You are on page 1of 7

Tugas Presentasi

K3 & Hukum Pemburuhan

Disusun Oleh :
Ichsan Habibie Nurul Husna Feri Wanjaya Safrida Ikhwan

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE 2012

Hubungan Industrial

A.

Pengertian Hubungan Industrial


Hubungan industrial Pancasila adalah suatu sistem hubungan yang

terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dan keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan UUD 1945, yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia. Hubungan industrial pada dasarnya adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi musyawarah serta berunding dan ditopang oleh kemampuan dan komitmen yang tinggi dari semua elemen yang ada di dalam perusahaan. Arahnya adalah untuk menciptakan sistem dan kelembagaan yang ideal, sehingga tercipta kondisi kerja yang produktif, harmonis, dinamis, dan keadilan. Hubungan industrial juga mencakup hal yang dikaitkan dengan interaksi manusia di tempat kerja. Dampaknya adalah akan mengganggu suasana kerja dan berakibat pada penurunan kinerja serta produksi ditempat kerja. Semua itu terkait dengan keberhasilan atau kegagalan mengelola hubungan industrial di dalam perusahaan. Dalam membahas suatu sila sebagai dasar, tidak boleh terlepas daria sila yang lain, karena Pancasila harus dilakukan dan diamalkan secara bulat dan utuh. Tujuan hubungan industrial Pancasila adalah mengemban cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam Pembangunan Nasional, ikut mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan tersebut dicapai melalui penciptaan ketenangan, ketenteraman, ketertiban, kegairahan serta produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh serta derajatnya sesuai dengan martabat manusia. Kasiyanto mengemukakan, hakikatnya pada taraf awal hubungan pekerja/ buruh dan pengusaha adalah hubungan antara penjual dan pembeli. Penjual ingin

menjual dengan harga setinggi-tingginya, sedangkan pembeli ingin membeli semurah mungkin. Masalahnya adalah pekerja/buruh sebagai penjual jasa, posisinya sangat lemah. Pengangkatan kesejahteraan pekerja/buruh dan pertumbuhan ekonomi dilakukan dalam rangka mengangkat derajat nilai-nilai kemanusian. Untuk itu penanganan penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan PHK di perusahaan merupakan persoalan penting dan mendasar. Dalam rangka untuk menjamin terwujudnya ketenangan bekerja dan berusaha bagi pekerja/buruh dan pengusaha maka adanya sistem penyelesaian perselihan hubungan industrial yang efektif, efisien, dan cepat perlu segera terus menerus diupayakan seoptimal mungkin.

B.

Prinsip-Prinsip Dasar Hubungan Industrial


Pancasila sebagai filsafah negera, secara resmi sudah diterima sejak 18

Agustus 1945, dengan ditetapkannya UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia. Sebagai hukum dasar yang tertinggi, Pancasila seharusnya

dilaksanakan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadi pembimbing kita dala mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. Apabila melaksanakannya dengan baik dan benar akan dapat mengantarkan kita untuk sampai pada tujuan cita-cita kemerdekaan bangsa, yang salah satu tujuannya adalah memajukan kesejahteraan umum. Perilaku kehidupan yang berlandaskan berlandaskan kerja dirumuskan dan kemudian disebut dengan hubungan industrial Pancasila (HIP), yang merupakan pengejawantahan dari Pancasila ke dalam kehidupan hubungan industrial di Indonesia. Tujuan hubungan industrial Pancasila adalah ikut mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk tercapainya tujuan tersebut dilakukan melalui penciptaan ketenangan, ketentraman, ketertiban, kegairahan kerja serta

ketenangan usaha. Pelaksanaan HIP berlandaskan kepada dua asas kerja sama, yaitu asas kekeluargaan, gotong-royong , dan musyawarah untuk mufakat.

Konsepsi inilah yang membedakan hubungan industrial kita dengan hubungan industrial lainnya. HIP memiliki ciri-ciri khusus berikut : a. Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar mencari nafkah saja, tetapi sebagai pengabdian manusia kepada Tuhan, kepada sesama manusia, kepada masyarakat , bangsa, dan negara. b. Menganggap pekerja/ buruh bukan hanya sekedar faktor produksi belaka , tetapi sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabat. c. Melihat antara pekerja/ buruh dan pengusaha bukanlah mempunyai kepentingan yang bertentangan, tetapi mempunyai kepentingan yang sama, yaitu kemajuan perusahaan d. Memandang setiap perbedaan pendapat antara pekerja/buruh dan pengusaha harus diselesaikan dengan jalan dilakukan secara

kekeluargaan. e. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak, yang dicapai bukan didasarkan atas perimbangan kekuatan (balance of power), tetapi atas dasar rasa keadilan dan kepatuhan .

Hak dan kewajiban yang melekat pada individu kemudian berkembang menjadi hak dan kewajiban secara kolektif. Umumnya pekerja/buruh dalam posisi tawar lebih lemah dibandingkan dengan pemberi kerja atau pengusaha. Oleh karena itu, sifat kolektivitas ini kemudian digunakan sebagai sarana untuk memberikan perlindungan bagi pekerja / buruh agar mendapatkan perlakuan yang baik dan memperoleh hak-haknya secara wajar.

1.

Tujuan Pengaturan Hubungan Industrial Tujuan akhir pengaturan hubungan industrial adalah meningkatkan

produktivitas atau kinerja perusahaan, serta tercapainya kesejahteraan bagi pekerja/ buruh dan pengusaha secara adil. Untuk dapat mencapai tujuan akhir tersebut perlu adanya ketenangan kerja dan berusaha sebagai tujuan antara.

