You are on page 1of 5

Kampus Baru, Spirit Baru

Ardiabara di_bae@yahoo.co.id

KOMUNITAS BLOGGER UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Waktu bergulir, hari pun terus berlalu. Masa liburan telah usai, bel tanda belajar berbunyi, kini pintu gerbang pendidikan kembali menyambut dengan suka cita menghantarkan kita menuju masa depan yang gemilang. Bulan ini, Agustus 2008, ada yang spesial lagi di kampus kita. Kembali kita kedatangan penghuni baru kampus Unsri, para akademisi, pewaris negeri akan bertambah lagi meramaikan suasana akademisi di kampus Universitas Sriwijaya tercinta ini. Selamat Datang Mahasiswa Baru 2008, Selamat datang di atmosfer masa depan, tempat mu mengukir sejarah kelak kedepannya demi kemajuan bangsa. Tempatmu berjuang, mengharumkan nama Ibu Pertiwi, tempat kita bersama merekonstruksi peradaban. Hidup Mahasiswa...!!!

Berbagai perasaan pasti berkecamuk nan bergelora ketika dinyatakan lulus di kampus kebanggaan Universitas Sriwijaya. Dan berbagai cara juga mereka membahasakannya. Ada yang langsung sujud syukur karena senangnya, ada yang tertawa juga, ada yang menangis karena haru, ada yang merenung, ada yang histeris, ada yang diam membisu, ada pula yang cuek saja. Tergantung persepsi masing – masing memaknainya. Namun satu hal yang jelas and whatever those are, you are student now. Dirimu telah menjadi mahasiswa sekarang. Mahasiswa. Sebuah penambahan kata “Maha” di depan sebutan akademik mu yang belum lama kau tanggalkan. Sebuah penambahan kata sederhana yang menuntut sebuah pertanggungjawaban moral untuk direalisasikan. Adalah sebuah amanah besar yang dititipkan kepada anda demi meneruskan estafet keberlangsungan bangsa ini.

Menjadi kebanggaan tersendiri tentunya bisa menyandang gelar sebagai mahasiswa. Namun menjadi mahasiswa tidak sesederhana yang kau pikirkan, pun demikian juga tidak serumit yang khalayak khayalkan. Simple, namun menuntut keseriusan. Ada sebuah pergeseran paradigma berpikir disini. Jangan sampai kultur ketika anda di SMA dan euforia PMB membuat anda lalai menuntut ilmu. Tidak seperti ketika di Sekolah Menengah, yang kita selalu disuguhi dan dilayani oleh guru kita. Bisa jadi seperti didikte, atau bahkan diasupi. Disini tidak akan kau dapatkan hal yang demikian. Dunianya sudah berbeda. Kuliah menuntut independensi dan kemandirian personal untuk proaktif dan berpikir dewasa dalam segala hal. Sistem belajar pun akan terasa sangat asing, Sistem Kredit Semester (SKS) tidak akan sama dengan ketika SMA. Banyak hal yang menuntut eksplorasi intelektual. Maju,

atau kau tertinggal. Tapi disitulah tantangannya. Banyak mereka yang berhasil menempa diri dan menjadi dewasa hingga sukses di dunia akademiknya melalui penempaan di kampus ini, namun tidak sedikit juga yang tetap terkungkung dalam paradigma kerdil yang menghantarkan mereka menuju jurang kesempitan pemikiran. Hati – hati.

Situasi yang masih sangat asing di kehidupan kampus ini, harapannya menjadi sebuah suntikan spirit untukmu mengeksplorasi diri menuju penempaan diri lebih dewasa. Berorganisasi adalah salah satu pilihan wajib bagi mahasiswa menumbuhkan dan mengokohkan eksistensi kedewasaannya, membangun keberanian, mengembangkan tingkat kepercayaan diri. Terkadang, dan hampir selalu, realitas dan rutinitas akademis akan membuatmu stres, bingung, jenuh, capek, dan tak bergairah. Spirit biasanya menggebu – gebu hanya ketika di hari – hari pertama berada di dunia kampus. Namun hal wajar juga kita temukan jika selanjutnya banyak yang merasa jenuh dan mengalami degradasi spirit karena rutinitas perkuliahan nantinya. Solusi dari semua ini adalah organisasi sebagai penjaga stabilitas eskalasi spirit tersebut. Tidak percaya? Buktikan sendiri.

