You are on page 1of 10

PERPINDAHAN PANAS

POLA ALIRAN, TEMPERATUR DAN KLASIFIKASI HEAT EXCHANGER

Disusun Oleh : Nama : Shely Diah Fitrianingtias NIM : 10 614 029 Kelas : IV A

Dosen Pengajar : Firman, S.T., M.Eng

JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TAHUN 2010

POLA ALIRAN, TEMPERATUR DAN KLASIFIKASI HEAT EXCHANGER


Penukar panas (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan sejumlah energi panas antara dua atau lebih fluida yang berbeda suhunya. Secara umum fluida tersebut dipisah oleh suatu dinding atau sekat sehingga terjadi perpindahan panas secara konveksi dari sisi masing-masing fluida dan konduksi pada dinding. Klasifikasi dari alat penukar kalor tersebut dibedakan menjadi paralel flow, counter flow, cross flow, dan gabungan dua atau tiga pola aliran tersebut. Heat exchanger berdasar tipe konstruksi dibedakan menjadi tubes, plates, dan extended surface atau compact sedang menurut proses perpindahannya dikelompokkan direct dan indirect contact. Sistem penghantaran panas dapat dilakukan melalui media : 1. Fluid to Fluid heat Transfer Penghantaran sejumlah kalor pada media fluida ke media fluida lain dimana masingmasing memiliki nilai kalor yang berbeda. Contoh: Plat to Plat Heat Exchanger, dimana masing-masing fluida dipisahakan oleh plat tipis sekaligus sebagai transfer kalor diantara keduanya. 2. Air to air heat transfer Penghantaran sejumlah kalor pada media udara ke udara yang mempunyai perbedaan sejumlah kalor. Contoh: rotary heat exchanger, sejumlah udara panas berhembus pada sisi separo dari komponen roda besar yang berputar dimana separo sisi yang lain dialiri oleh udara yang lebih dingin. Komponen roda yang berputar merupakan media penukar kalor diantara keduanya. 3. Fluid to air heat transfer Sistem penghantar kalor yang dapat berlaku sebaliknya. Contoh: cooling tower, menggunakan media udara segar untuk mendinginkan sejumlah air lewat hembusan yang bersinggungan langsung dengan titik-titik air yang dikucurkan dengan maksud memperluas luasan kontak pendinginan. A. Pola Aliran Heat Exchanger a. Once Through System, air pendingin mengalir melalui unit heat exchanger dan langsung dibuang. Jumlah volume air yang dibutuhkan sangat besar sehingga kenaikan temperatur relatif kecil sepanjang pipa unit heat exchanger dan kandungan

mineral dalam air relatif sama. Pada umumnya air pendingin untuk unit heat exchanger diambil dari berbagai sumber seperti sungai, danau, laut dan sumur.

b. Closed Recirculating System, air pendingin secara kontinyu disirkulasikan melalui unit heat exchanger. Panas yang diabsorbsi dari unit heat exchanger dimanfaatkan untuk proses pemanasan lainnya, yang kemudian didinginkan melalui pendingin sekunder once through atau open recirculating system. Volume makeup water yang ditambahkan relatif kecil, karena kehilangan air akibat evaporasi relatif sedikit. Kandungan mineral dalam air pendingin relatif konstan, akan tetapi produk sampingan akibat korosi terakumulasi. Pada umumnya, closed recirculating system digunakan pada sistem pendinginan mesin pembakar.

c. Open Recirculating System, air pendingin secara kontinyu disirkulasikan melalui unit heat exchanger dari menara pendingin. Volume makeup water yang ditambahkan relatif banyak, untuk menggantikan air yang hilang akibat evaporasi atau dibuang melalui blowdown untuk menjaga level mineral dan padatan terlarut yang memenuhi persyaratan kualitas air pendingin. Konsentrasi ion agresif dan padatan terlarut dalam air pendingin meningkat diakibatkan penambahan makeup water secara kontinyu. Hal ini dapat mempercepat korosi dan pembentukan kerak pada pipa unit heat exchanger.

