You are on page 1of 31

LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA (LKTM)

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


LEWAT CLUSTER
CLUSTER-CLUSTER
CLUSTER “IT TRAINING CENTER”
DI DAERAH, MODAL DASAR UNTUK MENINGKATKAN
DAYA SAING BANGSA DI ERA GLOBALISASI

Topik Pembahasan :
Bidang Pendidikan

Disusun Oleh :

Achmad Zaky Syaifudin

13504076

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2007

1
LEMBAR PENGESAHAN

LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA

Judul Karya Tulis : Pendidikan Teknologi Informasi lewat Cluster-cluster “IT


Training Center” di Daerah, Modal Dasar untuk
Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Era Globalisasi
Topik : Bidang pendidikan
Penulis : Achmad Zaky Syaifudin (13504076)

Bandung, 10 April 2007


Penulis,

( Achmad Zaky Syaifudin )


NIM. 13504076

Menyetujui,
Deputi WRMA Bidang Pengembangan Dosen Pembimbing
Kegiatan Non-Kurikuler

(Dr. A. Nanang T. Puspito) (Ir. Rinaldi Munir, M.T)


NIP. 131 476 575 NIP.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis yang berjudul “Pendidikan Teknologi Informasi lewat Cluster-cluster “IT
Training Center” di Daerah, Modal Dasar untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa di
Era Globalisasi” dengan baik.

Penyusunan Karya Tulis ini merupakan hasil studi dari penulis baik melalui
studi literatur maupun wawancara. Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis ini
adalah untuk diajukan dalam Lomba Karya Tulis Mahasiswa ITB.

Penyusunan Karya Tulis ini tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa
bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Rinaldi Munir selaku dosen pembimbing dalam penyusunan


Karya Tulis ini.
2. Bapak Onno W. Purbo yang selalu memperjuangkan teknologi untuk
kepentingan rakyat Indonesia. Terima kasih telah meluangkan waktu
untuk wawancara lewat email.
3. Bapak Caska dan Bapak Sumi (LK) yang telah membantu
memperlancar dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis ini.
4. Fajrin, Anda, dan Moren yang telah memotivasi penulis untuk
melakukan yang terbaik dalam Karya Tulis ini.
5. Teman-teman Deft Corporation yang selalu kukenang dan selalu
memberikan dukungan dari jarak jauh.
6. Sepupu-sepupuku(Nisa, Ilma, Ayun, Fatur, dll) yang telah
menghiburku di saat pengerjaan Karya Tulis ini.
3
7. Teman-teman di Asrama PPSDMS yang selalu membakar idealismeku
untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa ini. Semoga kalian bisa
berbuat banyak juga untuk bangsa ini.

Bandung, April 2007

Penulis

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................3

DAFTAR ISI .................................................................................................................5

ABSTRACT ..................................................................................................................7

ABSTRAKSI .................................................................................................................9

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................11

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah ........................................................11

1.1.1 Latar belakang .......................................................................................11

1.1.2 Rumusan masalah ..................................................................................12

1.2 Ruang Lingkup .............................................................................................12

1.3 Tujuan dan Manfaat ......................................................................................12

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................13

BAB II PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI ...............................................14

2.1 Pengertian Informasi .....................................................................................14

2.2 Teknologi Informasi .....................................................................................14

2.3 Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia ........................................16

2.4 Pendidikan Teknologi Informasi di Indonesia ..............................................17

BAB III DAYA SAING BANGSA .............................................................................19

3.1 Daya Saing Indonesia di Internasional .........................................................19

3.2 Globalisasi dan Dampaknya .........................................................................19

3.3 Globalisasi dan Teknologi Informasi............................................................20


5
3.4 Digital Divide ...............................................................................................21

3.5 Upaya Pemerintah .........................................................................................23

BAB IV CLUSTER “IT TRAINING CENTER” DAERAH ......................................24

4.1 Potensi Daerah ..............................................................................................24

4.2 “IT Training Center” Cluster ........................................................................25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................29

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................29

5.2 Saran .............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................31

6
ABSTRACT

Knowledge is very important for us therefore make it as a base needs must


be completed. Knowledge is obtained from information that we have obtained
therefore more and more information we have obtained so more and more knowledge
we will get then our civilization can more advance.

In this information technology era, we can obtain all information that we


want rapidly. Through internet media, information can flow faster than other media
like television, radio, newspaper, etc. Through internet, our life can be developed
more.

Indonesia is one of developing country that has few of internet users


approximately not more that 5% of number of people (about 10 million people). If we
compare with well-developing country like USA, Japan, or Europe, Indonesia is so
far left behind in information technology field. This phenomenon is usually called as
"digital divide". Digital divide is far distance in technology between developing
country and well-developing country because of information access divide.

Seeing condition of Indonesia, it is need to take strategic action to pursue


our left behind well-developing country. IT Education is one of the rigt answers to
develop Indonesian people smarter, competitive, and sustainable in globalization era.
The idea is to build center of IT Training in small region througout Indonesia to
prepare IT staff in government or education institution therefore can support the
process of learning in education or government institution. This way can also support
“e-government program” that have failed and not effective. Through this clusters all
component of citizen can be touched by information technology. With few cost, they
can obtain many knowledge about information technology used for supporting
purposes in the further process of learning. By this knowledge of information

7
technology people of Indonesia can also participate actively to develop information
technology field in Indonesia.

