang terjadi selama melakukan kegiatan usahatani sebagai input
8

usahtani. Setiap usaha diharapkan dapat menggunakan biaya produksi seefisien
mungkin sehingga dapat menimbulkan pendapatkan yang maksimal.
Ditinjau dari sudut ekonomi, usahatani yang produktif berarti usahatani itu
produktifitasnya tinggi. Mubyarto (1989), memberikan pengertian bahwa
produktifitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara efesiensi usaha (fisik)
dengan kapasitas tanah. Efesiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output)
yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input
Biaya produksi adalah sebagai biaya kompensasi yang diterima oleh para
pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi,
biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari
analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut:
1. Biaya uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya
upah tenaga kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah
untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan
biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan mungkin pajak-pajak dibayarkan
dalam bentuk natura.
2. Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah
yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-
pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.
9

3. Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya
total dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal, adalah
biaya tambahan yang dikeluarkan petani atau pengusaha untuk mendapatkan
tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu. (Daniel,
2002).
Semakin kecil biaya yang terjadi selama produksi tanpa mengurangi tingkat
produksi, maka akan semakin meningkatkan pendapatan dan semakin
memaksimalkan keuntungan.
Ditinjau dari segi rumah tangga perusahaan, maka pendapatan pada
prinsipnya mempunyai sifat menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik
perusahaan, baik dalam bentuk penerimaan maupun tagihan. Untuk memperjelas
pengertian tentang pendapatan, dikemukakan pengertian pendapatan dari para ahli :
M. Fuad, dkk. (2004), mengemukakan bahwa Pendapatan adalah
bertambahnya aktiva perusahaan atau uang tunai, piutang, kekayaan lain yang
berasal dari penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan modal bertambah.
Dumairy (1999), menambahkan bahwa Pendapatan adalah jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi
meliputi uapah/gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan. Kemudian pendapatan
nasional menurut Lincolin Arsyad (2004), merupakan nilai produksi barang-barang
dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian (negara) dalam waktu satu tahun.
Soekarwati (1995), berpendapat bahwa pendapatan usaha tani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.

10

Jadi, Pd = TR TC
Pd = Pendapatan Usaha Tani
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendapatan adalah semua barang, jasa dan uang yang diperoleh atau diterima oleh
seseorang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur dalam
satu tahun yang diwujudkan dalam skop nasional (national Income) dan ada kalanya
dalam skop individual yang disebut pendapatan perkapita (personal income).
Purwanto (1983) dalam Suharno, dkk (2010), menyatakan bahwa pendapatan
dibagi dua bentuk, yaitu pendapatan kotor dan bersih. Pendapatan kotor adalah hasil
yang diperoleh dari penerimaan hasil usaha yang belum dikurangi dengan biaya
produksi. Sedangkan pendapatan bersih meliputi penerimaan yang telah dikurangi
dengan semua pengeluaran untuk keperluan usaha. Pendapatan sangat dipengaruhi
oleh besarnya skala usaha, pemilikan cabang usaha, efesiensi dalam penggunaan
tenaga kerja, tingkat produksi, pemasaran, umur petani, dan tingkat pengetahuan
yang dimiliki.
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani
disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan besih usahatani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,
pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan
kedalam usahatani. Karena itu ia merupakan ukuran keuntungan usahatani yang
dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Bagaimanapun
11

