You are on page 1of 50

CASE REPORT SESSION

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA


Disusun oleh : SELVI PRATIWI 0618011086 Pembimbing : dr. Yuzar Harun, Sp B.
SMF ILMU BEDAH RSUD Dr. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG JANUARI 2012

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin Umur Bangsa Pekerjaan Agama Alamat No MR.

: Tn. B : Laki-laki : 58 tahun : Jawa : Wiraswasta : Islam : Karya Mulya Sari, BDL : 197842

ANAMNESA Diambil dari : Alloanamnesa dan Autoanamnesa Tanggal : 19 Januari 2012 Jam : 15.00 WIB 1. Keluhan Utama BAK nyeri. 2. Keluhan Tambahan BAK sedikit-sedikit sehingga tidak puas, saat buang air kecil kadang menetes

Riwayat Penyakit
Pasien datang ke UGD RSAM pada tanggal 19

Desember 2011 dengan keluhan buang air kecil nyeri sejak 1,5 bulan SMRS. Buang air kecil bewarna kuning seperti teh tanpa disertai darah dan tanpa adaya pasir ketika buang air kecil. Buang air kecil nyeri dirasakan semakin hebat sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengeluh ketika buang air kecil nyeri dan sedikit-sedikit sehingga tidak puas, saat buang air kecil kadang menetes. Sebelumnya, pasien mengakui adanya buang air kecil yang tidak bisa ditahan terutama pada malam hari.

Adanya demam disangkal oleh pasien. Pasien

mengatakan air seninya keluar sebanyak 3/4 gelas air mineral perharinya. Pasien mengatakan sudah terpasang selang di bawah perut dan diatas kemaluannya sudah sejak 1 bulan yang lalu dan setiap buang air kecil keluar air seni bewarna kuning kecoklatan. Adanya nyeri pada pinggang kanan yang menjalar sampai ke tungkai tidak ada. Riwayat hipertensi diakui pasien > 3 tahun belakangan ini. Adanya riwayat kencing manis dan penggunaan obat paket selama 6 bulan dan menghasilkan kencing yang merah ketika meminum obat tersebut tidak ada. Pasien juga mengatakan tidak adanya

Riwayat Keluarga Tidak ada anggota keluarga lainnya yang pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat masa lampau a. Penyakit terdahulu b. Trauma terdahulu c. Operasi d. Sistem saraf e. Sistem kardiovaskuler f. Sistem gastrointestinal g. Sistem urinarius h. Sistem genitalis i. Sistem muskuloskeletal

: tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada

II. STATUS PRESENT


A. STATUS UMUM
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis Keadaan gizi : Cukup Kulit : Turgor normal, warna sawo matang B. PEMERIKSAAN FISIK (19 Desember 2012) TANDA VITAL Tekanan Darah : 140/90 mmHg Nadi : 88 x/menit (isi cukup, regular) Pernafasan : 20 x/menit (pernafasan normal) Suhu : 36,7 oC

KEPALA DAN MUKA


Bentuk dan Ukuran Mata : Konjungtiva Sklera Refleks Cahaya Pupil Telinga

: Normochepalic

: ananemis : anikterik : +/+ normal : bulat, sentral, isokor

: serumen kiri dan kanan (-), othoroe (-), liang lapang, nyeri (-) Hidung : rhinore (-), septum deviasi (-) Tenggorokan : faring tidak hiperemis, T1-T1 Hidung : rhinore (-), septum deviasi (-)

Tenggorokan
Mulut

: faring tidak hiperemis, T1-T1 : sianosis (-), bibir tidak kering, gusi
berdarah, lidah tidak tampak kotor : karies (+)

tidak
Gigi

87654321 87654321

12345678 12345678

LEHER Kelenjar Getah Bening : pembesaran KGB (-) Kelenjar Gondok : pembesaran kelenjar gondok (-) JVP : tidak meningkat

THORAX Inspeksi ada


Palpasi

: Pernapasan simetris kiri dan kanan, tidak

benjolan abnormal : Fremitus taktil dan vokal kanan = kiri, axilla tak ada pembesaran

