You are on page 1of 11

Kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 1 April nanti terus

menuai kecam dari beberapa pihak. Mayarakat, mahasiswa, LSM, ormas, dan masih banyak lagi bersatu dan sepakat untuk menolak kenaikan harga BBM apapun alasannya. Tak pelak aksi unjuk rasa dan demonstrasi merebak di pelbagai daerah di tanah air. Mereka akan terus dan terus bersuara hingga pemerintah urung menaikkan harga BBM. Di Yogyakarta, pada Kamis (28/03/12) silam bertempat di Kantor Pertamina di Jln. Mangkubumi Yogyakarta, beberapa aksi Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia mendatangai kantor Pertamina Pemasaran Region IV. Mereka dengan tegas menolak pemerintah yang ingin menaikkan harga BBM. Sebelumnya mereka berkumpul di Bundaran Kampus Universitas Gadjah Mada. Di Kabupaten Konawe Utara, Kendari, massa dan mahasiswa membakar satu mobil dinas polisi di depan Bank Panin di Jln. Ahmad Yani pada Kamis (29/03/12) kemarin. Aksi ini dilakukan sembari mereka dalam perjalan pulang ke Kampus Universitas Haluleo usai menggelar demo aksi menentang kenaikan harga BBM di depan gedung DPRD Sulawesi tenggara. Di Kota Pekanbaru, Riau, aksi demo tolak kenaikkan harga BBM berlangsung ricuh. Aksi massa yang menggelar orasi di depan Kantor DPRD Provinsi Riau harus berakhir dengan pembakaran ban bekas pada Selasa (27/03/12) silam. Polisi sendiri sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengawal segala aksi demo yang terjadi di tanah air berjanji akan bekerjasama. Cuma bawa tameng dan pentungan saja, tegas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto pada Detik. Yang menjadi persoalan bukan masalah demo atau kerjasama pihak polisi dalam mengawal unjuk rasa. Namun dari sisi pemerintah. Apakah mereka tetap kekeh untuk menaikkan harga BBM? Bulan April tinggal menunggu hitungan jam. Kurang dari 48 jam sebelum masuk tanggal 1 April. Itu berarti kurang dari 48 jam sebelum harga BBM naik menjadi Rp. 6.000 dari Rp. 4.500. Apakah pemerintah tetap menaikkan harga BBM meski aksi demonstrasi dan unjuk rasa terjadi dimana-mana?

Apakah mereka harus menunggu korban berjatuhan hingga hati pemerintah terketuk dan batal menaikkan harga BBM? Mari kita tinggu perkembangan berikutnya

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PRIOK -- Setelah menggelar aksi di depan kantor walikota Jakarta Utara, mereka bergerak menuju istana negara, Rabu (21/3). Para buruh menolak kenaikan BBM dan TDL, serta menolak hubungan mitra kerja. Berkendara motor dan metromini, puluhan buruh berkonvoi menyerukan penolakan BBM. Mereka berdemo di depan kantor walikota. Gerbang kantor walikota ditutup dan dijaga ketat puluhan petugas polisi dan satpol pp. Mereka berbaris memagari gerbang mencegah pendemo memasuki kantor secara paksa. Setelah menunggu walikota yang tak kunjung keluar, mereka pun akhirnya menyerahkan surat kepada pihak pemkot Jakut. Kemudian berkonvoi kembali menuju istana. Kini para buruh menuju istana. Mereka berdemo di sepanjang jalan menuju istana hingga menyebabkan kemacetan panjang. Personil polisi ikut mengawasi konvoi tersebut. Namun, Jalan Yos Sudarso kini tak dapat dilalui kendaraan.