juga, pendapatan bersih usahatani merupakan langkah untuk menghitung ukuran-
ukuran keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak
(Soekartawi, 2002).
Usaatani jagung hibrida merupakan salah satu alternatif yang banyak
dilakukan oleh para petani di Kecamatan Lembah Seulawah, selain jagung manis.
Pengembangan jagung hibrida di Kecamatan Lembah Seulawah saat ini terdapat dua
variasi produksi yaitu variasi tongkol panen muda yang mempunyai harga jual lebih
tinggi atau harganya hampir sama dengan harga jagung manis, sedangkan variasi
satu lagi adalah produksi panen tua dalam bentuk pipilan.
Adapun perbedaan ini menurut Suharno, dkk (2010) Produksi jagung muda
varietas hibrida Bisi 2 diperoleh 38.598 tongkol/ha. Harga jual jagung muda Rp 400
pertongkol, maka diperoleh penerimaan Rp 15.439.200. Dalam usahatani jagung
hibrida Bisi 2 ini diperoleh hasil sampingan berupa paselle (jagung sayur) sebesar Rp
2.400.000,- Sehingga diperoleh nilai penerimaan sebesar Rp 17.839.200,- Adapun
biaya agribisnis jagung muda varietas Bisi 2 di Desa Alebo yaitu Rp 5.635.000 maka
diperoleh keuntungan sebesar Rp 12.204.000,- per hektar. Agribisnis jagung muda
varietas hibrida ini dinilai sangat layak dengan R/C Ratio 3,16.
Menurut Rahmaniza (2011) dalam penelitian Analisis Keuntungan Peralihan
Tanaman Jagung Ke Tanaman Pisang Barangan di Kecamatan Lembah Seulawah
Aceh Besar diketahui bahwa besarnya pendapatan bersih pada usahatani jagung
hibrida di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Rp. Rp.15.182.954
per per Tahun dan pada usahatani pisang Rp.16.753.956per Tahun.
12

Alham (2010) mengatakan bahwa usahatani jagung hibrida yang dilakukan
oleh petani di Nagari Panampuang menjual produksinya dalam dua bentuk yaitu
jagung muda dan pipilan kering. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani
jagung muda adalah Rp.3.178.500,89 /ha/MT sedangkan petani jagung pipilan
memperoleh Rp.10.424.280,93 ha/MT. Berdasarkan uji statistik pada taraf nyata 5%
maka diperoleh t
hitung
sebesar 21,42 sedangkan t
tabelnya
2,0244, dimana t
hitung
besar dari
t
tabel
artinya terdapat perbedaan nyata pendapatan antara petani jagung hibrida muda
dan pipilan. Keuntungan yang didapatkan oleh petani jagung muda adalah
Rp.1.755.874,75 /ha/MT, sedangkan petani jagung pipilan memperoleh
Rp.8.613.734,08 /ha/MT. Berdasarkan uji pada taraf nyata 5% maka diperoleh t
hitung sebesar 25,94 sedangkan t tabelnya 2,0244, dimana t hitung besar dari t tabel
artinya terdapat perbedaan nyata keuntungan antara petani jagung hibrida muda dan
pipilan.
Menurut Alham (2010), diketahui alasan petani memilih menjual jagung
muda atau pipilan karena aspek ekonomis. Namun aspek ekonomis yang dimaksud
adalah dari dua persepektif yang berbeda, dimana petani jagung muda lebih
ekonomis dari segi waktu, cepat dapat uang, meminimalisir resiko, dan pergiliran
tanaman berikutnya lebih cepat. Sedangkan aspek ekonomis yang dimaksud oleh
petani jagung pipilan adalah banyaknya uang atau keuntungan yang diterima oleh
petani tersebut. Untuk memperoleh hasil yang optimal petani sebaiknya melakukan
usahatani jagung hibrida sesuai dengan anjuran antara lain menggunakan pupuk
sesuai dengan anjuran. Menerapkan jarak tanam yang sesuai dengan anjuran, dan
melakukan pemeliharaan tanaman yang intensif terutama penyiangan. Hasil
13

penelitian ini juga bisa menjadi panduan bagi petani setempat untuk memilih menjual
jagung muda atau pipiian, dengan pertimbangan-pertimbangan atau aspek yang baik
menurut mereka.