KGB

PARU-PARU
Inspeksi

: pernapasan simetris kanan dan kiri Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kiri=kanan Perkusi : Sonor (+/+) Auskultasi : vesiculer pada paru kiri dan kanan, ronkhi

JANTUNG Insfeksi

: Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V garis midclavicularis kiri Perkusi : Batas atas sela iga III garis parasternal kiri Batas kanan sela iga IV garis parasternal kanan Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, reguler, murmur (-)
PERUT (ABDOMEN) Inspeksi : simetris, datar, terpasang cystotomi di regio suprapubis sejak 1 bulan yang lalu.Volume kantung urine dari selang cystosomi 300 cc selama 2 hari

Palpasi : nyeri tekan (- pada seluruh area abdomen, defens muscular (-), hepar dan lien tak teraba. Perkusi : tympani Auskultasi : bising usus (+)

REGIO LUMBAL (FLANK AREA) Inspeksi : simetris Palpasi : ballotement (-) Perkusi : nyeri ketok (-)

EKSTREMITAS
Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-) Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-) Kekuatan otot :

5 5 GENITALIA dbn

5 5

PERIANAL

Inspeksi

: Tidak terdapat masa (benjolan). Dilakukan pemeriksaan Rectal Toucher : tonus spingter ani baik, ampula recti sempit, mukosa licin, isi (+), pada saat jari dimasukkan 2-3 cm teraba suatu masa dengan kosistensi keras, dan batas tegas, menonjol ke rectum. Handscone : darah (-) lendir (-) feses (-) terdapat bekas kotoran bewarna hitam (+).

NEURO MUSKULAR Tidak ada kelainan


Sensibilitas Refleks fisiologis Refleks patologis

: (+) : (+) : (-)

TULANG BELAKANG Tidak ada kelainan


C. STATUS LOKALIS PERIANAL Inspeksi : Tidak terdapat masa (benjolan). Dilakukan pemeriksaan Rectal Toucher : tonus spingter ani baik, ampula recti sempit, mukosa licin, isi (+), pada saat jari dimasukkan 2-3 cm teraba suatu masa dengan kosistensi keras, dan batas tegas, menonjol ke rectum. Handscone : darah (-) lendir (-) feses (-) terdapat bekas kotoran bewarna hitam (+).

LABORATORIUM RUTIN
Darah (19 Januari 2011)

Hemoglobin : 9,7 gr/dl LED : 25 mm/jam Leukosit : 5.900/ul Hitung Jenis : 0/0/0/65/28/7 Trombosit : 129.000 SGOT : 17 SGPT :7 Ureum : 32 Creatinin : 27 GDS : 0,9 Urine rutin : Feces rutin :

RESUME
Pasien, Tn B, 58 tahun datang dengan keluhan

BAK nyeri sejak 1,5 bulan SMRS. Keluhan dirasa bertambah berat sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengeluh ketika BAK nyeri dan dirasakan semakin hebat sejak 1 minggu SMRS dan BAK sering tidak tuntas dan menetes. Sebelumnya pasien sering BAK pada malam hari dan tidak bisa ditahan sebanyak gelas air mineral/hari. Sudah terpasang selang kencing di bagian bawah perut di atas kemauan sejak 1 bulan. Tidak ada riwayat kencing berdarah, demam , sakit pinggang, trauma pada abdomen dan genitalia sebelumnya.

V. DIAGNOSA BANDING - BPH (Benign Prostat Hiperplasia) - Ca Prostat - Prostatitis VI. DIAGNOSA KERJA BPH (Benign Prostat Hiperplasia) VII. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN RL XX/menit Captopril 12,5 mg No. VI 2X1 PCT 3 X 500 mg Ciprofloxacin 2 x 500 mg Neurodex 2x1 PEMERIKSAAN PENUNJANG RADIOLOGI Thorak : pulmo (dbn), cor (dbn)

USG (20-11-2011) : BPH 53 gram.