Keywords: education, internet, information technology (IT), competitiveness

8
ABSTRAKSI

Pengetahuan begitu penting bagi kita sehingga menjadikannya sebuah


kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pengetahuan didapatkan dari informasi
yang kita dapatkan sehingga semakin banyak informasi yang kita dapatkan semakin
banyak pula pengetahuan manusia dan semakin majulah peradaban manusia tersebut.

Di era teknologi informasi ini, kita dapat memperoleh informasi apapun


yang kita inginkan dengan cepat. Lewat internet, Informasi dapat mengalir lebih cepat
daripada media lainnya seperti televisi, radio, Koran, dll. Dengan internet inilah
kebidupan kita bisa berkembang lebih maju.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki


pengguna Internet yang sangat sedikit sekitar kurang dari 5% penduduk. Bila
dibandingkan dengan negara maju lainnya seperti Amerika, Jepang, dan Eropa,
Indonesia sangat jauh sekali ketertinggalannya di bidang teknologi informasi. Hal itu
sering disebut dengan digital divide, yaitu semakin renggangnya kesenjangan digital
antara negara berkembang dengan negara maju dikarenakan kesenjangan
pengaksesan informasi (pengetahuan).

Melihat keadaan Indonesia yang seperti ini, perlu diambil langkah strategis
untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maju. Pendidikan Teknologi
Informasi merupakan salah satu jawaban yang pasti untuk mengembangkan manusia
Indonesia yang lebih cerdas dan berdaya saing di era globalisasi. Idenya, perlunya
dibangun pusat-pusat pendidikan teknologi informasi (IT Training Center) di daerah-
daerah di Indonesia yang siap menghasilkan tenaga-tenaga trampil di bidang
teknologi informasi sekaligus mendukung proses pembelajaran bagi instansi
pemerintahan dan pendidikan. Langkah ini juga dapat mendukung program e-
government yang penulis nilai telah gagal dan tidak efektif. Lewat cluster-cluster
inilah semua komponen masyarakat bisa tersentuh oleh teknologi informasi. Dengan

9
biaya murah, mereka bisa memperoleh banyak pengetahuan tentang teknologi
informasi untuk bisa digunakan sebagai komponen pendukung proses pembelajaran
secara berkelanjutan. Dengan pengetahuan teknologi informasi inilah masyarakat
juga bisa berpartisipasi aktif dalam mengembangkan dunia teknologi informasi di
Indonesia.

Kata kunci : pendidikan, internet, teknologi informasi, daya saing

10
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar belakang


Informasi merupakan hal yang paling penting di era yang serba cepat ini.
Bahkan seseorang bisa menderita kerugian besar hanya karena tidak mendapatkan
informasi dengan cepat atau terlambat dalam beberapa detik. Maka dari itulah
sekarang informasi begitu dominan dan memegang peranan penting.

Informasi juga merupakan sumber pengetahuan (knowledge). Dari informasi-


informasi yang terkumpul inilah seseorang bisa mendapatkan pengetahuan.
Informasi-informasi itu bisa di dapat lewat berbagai media seperti televisi, radio,
majalah, koran, dan internet. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa, pengakses
informasi terbesarlah yang akan memiliki banyak pengetahuan sehingga bisa
memiliki daya saing dengan orang lain. Oleh karena itulah istilah knowledge based
begitu sering terdengar di telinga kita.

Dari berbagai media untuk mengakses informasi, Internet lah yang paling
kaya akan informasi. Tidak seperti media lain, internet tidak hanya memberikan
informasi tetapi juga melayani informasi apa yang kita inginkan sehingga
efektivitasnya lebih tinggi. Jika dibandingkan, dengan mengakses internet selama
satu jam kita bisa mendapatkan lebih dari apa yang kita inginkan daripada kita
menonton televisi selama satu jam dan belum tentu kita mendapatkan apa yang kita
inginkan apabila kita menonton televisi.

Banyak prestasi buruk disandang Indonesia, mulai dari terkorup, termiskin,


dll. Daya saing Indonesia juga kalah dengan negara-negara lain bahkan di tingkat
Asia tenggara Indonesia masih kalah dengan Malaysia. Salah satu indikasi daya saing
11
bangsa adalah pendidikan dan produktivitas (GDP). Semakin cerdas dan produktif
suatu negara maka semakin tinggi pula tingkat daya saingnya. Cerdas sendiri
ditentukan akan pengetahuan yang didapatkan. Untuk itulah mengapa akses informasi
begitu penting bagi bangsa ini dalam hal ini internet sebagai salah satu layanan
teknologi informasi.

1.1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis
kemukakan adalah bagaimana informasi dan pengetahuan dapat diperoleh
masyarakat dengan cepat dan tepat, yakni dengan pendidikan teknologi informasi
kepada masyarakat lewat cluster-cluster “IT Training Center”.