JAKARTA - Rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) 1 April mendatang benar-benar mematik reaksi banyak golongan. Buktinya, Mabes Polri mencatat ada 168 unjuk rasa di seluruh Indonesia. Tidak semuanya berjalan mulus, luka-luka yang diakibatkan bentrok antara aparat dan demonstran juga mencapai puluhan korban. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri, Brigjen Pol Moh. Taufik menjelaskan dari 168 aksi itu terkonsentrasi di lima titik. Yakni, di Jawa Timur dengan 34 unjuk rasa, Sulawesi Selatan 25, Nusa Tenggara Barat 12, Jawa Tengah 11, dan Jawa Barat juga 11 aksi. "Sisanya, di 26 Polda lain rata-rata ada 10 unjuk rasa," ujarnya di Mabes Polri kemarin. Untuk aksi yang menimbulkan luka umumnya terjadi saat konsentrasi massa akan dibubarkan. Yang menjadi sorotan adalah bentrok di Stasiun Gambir Jakarta antara mahasiswa dengan aparat. Meski demikian, dia meyakinkan bahwa tindakan pengamanan yang dilakukan sudah sesui Standar Opersional Prosedur (SOP). Kalaupun lantas ada bentrok, itu tidak bisa dihindari karena demonstran terus memaksa kehendak. Apalagi, saat memberikan ijin untuk menggelar unjuk rasa polisi sudah menjelaskan rambu-rambunya. Lebih lanjut Taufik menjelaskan, dimanapun terjadinya aksi pihaknya sudah menekankan pola pengamanannya dengan pendekatan pengamanan bukan penanggulangan. Dia meminta agar tidak ada anggapan kalau mahasiswa bakal berhadapan dengan petugas di lapangan. "Silahkan memberikan aspirasi, tetapi UU juga mengatur kalau aksi harus selesai pukul 18.00," imbuhnya.

Khusus insiden Gambir, dia mengatakan kalau kejadian itu diluar harapan. Diakui juga kalau sebenarnya massa sempat tertib dalam menyampaikan aksinya. Namun, masuk sore hari ketegangan mulai terjadi. Tepatnya, saat koalisi mahasiswa nasional mencoba untuk mendekat ke istana negara.

Versi Taufik, saat aparat mengingatkan untuk tidak memaksa ke istana itulah mahasiswa mulai reaktif. Entah siapa yang memulai, lemparan batu mulai seliweran diantara aparat dan mahasiswa. Akhirnya, polisi berinisiatif untuk membubarkan aksi. "Pembubaran melalui water canon dan gas air mata juga sesuai prosedur," tuturnya. Akibat bentrokan tersebut, dia mengklaim 17 anggotanya mengalami luka-luka akibat lemparan batu. Saat ini, dikatakan kalau semua anggota yang luka masih diopname di RS Cipto Mangunkusumo. Untuk korban dari mahasiswa juga ada yang luka-luka dan harus di rawat jalan. Taufik juga mengatakan kalau pihaknya tidak melanggar prosedur lantaran ada oknum mahasiswa yang dianggap berbahaya. Sebab, dari hasil penggeledahan malah menemukan 20 bom molotov. Namun, pembubaran paksa itu berakibat pada pengrusakan fasilitas umum seperti Pos Lalu Lintas Senen. Mobil dan satu motor juga dikabarkan rusak. Sayang, aksi pembubaran yang dilakukan polisi terkesan kelewatan. Sebab, beberapa jurnalis yang meliput aksi demo ikut kena batunya. Kekerasan terhadap wartawan terjadi, bahkan oknum petugas yang merampas memori card kamera. "Kami tidak resisten, tapi pada kondisi itu mungkin ada tindakan anggota yang spontanitas," kelitnya. Dia lantas menyebut bakal ada evaluasi diri supaya hal seperti itu tidak kembali terjadi. Termasuk, untuk meyakinkan bawa kehadiran aparat ditengah-tengah demonstrasi semata-mata untuk melakukan pengamanan. Namun, dia menegaskan perlunya masing-masing koordinator aksi untuk ikut menahan gejolak. (dim)

Hentikan Aksi Demo Mahasiswa Sekarang Juga!


Beberapa hari belakangan, media massa di Indonesia dihiasi dengan berita seputar rangkaian demo yang dilakukan oleh mahasiswa (oknum mahasiswa), kelompok buruh, kelompok sopir angkutan, dan sebagainya. Saya menghargai aksi demo ketiga kelompok ini. Namun, saya tidak setuju dengan demo para mahasiswa. Untuk diketahui saja, bahwa tidak semua mahasiswi/a di Indonesia terlibat daam aksi demo penentangan kenaikan BBM. Kampus kami tidak mempunyai utusan atas nama kampus untuk terlibat dalam aksi demo. Entah ada yang ikut, itu pasti atas nama pribadi. Yang jelas, kami sebagai mahasiswi/a berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan aksi demo itu. Apakah kami tidak peka dengan rakyat kecil? Apakah kami tidak bersolider dengan aksi demo para mahasiswi/a di sejumlah kota di tanah air, Jakarta, Bandung, Jember, Sukoharjo, Surakarta, Probolinggo, Medan, Makasar, Surabaya, Malang, Jember, Semarang, Samarinda, Jambi, Lampung, Brebes, Yogyakarta, Palangkaraya, Kendari, Ternate, dan lain-lain? Tampaknya, kami seperti pembangkang yang tidak peduli dengan rakyat kecil. Kami juga merupakan bagian dari rakyat kecil. Bukankah ini sebuah pengkhianatan? Entah pembaca menilainya seperti itu atau mencap dengan label lainnya, itu sah-sah saja, yang jelas saya dan teman-teman di kampus tidak mau terlibat dalam aksi demo itu. Saya termasuk mahasiswa yang tidak setuju dengan aksi demo yang dilakukan mahasiswa beberapa hari ini. Jangan menilai saya pembangkang karena saya akan memberikan alasan di balik aksi untuk tidak demo.