Laboratorium khusus : Pemeriksaan Anjuran Urine lengkap Darah lengkap PSA (Prostate spesific Agent) Cystograph

PROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonam Quo ad Fungtionam : ad bonam Quo ad Sanationam : ad bonam
TINJAUAN KEPUSTAKAAN - Jong, Wim de, 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. - Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta. EGC.

FOLLOW UP 19 Januari 2012


S : BAK sakit

O : TD: 140/90 mmHg

N : 88 x/menit P : 20 x/menit T : 36, 7 C PERUT (ABDOMEN)


Inspeksi : simetris, datar, terpasang cystotomi di

regio suprapubis sejak 1 bulan yang lalu.Volume kantung urine dari selang cystosomi 300 cc selama 2 hari

Palpasi

: nyeri tekan (- pada seluruh area abdomen, defens

muscular (-), hepar dan lien tak teraba.


Perkusi : tympani Auskultasi : bising usus (+)

PERIANAL Inspeksi : Tidak terdapat masa (benjolan). Dilakukan pemeriksaan Rectal Toucher : tonus spingter ani baik, ampula recti sempit, mukosa licin, isi (+), pada saat jari dimasukkan 2-3 cm teraba suatu masa dengan kosistensi keras, dan batas tegas, menonjol ke rectum. Handscone : darah (-) lendir (-) feses (-) terdapat bekas kotoran bewarna hitam (+). A : BPH P: RL XX/menit Captopril 12,5 mg No. VI 2X1 PCT 3 X 500 mg Ciprofloxacin 2 x 500 mg Neurodex 2x1

20 Januari 2012 S : BAK sakit (-) O : TD: 140/80 mmHg N : 80 x/menit P : 20 x/menit T : 36, 8 C PERUT (ABDOMEN)
Inspeksi : simetris, datar, terpasang cystotomi di

regio suprapubis sejak 1 bulan yang lalu.Volume kantung urine dari selang cystosomi 450 cc selama 3 hari

Palpasi

: nyeri tekan (- pada seluruh area abdomen,

defens muscular (-), hepar dan lien tak teraba.


Perkusi : tympani Auskultasi : bising usus (+)

A : BPH P : Terapi Teruskan 21 Januari 2012 S : BAK sakit (-) dan badan gatal. O : TD: 130/80 mmHg N : 78 x/menit P : 24 x/menit T : 36, 7 C

PERUT (ABDOMEN) Inspeksi : simetris, datar, terpasang cystotomi di regio suprapubis sejak 1 bulan yang lalu.Volume kantung urine dari selang cystosomi 600 cc selama 4 hari Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh area abdomen, defens

muscular (-), hepar dan lien tak teraba.


Perkusi : tympani Auskultasi : bising usus (+)

A : BPH
P : Terapi Teruskan 22 Januari 2012 S : BAK sakit (-) dan badan gatal. O : TD: 130/80 mmHg N : 80 x/menit P : 20 x/menit T : 36, 6 C

PERUT (ABDOMEN) Inspeksi : simetris, datar, terpasang cystotomi di regio suprapubis sejak 1 bulan yang lalu.Volume kantung urine dari selang cystosomi 750 cc selama 5 hari Palpasi : nyeri tekan (- pada seluruh area abdomen, defens muscular (-), hepar dan lien tak

teraba.
Perkusi : tympani Auskultasi : bising usus (+)

A : BPH P : Terapi Teruskan

I. Pendahuluan
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di

sebelah inferior buli-buli, didepan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskulardan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona preprostatik sfingter, dan zona anterior (McNeal 1970).

Anatomi genitalia pria

I. Tinjauan Pustaka
2. 1 DEFINISI Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Wim de Jong, , 1998). Pada kondisi normal ukuran diameter kelenjar prostat 2,5 - 3 cm sedangkan pada kondisi hyperplasia dapat mencapai 5 - 6 cm atau lebih besar lagi bila ada kista di dalamnya.