1.2 Ruang Lingkup


Untuk menjawab rumusan masalah di atas penulis akan mengkaji hal-hal
berikut :
- Efektivitas pembangunan “IT training center”
- Dampak globalisasi
- Pentingnya pendidikan teknologi informasi
- Upaya pemerintah untuk meningkatkan akses informasi

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat yang bisa diambil dalam penulisan karya tulis ini adalah :
- Mengetahui pentingnya pendidikan teknologi informasi bagi
masyarakat dalam memajukan bangsanya.
- Mengukur daya saing bangsa dengan bangsa lain sehingga kita bisa
menyadari dimana posisi kita sekarang.
- Mencari solusi konkrit atas digital divide yang terjadi di Indonesia
pada khususnya dan dunia pada umumnya.

12
- Menularkan virus-virus kepada pembaca bahwa kita sebagai kaum
intelektual harus selalu mengajarkan kepada kaum non-intelektual
dalam hal ini bisa berupa teknologi informasi (seperti yang dilakukan
Bapak Onno W Purbo).

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis adalah mendeskripsikan data yang
diperoleh, baik dari literatur maupun lapangan, kemudian dianalisis.

Dalam pengumpulan data, teknik yang penulis gunakan adalah :

a. Studi literatur
b. Wawancara ( dengan pak Onno W Purbo lewat email)

13
BAB II PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

2.1 Pengertian Informasi


Informasi adalah pesan yang diterima dan dipahami maknanya. Informasi juga
dapat didefinisikan sebagai jenis pengetahuan apapun yang dapat dipertukarkan dan
selalu direpresentasikan/diekspresikan dalam berbagai bentuk data. Dapat dinyatakan
bahwa data diinterpretasi berdasarkan representasi informasi yang terdefinisi.

Informasi sangat dibutuhkan manusia karena informasi dapat bertindak


sebagai alat komunikasi, dasar pengambilan keputusan, dan sebagai alat
kegembiraan. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia, informasi yang diberikan harus
mempunyai nilai, yaitu apabila informasi tersebut dapat mendukung pelaksanaan
kegiatan secara efektif dan efisien. Nilai informasi dapat diukur bila informasi yang
diberikan dapat menurunkan biaya penelitian, pengembangan dan pelaksanaan,
menghemat waktu sehingga implementasi dan inovasi bisa lebih cepat, membuat
kebijakan lebih efektif, mendukung ke arah pencapaian tujuan strategis organisasi,
mengatasi ketidaktahuan, serta memuaskan manajemen dan pemakai.

Indonesia
Data Informasi Pengetahuan Kebijakan
Maju

Gambar 1 Model aliran Pengetahuan

2.2 Teknologi Informasi

Teknologi Informasi dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan


informasi. Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia
terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga:

• lebih cepat

14
• lebih luas sebarannya
• lebih lama penyimpanannya

Agar lebih mudah memahaminya kita lihat perkembangan teknologi


informasi. Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka
bahasa adalah teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi
yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke
mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu saat si pengirim menyampaikan informasi
melalui ucapannya. Setelah ucapan itu selesai maka informasi berada ditangan si
penerima. Selain itu jangkauan suara juga terbatas. Sampai jarak tertentu meskipun
masih terdengar informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi
bahkan hilang sama sekali.

Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar.


Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa
dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada bertahan lebih
lama. Beberapa gambar peninggalan jaman purba masih ada sampai sekarang
sehingga manusia sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin
disampaikan pembuatnya.

Adanya alfabet dan angka arabik memudahkan penyampaian informasi dari


yang sebelumnya satu gambar mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi
alfabet, atau penulisan angka yang tadinya MCMXLIII diganti dengan 1943.
Teknologi ini memudahkan penulisan informasi.

Teknologi percetakan memungkinkan pembuatan pintu informasi lebih cepat


lagi. Teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer bahkan membuat informasi
menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.

Internet adalah salah satu teknologi informasi yang paling mutakhir saat ini.
Dengan internet informasi dapat dicari, tidak hanya disebarkan.

15
2.3 Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia
Seperti halnya di negara lain, perkembangan Internet juga mengguncang
Indonesia. Istilah Information Technology (IT), Telematika, ICT (Information and
Computing Technology), dan lain-lain mulai banyak muncul dalam seminar dan
publikasi. Tahun 2000 banyak bermunculan perusahaan-perusahaan “dotcom
wannabee” yang ingin meniru perusahaan di Amerika. Terpuruknya perusahaan
dotcom di Amerika, ditandai dengan anjloknya Nasdaq, juga mempengaruhi
perusahaan dotcom di Indonesia. Namun, perkembangan IT di Indonesia tidak mati.
Masih banyak usaha-usaha untuk melakukan bisnis di bidang IT atau bisnis di bidang
lain tapi menggunakan IT.

Usaha mempopulerkan Internet dan teknologi informasi, umumnya, dilakukan


di Indonesia dengan berbagai pendekatan, lengkap dengan slogan-slogannya.
Beberapa di antaranya berkesan klise, seperti digital divide. Ini mengingatkan saya
akan terminologi “information superhighway” yang dulu pernah populer (di awal
perkembangan Internet di Amerika, jaman Al Gore menjadi wakil presiden Amerika).
Karena terlalu sering digunakan, dan belum terlihat hasilnya, slogan-slogan ini justru
membuat orang menjadi mual mau muntah.