1.6. Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat diturunkan berdasarkan kerangka pemikiran dan
penelitian sebelumnya yaitu
1. Besarnya pendapatan yang diterima oleh petani usahatani jagung hibrida
panen muda dan panen tua (pipil) sudah layak.
2. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pendapatan antara
usahatani jagung hibrida panen muda dengan usahatani jagung panen tua
(pipil).
3. Faktor harga dan permintaan yang mempengaruhi petani melakukan
pemanenan muda pada jagung hibrda dan panen tua (pipil)

.
14

BAB II
METODE PENELITIAN

1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Blang Lambaro Kecamatan Lembah
Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Adapun kondisi responden yang diteliti terbatas
pada desa Blang Lambaro Kecamatan Lembah Seulawah. Pemilihan lokasi ini di
sengaja (purposive sampling) di sebabkan karena wilayah Blang Lambaro
Kecamatan Lembah Seulawah merupakan salah satu daerah pengembangan lahan
tanaman Jagung Hibrida untuk wilayah Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten
Aceh Besar. Objek penelitian yang diambil adalah para petani, yang mempunyai
lahan pertanian tanaman Jagung Hibrida di daerah kawasan Blang Lambaro
Kecamatan Lembah Seulawah. Adapun ruang lingkup penelitian ini khususnya
hanya pada respon petani terhadap peralihan tanaman jagung ke tanaman Jagung
Hibrida di desa Blang Lambaro Kecamatan Lembah Seulawah.

2. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survey. Metode Survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-
keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari
suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005 : 44).

15

3. Populasi, Metode Pengambilan Sampel dan Besarnya Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan petani yang terdapat
di desa Blang Lambaro yang mengusahakan jagung kemudian beralih ke usahatani
Jagung Hibrida. Total populasi adalah 20 orang petani, sedangkan besarnya sampel
yang diambil adalah 10 orang petani (50%).

4. Batasan Variabel
Untuk menguji hipotesis yang diturunkan di atas di perlukan variabel-
variabel adalah sebagai berikut:
a. Peralihan
Peralihan adalah bergantinya suatu usahatani menjadi usahatani yang baru
yang disebabkan tanaman baru lebih menguntungkan dibandingkan tanaman
lama.
b. Luas Lahan Garapan
1. Luas lahan garapan yaitu luas lahan yang ditanami tanaman jagung dan
dinyatakan dalam satuan Ha
2. Luas lahan garapan yaitu luas lahan yang ditanami tanaman Jagung
Hibrida dan dinyatakan dalam satuan Ha
c. Biaya Produksi
1. Biaya Produksi jagung adalah besarnya biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi jagung baik tunai maupun biaya tidak tunai yang diukur
dalam Rupiah/Ha/Musim Tanam
16

2. Biaya Produksi Jagung Hibrida adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi jagung baik tunai maupun biaya tidak tunai yang
diukur dalam Rupiah/Ha/Musim Tanam

d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja baik tenaga kerja pria, wanita dan
anak-anak yang bersumber dari dalam keluarga dan luar keluarga yang
dipergunakan dalam usahatani jagung dan Jagung Hibrida. Keseluruhan
tenaga kerja tersebut dikonfirmasikan kedalam Hari Kerja Pria (HKP) dengan
menggunakan formula (Mubyarto, 1982:210) sebagai berikut

w
j h t
L

=

Dimana:
L = Hari Kerja Pria (HKP)
t = Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
h = Jumlah Hari Kerja (hari)
j = Jumlah jam kerja (jam)
w = Rata-rata jam kerja per hari per orang
e. Jumlah Produksi
1. Jumlah Produksi jagung, yaitu besarnya hasil usahatani jagung yang
dinyatakan dalam satuan Kg/Ha/MT
2. Jumlah Produksi Jagung Hibrida, yaitu besarnya hasil usahatani jagung
yang dinyatakan dalam satuan Tandan/Ha/MT