2.

Pengaturan Hak dan Kewajiban Pengaturan hak dan kewajiban dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut: a. Hak dan kewajiban yang sifatnya makro minimal sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Pengertiannya adalah hal-hal yang diatur didalam peraturan perundang-undangan berlaku menyeluruh bagi semua perusahan dengan standar minimal. b. Hak dan kewajiban yang sifatnya mikro kondisional dalam pengertian bahwa standar yang hanya diberlakukan bagi perusahaan secara induvidual telah sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan.

3.

Saran Utama Pelaksanaan Hubungan Industrial Untuk mencapai tujuan utama pengaturan hubungan industrial, diperlukan beberapa sarana untuk melaksanakan hubungan industrial, yaitu sebagai berikut : a. Peraturan perundang-undangan yang merupakan standar minimal yang harus ditaati. b. Perjanjian kerja bersama (PKB) yang merupakan syarat kerja yang dirumuskan melalui perundingan antara serikat pekerja/buruh dengan pengusaha. c. Serikat pekerja/ serikat buruh di tingkat perusahaan dan ditingkat yang lebih tinggi bahkan juga di tingkat nasional untuk memungkinkan dibentuknya lembaga kerja sama Tripartit sebagai wadah dialog untuk memberikan masukan . d. Lembaga kerja sama Bipartit, sebagai sarana untuk konsultasi dan komunikasi mengenai berbagai isu antara pekerja dan pengusaha di tingkat perusahaan. e. Peraturan Perusahaan (PP) yang mengatur syarat kerja yang dibuat oleh perusahaan f. Pendidikan hubungan industrial, sebagai sarana untuk memberikan pemahaman tentang hubungan industrial, baik bagi pekerja , serikat maupun pengusaha,

g. Mekanisme penyelesaian perselisihan industrial.

C.

Kondisi Hubungan Industrial


Dunia perburuhan atau ketenagakerjaan di Indonesia mengalami

perubahan besar seiring dengan perubahan politik dan ekonomi. Udara reformasi membawa perubahan positif di sektor perburuhan, yang juga memberi perubahan cara berfikir dan bersikap baik dikalangan pemerintah, pengusaha , ataupun para buruh. Perubahan dibidang ketenagakerjaan juga di dorong oleh adanya kesepakatan negara-negara anggota organisasi ketenagakerjaan internasional (ILO) untuk menerapkan konvensi-konvensi dasar organisasi tersebut. Perubahan yang terjadi sangat lambat akibat mental dan birokrasi yang ada. Para pejabat yang berkompeten , pengusaha , atau serikat buruh menunjukkan ketidaksiapan untuk ikut dalam perubahan itu. Kondisi ini dapat dilihat seperti kasus Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 150/Men/2000 tentang penyelesaiaan PHK dan Penetapan Uang Pesangon, karena tidak ditemukannya jalan untuk menyelesaikan masalah oleh ketiga pihak. Terkait dengan hubungan industrial, ada beberapa hal ynah menjadi masalah pokok, yakni peran serikat buruh, tanggung jawab pemerintah, peran serikat buruh dalam aksi industrial, dan dampak ratifikasi konvensi ILO terhadap gerakan buruh. Hubungan kerja yang masa lalu hanya dilakukan oleh pengusaha dengan satu organisasi buruh, berangsur angsur sudah mulai dilakukan oleh pengusaha dengan beberapa organisasi buruh. Peran organisasi buruh dalam pembuatan perjanjian kerja sama sudah mulai terlihat dan berlangsung di bebrapa perusahaan Sejak Indonesia merdeka telah dirumuskan ketentuan-ketentuan yang menyangkut kedudukan, hak, dan kewajiban warga negara. Demikian pula di bidang ketenagakerjaan, pemerintah telah menerbuitkan ketentuan perundangundangan antara lain Undang-Undang No.23 Tahun 1948 tentang pengawasan Perburuhan , Undang-undang No.21 Tahun 1945 tentang Perjanjian Perburuhan, dan Undang-Undagn No.22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

Peraturan ketenagakerjaan makin membaik setelah Indonesia meratifikasi tujuh Konvensi ILO, antara lain tentang kebebasan berserikat, kerja paksa, umur minimum, pemberian remunerasi, dan larangan diskriminasi bidang pekerjaan dan jabatan. Retifikasi ini menurut keberpihakan semua unsur Tripartit untuk menerapkannya secara baik dan konsisten. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) meresmikan pengadilan hubungan kerja industrial (PHI) pertama di Pengadilan Negeri Padang, Sumatera Barat . PHI ini merupaka realisasi amanat Pasal 55 Undang-undang No.2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. PHI memiliki tugas dan kewenangan menerima , memeriksa, dan memutus setiap perselisihan antara pekerja dengan pengusaha, yang terdiri atas : perselisihan hak , perselisihan kepentingan, PHK dan perselisihan antarserikat pekerja dalam suatu perusahaan. Semangat didirikannya PHI adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pandangan masyarakat kontemporer, yang menilai mekanisme penyelesaian perselisihan perburuan terlalu lama dan cenderung biro kratis, belum mencerminkan asas peradilan yang sederhana , cepat dan biaya ringan sebagaimana diatur Pasal 4 ayat (1) Undang-undagn No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaaan Kehakiman.

You might also like