You are on page 1of 2

Mengusung Ide Gerakan Konten Positif Menuju Indonesia Baru1

Achmad Zaky Syaifudin, Peserta PPSDMS Regional II Bandung

Indonesia kini patut sedih. Media terutama televisi sebagai tulang punggung pembangunan
karakter dan budaya Indonesia kini sedang sakit. Mereka menyuguhkan konten-konten yang
kadang tidak masuk akal dan cenderung menbodohkan masyarakat. Indonesia yang mengaku
masih berbudaya timur pun kini dipertanyakan. Sementara negara-negara barat sekarang sedang
memikirkan bagaimana putra-putra bangsa mereka tidak menerima konten-konten negatif
tersebut.

Mereka berdalih bahwa itu mekanisme pasar, namun satu hal yang mereka lupa bahwa "pasar
bisa diciptakan". Salah satu media televisi nasional telah membuktikan hal itu. Sudah saatnya
seluruh lapisan masyarakat terutama kalangan menengah meneriakkan gerakan konten positif.
Mencerdaskan masyarakat bagaimana efek buruk dari konten-konten negatif televisi atau media
lain. Selain gerakan konten positif yang akan membentuk pasar, perlu dipikirkan ide-ide baru
tentang acara yang syarat mengandung makna dan bernilai jual bukan justru membangun
kebiadaban.

Hal lain yang cukup penting adalah isu entrepreneurship, yaitu bagaimana kita bisa menguasai
media-media televisi tersebut. Entrepreneurship tampaknya sering dikesampingkan oleh lulusan
universitas terkemuka di Indonesia. Padahal survei telah membuktikan bahwa tingkat partisipasi
lulusan perguruan tinggi yang lebih aware terhadap masyarakat begitu rendah di Indonesia (tidak
sampai 10%). Hal ini terbalik dengan apa yang terjadi di Amerika, Dimana partisipasi
masyarakatnya di dunia Entrepreneurship lebih besar dari 20%, lihatlah siapakah penguasa
jaringan media CNN, BBC, VOA, dll. Ini patut menjadi pemikiran kita bersama bagaimana
entrepreneurship bisa menjadi darah kita. Harapannya penguasa media juga turut peduli dalam
membangun karakter bangsa lewat media nantinya.

Internet sebagai lahan baru konten positif

1
Tugas artikel PPSDMS bulan Desember 2007
Salah satu media yang saat ini berkembang adalah Internet. Internet memungkinkan setiap
individu mengakses informasi yang sama. Artinya pengetahuan manusia bisa disamakan dengan
akses internet yang merata. Namun, yang terjadi adalah informasi itu kini timpang. Informasi
yang berupa konten itu kini sebagian besar adalah konten negatif bukan konten positif.

Hal ini bisa dilihat dari statistik di situs Alexa.com yang menunjukkan bahwa jumlah situs
negative yang masuk daftar 100 besar situs yang diakses di Indonesia lebih besar daripada
konten positif (hanya Wikipedia, Detik). Yang menarik adalah, belum ada situs muslim yang
bertengger di 100 papan atas. Hal yang patut kita pertanyakan adalah kemanakah konten positif
di internet.

Salah satu analisis yang pasti adalah, semakin bertambahnya pengguna internet yang mengisi
konten dengan konten-konten negatif daripada konten positif. Hal itu membuat konten menjadi
tidak seimbang. Lalu muncul pertanyaan, kira-kira apa saja situs yang dibuka oleh pelajar SD,
SMP atau SMA ketika bermain internet. Yang pasti mereka tidak akan menemukan konten untuk
bacaan mereka. Mereka lebih asyik bermain friendster, youtube atau bahkan situs-situs
pornografi yang jelas-jelas sangat merusak.

Fenomena di atas harusnya menjadi tantangan kita bersama. Setidaknya media internetlah
dimana kita bisa berkontribusi konten positif langsung dan mudah. Kontribusi itu bisa kita
realisasikan lewat blog, Wikipedia atau portal.

Dan yang pasti, era informasi kini beralih dari televisi ke media internet. Riset dari Yahoo
menunjukkan bahwa internet telah membawa mentransformasi arah demokrasi. Riset Yahoo
menunjukkan bahwa internet mempengaruhi sebagian besar atas siapa presiden Amerika Serikat
2008 nanti. Apakah ini akan terjadi di Indonesia? Yang pasti akan terjadi, namun kapan itu perlu
kita persiapkan.

You might also like