Professional Documents
Culture Documents
PEMERINTAH
Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan Menyediakan public service yang efektif dan accountable Menegakkan HAM Melindungi lingkungan hidup Mengurus standar kesehatan keselamatan publik
SEKTOR SWASTA
Menjalankan industri Menciptakan lapangan kerja Menyediakan insentif bagi karyawan Meningkatkan standar hidup masyarakat Memelihara lingkungan hidup Menaati peraturan Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
MASYARAKAT
Menjaga agar hak-hak terlindungi Mempengaruhi kebijakan publik Sarana check & balance pemerintah Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah Mengembangkan SDM Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
POLA INTERAKSI GG
PEMERINTAH
MASYARAKAT
SEKTOR SWASTA
Tertib
Taat pada Peraturan Perundangan yang berlaku
Efektif
Efisien
Transparan
Bertanggungjawab
8
ACCOUNTABILITY
Accountability requires governments to answer to the cityzenry to justify the raising of public resource and the purposes for which they used. Governmental accountability is based on the belief that citizenry has a right to know, a right to receive openly declared facts that may lead to public debate by the citizens and their elected representatives. Financial reporting plays a major role in fulfilling governments duty to be publicity accountable in democratic society. (par 56 Governmental Accounting Standard Board Concept Statement Nr. 1 tentang Objectives of Financial Reporting)
Perhimpunan Lembaga Pemeriksa Tinggi Sedunia (The Supreme Audit Institution/ BPK se dunia) pada tahunmenyelenggarakan Konggres INTOSAI di kota Lima, Peru Yang kemudian menelorkan Accountability Principles.
Prinsip Pertama
Orang, Badan, Instansi yang mengelola dana publik Wajib menyusun pertanggungjawaban (accountability)
Prinsip Kedua
Laporan
pertanggungjawaban
akan
meningkat
kualitas Jika di audit oleh lembaga pemeriksa ekstern yang Independen dan profesional
AKUNTABILITAS Akuntabilitas terkait dg Tranparansi Aspek Akuntabilitas Kinerja, Politik, dll) (Keuangan,
Aspek Manajerial (Manajerial Accountability) Aspek Keuangan (Financial Accountability) Aspek Hukum (Legal Accountability)
8/18
9/18
B.
Transparansi
Indikator minimalnya adalah :
1. Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik. 2. Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas dipeoleh, dan tepat waktu.
AKUNTABILITAS PUBLIK
AKUNTABILITAS VERTIKAL Akuntabilitas terhadap atasan AKUNTABILITAS HORISONTAL Akuntabilitas terhadap masyarakat
DIMENSI AKUNTABILITAS
AKUNTABILITAS KEJUJURAN DAN HUKUM AKUNTABILITAS PROSES AKUNTABILITAS PROGRAM AKUNTABILITAS KEBIJAKAN
VFM
EKONOMI Pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga terendah EFISIEN Pencapaian output maksimum dengan input tertentu atau input terendah untuk mencapai output tertentu EFEKTIF Tingkat pencapaian hasil program dan target yang ditetapkan
B.