Pertama, saya mesti mengakui dan berterima kasih atas perjuangan teman-teman mahasiswa untuk memperjuangkan hak rakyat kecil. Saya salut dengan perjuangan teman-teman. Tetapi, saya tidak setuju dengan perjuangan dalam bentuk demo. Mengapa saya tidak setuju? Aksi demo yang digelar di beberapa kota itu tidak mempunyai alasan yang jelas. Jangan-jangan teman-teman hanyalah gerombolan yang ikut-ikutan saja tanpa tahu tuntutan demo itu seperti apa? Apa yang teman-teman perjuangkan dengan aksi demo itu? Menurut hemat saya, jika aksi demo itu mempunyai tuntutan yang jelas, hampir pasti bahwa demo itu berhasil. Katakanlah membatalkan kenaikan BBM yang sedang direncanakan pemerintah dan DPR. Itu tuntutannya dan hanya itu. Tuntutan itu mesti digemakan dalam aksi demo yang dilakukan oleh temanteman mahasiswa dari berbagai kota di penjuru tanah air. Jadi, demo itu berlangsung selama tuntutan itu belum dipenuhi. Tetapi, tuntutan itu, menurut hemat saya, tidak cukup. Ibaratnya dalam berdebat, kita memilih untuk tidak setuju dengan sebuah pendapat dan mempunyai pendapat lain yang kita ajukan. Kalau mahasiswa tidak setuju dengan kenaikan BBM, lau apa kira-kira solusinya? Dengan membatalkan kenaikan BBM, apa kira-kira yang bisa dilakukan pemerintah dan rakyat sehingga keduanya tidak mengalami kerugian besar? Pilihan lain bisa bermacam-macam. Bisa dengan mengajukan tuntutan menasionalkan perusahaan asing yang mengelola sumber BBM di negeri ini. Cara inilah yang dilakukan pemerintahan Hugo Chavez di Venezuela. Ini hanya salah satu contoh saja. Teman-teman mahasiswa bisa membuat pilihan lain yang kiranya bisa dterapkan di negeri ini jika kenaikan BBM dibatalkan. Dengan tuntutan yang jelas, aksi demo itu terarah dan tidak ada dualisme. Kedua, aksi demo yang dilakukan mahasiswa justru merugikan masyarakat lainnya. Lihat saja aksi demo beberapa hari belakangan yang dibarengi dengan aksi brutal lainnya. Salah satu kerugian yang sudah pasti adalah kemacetan. Bayangkan kerugian masyarakat jika beberapa ruas jalan utama ditutup blokade aksi mahasiswa. Ini sama dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Apakah tidak lebih baik kalau mahasiswa cukup beraksi di salah satu tempat tanpa menutup akses jalan yang digunakan masyarakat lainnya? Atau apakah nmahasiswa harus menutup akses jalan itu supaya masyarakat tahu bahwa mahasiswa masih eksis memperjuangkan kehidupan rakyat kecil? Dalam hal ini teman-teman mahasiswa mesti berpikir ulang. Jangan menganggap diri paling berkuasa sehingga di jalan pun paling berkuasa. Padahal tindakan itu justru tidak memperjuangkan kehidupan rakyat kecil. Aksi brutal lainnya adalah pemboikotan dan pelumpuhan jaringan listrik PT Telkom selama 2 jam di Kendari, membakar ban bekas dan Tampaknya agak berlawanan antara aksi demo dengan tujuan memperjuangkan kehidupan rakyat kecil dan tindakan yang dilakukan. Mau peduli dengan rakyat kecil tetapi melumpuhkan jaringan listrik yang justru merugikan banyak orang. Mau peduli dengan rakyat kecil tetapi dengan membakar ban motor yang memperparah kerusakan lingkungan. Muncul pertanyaan, ini aksi demo atau ungkapa kemarahan? Kalau mau marah bereskan dulu penyebab kemarahan itu, dan jangan merugikan masyarakat lainnya. Inilah argumen saya untuk memilih tidak ikut aksi demo bersama teman-teman mahasiswa lain. Kalau saya ikut maka jumlah pelaku pembakaran motor dan ban bisa bertambah. Kalau saya ikut maka pelaku perusakan lingkungan bertambah. Kalau saya ikut maka panjang kemacetan di beberapa kota jadi bertambah. Meski saya tidak ikut demo, saya menghargai aksi demo yang dilakukan teman-teman mahasiswa di beberapa kampus di beberapa kota di penjuru tanah air. Kalau tuntutan demo dan solusinya jelas, saya akan mengajak mahasiswa lainnya untuk demo. Kita bersama-sama memperjuangkan kehidupan kita sebagai rakyat kecil dengan cara yang pas, tepat, dan tidak merugikan kepentingan umum. Negeri ini bukan milik kita, para mahasiswa saja, tetapi milk seluruh rakyat Indonesia. Kita hanyalah bagian kecil dari seluruh rakyat Indonesia.***