17

f. Harga Jual
1. Harga jual jagung yaitu harga rata-rata yang berlaku di daerah penelitian
untuk tingkat pedagang dan dinyatakan dalam satuan Rupiah/Kg
2. Harga jual Jagung Hibrida yaitu harga rata-rata yang berlaku di daerah
penelitian untuk tingkat pedagang dan dinyatakan dalam satuan
Rupiah/Tandan
g. Nilai Hasil Produksi
1. Nilai hasil produksi jagung, yaitu keseluruhan produksi dengan satuan
harga yang berlaku di daerah penelitian dalam satuan Rp/Ha/MT
2. Nilai hasil produksi Jagung Hibrida, yaitu keseluruhan produksi dengan
satuan harga yang berlaku di daerah penelitian dalam satuan Rp/Ha/MT
h. Pendapatan Usahatani
1. Pendapatan usahatani jagung, yaitu pendapatan bersih (keuntungan), yaitu
merupakan selisih nilai hasil produksi dengan nilai total biaya produksi
yang dikeluarkan baik tunai maupun tidak tunai dan dinyatakan dalam
Rp/Ha/MusimPanen.
2. Pendapatan usahatani Jagung Hibrida, yaitu pendapatan bersih
(keuntungan), yaitu merupakan selisih nilai hasil produksi dengan nilai
total biaya produksi yang dikeluarkan baik tunai maupun tidak tunai dan
dinyatakan dalam Rp/Ha/MusimPanen.



18

5. Metode Analisis
Untuk menganalisis adanya pengaruh diolah dengan melihat adanya
perbedaan pendapatan usahatani, digunakan uji t (tidak berhubungan) dengan
formulanya (Sudjana, 1992) sebagai berikut:
|
|
.
|

\
|
+
+
=
2 1
2
2
2
1
___
2
___
1
X - X
n n
S S
t
cari

Dimana :
___
1
X
= Rata-rata pendapatan petani jagung hibrida panen muda
___
2
X
= Rata-rata pendapatan usahatani Jagung panen pipil
S
1
2
= Varians pendapatan usahatani panen muda
S
2
2
= Varians pendapatan usahatani Jagung panen pipil
n
1
= Jumlah sampel usahatani panen muda
n
2
= Jumlah sampel usahatani Jagung panen pipil
Adapun kriteria hipotesis sebagai berikut :
Jika t
cari
> tabel maka Ho ditolak, terima Ha baik pada 95 %
Jika t
cari
< tabel maka Ho diterima, tolak Ha baik pada 95 %
Dengan hipotesis yang diformulasikan sebagai berikut :
Ha = Pendapatan usahatani Jagung hibrida lebih besar dari pada pendapatan
usahatani jagung panen pipil
Ho = Pendapatan usahatani jagung hibrida panen pipil sama dengan pendapatan
usahatani Jagung hibrida panen pipil.
19

DAFTAR PUSTAKA


Alham, Fiddini (2010) Analisa Perbandingan Pendapatan Dan Keuntungan
Usahatani Jagung Hibrida Yang Dijual Muda Dengan Pipilan Di Nagari
Panampuang Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam. Other Thesis,
Fakultas Pertanian.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Bumi Askara. Jakarta.

Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Mubyarto dan Sunanto. 1989. Pengntar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mubyarto, 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP 3 ES, Jakarta.

M. Fuad, dkk. 2004. Pengantar Bisnis. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Rahmaniza, 2011. Analisis Keuntungan Peralihan Tanaman Jagung Ke Tanaman
Pisang Barangan di Kecamatan Lembah Seulawah Aceh Besar Skripsi
Tidak Dipublikasikan.

Soekarwati. 1995. Analisis usahatani. UI Press. Jakarta.

________. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta. Jakarta.

Sudjana. 1982. Metode Statistika Bandung. Tarsito Bandung. Bandung.

Suharno, Syamsiar, Suarni. 2010. Analisis Agribisnis Jagung Muda Varietas Hibrida
di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Prosiding Pekan
Serealia Nasional, 2010

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

You might also like