Sebetulnya apa yang menjadi pendorong orang-orang ini untuk


mempopulerkan Internet? Bagi penyelenggara jasa internet (PJI), atau yang dikenal di
luar negeri dengan nama Internet Service Provider (ISP), jelas usaha mempopulerkan
internet merupakan bagian dari bisnis mereka. Ini wajar-wajar saja dan sah-sah saja.
Justru akan aneh kalau ISP tidak melakukan usaha untuk mempopulerkan Internet.
Selain PJI ada juga bisnis lain yang terkait dengan usaha itu seperti bisnis web
hosting, portal (berita dan lain-lain), dan kini ASP (Application Service Provider).

Institusi lain yang non-PJI pun merasa perlu berlomba-lomba untuk


mempopulerkan Internet. Ada usaha-usaha melakukan penelitian (study & research),
atau membuat BIM, Warintek, dan sebagainya. Usaha ini belum jelas apakah dia
bermuatan bisnis atau bersifat sosial. Ataukah dia sebenarnya bisnis (mencari proyek)

16
yang berkedok sosial? Ataukah usaha untuk sekedar menghabiskan dana proyek saja?
Yang pasti, ada usaha untuk mempopulerkan Internet dari berbagai pihak. Tidak ada
yang salah, asal tujuannya jelas dan transparan.

Dari kesemua usaha ini nampaknya pertumbuhan pengguna Internet di


Indonesia bertambah dengan sangat lamban. Diperkirakan jumlah pengguna Internet
masih berkisar antara 1,5 sampai 2 juta orang. Dia tidak berkembang secara
eksponensial seperti di Cina dan India. Penulis belum memiliki data pertumbuhan
pengguna Internet di negara-negara lain di Asia, khususnya di Asia Tenggara.
Singapura kemungkinan memiliki pertumbuhan yang rendah karena sebagian besar
penduduknya sudah menggunakan Internet. Populasi Indonesia yang besar dengan
pengguna yang baru 2 juta orang memungkinkan penambahanan pengguna yang
berarti. Ini yang masih diincar oleh pelaku bisnis. Namun sayangnya sebagian besar
dari penduduk Indonesia masih jauh dari jangkauan Internet, atau bahkan dari
jangkauan telepon, atau lebih mendasar lagi dari jangkauan listrik.

2.4 Pendidikan Teknologi Informasi di Indonesia


Jumlah pengguna internet yang sedikit di Indonesia menunjukkan bahwa
akses manusia Indonesia terhadap informasi sangatlah rendah. Hal ini sangat
memprihatinkan mengingat tren ke depan internet akan menjadi dominan sebagai alat
akses dan penyebarluasan informasi.

Banyak pelaku bisnis infrastuktur internet masih percaya bahwa pasar internet
di Indonesia pasti ada. Mereka tidak mencoba untuk membuat pasar (market
creation) lewat pendidikan atau pelatihan ke masyarakat. Hal itulah yang dilakukan
oleh praktisi internet seperti Pak Onno W Purbo. Beliau adalah salah satu tokoh yang
paling aktif dalam pendidikan teknologi informasi. Beliau juga gencar
mempromosikan pentingnya teknologi informasi kepada masyarakat. Selain itu beliau
juga mengajarkan hal-hal teknis mulai dari bagaimana membuat jaringan internet,
internet murah, VOIP, dll. Dari situlah masyarakat bisa mempraktekkan secara
langsung sehingga mereka pun antusias untuk berpartisipasi dalam meramaikan dunia

17
internet di Indonesia. Onno W Purbo juga berpendapat bahwa praktisi dan pelaku
bisnis teknologi informasi sekarang cenderung lamban dan statis. Mereka tidak
berusaha membuat pasar dengan mencerdaskan masyarakat lewat training, workshop,
dan sebagainya.

Pendidikan teknologi informasi di Indonesia juga dilakukan lewat jalur


formal, seperti sekolah dan universitas. Akan tetapi tidak ada kurikulum baku
nasional bagaimana sistem pendidikan teknologi informasi dan sasarannya pun
kurang jelas. Harusnya pendidikan teknologi informasi diberikan untuk mendukung
ilmu lainnya. Dalam buku “The world is flat” dijelaskan 12 kompetensi dasar yang
harus dimiliki manusia di era baru ini yaitu searching, surfing, transaksi online, game
online, dll. Kompetensi seperti itulah yang harusnya menjadi sasaran pendidikan
teknologi informasi di sekolah, terutama di sekolah-sekolah dasar. Nantinya kedepan
kompetensi-kompetensi tersebut bisa digunakan untuk mendukung pengembangan
ilmu di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi.

18
BAB III DAYA SAING BANGSA

3.1 Daya Saing Indonesia di Internasional


Dalam laporan bertajuk Global Competitiveness Report 2003 – 2004
sekaligus menempatkan Indonesia pada peringkat bawah untuk ranking indeks daya
saing pertumbuhan, yakni 72 dari 102 negara atau jatuh dari tangga ke 66 (2002 -
2003) dan ranking indeks daya saing bisnis berada pada ranking 60 atau turun dari
tahun sebelumnya di posisi 62.