6/18
PENGAWASAN
OBYEK
SUBYEK
PROSES
TUJUAN
ACUAN : REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA, MEMPERKOKOH LANDASAN PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
Di dalam otonomi daerah telah terjadi pembaharuan (reformasi) di bidang keuangan mencakup berbagai bidang yakni :
Discretion Reform Reformasi di bidang keleluasaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber pendapatan Budget Reform
Di dalam Otonomi daerah dimungkinkan berbagai Strategi pembiayaan dalam meperoleh dana dan penggunaanya
26
Discretion Reform
Dalam otonomi daerah berdasarkan UU No. 22/1999 Dan UU No. 25/1999 anggaran yang sudah disetujui DPRD Tidak lagi harus dimintakan pengesahan Pemerintah daerah di atasnya Karena memang pemerintahan daerah tidak lagi berjenjang
27
Sampai dengan Orde Baru Pemerintah Tidak Pernah menyatakan terjadi Deficit Alasannya menganut anggaran berimbang yang dinamis Padahal yang terjadi pinjaman yang diterima dicatat sebagai Pendapatan Sejak Menteri Keuangan Bambang Sudibyo direformasi, Penempatan Pinjaman tidak dicatat sebagai Pendapatan tetapi sebagai Pinjaman 28
REFORMASI PERENCANAAN
DULU PROPENAS PROPEDA PELITA GBHN SEKARANG RPJP RPJPD RPJM RPJMD RKPD KUA
REFORMASI PENGANGGARAN
DULU TRADISIONAL LINE ITEM INCREMENTAL BERIMBANG DINAMIS SEKARANG NPM ANGGARAN KINERJA SURPLUS/DEFISIT
Budget Reform
34
Perubahan struktur anggaran terjadi dari anggaran tradisional yang bersifat Line item dan incrementalism menjadi anggaran kinerja Perubahan dimaksud untuk menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas
35
Bilamana terjadi surplus/defisit akan nampak jelas Memudahkan membuat perhitungan anggaran daerah Memudahkan dalam melakukan analisis, evaluasi dan pengawasan anggaran (budgetary control) Memungkinkan pembentukan cadangan melalui transfer
36
REFORMASI PELAKSANAAN
PENATAUSAHAAN
AKUNTANSI
22/05/12
39
DESENTRALISASI
PENYERAHAN WEWENANG PEMERINTAHAN OLEH PEMERINTAH PUSAT KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
DEKONSENTRASI
PELIMPAHAN WEWENANG DARI PEMERIN-TAH KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMEINTAH PUSAT DAN/ATAU PERANG-KAT PUSAT DI DAERAH 22/05/12 40
TUGAS PEMBANTUAN
PENUGASAN DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA & DESA ATAU DARI PROVINSI/KAB/KOTA KE DESA UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS TERTENTU YANG DISERTAI PEMBIAYAAN, SARANA, & PRASARANA SERTA SUMBERDAYA MANUSIA DENGAN KEWAJIBAN MELAPORKAN PELAKSANAANNYA DAN MEMPERTANGGUNGJAWABKANNYA KEPADA YANG MENUGASKAN
22/05/12 41
PERTANGGUNGJAWABAN
Penyampaian laporan wajib tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan melalui PP
PENGAWASAN
INTERNAL
EKSTERNAL
BADAN PENGAWAS
BPK BPKP INSPEKTORAT JENDRAL INSPEKTORAT PROPINSI INSPEKTORAT KABUPATEN INSPEKTORAT KOTA
Reformasi Hukum di Bidang Pengelolaan Keuangan ORDE BARU (SENTRALIS TIK) UU NO. 5/1974
REFORMA SI TAHAP I UU NO. 22/1999 UU NO. 25/1999 PP NO. 105/2000 KEPMEND AGRI NO. 29/2002
REFORMA SI TAHAP II
UU NO. 17/2003 UU NO. 1/2004 UU NO. 15/2004 UU NO. 25/2004 UU NO. 32/2004 UU NO. 33/2004 PP NO. 24/2005
PP NO. 58/2005
Pelaksanaan
Proses
Pengawasan/ Pengendalian
Output
Output/Input Proses
Penjaringan
Prestasi
Kebijakan
Penatausaha Kerja n& Perda APBD Akuntansi Laporan Pelaksanaan Formulir/Dokumen APBD
APBD
Catatan/Register
Semesteran Tahunan
Evaluas i Kinerja
Hasil Evaluasi
Otonomi Daerah dimulai pada tahun 2001 dimana negara sedang mengalami krisis Ekonomi (Krisis Multi Dimensional) Sedang menghadapi gerakan separatis Aceh Merdeka, Maluku, Papua Merdeka, Sehingga Otonomi dirancukan dengan pembagian kedaulatan (Souverignity) Heterogenitas dalam penyebaran penduduk, kekayaan alam, kualitas penduduk Krisis Kepercayaan terhadap Pemimpin nasional akibat dari krisis ekonomi dan Korupsi, BLBI- KLBI, Hutang yang menumpuk Sistem anggaran yang tidak menggunakan Fund System sehingga perbaikan sIstem Perencanaan yang agak Sulit
49