You are on page 1of 2

Nama: Meylisa Agustina Kelas: Jurnalistik IC ASBAB AL-NUZUL (LATAR BELAKANG TURUNNYA AYAT) I.

Arti Asbab al-Nuzul adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat (atau lebih), sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau menceritakan sesuatu peristiwa (atau menjelaskan) hukum yang terdapat dalam peristiwa tersebut. Urgensi (pentingnya) mengetahui Asbab al-Nuzul: mengetahui sebab turunnya ayat, sangatlah penting dalam upaya mengetahui dan memahami maksud suatu ayat. Sebagai mana kata pepatah, Mengetahui sebab akan memberikan pengetahuan tentang musabab. Dan tidak diragukan, bahwa bentuk suatu ayat dan cara pengungkapannya sangatlah terpengaruh oleh sebab turunnya. Pengungkapannya bisa berarti istifham (kalimat tanya) , taqrir (penegasan) ataupun nafiy (penafian) dan pengertian-pengertian lainnya. Pentingnya mengetahui asbab al-nuzul antara lain meliputi hal-hal berikut: a. Mengetahui hikmah yang terdapat dalam penerapan suatu hukum syara. b. Memahami makna yang dimaksudkan oleh suatu ayat. c. Mengetahui lafadzh umum dalam suatu ayat, untuk kemudian membuat dalil khusus. Sebab nuzul lebih dari satu, sedangkan ayat yang turun hanya satu. Dan ayat yang turun lebih dari satu sedangkan sebab nuzulnya hanya satu. a. Sebab nuzul lebih dari satu, sedangkan ayat yang turun hanya satu (taaddud al-asbab wa al-nazil wahid). Turunnya sesuatu ayat lebih dari satu kalai menunjukkan betapa pentingnya masalah (yang di bicarakan dalam ayat tersebut) adalah untuk mengingatkan pada sebab turunnya ayat tersebut, karena khawatir dilupakan. Sebagai contoh, surat Al-Ikhlas, yang turun 2kali. Yang pertama diturunkan di Makkah sebagai jawaban terhadap kaum Musyrikin dan yang kedua kalinya di Madinah sebagai jawaban terhadap ahli Kitab, sesudah hijrah Nabi yang penuh berkah. b. Ayat yang turun lebih dari satu, sedangkan sebab turunnya hanya satu. Terkadang, ada juga ayat yang di turunkan lebih dari satu sedangkan sebab nuzulnya hanya satu. Sebagai contoh, saat Ummu Salamah berkata, wahai Rasulullah, saya tidak mendengar sedikitpun Allah menyebutkan perempuan dalam hijrah. Maka Allah SWT menurunkan QS. Ali Imran ayat 195 dan QS.Al-Ahzab ayat 35 yang keduanya menjadi jawaban bagi pernyataan Ummu Salamah. Penetapan hokum itu didasarkan atas keumuman lafadzh dan bukan atas kekhususan sebab yang melatarbelakanginya. Ulama Ushul menetapkan bahwa ungkapan hukum itu didasarkan umumnya lafal, bukan berdasarkan khususnya sebab. Maksudnya adalah, sebab yang melatarbelakangi turunnya wahyu itu tidak membelenggu syariat umum dan tidak

II.

III.

IV.

membatasinya, tetapi sekadar mempengaruhi turunnya wahyu. Diriwayatkan dari Imam Muhammad bin Ali Al-Baqir a.s., katanya, Sesungguhnya Al-Quran itu hidup, tidak mati. Kalau ayat itu hanya diturunkan (khusus) bagi suatu kaum, kemudian mereka mati, niscaya ayat Al-Quran ikut mati (bersama matinya kaum tersebut). Tidak demikian, tetapi ia terus berlaku bagi orang-orang yang masih tinggal, sebagaimana ia berlaku bagi orang-orang yang telah lampau.

Sumber : Perspektif Baru Ilmu Al-Quran karya DR. Dawud Al-Aththar

You might also like