JAKARTA: Bundaran HI pagi ini sudah diwarnai dengan aksi pekerja dalam memperingati Hari Buruh, namun arus lintas masih belum terganggu. Mereka beraksi dengan berdiri di sekeliling air mancur sambil mendengarkan salah seorang dari mereka berorasi menyampaikan tuntutan kepada pemerintah. Jumlah mereka yang tidak terlalu banyak belum menghambat arus lalin. Namun aksi pekerja ini akan semakin ramai menjelang siang saat pekerja yang berada di sekitar Jabodetabek masuk ke Ibu Kota. Bahkan ada kelompok pekerja dari Bandung yang sudah datang pada malam hari. Mereka menginap di kawasan Ragunan, Jkarta Selatan. Sebelumnya Polda metro jaya menyebutkan sekitar 57.000 orang akan berunjuk rasa pada Mayday yang tersebar di beberapa lokasi di Jakarta dan sekitarnya, Selasa, 1 mei 2012. "Titik kumpul massa diperkirakan di lima lokasi," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Jakarta. Kelima lokasi titik kumpul massa, yakni parkir Monumen Nasional (Monas), Bundaran Hotel Indonesia, Tugu Tani, Jalan Salemba dan Tugu Proklamasi. Rikwanto mengatakan Polda Metro Jaya telah menyiapkan pasukan pengamanan Hari Buruh sebanyak 16.068 personel. Pasukan terdiri dari 2.796 personil Satuan Petugas Daerah, 8.030 personil Satuan Petugas Polres, 2.038 personel Mabes Polri, 2.674 personil TNI dan 530 personil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (tw)

Lagi, Puluhan Massa Demo Tolak Konversi Lahan Teh PTPN-IV

(Analisa/sutanta aditya) Demonstran Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) berunjuk rasa di depan kantor PTPN IV Jalan Letjen Suprapto Medan, Selasa (3/4). Aksi tersebut bertujuan untuk menolak konversi perkebunan teh menjadi kelapa sawit.