Tipologi Mahasiswa

Meminjam istilah R.Andriadi Achmad dengan Tipologi Mahasiswanya, disebutkan bahwa secara universal mahasiswa terbagi ke dalam empat tipe yaitu: Pertama, tipe mahasiswa yang berhasil dalam perkuliahan, serta aktif dan berhasil dalam pelbagai organisasi, sosok seperti ini sangat langka untuk ditemukan, namun bukan mustahil. Sosok seperti ini yang dijamin akan sukses dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Tipe yang ideal bagi mahasiswa, orang tua, dan masyarakat. Kedua, tipe mahasiswa yang biasa – biasa dalam perkuliahan, serta aktif dan berhasil dalam pelbagai organisasi. Biasanya mahasiswa seperti ini bukan mahasiswa yang kurang pandai, hanya kurang bisa memanage waktu antara kuliah dan organisasi.

Ketiga, tipe mahasiswa yang berhasil dalam perkuliahan, tetapi tidak terlibat dalam organisasi. Biasanya tipe ini akan disandang oleh mereka yang kurang gaul bahkan cenderung culun. Keempat, tipe memprihatinkan. Yaitu mahasiswa yang gagal dalam perkuliahan dan gagal dalam organisasi. Tipe ini tidak terlalu banyak, namun tipe inilah yang sering membuat stigma negatif mahasiswa di lingkungan masyarakat. Sekarang menjadi sebuah pilihan bagi anda, mau menjadi tipe yang seperti apa. Sebagai bahan renungan, banyak sudah yang merasakan manfaat organisasi sebagai wahana pendewasaan dan akselerasi diri dalam menguasai etika sosial kemasyarakatan. Banyak bahkan diantaranya yang anti-sosial, namun ketika mereka berorganisasi, menjadi peka-sosial dan mendongkel potensi – potensi lain dari dalam diri yang tidak disangka – sangka.

Ada banyak Organisasi kemahasiswaan (Intra maupun Ekstra Kampus) yang bisa anda masuki. Ada yang namanya BEM, DPM, Himpunan Mahasiswa Jurusan, HimaProdi, Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM), BO (Badan Otonom), Organisasi – organisasi kedaerahan, dll. yang kesemuanya menjanjikan pendewasaan dan menyajikan ilmu serta wawasan. Bolehlah dirimu terjun disalah satu, atau bahkan beberapa diantaranya. Dan jangan bicara soal nanti, mulai sekaranglah tempa dirimu sedini mungkin menuju pendewasaan pemikiran, menuntut kemandirian, menstimulan kecerdasan, dan memupuk budi pekerti.

Bicara tentang mahasiswa tidak sekedar bicara mengenai organisasi dan non-organisasi. Bicara tentang mahasiswa kita juga pasti akan membicarakan bangsa. Kenapa? Karena mahasiswa adalah komponen tunas bangsa yang dibahasakan oleh mereka sebagai iron stock (cadangan masa depan) bagi sebuah peradaban. Dimana posisi sebagai mahasiswa adalah posisi strategis dalam proses penyiapan pemimpin masa depan sebuah bangsa. Ketika kita sadar bahwa kita adalah elemen penting dan menempati porsi tersendiri dalam strata kehidupan, kita pasti akan terus terpacu untuk giat dalam proses akselerasi diri dan menorehkan pencapaian – pencapaian luar biasa yang dapat membanggakan bangsa, yang bisa membuat haru Ibu Pertiwi. Ketika berbicara tentang mahasiswa juga kita akan selalu diikat oleh tiga tradisi ilmiah mahasiswa yang menjadi ciri khasnya sebagai insan akademis yang bila mereka mengaku sebagai mahasiswa, tradisi ini akan terus teraplikasi dalam kehidupan akademisnya, entah itu di kampus, keluarga, maupun masyarakat. Ketiga tradisi ilmiah yang sering disebut sebagai “trias tradition of students” tersebut adalah: Membaca, menulis, dan berdiskusi. Tiga elemen tradisi inilah yang musti selalu ditumbuhkembangkan dan dibudayakan oleh mahasiswa. Mahasiswa akan kehilangan ruh akademisnya jika menanggalkan salah satu saja dari tiga elemen tradisi yang saling keterkaitan tersebut. Membaca, amat jarang saat ini terlihat mahasiswa senang membaca, di waktu senggang banyak sekali terlihat mahasiswa justru asyik duduk – duduk di pojokan kantin atau terminal, perpustakaan lengang, buku – bukunya tersusun rapi tak tersentuh. Padahal membaca adalah jendela dunia, membuka cakrawala, mengetahui semesta. Bagaimana kita bisa menjadi mahasiswa yang qualified jika kita tidak senang membaca. So, bagimu si penghuni baru kampus ini. Ayo kita kampanyekan gemar membaca. Membaca tidak harus selalu dengan space waktu special tertentu, dimanapun, dan bahkan kapanpun sebenarnya kamu bisa menambah wawasan melalui membaca. Bisa ketika kau sedang antri menunggu, di atas bus dalam perjalanan Plg – Layo, sedang kongkow – kongkow, bahkan ketika sedang berjalan pun kau bisa membaca. Makanya, disiapkan minimal tiga bahan bacaan (buku) setiap harinya di dalam tas kita. Terus, kamu musti punya targetan untuk melahap habis sebuah buku, entah itu dalam periode seminggu, sebulan, dua bulan, dst. Bingung mau baca buku apa? Ya, buku apa saja (yang penting buku yang bener). Perpustakaan selalu terbuka untuk kau pinjam bukunya. Atau juga bisa buat program one book one month. Artinya, kamu bisa sisihkan sebagian dari uang jajanmu setiap harinya sampai akumulasi sebulan, beliin deh tuh uang buku bacaan. Lama – lama kau bahkan bisa memiliki perpustakaan sendiri loh. Menulis, satu lagi budaya dasar mahasiswa yang mulai ditinggalkan. Bagaimana mau menulis, membaca saja jarang. Ada banyak keluhan dari mahasiswa tentang menulis. Ada yang menyebutkan, “saya enggak berbakat di bidang itu,” “susah nyari ide,” dll. Padahal menulis adalah perkara asyik asal dibarengi oleh kesungguhan. Bisa dimulai dari menulis diary, puisi, cerpen, yang kemudian akan beranjak ke artikel, opini, berita, karya ilmiah, novel, bahkan tidak menutup kemungkinan kelak kau akan menulis sebuah buku ilmiah. Manfaatnya sangat besar jika kau kembangkan tradisi yang satu ini,