2.2 Klasifikasi

Rectal grading Dengan rectal toucher : Stage 0 : prostat teraba < 1 cm, berat < 10 gram Stage 1 : prostat teraba 1- 2 cm, berat 20-25 gram Stage 2 : prostat teraba 2-3 cm, berat 25-60 gram Stage 3 : prostat teraba 3-4 cm, berat 60-100 gram Stage 4 : prostat teraba >4 cm, berat > 100 gram. Clinical grading: Pada pagi hari atau setelah diberi minum yang banyak, pasien disuruh BAK sampai hais. Dengan kateter diukur sisa urin dalam bulibuli. Normal : sisa urin tidak ada Grade 1: sisa urin 0-50 cc Grade 2: sisa urin 50-150 cc Grade 3 : sisa urin > 150 cc Grade 4 : retentio urin total Grade 1-2 : indikasi konservatif

2.3 Insidensi
. Pada pria berusia 50 tahun angka kejadiannya

sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.

(Rahardjo,1997).

2. 4 Etiologi
Teori Dehidrotestosteron

Ketidakseimbangan antara esterogen-testosteron


Interaksi stroma-epitel Berkurangnya kematian sel prostat Teori sel stem

2.5 Patofisiologi
Pembesaran prostate penyempitan lumen prostatika

dan menghambat aliran urin tekanan intravesikal.


Pengeluaran urine terhambat Kontraksi

hipertofi otot detrusor,trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan divertikel buli buli.

2.6 Manifestasi klinis


2 gejala yang ditimbulkan :

1. Obstruktif

a. Hesistance b. Intermitancy c.Strainning d. Terminal dribling e. Retensi urine 2. Iritatif


a. b. c. d.

Frekuensi Urgency Nokturia Incontinentia Urge

2.7 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan rectal toucher akan dijumpai pembesaran prostat teraba simetris dengan konsistensi kenyal, sulkus medialis yang pada keadaan normal teraba di garis tengah, mengalami obliterasi karena pembesaran kelenjar.

(Jonhson,1988; Burkit,1990).

2.8 Pemeriksaan Pencitraan.


Ultrasonografi dapat dilakukan secara trans-abdominal

atau trans-rektal (TRUS). Dengan USG trans-rektal dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG supra pubik. Payaran CT atau MRI jarang dilakukan.
Dengan pemeriksaan radiologi seperti foto polos perut

dan pielografi intra vena dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih. (Rahardjo,1997; Sjamsuhidajat,1997).

2.9 Penatalaksanaan
Observasi (watchfull waiting)

Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan ialah mengurangi minum. Terapi medikamentosa Penghambat adrenergik a Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxasin, terazosin, afluzosin atau atau yang lebih selektif z 1a (tamsulosin). Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan a-1-adrenergik karena secara selektif mengurangi obstruksi buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor.

Penghambat enzim 5 a-reduktase

Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Fisioterapi Pengobatan fisioterapi yang ada di Indonesia antara lain eviporat. Subtansinya misalnya Pygeum africanum, Saw palmetto, Serenoa repeus, dll. Efeknya diharapkan terjadisetelah pemberian selama 1-2 bulan.

Terapi bedah

Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu : Retensi urin berkurang BPH derajat II Hematuria Tanda penurunan fungsi ginjal Infeksi saluran kemih berkurang Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis. Ada batu saluran kemih.

Indikasi bedah yang dapat dilakukan meliputi

Transurethral Resection of the Prostat (TUR P), Transurethral Insision of the Prostate (TUIP), prostatektomi terbuka, dan prostatektomi dengan laser dengan Nd-YAG atau Ho-YAG.

TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE

Terapi invasif minimal

Trasnurethral Microwave Thermotherapy (TUMT).


Dilatasi Balon Treansuretthral (TUBD) High-Intensity Focused Ultrasound Ablasi Jarum Transuretra (TUNA) Stent Prostat

2. 10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien

BPH yang dibiarkan tanpa pengobatan: Pertama, trabekulasi, yaitu terjadi penebalan serat-serat detrusor akibat tekanan intra vesika yang selalu tinggi akibat obstruksi. Kedua, dapat terjadi sakulasi, yaitu mukosa buli-buli menerobos di antara serat-serat detrusor. Ketiga, bila sakulasi menjadi besar dapat menjadi divertikel. Komplikasi lain adalah adanya : Batu vesika,penurunan fungsi ginjal, dekompensasi otot detrusor.