Medan, (Analisa) . Pasca aksi demo menolak konversi lahan perkebunan teh menjadi tanaman sawit di sejumlah kebun PTPN-IV pada Januari lalu, puluhan massa mengatasnamakan Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (Himapsi) kembali datang dan menyuarakan hal yang sama di depan BUMN Perkebunan tersebut, Selasa (3/4) siang. Dalam aksi kali ini massa juga tetap membawa spanduk tuntutan serta menggelar teatrikal, namun dengan tampilan sedikit berbeda pada Januari lalu, yakni seperti adegan memberantas klenik. Hanya saat aksi ini tak seorang pun dari direksi yang menerima pengunjuk rasa dalam demo tersebut. Orator pendemo menyebutkan, konversi lahan kebun teh menjadi tanaman kelapa sawit yang direncanakan PTPN-IV di Kebun Sidamanik dan Bah Butong dinilai telah menghilangkan ciri khas lokal. Sebab selama ini sejarahnya areal kebun teh kawasan itu merupakan ikon Simalungun. Mereka menilai, dengan adanya pengalihan ke tanaman kelapa sawit, nantinya akan berdampak terjadinya pemanasan global. Bahkan dengan tanaman sawit dikhawatirnya sering muncul banjir serta kekeringan. Terkait aksi demo lanjutan ini, Kaur Humas PTPN-IV Lidang Panggabean menyatakan, seperti yang telah disampaikan sebelumnya kepada pengunjuk rasa hingga kini rencana konversi di Sidamanik dan Bah Butong Kabupaten Simalungun telah ditunda, sampai adanya kajian ilmiah yang dilakukan institusi independen. (maa)
Jakarta, Swarasulut-Jelang kenaikan BBM tanggal 1 April 2012 mendatang, Aksi Demonstrasi besar-besaran di Istana Negara bakal digelar pada Selasa 27 Maret 2012 mendatang. Dalam aksi tersebut diprediksi bakal diikuti para mahasiswa dan aktivis dari berbagai daerah. Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan sebagai wujud protes terhadap rencana pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Terkait rencana aksi tersebut, pemerintah tidak berhak melarang mahasiswa ataupun aktivis dari daerah yang datang ke Jakarta untuk ikut serta dalam aksi demonstrasi tersebut. Mereka punya hak yang sama sebagai WNI untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah pusat, tegas anggota LSM Bendera, Adian Napitupulu kepada okezone, beberapa waktu lalu. Lanjut dia, jika ada upaya menghalangi mobilisasi aktivis yang hendak ke Jakarta, maka jelas hal tersebut telah menciderai semangat demokrasi yang telah terbangun di negeri ini. Perlu diketahui, mereka bayar pajak, biaya hidup menteri itu dari mana? Dari rakyat. Kehidupan di Jakarta juga dibiayai dari daerah-daerah. Jadi semua punya hak untuk datang, tegasnya. Sebelumnya diberitakan, aksi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) masih terus berlanjut. Bahkan pada tanggal 27 Maret mendatang akan ada gerakan besar untuk menggoyang Istana Negara. Selain elemen mahasiswa, kelompok buruh juga akan ikut ambil bagian dalam aksi unjuk rasa. Humas Seketariat Bersama (Sekber) Boing mengatakan kemungkinan aksi buruh akan terbagi dua yakni di Istana dan Gedung DPR-RI Senayan dan sampai saat ini dirinya masih menunggu informasi perkembangan selanjutnya.(okz)

Jakarta, Swarasulut-Jelang kenaikan BBM tanggal 1 April 2012 mendatang, Aksi Demonstrasi besar-besaran di Istana Negara bakal digelar pada Selasa 27 Maret 2012 mendatang. Dalam aksi tersebut diprediksi bakal diikuti para mahasiswa dan aktivis dari berbagai daerah.

Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan sebagai wujud protes terhadap rencana pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Terkait rencana aksi tersebut, pemerintah tidak berhak melarang mahasiswa ataupun aktivis dari daerah yang datang ke Jakarta untuk ikut serta dalam aksi demonstrasi tersebut. Mereka punya hak yang sama sebagai WNI untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah pusat, tegas anggota LSM Bendera, Adian Napitupulu kepada okezone, beberapa waktu lalu. Lanjut dia, jika ada upaya menghalangi mobilisasi aktivis yang hendak ke Jakarta, maka jelas hal tersebut telah menciderai semangat demokrasi yang telah terbangun di negeri ini. Perlu diketahui, mereka bayar pajak, biaya hidup menteri itu dari mana? Dari rakyat. Kehidupan di Jakarta juga dibiayai dari daerah-daerah. Jadi semua punya hak untuk datang, tegasnya. Sebelumnya diberitakan, aksi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) masih terus berlanjut. Bahkan pada tanggal 27 Maret mendatang akan ada gerakan besar untuk menggoyang Istana Negara. Selain elemen mahasiswa, kelompok buruh juga akan ikut ambil bagian dalam aksi unjuk rasa. Humas Seketariat Bersama (Sekber) Boing mengatakan kemungkinan aksi buruh akan terbagi dua yakni di Istana dan Gedung DPR-RI Senayan dan sampai saat ini dirinya masih menunggu informasi perkembangan selanjutnya.(okz)

