You are on page 1of 4

A.

Motivasi & Minat Membaca Motivasi membaca merupakan sesuatu yang sangat penting, dengan membaca siswa memahami apa yang dibaca, artinya motivasi merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses aktivitas membaca. Tanpa adanya motivasi membaca tidak akan memberikan pemahaman yang baik dalam membaca. Sedangkan prestasi belajar merupakan tingkat penguasaan yang dihasilkan oleh siswa dakam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Wilson Nadeak mengatakan: Seorang yang berhenti membaca akan berhenti berpikir, dan peradaban tidak lagi berkibar maju. Siswa, sebagai generasi penerus tradisi keilmuan, tidak membaca, nyaris merupakan sebuah ironi. Karena sejatinya, membaca identik dengan ilmu pengetahuan, suatu aspek peradaban manusia yang utama yang mengantarkan manusia dapat mengembangkan kehidupannya. Pembinaan dan peningkatan mutu minat baca masyarakat khusunya dikalangan masyarakat merupakan paradigma yang perlu mendapatkan perhatian serius. Hal ini disebabkan oleh adanya keprihatinan bahwa bangsa Indonesia menduduki peringkat yang bisa dikategorikan sebagai zona degradasi dalam hal pengembangan minat baca bagi masyarakatnya. Salah satu indikator rendahnya minat baca masyarakat dapat dihitung dari jumlah buku yang diterbitkan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah penerbitan buku di Indonesia masih jauh dibawah penerbitan buku di negara-negara berkembang seperti Malaysia, India atau negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman. Berdasarkan sejumlah survei yang dilakukan oleh lembaga survei baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri menunjukkan bahwa bangsa Indonesia masih rendah baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas minat untuk membaca dikalangan masyarakat. Adapun beberapa laporan hasil survei maupun hasil studi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Laporan International Association for Evaluation of Educational dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29 setingkat di atas Venezuela. Peta di atas relevan dengan hasil studi dari Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan Education in Indonesia from Crisis to Recovery tahun 1998, hasil studi tersebut menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI sekolah dasar di Indonesia, hanya mampu meraih kedudukan paling

akhir dengan nilai 51,7% setelah Filipina yang memperoleh 52,6% dan Thailand dengan nilai 65,1% serta Singapura dengan nilai 74,0% dan Hongkong yang memperoleh 75,5%. 2. Hasil survei UNESCO menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia menempati urutan 27 dari 32 negara. 3. Hasil survei yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional menyatakan, sebanyak 57 persen pembaca dinilai sekadar membaca, tanpa memahami dan menghayati apa yang dibacanya. 4. Statistik yang dikeluarkan UNICEF didalam beberapa dasawarsa terakhir masih saja menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang penduduknya dalam mengkonsumsi bacaan, baik berupa koran, majalah, maupun buku, tergolong relatif sedikit.(Wasil Abu Ali). 5. Berdasarkan laporan UNDP dalam (Human Development Report) bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development IndeksHDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukan bahwa pembangunan manusia di Indonesia menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia. Sedangkan Vietnam menempati urutan ke 109 padahal negara itu baru saja keluar dari konflik politik yang cukup besar, namun Vietnam lebih yakin bahwa dengan membangun manusianya sebagai prioritas terdepan akan mampu mengejar ketertinggalan yang selama ini mereka alami.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menunjukan, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%). (sumber:www.bps.go.id). Problem minat baca harus dipandang sebagai masalah serius dan harus dicarikan solusinya, karena masalah ini berkaitan erat dengan masa depan bangsa dan Negara. Seperti yang ungkap Daoed Joesof: Manusia perseorangan mungkin bisa bertahan hiudp tanpa membiasakan diri untuk membaca tanpa berbudaya baca. Namun sebuah demokrasi hanya akan berkembang apalagi suvive, yang para warganya adalah pembaca, adalah individuindividu yang perlu untuk membaca, bukan sekedar penggemar dan gemar berbicara.

Masa depan bangsa ada pada generasi: siswa. Bila membaca adalah tiang peradaban, maka membangun minat baca siswa menjadi mutlak. Sebab jika tidak, hidup kita hanya menunggu runtuhnya peradaban. B. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan berbeda-beda.Demikian juga dengan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan juga berbeda. Dilihat dari tingkat kemampuan membacanya, ada tiga golongan pembaca, yaitu pembaca literal, pembaca kritis, dan pembaca kreatif. Pembacaliteral adalah pembaca yang hanya memiliki kemampuan mengenal danmenangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat atau secara eksplisit. Pembacakritis adalah pembaca yang memiliki kemampuan mengolah bahan bacaan baik makna tersurat maupun makna tersirat melalui tahap mengenal, memahami,menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Adapun pembacakreatif adalah pembaca yang mampu secara kreatif menerapkan hasilmembacanya untuk kepentingan sehari-hari (Nurhadi, 1989:57-60). Pembaca dikategorikan ke dalam pembaca literal jika memiliki ciri-cirisebagai berikut. 1. Ketika proses membaca berlangsung, pembaca tidak melibatkan aspek berpikir kritis. 2. Pembaca hanya menerima apa adanya tentang apa yang dinyatakan penulis. 3. Saat berakhirnya kegiatan membaca, pembaca hanya mengingat kembali apa yang dikatakan penulis. 4. Pembaca bersikap pasif. 5. Pemahaman pembaca hanya terbatas pada aspek bacaan yang tersurat 6. Keberhasilan pembaca hanya terbatas pada berapa banyak mengingat kembali apa yang dikatakan penulis, yaitu menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, sama dengan apa yang dinyatakan penulis. Pembaca dikategorikan sebagai pembaca kritis bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Nurhadi, 1987). 1. Mampu menemukan informasi faktual. 2. Mampu menemukan ide pokok yang tersirat. 3. Mampu menemukan unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab-akibat yang tersirat. 4. Mampu membuat kesimpulan.

5. Mampu menemukan tujuan penulis. 6. Mampu memprediksi dampak. 7. Mampu membedakan fakta dan opini. 8. Mampu membedakan realitas dan fantasi. 9. Mampu menilai keutuhan gagasan. 10. Mampu menilai kepaduan antar gagasan. 11. Mampu menilai kelengkapan pengembangan gagasan. 12. Mampu menilai kesesuaian judul dan isi. 13. Mampu menyusun kerangka bacaan. 14. Mampu menemukan tema bacaan.

You might also like