You are on page 1of 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh Scheele pada tahun 1770 yang diperoleh dengan memanaskan minyak zaitun (olive oil). Pada tahun 1784, Scheel melakukan penelitian yang sama terhadap beberapa sumber minyak nabati lainnya dan lemak hewan seperti lard. Scheel menamakan hasil temuannya ini dengan sebutan the sweet principle of fats. Nama gliserin baru dikenal setelah pada tahun 1811. Nama ini diberikan oleh Chevreul (orang yang melanjutkan penelitian Scheele ) yang diambil dari bahasa Yunani (Greek) yaitu dari kata glyceros yang berarti manis. Pada tahun 1836, Pelouze menemukan formula dari gliserol dan pada tahun 1883 Berthlot dan Luce mempublikasikan formula struktur gliserol.

Gliserol atau gliserin adalah suatu poliol majemuk sederhana yang bersifat tidak berwarna, tidak berbau, kental, manis, sangat larut di dalam air meskipun dalam suhu ruang dan banyak digunakan di dalam industri farmasi, kedokteran, makanan. Gliserin dihasilkan dari bermacam proses kimia, diantaranya proses hidrolisa trigliserida dengan air, pada proses safonifikasi lemak, dan juga merupakan hasil samping dari produksi biodiesel secara trensesterifikasi

Sampai setelah Perang Dunia II, hampir semua gliserol komersial diproduksi sebagai produk sampingan dalam pembuatan sabun atau dari hidrolisis lemak dan minyak. Hari ini, sejumlah besar gliserol sintetis dibuat dari hidrokarbon propilena disebut. gliserol mentah dimurnikan untuk membuat berbagai kelas, seperti gliserol dinamit kelas, suling dan kimia murni kuning. Hanya nilai tertinggi gliserol digunakan dalam makanan dan obat-obatan.

Universitas Sumatera Utara

Tahun 1847, Sobrero menemukan nitroglycerine, suatu senyawa yang tidak stabil yang mempunyai potensi besar untuk berbagai aplikasi komersial. Tahun 1836, Alfred Nobel mendemostrasikan kemampuan daya ledak nitroglycerine. Pada tahun 1875, Alfred Nobel menemukan suatu peledak yang disebut gelatin yaitu campuran dari nitroglycerine dan nitrocellulose. Penemuan bahan peledak ini membuat permintaan akan gliserin sangat meningkat terutama pada saat revolusi industri. Pada tahun 1883, Runcon mematenkan recovery gliserin dari sabun alkali hasil distilasi. ( McGraw Hill encyclopedia, 1977)

Sebuah teknologi yang baru dikembangkan di Inggris memungkinkan gliserin untuk dibakar dalam generator diesel off-the-rak yang digunakan dalam aplikasi gabungan panas dan power.Teknologi ini dikembangkan oleh Inggris yang berbasis di Aquafuel Research Ltd Menurut Paul Hari, CEO Aquafuel itu, tekhnologi sekarang tersedia secara komersial.

Proses menggunakan generator diesel standar, yang diubah sedikit untuk dijalankan pada siklus pembakaran yang baru, yang disebut sebagai siklus McNeil. "Dasar-dasar mesin, injeksi bahan bakar, piston dan silinder tidak berubah sama sekali, kata hari.

Hanya perubahan kecil perlu dilakukan terhadap gliserin mentah sebelum digunakan untuk bahan bakar generator. "Gliserin mentah mengandung 3 [persen] garam persen menjadi 8 katalis, dan garam-garam ini harus dihapus," kata Hari. Namun, gliserin tidak perlu sepenuhnya halus. Teknologi ini toleran terhadap air, metanol dan senyawa organic nonglycerin.

Meskipun teknologi distilasi yang ada digunakan untuk menghilangkan garamgaram ini tersedia, Aquafuel juga bekerja untuk mengembangkan alternatif yang murah. Metode kimia berbasis alternatif akan menggunakan membran untuk memisahkan garam dari gliserin.Menurut Hari, teknologi baru akan menggunakan sekitar seperlima dari energi yang digunakan dengan metode pemurnian tradisional. Sementara teknologi penyulingan perusahaan telah terbukti pada skala laboratorium, itu belum tersedia secara koersial.