Daya Saing suatu negara diukur dari pendidikan, kesehatan, dan produktivitas
lewat GDP. Hampir di semua komponen itu Indonesia terpuruk. Bila dibandingkan
dengan Malaysia dan India, Indonesia sangat ketinggalan jauh. India dan Malaysia
kini masuk dalam kategori negara yang hampir maju. Sementara Indonesia masih
terpuruk di dunia ketiga.

Sebenarnya daya saing manusia Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain
asalkan semua penduduk merata mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal
pendidikan. Fakta itu ditunjukkan dengan kemenangan Tim Olimpiade Fisika
Indonesia dalam Olimpiade Fisika Internasional. Dalam ajang ini Indonesia mampu
menyingkirkan negara lain yang notabene negara maju.

3.2 Globalisasi dan Dampaknya


Globalisasi telah menjadi isu penting di berbagai negara di dunia terutama
negara dunia ketiga seperti Indonesia. Mereka takut globalisasi akan menghancurkan
ekonomi mereka seperti layaknya negara jajahan. Ketakutan itu wajar mengingat
mereka belum siap dengan adanya globalisasi. Tingkat daya saing negara dunia
ketiga (dalam hal ini juga Indonesia) sangatlah rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara maju.

19
Tanda-tanda globalisasi tampaknya sudah mulai muncul di Indonesia. Dengan
hadirnya perusahaan korporasi Internasional di Indonesia hal itu cukup menjadi bukti
bahwa globalisasi mulai menancapkan akar-akarnya. Kalau saja tingkat daya saing
Indonesia (direpresentasikan dari tingkat daya saing SDMnya) tidak mengalami
perkembangan, bisa saja Penjajahan ekonomi baru akan melanda negeri ini. Hal yang
paling menyakitkan adalah masyarakat Indonesia bisa-bisa menjadi kacung di negeri
sendiri. Hal inilah yang tidak kita inginkan bersama dari dampak adanya globalisasi.
Penulis sangat yakin bahwa globalisasi total akan hadir di dunia ini. Untuk itu
langkah yang paling strategis menurut penulis adalah dengan menigkatkan daya saing
SDM Indonesia dengan bangsa lain.

3.3 Globalisasi dan Teknologi Informasi

Teknologi informasi yang kini berkembang amat pesat, tak bisa dipungkiri
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi ini. Mulai
dari wahana teknologi informasi yang paling sederhana berupa perangkat radio dan
televisi, hingga internet dan telepon gengam dengan protokol aplikasi tanpa kabel
(WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak ruang kesadaran
banyak orang.

Perubahan informasi kini tidak lagi ada dalam skala minggu atau hari atau
bahkan jam, melainkan sudah berada dalam skala menit dan detik. Perubahan harga
saham sebuah perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta hanya membutuhkan waktu
kurang dari sepersepuluh detik untuk diketahui di Surabaya. Indeks nilai tukar dollar
yang ditentukan di Wall Street, AS, dalam waktu kurang dari satu menit sudah
dikonfirmasi oleh Bank Indonesia di Medan Merdeka. Demikian juga peragaan
busana di Paris, yang pada waktu hampir bersamaan bisa disaksikan dari Gorontalo,
Sulawesi.

Teknologi Informasi telah mengubah wajah ekonomi konvensional yang


lambat dan mengandalkan interaksi sumber daya fisik secara lokal menjadi ekonomi

20
digital yang serba cepat dan mengandalkan interaksi sumber daya informasi secara
global. Peran Internet tidak bisa dipungkiri dalam hal penyediaan informasi global ini
sehingga dalam derajat tertentu, teknologi internet disamaratakan dengan internet.
internet sendiri memang fenomenal kemunculannya sebagai salah satu tiang pancang
penanda kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. internet menghilangkan
semua batas-batas fisik yang memisahkan manusia dan menyatukannya dalam dunia
baru, yaitu dunia “maya”. Setara dengan perkembangan perangkat keras komputer,
khususnya mikro-prosesor, dan infrastruktur komunikasi, Teknologi informasi di
internet berkembang dengan kecepatan yang sukar dibayangkan. Konsep
perdagangan elektronik melalui internet, yang dikenal dengan nama e-Commerce
yang lahir karena perkawinan teknologi informasi dengan globalisasi ekonomi belum
lagi genap berusia sepuluh tahun dikenal ketika sudah harus merelakan dirinya digilas
dengan konsepsi e-Business yang lebih canggih. Jika e-Commerce “hanya”
memungkinkan seseorang bertransaksi jual beli melalui internet dan melakukan
pembayaran dengan kartu kreditnya secara on-line, atau memungkinkan seorang ibu
rumah tangga memprogram lemari-esnya untuk melakukan pemesanan saribuah
secara otomatis jika stok yang disimpan di kulkas itu habis dan membayar berbagai
tagihan rumah tangganya melalui instruksi pada bank yang dikirim dengan menekan
beberapa tombol pada telepon genggamnya, maka dengan e-Business, transaksi
ekspor impor antar negara lengkap dengan pembukaan LC dan model cicilan
pembayarannya juga bisa dilakukan dengan wahana dan media yang sama.