B. Prinsip Kerja Heat Exchanger Prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda dimana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. a. Secara kontak langsung, panas yang dipindahhkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase/penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid dan partikel padat-kombinasi fluida. b. Secara kontak tak langsung, perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

C. Klasifikasi Heat Exchanger a. Jenis Shell and Tube Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell.

Keuntungan Shell and Tube Heat exchanger merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio area perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut dipasangkan sekat/penghalang (baffles). Berdasarkan konstruksinya, Heat Exchanger tipe shell and Tube dibedakan atas : Fixed Tube Sheet Merupakan jenis shell and tube Heat exchanger yang terdiri dari tube-bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan shell.

Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan pembersihan shell. Floating Tube heet Merupakan Heat exchanger yang dirancang dengan salah satu tipe tube sheetnya mengambang, sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell jika terjadi pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak digunakan dalam industri migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan fix tube sheet, karena tube-bundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operasi dengan perbedaan temperatur antara shell dan tube side di atas 200oF. U tube/U bundle

Jenis ini hanya mempunyai 1 buah tube sheet, dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet sehingga biaya yang dibutuhkan paling murah di antara Shell and Tube Heat exchanger yang lain. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas. Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang tinggi. Masalah yang sering terjadi pada Heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak mengandung partikel-partikel padat b. Jenis Double Pipe (pipa Ganda) Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri-sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi U. pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar dan sebagainya.

Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah. Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi, dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil, mudah dibersihkan pada bagian fitting, Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau dikondensasikan. c. Koil Pipa Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga

sebagai box cooler jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut. d. Jenis Pipa Terbuka Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell, tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and tube. e. Jenis Spiral Jenis ini menpunyai bidang perpindahan panas yang melingkar. Karena alirannya yang melingkar maka system ini dapat Self Cleaning dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik. Akan tetapi konstruksi seperti ini tidak dapat dioperasikan pada tekanan tinggi. f. Jenis Lamella Biasanya digunakan untuk memindahkan panas dari gas ke gas pada tekanan rendah. Jenis ini memiliki koefisien perpindahan panas yang baik/tinggi. g. Gasketter Plate Exchanger

Mempunyai bidang perpindahan panas yang terbentuk dari lembaran pelat yang dibuat beralur. Laluan fluida (biasanya untuk cairan) terdapat diantara lembaran pelat yang dipisahkan gasket yang dirancang khusus sehingga dapat memisahkan aliran dari kedua cairan. Perawatannya mudah dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik.

D. Pengukuran Kinerja Heat Exchanger Kinerja dari suatu Heat Exchanger dapat dilihat dari parameter-parameter berikut : a. Faktor Pengotor (Fouling Factor)

Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchange rakibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain : Temperatur fluida Temperatur dinding tube Kecepatan aliran fluida

Faktor pengotoran (fouling factor, Rf) dapat dicari persamaan :

Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ( )

( )

Jika fouling factor di atas sudah memiliki nilai sedemikian besar, maka HE tersebut dapat disimpulkan sudah tidak baik kinerjanya. b. Koefisien Perpindahan Panas Semakin baik sistem maka semakin tinggi pula koefisien panas yang dimilikinya. Koefisien perpindahan kalor U, terdiri dari dua macam, yaitu : Uc adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor masih baru UD adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat penukar kalor sudah kotor Secara umum kedua koefisien itu dirumuuskan sebagai

c. Konduktivitas Termal Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut berpindah. d. Aliran Fluida yang Bertukar Kalor Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-6870-2104100022-Bab1.pdf diakses pada: 23 Maret 2012. 13.46 WITA http://langkahpetualang.wordpress.com/2009/09/10/heat-exchanger/ diakses pada: 23 Maret 2012. 14.04 WITA

You might also like