syaratnya hanyalah kemauan dan sering – sering membaca dan sering – sering menulis tentu saja. Setelah membaca, menulis, tentu saja kau mempunyai bahan pembahasan untuk didiskusikan. Makanya, budaya yang ketiga adalah berdiskusi. Dari ketiga budaya ilmiah ini jika terus ditumbuhkembangkan dan dibudayakan akan melahirkan sebuah sense of social bagi mahasiswa dan akan semakin melegitimasi peran mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control. Wuih, apalagi itu?

Sense of social ini adalah perasaan peka sosial terhadap realita masyarakat. Mengingat mahasiswa juga sebagai salah satu elemen di dalamnya mutlak memahami dinamisasi kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa yang sudah benar – benar paham dengan fungsinya yang bukan hanya sekedar belajar di kampus, tapi juga punya tanggung jawab moral dan sosial atas perannya dalam masyarakat tentu akan tergiring untuk terus memperjuangkan aspirasi dan keinginan masyarakat, mengingat posisi strategis mahasiswa dalam piramida strata yang berada di tengah – tengah, diapit antara golongan elit (Pejabat, pemerintah, orang kaya, dll) dan juga golongan alit (miskin). Disinilah mahasiswa dituntut untuk melakoni perannya dengan sebaik – baiknya. Penasaran kan? Nah, entar ilmu tentang itu akan kalian kupas tuntas habis apabila kalian berorganisasi. Yang penting sekarang adalah persiapkan diri kalian dalam eskalasi atmosfer kehidupan yang baru sebagai insan akademis, dan juga insan sosial. Hadirnya dirimu dalam kampus ini, semoga dapat memberikan spirit baru bagi kampus dan juga dapat memicu adrenalin intellektual mu dalam menuntut ilmu, menjalani roda kehidupan, mempersiapkan diri bagi Indonesia kedepannya. Kondisi negara di masa depan dapat kita lihat pada kondisi pemudanya pada saat ini. Dan kita adalah pelakunya. Akan kita buat jadi apa negara ini kedepannya jika kita masih bersantai – santai saja di tengah kondisi kompetitif yang menuntut percepatan dan kecekatan. Meminjam istilah Greenday dalam American Idiotnya: “don’t wanna be an Indonesian idiot.” Jangan mau dininabobokan oleh kondisi hedonis yang melenakan kita, pemuda. Ingat, hanya butuh 10 pemuda hebat untuk membangun negeri ini, tapi juga bangsa ini juga hanya perlu 5 pemuda perusak untuk mendegradasikan negeri ini. Jangan mau jadi perusak. Jadikan momentum anda bergabung di kampus ini, meniupkan sebuah angin segar perubahan bagi bangsa Indonesia. Kampus baru, spirit baru. Selamat Datang dan gali potensi menuju Unsri Madani. Dipundakmu terpatri sebuah amanah besar dari ibu pertiwi.

Hidup Mahasiswa...!!! Jayalah Pendidikan Indonesia!!!

--RD-Aug, 13, 2008

You might also like