You are on page 1of 4

Kelebihan Indonesia

Indonesia Negara Maritim.


Sebagai sebuah negara maritim Indonesia memiliki nilai strategis yang memperoleh pengakuan dari dunia internasional. Pada konsep hukum laut yang kita anut ada 3 aspek pengembangan yang menjadi sasaran pembangunan berkelanjutan bagi kelautan Indonesia, yaitu aspek ekonomi berupa hak untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi hasil-hasil kelautan, aspek ekologi yaitu upaya pelestarian dan pengelolaan potensi laut, aspek sosial budaya pelestarian budaya bahari. Ketiga aspek ini menjadi sangat penting dan memerlukan dukungan ilmu dan teknologi yang saat ini masih merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah jika benar-benar serius ingin memajukan kelautan Indonesia. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memiliki luas laut 75 persen dari luas daratan. Karena itu, negara ini membutuhkan manajemen maritim yang mapan dan penjaga yang mumpuni. Sayangnya, manajemen maritim hingga kini masih terpinggirkan. Maritim Indonesia mencakup belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Indonesia adalah negara kepulauan (17.506 pulau) terbesar di dunia, dengan perairan laut teritorial (3,2 juta km2) terluas di dunia (belum termasuk 2,9 juta km2 perairan zona ekonomi eksklusif, terluas ke-12 di dunia), dan 95.108 km garis pantai yang terpanjang kelima di dunia. Perairan laut Indonesia memiliki posisi geografis strategis sebagai jalur komersial dan militer. Dikatakan demikian sebab Indonesia merupakan lintasan jalur pelayaran penghubung Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia dan Benua Asia dengan Benua Australia untuk kepentingan perdagangan maritim internasional dan militer global. Potensi sumber daya alam hayati dan nonhayati maritim Indonesia sangat besar dan beragam. Cakupan teritori yang luas dan posisi geografis lautan Indonesia yang terletak di lintasan khatulistiwa, di antara dua samudra, menyediakan kekayaan sumber daya alam sekaligus peran global sangat besar di seluruh 9 dimensi kemaritimannya). Indonesia memiliki batas-batas wilayah berupa perairan laut dengan

10 negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Papua Niugini, Australia, Timor Timur, dan Palau. Sementara wilayah darat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga hanya dua, yakni Malaysia di Kalimantan dan Papua Niugini di Papua. Penetapan dan penegakan batas wilayah merupakan hal yang sangat krusial karena menyangkut kedaulatan wilayah Indonesia di laut, aspek perekonomian (pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan), dan aspek hankam serta stabilitas kawasan. Saat ini ada lima instansi yang menjaga wilayah laut tersebut. Kelima instansi itu adalah Angkatan Laut dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Air dari Kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Bea Cukai Departemen Keuangan, Kesatuan Patroli Laut dan Pantai (KPLP) Departemen Perhubungan, dan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (Kemen KP). Masingmasing bertugas untuk kepentingan instansi mereka. Misalnya, Angkatan Laut menjaga kedaulatan RI, Direktorat Bea dan Cukai memeriksa kelengkapan bea dan cukai atas barang yang keluar masuk Indonesia. Begitu juga dengan patroli yang dilakukan Kemen KP yang fokus pada penangkapan ikan di laut Indonesia.

Kekurangan Indonesia
Korupsi.
Munculnya era Reformasi yang menjanjikan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan ternyata tidak banyak mewujudkan harapan, terutama dalam hal mengatasi penyakit yang paling kronis diidap bangsa Indonesia, yaitu korupsi. Ketimbang memberantas dan berkurang, era Reformasi malah membuka selubung-selubung mafia korupsi yang parah. Lebih parah lagi, bila zaman Orde Baru korupsi dilakukan oleh penguasa sentral, korupsi pada era Reformasi dilakukan oleh mafia para pejabat antar departemen.

Korupsi sudah mendarah daging dalam tubuh bangsa Indonesia di berbagai lapisan sosial. Mulai dari pejabat tinggi di institusi-institusi negara, pengusaha dalam gerak bisnisnya, hingga rakyat kecil pada kehidupan sehari-hari. Pejabat negara, individu, atau mafia menilap uang rakyat di tingkat negara dengan menyelewengkan aturan dan jabatan atau melakukan mark up dan laporan untuk kepentingan diri serta mafianya. Pengusaha melakukan kongkalikong dan menyuap para pejabat. Rakyat bawah merampok gaji guru di jalanan, mengurangi timbangan di pasar, mengoplos dagangan, bahkan mencampur daging segar dengan daging busuk. Hatta terasi pun-seperti terjadi di Cirebon-dioplos dengan belatung dan nasi busuk. Hampir semua lapisan masyarakat di Indonesia memiliki mentalitas korupsi. Semuanya melakukan kejahatan dengan modus dan bentuknya masing-masing. Semua tujuannya sama: ingin cepat kaya dengan menghalalkan segala cara. Kelemahan jiwa Sumber dari segala perbuatan korupsi sesungguhnya adalah kelemahan jiwa. Kelemahan jiwa memproduksi rendahnya kesadaran. Kelemahan jiwa dan rendahnya kesadaran mendorong manusia mengejar keinginannya tanpa memikirkan martabat diri dan akibatnya. Kelemahan jiwa dan rendahnya kesadaran membuat diri dikuasai oleh bayangan kesenangan palsu dan sesaat, yaitu mengejar-ngejar kekayaan dengan berbagai cara. Hidup dibius oleh pikiran pendek: menumpuk harta dan mengejar kesenangan. Inilah sumber semua petaka. Korupsi tak ada hubungan dengan kaya dan miskin. Orang kaya tak melakukan korupsi dan orang miskin tak melakukan kejahatan karena kesadarannya, bukan oleh status ekonominya. Kelemahan jiwa membuat manusia dikuasai angan-angan menjadi kaya dan sesudah kaya terus merasa kurang. Hukum kekayaan dunia hanya satu: the more you have, the more you want. Tingkat korupsi di Indonesia yang sangat parah dan sudah menjadi mentalitas bangsa menunjukkan bahwa kelemahan jiwa dan rendahnya kesadaran adalah ciri umum manusia Indonesia. Dengan demikian, mengatasi korupsi di Indonesia juga hanya bisa dilakukan dengan

memperkuat jiwa untuk sanggup menahan diri dari godaan ingin cepat kaya melalui cara yang tidak benar dan meningkatkan kesadaran untuk sanggup menegaskan benar dan salah dalam kehidupan. Sebagian orang mensyaratkan supremasi hukum dalam mengatasi korupsi. Benar, tetapi harap diingat bahwa hukum hanya bisa tegas dan berwibawa di tangan penegak-penegak yang memiliki kekuatan jiwa dan kesadaran tinggi. Itulah yang membuat negara-negara maju, seperti Amerika, Eropa, Jepang, Korea, dan Hongkong, rendah tingkat korupsinya. Hukum di Indonesia selama ini lemah bukan karena hukumnya, melainkan lemahnya jiwa dan rendahnya kesadaran aparat-aparatnya sehingga tidaklah aneh bila korupsi dan penyelewengan juga banyak dilakukan oleh para aparat penegak hukum sendiri.

Nama Kelas

: Hariman Ramadiansyah : X.3

You might also like