Universitas Sumatera Utara

Hari (tahun 2007) memperkirakan bahwa 1 ton gliserin akan menghasilkan sekitar 1,7 jam megawatt listrik dan sekitar 2 megawatt panas. Selain itu, proses menciptakan beberapa emisi. ada banyak keuntungan menggunakan gliserin sebagai bahan bakar. "Ini tidak beracun, biodegradable, dan memiliki flash point yang tinggi," kata Hari. Selain digunakan di kilang biodiesel, teknologi dapat diterapkan kepada entitas lain yang menggunakan sistem kombinasi panas dan daya, seperti sekolah, rumah sakit dan bangunan apartemen.

Teknologi ini dikembangkan melalui penelitian dua tahun dan program pembangunan yang Aquafuel dilengkapi dengan Greenergy, Menurut Hari, teknologi ini diharapkan akan diinstal di kilang biodiesel pada semester kedua tahun 2009. "Secara keseluruhan, teknologi produsen menawarkan kesempatan untuk membuka pendapatan dari gliserin sungai, dan pada saat yang sama meningkatkan kinerja lingkungan," kata Hari.( Erin, V. 2009 )

1.2.Permasalahan Apakah kadar kemurnian gliserin dapat ditentukan dengan metode natrium meta periodat atau metode assay serta penentuan logam Fe dan Zn dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dan apakah gliserin tersebut masih memenuhi batas spesifikasi The United States Pharmacopeia (USP).

1.3. Pembatasan masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar gliserin di dalam sampel unbleach gliserin dan refined gliserin dengan menggunakan metoda natrium periodat atau metode assay dan penentuan logam Fe dan Zn dengan menggunakan alat spektrofotometri serapan atom (SSA).

Universitas Sumatera Utara

1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kadar kemurnian gliserin dengan cara menggunakan metode natrium meta periodat atau metode assay dan mengetahui kadar logam Fe dan Zn dengan metoda Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ) pada sampel unbleach gliserin dan refined gliserin. Dan mengetahui apakah gliserin tersebut masih memenuhi spesifikasi The United States Pharmacopeia (USP). 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat Memberikan informasi bahwa selain dengan menggunakan instrument, penentuan kemurnian gliserin dapat dilakukan juga dengan cara metode natrium meta periodat. Memberikan informasi perbedaan kemurnian gliserin pada sampel unbleach gliserin dan refined gliserin. Memberikan informasi tentang kadar kemurnian suatu gliserin, sehingga gliserin tersebut selanjutnya dapat digunakan di berbagai bidang industri. Membeikan informasi kandungan logam Fe dan Zn di dalam gliserin dengan menggunakan instrument spektrofotometri serapan atom (SSA).

1.6. Lokasi Penelitian Pengambilan sampel dan Penelitian di lakukan di laboratorium salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri oleocemical di tanjung morawa kabupaten deli serdang dan Pengujian logam dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan

1.7. Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, dengan menggunakan sampel Unbleach gliserin yaitu gliserin yang telah dimurnikan melalui proses destilasi dan belum melalui proses bleaching, dan sampel refined gliserin yaitu gliserin yang telah melalui proses destilasi dan bleacing, Sampel di ambil dari pabrik PT. Flora Sawita Chemindo yang bergerak di bidang oleochemical di deli serdang, SUMUT. Analisis kadar kemurnian gliserin menggunakan metode natrium meta periodat, dimana gliserol di oksidasi oleh larutan natrium meta periodat dalam suasana asam, dimana asam formiat yang terbentuk akan di titrasi dengan larutan natrium hidroksida standart yang di ukur sebagai kadar gliserin

Universitas Sumatera Utara

Penentuan kadar unsur besi (Fe) dan zinkum (Zn) dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Dimana atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang berdasarkan sifat unsur logam tersebut. Adapun panjang gelombang spesifik untuk logam Besi dan zinkum adalah sebagai berikut: spesifik 248,3 nm untuk logam besi (Fe), spesifik 213,9 nm untuk logam zinkum (Zn)

Universitas Sumatera Utara

You might also like