III . STATUS PASIEN


D:\Selvi kuliah\Koas\BEDAH\Selvi b jan'12\status

bph.docx

DISKUSI
Diagnosa pada pasien ini adalah BPH (Benign

prostate Hiperplasia) sebab dari anamnesa pada pasien laki-laki umur 58 tahun ini didapatkan keluhan nyeri saat buang air kecil sejak 1,5 bulan SMRS. Keluhan dirasa bertambah berat sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengeluh ketika BAK nyeri dan dirasakan semakin hebat sejak 1 minggu SMRS dan BAK sering tidak tuntas dan menetes. Sebelumnya pasien sering BAK pada malam hari dan tidak bisa ditahan sebanyak gelas air mineral/hari. Sudah terpasang selang kencing di bagian bawah perut di atas kemauan sejak 1 bulan. Tidak ada riwayat kencing berdarah, demam , sakit pinggang, trauma pada abdomen dan genitalia sebelumnya. . Riwayat

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi tidak

terdapat masa (benjolan). Dilakukan pemeriksaan Rectal Toucher : tonus spingter ani baik, ampula recti sempit, mukosa licin, isi (+), pada saat jari dimasukkan 2-3 cm teraba suatu masa dengan kosistensi keras, dan batas tegas, menonjol ke rectum. Handscone : darah (-) lendir (-) feses (-) terdapat bekas kotoran bewarna hitam (+).

Dari pemeriksaan penunjang didapatkan jumlah HB

sebesar 9,7 gr/dl, leukosit sebesar 5.900, LED 25 mm/jam, dari hasil hitung jenis didapatkan : 0/0/0/65/28/7, Trombosit 129.000, SGOT : 17, SGPT : 7, Ureum: 27 dan Creatinin: 0,9.
Penatalaksaan pada pasien preop ini adalah :

Bed rest Infus RL XX/menit Captopril 2x12,5 mg PCT 3x500 mg Ciprofloxacin 2x500mg Neurodex 2x1

Pasien ini merupakan BPH dengan derajat II, jadi

pembedahan yang dilakukan adalah reseksi endoskopik melalui uretra (trans uretrhal resection= TUR). Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%.

V. KESIMPULAN Diagnosis pasien pada kasus ini, berdasarkan

anamnesis, dan hasil pemeriksaan fisik adalah BPH (Benign Prostat Hiperplasia). Faktor yang mempengaruhi terjadinya kelainan ini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Penatalaksanaan kasus pada pasien ini sudah tepat bila dibandingkan dengan teori-teori yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2007.Pembengkakan prostat. http://batubiofir.wordpress.com/category/prostat-bengkak/.Diakses pada tanggal 22 Januari 2012. Burkit H.J .1992. Problem Diagnosis And Management, in Essensial Surgery. Churchill Livingstone. London. hAL: 405-482 Blandy J.P .1983.Lecture Notes on Urology, 3th ed, Blackwell-Scientific Publications. Hal: 159-221 Brown R.B . 1982 .Clinical Urology Illustrated, ADIS Health Schience Press. Hal: 54-59 Johnson DE, et.al. 1988. Tumors Of The Genito Urinary Tract, in Smiths General Surgery, 12th Ed, Edited by Tanagho. EA and Mc Aninch, JW, Applerton & Lange. Hal: 360-366. Purnomo B.B .2000. Dasar-dasar Urologi, CV.Infomedika, Jakarta. Hal: 200214. Jong, Wim de, 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. Sjamsuhidajat R dan Jong WD. 1997. Buku Ajar Bedah, Ed Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal; 995-1093. Raharjo D. 1997. Pembesaran Prostat Jinak Manifestasi Klinik Dan Manajemen, Ropanasuri, Jakarta. Hal: 37-44. Yastroki. 2012. Hipertropi prostat Salah satu penyebab penyebab kencing anda tidak lancar. http://www.yastroki.or.id/read.php?id=191.Diakses pada tanggal 22 Januari 2012.

You might also like