3.4 Digital Divide


Perkembangan yang sangat cepat dari teknologi informasi telah memunculkan
istilah digital divide (kesenjangan digital). Digital divide juga menjadi isu penting di
berbagai negara dunia ketiga selain globalisasi. Entah itu isu bermuatan positif
ataupun negatif yang jelas kita harus tetap merespon hal ini sebagai gejala yang
benar-benar terjadi di dunia dan di Indonesia. Sebagai contoh, penduduk Amerika
sebagian besar telah memiliki akses ke teknologi informasi terutama internet (60%).
Dengan teknologi informasi inilah mereka bisa mendapatkan pengetahuan cepat dan

21
missal sehingga daya saing mereka semakin meningkat. Sementara itu apabi
apabila kita
lihat penduduk di Afrika, mereka sama sekali belum tersentuh oleh hadirnya
teknologi informasi. Hal itu menyebabkan mereka tidak bisa mendapatkan akses
informasi yang mengakibatkan tidak bertambahnya pengetahuan mereka. Apa yang
terjadi adalah daya saing mereka semakin merosot bila di bandingkan negara lain
yang sudah memiliki akses teknologi informasi. Kasus seperti inilah yang dinamakan
digital divide.

Digital divide tidak hanya terjadi antar negara tetapi ke level individu masing
masing-
masing dan bahkan
an antar daerah di Indonesia. Contoh yang sangat jelas adalah daerah
Papua dengan Jakarta. Sangat jelas terjadi ketimpangan dalam hal percepatan
perolehan pengetahuan yang membuat daerah Papua semakin merosot dan daerah
Jakarta semakin melesat. Sudah sahar
saharusnya
usnya pemerintah menanggulangi hal tersebut
agar kesenjangan tidak semakin melebar sehingga dapat seimbang.

Negara
Negara Maju
Berkembang

Akses Teknologi

kecil besar

Perolehan Informasi

kecil besar

Tingkat Kecerdasan

semakin rendah (relatif terhadap negara maju) semakin tinggi

Kondisi Negara

Semakin Puruk Semakin Jaya

Akibatnya

Terjadinya kesenjangan yang sangat membahayakan

Gambar 2 Bagaimana digital divide terjadi

22
3.5 Upaya Pemerintah
Pemerintah lewat Kementrian Komunikasi dan Informatika telah
mengupayakan beberapa hal untuk menghadapi globalisasi terutama meningkatkan
akses ke teknologi informasi.Menurut IDC (Information Data Corporation), dana
yang sudah dibelanjakan untuk kepentingan teknologi informasi di Indonesia cukup
besar. Tahun 2000 ini diperkirakan US$ 772,9 juta, naik dari US$ 638,4 juta tahun
lalu. Jumlah ini belum termasuk investasi dotcom yang sempat bergairah dalam
beberapa tahun terakhir. Dari US$ 772,9 juta itu, sebagian besar (57,7%)
dibelanjakan untuk perangkat keras seperti PC dan notebook. Sebagian yang lain
(14,4%) dibelanjakan untuk perangkat lunak. Seharusnya, angka untuk perangkat
lunak ini jauh lebih besar daripada untuk perangkat kerasnya. Hal ini diduga keras
karena di Indonesia tingkat pembajakan masih di atas 90%. Sementara dari 17 sektor
yang membelanjakan uang untuk teknologi informasi tadi, sektor yang paling banyak
mengeluarkan uang adalah komunikasi & media (19,3%), diikuti oleh discreet
manufacturing (16,9%), pemerintah (12,4%), dan perbankan (11,8%).

Pemerintah lewat Departemen Pendidikan Nasional juga telah mengupayakan


pendidikan teknologi informasi masuk dalam kurikulum nasional. Selain itu
DepDikNas juga telah membangun jaringan internet di 240 SMK di Indonesia.
Sehingga masing-masing siswa SMK hanya mengeluarkan biaya 1000 untuk satu jam
akses internet. Namun hal itu tidak dibarengi dengan proses pendidikan dan
pencerdasan terhadap penggunakan teknologi informasi. Akhir-akhirnya teknologi
informasi disalahgunakan oleh siswa untuk melakukan hal-hal negatif seperti
membuka situs porno, hacking, carding, dll.

23
BAB IV CLUSTER “IT TRAINING CENTER” DAERAH

4.1 Potensi Daerah


Indonesia memiliki 33 provinsi, 350 kabupaten, dan ribuan
kecamatan.Dengan adanya otonomi daerah, setiap daerah memilki hak untuk
mengatur daerahnya sendiri tanpa campur tangan pemerintah pusat. Anggaran pun
diperoleh dari pemerintah pusat dan pendapatan daerah kemudian dikelola sendiri
oleh pemerintah daerah setempat. Kebijakan otonomi daerah ini membuat antar
daerah saling berlomba-lomba memajukan daerahnya. Iklim ini tentunya sangat
bagus untuk kemajuan Indonesia ke depan.

Pemerintah lewat Menteri Dalam Negeri telah membuat program sistem e-


government untuk daerah-daerah. Meliputi penggunaan standar perangkat teknologi
informasi, pembuatan web, dan sebagainya. Tujuannya adalah agar setiap daerah bisa
memamerkan potensi masing-masing lewat dunia internet. Akan tetapi program ini
tidak berjalan dengan lancer dikarenakan sumber daya manusia masing-masing
daerah di bidang teknologi informasi sangatlah kurang.