Petani Jambi Akan Sambut Presiden dengan Aksi Demo


Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Jambi - Sekitar tujuh ribu petani asal lima kabupaten di Provinsi Jambi akan melakukan aksi unjuk rasa saat Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri peringatan Hari Pers Nasional pada Kamis, 9 Februari 2012. "Pada 11 November 2011 kita sudah melakukan pertemuan dengan pihak Pemerintah Provinsi Jambi untuk PT Wirakarya Sakti agar mengembalikan lahan seluas 41 ribu hektare pada petani yang diserobot perusahaan tersebut," kata Aidil Putra, Ketua Persatuan Petani Jambi (PPJ), Sabtu, 4 Februari 2012. Jika pemerintah daerah tidak bisa memfasilitasi dan membantu penyelesaian masalah ini, menurut Aidil, maka para petani akan melakukan aksi demo saat Presiden datang. Tujuannya agar Presiden tahu dengan kondisi yang dialami petani setempat dan bisa mendesak Menteri Kehutanan RI secepatnya melakukan penyelesaian. Menurut Aidil, sebelumnya Pemerintah Provinsi Jambi telah berjanji akan membantu penyelesaian masalah sengketa ini. Para petani itu berasal dari Kabupaten Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung Timur, Muarojambi, Batanghari, dan Kabupaten Tebo.

Dalam pertemuan tersebut, Pemprov Jambi meminta petani yang bersengketa dengan PT WKS untuk menyerahkan data-data kepemilikan lahan dan akan diverifikasi. "Itu semua sudah kita penuhi," kata Aidil. Dikatakan Aidil, konflik lahan di Provinsi Jambi mencapai seratus kasus dan hampir tidak ada penyelesaian. Hafis Husaini, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jambi, mengatakan pihaknya telah membantu menyelesaikan masalah sengketa ini. Namun upaya pendataan lahan untuk diverifikasi belum rampung. Juru bicara Kepolisian Daerah Jambi, Ajun Komisaris Besar Almansyah, menyatakan, keinginan warga untuk menyampaikan aspirasi ke Presiden adalah hak warga. Tetapi, kata dia, untuk melakukan unjuk rasa, harus melapor kepada pihak Intelkam Polda Jambi. "Menyampaikan aspirasi hak warga negara, cuma jangan melanggar prosedur dan tidak melakukan tindakan anarkis," ujarnya.

Pendemo Bentrok dengan Polisi


indosiar.com, Tulang Bawang - Buntut aksi demo warga terkait sengketa lahan antara warga dengan perusahaan kelapa sawit di Tulang Bawang, Lampung Senin (22/08/11) kemarin, akhirnya berujung bentrok antara pendemo dengan aparat kepolisian. Puluhan tembakan dilepaskan polisi ke udara untuk menghalau massa yang sempat membakar kantor milik perusahaan kelapa sawit ini. Bentrokan ini terjadi saat polisi berusaha menghadang aksi warga Desa Bujuk Tenung di Tulang Bawang yang marah kepada petugas pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan kobaran api dari ban bekas yang sengaja dibakar massa saat berdemo. Bahkan polisi puluhan kali menembakan senjata api untuk membubarkan massa. Dalam peristiwa ini 10 orang warga ditangkap dan peristiwa bentrok ini merupakan buntut dari kericuhan aksi demo massa terkait masalah sengketa lahan antara warga dengan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Cipta Lamtoro Gung. Dalam aksi demo yang digelar sebelumnya itu, sempat diwarnai dengan aksi pengrusakan dan pembakaran gedung kantor milik PT Cipta Lamtoro Gung sebagai