Kelemahan itu merupakan potensi besar bagi pemerintah pusat untuk


membangun “IT Training Center” di tiap-tiap daerah sebagai pusat pelatihan
teknologi informasi. Tujuannya yaitu untuk melatih para pejabat-pejabat
pemerintahan, guru-guru, atau siswa-siswa untuk bisa memanfaatkan teknologi
informasi. Selain itu pusat pelatihan ini bisa juga dimanfaatkan pemerintah daerah
sebagai tempat melakukan riset di bidang teknologi informasi.

Untuk dapat membangun pusat pelatihan seperti itu di daerah-daerah


dibutuhkan SDM yang handal. Pemerintah dapat melakukan pelatihan secara terpusat
dan intensif bagi calon-calon trainer-trainer di pusat pelatihan tersebut.

Jumlah tenaga teknologi informasi Indonesia yang kurang juga merupakan


potensi bagi masing-masing pemerintah daerah. Pemerintah daerah setempat bisa
24
melakukan pelatihan teknologi informasi kepada para penganggur sehingga mereka
memiliki kompetensi dan siap untuk bekerja. Hal itu dapat mengurangi beban
pemerintah yaitu pengangguran.

4.2 “IT Training Center” Cluster


Pusat pendidikan teknologi informasi merupakan salah satu jalur efektif
untuk mencerdaskan anak bangsa. Lewat pendidikan langsung inilah masyarakat akan
berinteraksi langsung dan dapat berpartisipasi dalam pengembangan dunia teknologi
informasi. Penulis sangat
ngat yakin, akan lebih efektif dan strategis jika dana pendidikan
digunakan untuk membangun cluster “IT Training Centre” di daerah
daerah-daerah
daerah daripada
digunakan untuk pembelian perangkat kebutuhan sekolah dan pemerintahan yang
berlebihan seperti Televisi layar lebar, Infokus, dll.

Dengan cluster ini juga diharapkan proses penyamaan pengetahuan antara


negara Indonesia dengan negara maju lainnnya bisa terwujud. Sangat mustahil untuk
maju apabila informasi yang diperoleh sangat jauh ketinggalan bila dibandingkan
dengan negara maju. Bisa diibaratkan dalam lomba lari kita berada ditrack yang salah
yaitu jalur lambat. Negara maju sudah memikirkan teknologi yang akan berkembang
ke depan sementara negara kita masih memikirkan hal
hal-hal
hal yang sudah dibuat oleh
negara maju. Hal itu digambarkan dalam tabel berikut :

Indonesia China India Amerika Jepang

•? •Bioteknologi •Mengembangkan •Mengembangkan


•Mengembangkan
Mengembangkan •IT RFID robot
Komputer

Gambar 3 Apa yang dilakukan negara kita?

Pembangunan infrastruktur jaringan internet oleh pemerintah ke sekolah


sekolah-
sekolah dan instansi pemerintahan harusnya dibarengi dengan program pendid
pendidikan
dan pengajaran teknologi informasi yang komprehensif.. Lewat cluster-cluster
cluster “IT
Training Centre” di daerah
daerah-daerah
daerah inilah anak bangsa dicerdaskan. Sehingga mereka

25
tidak asal menggunakan teknologi tersebut, melainkan bagaimana menggunakannya
dengan benar, atau bahkan berkarya membuat aplikasi pendukung teknologi
informasi. Dengan berkarya inilah mereka akan bisa lebih antusias untuk terus
berpartisipasi dalam pengembangan dunia teknologi informasi. Diharapkan target
pembangunan sumber daya manusia Indonesia berkelanjutan pun dapat dicapai.

Konsep “IT Training Center” ini telah diterapkan oleh pemerintah DKI
Jakarta namun belum untuk daerah lain. Disinilah pendidikan teknologi informasi
untuk masyarakat Jakarta dilakukan. Tanpa harus mengeluarkan banyak dana,
masyarakat bisa memperoleh pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Setiap minggunya “IT Training Center” ini juga menggelar seminar dan workshop
untuk masyarakat Jakarta. Konsep ini hendaknya dilakukan oleh daerah lain sehingga
cluster-cluster Pusat pelatihan dan pengembangan teknologi informasi dapat
mencerdaskan masyarakat di daerah-daerah.