Memahami Aksi Demonstrasi Mahasiswa


Sabtu, 07 April 2012 13:26 wib

Aksi demo tolak kenaikan harga BBM (foto: Dede Kurniawan/okezone) APAKAH yang terbayang di pikiran Anda; demonstrasi massa yang menyebabkan kemacetan dan kerusuhan? Hal yang sama terbayang di kepala saya setiap mendengar kata aksi mahasiswa, hingga beberapa bulan yang lalu. Demonstrasi tidak ada manfaatnya. Tetapi, setelah saya menjadi mahasiswa, menjadi staf organisasi kampus, saya melihat gambaran demonstrasi dari sisi lain. Setiap aksi punya landasan Jangan pikir, aksi turun ke jalan mahasiswa itu tidak memiliki landasan. Sebagai pemuda intelek, mahasiswa melakukan kajian terlebih dahulu; baik secara strategis ataupun responsif, dari berbagai disiplin ilmu. Tidak jarang, dalam mengkaji, mahasiswa melakukan audiensi kepada para pakar. Kemudian hasil kajian ini akan menghasilkan suatu rekomendasi. Rekomendasi tersebut diajukan ke stakeholder melalui advokasi atau jalan diplomasi lainnya. Apabila segala jalan diplomasi telah dilaksanakan dan tidak berhasil, barulah cara terakhir, turun ke jalan, ditempuh. Mahasiswa melaksanakan aksi tidak lain adalah untuk kepentingan masyarakat. Ketika para pejabat dan wakil rakyat sekalipun tidak berpihak kepada rakyat, lalu siapa yang akan membela rakyat? Namun, nampaknya tidak semua masyarakat merasa kepentingannya dibela oleh mahasiswa. Tidak semua rakyat merasa diuntungkan dengan aksi mahasiswa. Ada yang justru merasa terganggu. Bahkan, dari kalangan mahasiswa sendiri. Ingat semboyan negara ini; Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Tetap satu, walaupun berbeda-beda. Intinya, perbedaan itu nyata di negeri ini. Baik untuk satu golongan, belum tentu baik juga untuk golongan yang lain. Toleransi yang seharusnya menjembatani keduanya. Tidak semua mahasiswa akan menjadi ilmuwan; akan ada yang menjadi aktivis sosial, negarawan, pengusaha, atau profesi lainnya. Suatu komunitas tidak akan terbentuk apabila semua masyarakatnya menjadi negarawan. Perbedaan itu perlu. Mungkin sekarang, mahasiswa yang tidak ikut aksi mencemooh mereka yang ikut aksi. Tetapi mereka tidak punya hak untuk melarangnya dan meminta mereka berkegiatan seperti mereka. Sekali lagi, beda sudut pandang itu wajar, toleransi itu harus. Kekerasan bukan bagian dari aksi! Media memberitakan baru-baru ini, aksi mahasiswa berujung ricuh dan rusuh. Justru pelaku kekerasan tersebut yang perlu dipertanyakan statusnya; apakah mereka benar-benar mahasiswa? Saat menjadi siswa sekolah dasar, siswa yang berkelahi tentunya akan dihukum oleh gurunya. Apakah selama 12 tahun sekolah (ditambah taman kanak-kanak dua tahun, jadi 14 tahun), pernah kita diajarkan untuk melegalisasi kekerasan? Sama halnya, ketika siswa tersebut diberi imbuhan maha. Kekerasan tidak pernah dilegalisasi. Mahasiswa yang melakukan kekerasan dan kericuhan saat aksinya telah melanggar kontrak status-nya sebagai mahasiswa.

Hingga saat ini, aksi turun ke jalan ditempuh karena belum ada cara terakhir lain yang dapat memberikan efek yang sama kuatnya. Anda punya solusi lain? Meski demikian, kejadian baru-baru ini tentang rusuhnya aksi mahasiswa menimbulkan trauma tersendiri di masyarakat. Ditambah lagi media yang terfokus pada kejadian, bukan pada gagasan yang dibawa dalam aksi tersebut. Mengutip Eleanor Roosevelt, Great minds discuss ideas. Average minds discuss events. Small minds discuss people. Kita hanya akan menjadi orang rata-rata apabila terus membicarakan peristiwa. Jika ingin menjadi orang yang di atas rata-rata, cobalah berbicara tentang ide. Sayangnya, saat ini masyarakat kurang tercerdaskan oleh media, yang terus memberitakan peristiwa. Media kurang berani untuk memberitakan aksi damai mahasiswa, dan mengekspos gagasan yang dibawanya. Yang diungkit selalu yang bermasalah. Alangkah lebih baik apabila media menjembatani ide-ide dari mahasiswa ke masyarakat, seakan memberikan umpan agar rasa toleransi itu tumbuh di masyarakat. Agar masyarakat pun memiliki kesempatan melihat kebijakan dari sisi pemerintah dan kajian mahasiswa. Bukankah untuk menjadi open minded, kita perlu memiliki wawasan yang luas? Wawasan yang luas tidak akan didapat apabila hanya melihat dari satu sisi, satu sudut pandang. Jangan pernah puas melihat dari satu sisi saja. Dua orang yang saling tidak mau melihat sudut pandang satu sama lain, tidak akan pernah memahami satu sama lain, kan? Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!