4.3 Pendidikan IT, pendidikan berkelanjutan

Pendidikan merupakan modal dasar dari sebuah negara yang paling penting. Dengan
pendidikan penduduk bisa memperoleh kecerdasan. Pendidikan teknologi informasi
merupakan alat untuk mendukung proses pendidikan tersebut. Sehingga, dengan memperoleh
pendidikan teknologi informasi diharapkan objek bisa mengembangkan ke hal-hal yang
positif seperti riset dengan mahasiswa di negara lain, dan lain-lain yang bisa dimanfaatkan.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah penyelesaian masalah pendidikan yang tidak
berkelanjutan, contohnya dengan memberikan bantuan operasional sekolah kepada siswa.
Dengan memberikan bantuan berupa uang, masyarakat akan semakin konsumsi. Hal ini
dikarenakan mereka belum cerdas sehingga tidak bijak dalam mempergunakan dana ini. Apa
yang terjadi justru menguntungkan bagi para pebisnis asing yang bermain di Indonesia
dikarenakan produk mereka semakin lagi dengan konsumtifnya masyarakat Indonesia yang
didapat dari dana bantuan pemerintah. Peristiwa ini penulis gambarkan dalam model berikut :

26
Kembali Pemberian
terpuruk Uang

Masyarakat
Masyarakat
tetap tidak
konsumtif
cerdas

Pengusaha
asing
diuntungkan

Gambar 4 Siklus pendidikan tidak berkelanjutan

Solusi yang pasti untuk mencerdaskan masyarakat adalah dengan pendidikan yang
berkelanjutan. Pendidikan teknologi informasi merupakan salah satu bentuk dari itu.
Dengan pendidikan teknologi informasi masyarakat akan semakin memiliki
kemampuan untuk memperoleh informasi dengan cepat. Dengan begitu mereka akan
lebih cerdas didukung dengan kemampuan teknologi informasi. Kecerdasan ini akan
menjadikan masyarakat lebih bijak dalam mengambil keputusan sehingga
terwujudnya masyarakat yang madani.

27
Pendidikan
IT

Kebutuhan
terpenuhi Masyarakat
termasuk Cerdas
pendidikan

Masyarakat
Semakin
Semakin
bijak
maju

Gambar 5 Siklus pendidikan IT yang berkelanjutan

28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan komponen strategis untuk memajukan bangsa. Lewat
pendidikan, masyarakat bisa menjadi lebih maju dan berdaya saing. Proses
pendidikan dilakukan dengan penyampaian informasi kepada objek pendidikan. Salah
satu jalur untuk mempercepat proses pendidikan adalah mempercepat perolehan
informasi.

Dengan adanya teknologi informasi, penyampaian informasi dapat dipercepat.


Selain itu apapun informasi yang kita inginkan semua dapat tersedia dengan cepat.
Dengan akses teknologi informasi inilah masyarakat dapat menjadi lebih cerdas.

Globalisasi telah menjadi beban negara-negara dunia ketiga termasuk


Indonesia. Negara-negara maju akan lebih mudah menjajah dan mengintervensi
negara-negara berkembang. Dengan adanya teknologi informasi tersebut negara-
negara maju akan lebih maju dan negara-negara berkembang semakin merosot karena
akses pengetahuan yang lebih lambat jika dibandingkan negara maju. Hal ini sering
disebut dengan digital divide (kesenjangan digital).

Akan tetapi masalah di atas bisa ditanggulangi dengan percepatan akses


teknologi informasi oleh negara berkembang dalam hal ini Indonesia. Pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah yang berlebihan dan penambahan jumlah perangkat
teknologi (handphone, pda, laptop) bukanlah hal yang tepat untuk menggulangi
masalah itu. Hal itu dibuktikan dengan lambatnya pertumbuhan pengguna internet di
Indonesia.

Pemerintah harusnya menciptakan pasar untuk menambah jumlah pengakses


teknologi informasi lewat pendidikan teknologi informasi. Dengan begitu informasi
atau pengetahuan pun dapat segera didapatkan masyarakat sehingga daya saing
manusia Indonesia meningkat(salah satu indikatornya pengetahuan). Pemerintah bisa

29
memperkenalkan teknologi informasi, bagaimana membuat jaringan, membuat
aplikasi pendukung teknologi informasi , dll lewat pembangunan cluster-cluster “IT
Training Center” di daerah-daerah. Dengan cara ini diharapkan kesenjangan digital
pun dapat di atasi baik antar negara Indonesia dengan negara maju lainnya ataupun
antar daerah maju dengan daerah terpencil di Indonesia.

5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis menyarankan :

1. Pemerintah harusnya mengimbangi pembangunan infrastruktur teknologi


informasi dengan program pendidikan teknologi informasi.
2. Program pendidikan teknologi informasi yang penulis usulkan adalah
dibangunnya “IT Training Center” sebagai pusat pelatihan teknologi
informasi di tiap-tiap daerah.
3. Pemerintah pusat hendaknya tidak menjadikan jumlah pengguna perangkat
teknologi (handphone, pda, komputer) sebagai acuan kesuksesan teknologi
informasi Indonesia. Melainkan menggunakan indikator pendidikan sebagai
alat untuk mengukur kesuksesan teknologi informasi di Indonesia.

30
DAFTAR PUSTAKA

L Friedman, Thomas. 2006. “The World is Flat”.


Indrajit, Ricardus. 2002. “Membangun Aplikasi e-Government”. Elexmedia
Komputindo : Jakarta.
http://audentis.wordpress.com
http://ictcentre.net
http://sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2003/1105/ind1.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/03/01/brk,200703,01-94499,1.html
http://bebas.vlsm.org/v01/OnnoWPurbo/application
http://bebas.vlsm.org/v01/OnnoWPurbo/network
http://indonesia.go.id/index.php/content/view/3252/701
http://www.kompas.com/kompas-cetak/050503/pendDN/1723746.htm

31

You might also like