27 Maret, Waspada Aksi Demo Besar-besaran

Aksi penolakan BBM oleh FAM Unitomo. FOTO: CentroOne.com/Suryanto Surabaya- Penolakan terhadap kenaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah pada 1 April 2012, disikapi serius oleh berbagai elemen. Sejak Maret, gerakan mahasiswa sudah berdemo menolak kenaikan tersebut. Kini, ada rencana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan melakukan aksi besar-besaran atas penolakan tersebut. Bahkan DPD PDIP Jatim berencana menurunkan semua kader dan simpatisannya untuk menolak rencana kebijakan Pemerintahan SBY-Budiono tersebut. Aksi itu akan digelar serentak di 38 Kabupaten/Kota di Jatim. Diperkirakan ada 15.000 kader dan simpatisan PDIP di setiap DPC yang ada di Jatim untuk turun berdemo. Ini diakui Wakil Ketua PDIP Jatim Bambang DH. Menurut pria yang masih menjabat sebagai Wakil Wali kota Surabaya ini, DPD sudah memerintahkan seluruh pengurus DPC, PAC sampai tingkat Ranting untuk turun mendukung gerakan tersebut.

Rencananya, aksi besar-besaran itu dilakukan pada 27 Maret 2012. Gerakan ini juga bukan gerakan liar, karena DPD menginstruksikan agar seluruh elemen PDIP yang akan turun, harus melapor ke polisi tentang aksi tersebut. Kita akan solid agar aski itu tak disusupi provokasi, tandas Bambang DH yang berharap agar pemerintah bisa berpikir ulang terhadap rencananya. Sementara terkait aksi PDIP Jatim tersebut, Kepala Humas Polrestabes Surabaya Kompol Suparti mengaku belum menerima laporan tentang aksi tersebut. Menurut dia, idealnya, pelaporan itu dilakukan tiga hari sebelum pelaksanaan. Namun kenyataannya, banyak yang melakukan pelaporan satu hari sebelum aksi tersebut. Sementara ini memang belum ada laporan, apalagi waktunya masih lama. Biasanya, aksi esok hari, laporannya baru kita terima sore ini. Sehingga malam, baru akan membahas rencana strategis untuk menangani aksi tersebut agar tak sampai terjadi keributan, tukas Kompol Suparti. Ditambahkan Kompol Suparti, dalam melakukan pengamanan aksi demo, semuanya harus direncanakan. Untuk menerjunkan berapa personel dan penanganan sepeti apa yang akan diterjunkan, semua menunggu laporan atau perintah dari Intelkam. Biasanya sebelum melakukan aksi, surat tentang demo itu akan dilaporkan ke pihak Intelkam lalu dikoordinaskan dengan Bagian Operasional untuk mengatur berapa jumlah pasukan yang diterjunkan, pengamanan seperti apa yang disiapkan dan bagaimana jenis pengamanannya. Semua diatur dalam rapat koordinasi, papar Kompol Suparti. Sementara aksi yang sama juga akan dilakukan elemen mahasiswa yang tergabung dalam Jas Merah. Sejak Senin (19/3/2012), selebaran untuk mendukung penolakan kenaikan harga BBM sudah dilakukan Jas Merah. Aksi itu tak saja diikuti mahasiswa, tapi juga kaum buruh. Sehingga bisa dipastikan, aksi massa akan sangat besar. Dikabarkan, aksi itu akan melakukan penyegelan terhadap SPBU. Yang jelas aksi itu tak saja dilakukan di Surabaya tapi di seluruh wilayah Jatim. Menurut Koordinator Aksi, Mulyadi, aksi pada 27 Maret 2012 yang melibatkan rakyat dan buruh, agendanya juga akan menduduki kantor instansi pemerintahan serta akan menghadang armada tangki pengangkut BBM. Aksi ini dilakukan lantaran dampak dari kenaikan harga BBM ini akan membuat harga kebutuhan pokok semakin mencekik rakyat dan membuat harga melambung tinggi. Akibatnya, kemiskinan akan semakin besar. Jas Merah berharap agar pemerintah membatalkan rencana kenaikan BBM, mengelola sendiri Migas, melakukan nasionalisasi aset Migas, mengoptimalkan SDA untuk kemakmuran rakyat, mengurangi anggaran negara untuk pendanaan proyek-proyek negara dan anggaran belanja birokrasi pemerintahan yang tidak efektif dan diluar azas manfaat bagi rakyat. Jas Merah ini terdiri dari berbagai elemen mahasiswa seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND), elemen BEM dari berbagai perguruan tinggi, buruh dan masyarakat. Aksi itu akan berlanjut dari 27 Maret sampai 1 April 2012. Dan puncak aksi akan dipusatkan di Jakarta. Jas Merah direncanakan akan berangkat ke Jakarta pada 31 Maret 2012.

You might also like