You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PEMERIKSAAN REFLEKS

OLEH : KELOMPOK II WAHYU VERA WARDHANI REGITA NUR LAILA PUTRI TITIK KUSMIATUN AFIFAH CAHYA KARTIKA SHASANTI ISMI PRAMESTI DITA WRISNIJATI Asisten NIM : : (G1H011008) (G1H011009) (G1H011010) (G1H011011) (G1H011012) (G1H011013)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2009

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL PRAKTIKUM Pemeriksaan refleks pada manusia

B. WAKTU, TANGGAL PRAKTIKUM Hari/tanggal Pukul Tempat : Jumat, 11 Mei 2012 : 14.00 16.00 WIB : Ruang Laboraturium Fisiologi Kedokteran Umum

C. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengetahui mekanisme terjadinya refleks 2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks 3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan baik dan benar 4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks 5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis

D. DASAR TEORI

E. METODE PEMERIKSAAN

F. ALAT DAN BAHAN 1. Tubuh Manusia (pasien) 2. Palu refleks

G. CARA KERJA

Refleks fisiologis Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon periosteum dan kulit Anggota gerak yang akan dites harus dalam keadaan santai Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris

Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas 1. Refleks Bisep a. Probandus duduk di kursi dengan kedua lengan b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksa. c. Jempol pemeriksa di tempelkan di fosa cubiti dan palu refleks dipukulkan ke jempol pemeriksa. 2. Refleks Trisep a. Probandus duduk dengan rileks b. Lengan probandus digantung hingga terkulai oleh tangan pemeriksa. c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani 3. Refleks Brakhioradialis a. Posisi pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep b. Pukullah tendo brakhioradialis pada distal dengan palu refleks c. Akan didapat respon menyentak pada radius 4. Refleks Periosteum Radialis a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit di pronasikan b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis c. Akan didapat respon lengan bawah fleksi dan supinasi lengan 5. Refleks Periosteum Ulnaris

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan pronasi b. Ketukan pada periosteum os. Ulnaris c. Akan didapat respon pronasi pada tangan Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah 1. Refleks Patela a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain e. Akan didapat respon kontraksi otot kuadrisep, dan ekstensi tungkai bawah

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
a. Refleks Fisiologi Ekstremitas Atas

1.

Refleks Bisep Probandus 1 Lokasi Reaksi Bisep : Shasanti Ismi Pramesti : Fosa Cubiti : Fleksi

2. Refleks Trisep

Probandus 1 Lokasi Reaksi Trisep 3. Refleks Brakhioradialis Probandus 1 Lokasi Respon Brakhioradialis 4. Refleks Periosteum radialis Lokasi

: Shasanti Ismi Pramesti : Fosa Olekrani : Ekstensi

: Shasanti Ismi Pramesti : tendon brakhioradialis pada radius distal : gerak menyentak pada tangan

: periosteum ujung distal os. Radialis

Respon Periosteum radialis : fleksi lengan bawah dan supinasi lengan 5. Refleks Periosteum ulnaris Lokasi : periosteum os. Ulnaris

Respon Periosteum ulnaris : pronasi tangga

b.

Refleks Fisiologi Ekstremitas Bawah

Refleks Patela Probandus 2 Lokasi Respon Patela : Titik Kusmiatun : tendon os. Patela : Ekstensi tungkai bawah dan kontraksi otot

c.

Refleks Patologis

Refleks Babinski Lokasi Respon normal Respon abnormal : telapak kaki : Fleksi jari kaki : ibu jari dorso fleksi, ke empat jari abduksi

Konsolidasi Refleks Babinski 1. Refleks Gordon Lokasi Respon Normal : muculus gastrocnemius : sama seperti refleks babinski : Fleksi jari kaki

Abnormal

: ibu jari dorso fleksi, ke empat jari abduksi

2. Refleks Oppenheim Lokasi Respon normal : anterior medial tibia : Fleksi jari kaki

Respon abnormal : ibu jari dorso fleksi, ke empat jari abduksi

3. Refleks Schaefer Lokasi Respon normal : tendon achiles : Fleksi jari kaki

Respon abnormal : ibu jari dorso fleksi, ke empat jari abduksi

4. Refleks Caddok Lokasi Respon normal : punggung kaki di luar telapak kaki : Fleksi jari kaki

Respon abnormal : ibu jari dorsofleksi, ke empat jari abduksi

5. Refleks Hoffman Tromer Probandus 3 Lokasi Respon : Sylviana Kuswandi : ujung jari tengah : tidak ada gerakan

6. Grasping Refleks Lokasi Respon : palmar di daerah antara ibu jari dan telunjuk : tidak ada gerakan

7. Refleks Snouting Lokasi Respon : musculus orbicularis oris : tidak ada reflek

B. PEMBAHASAN
Refleks adalah rangsangan sensorik atau respon terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis.Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak terdapat pada manusia. Refleks fisiologi terbagi menjadi dua yaitu, refleks fisiologi ekstremitas atas dan refleks fisiologi ekstremitas bawah. Refleks ekstremitas atas terdiri dari Refleks Bisep, Refleks Trisep, Refleks Brakhioradialis, Refleks Periosteum Radialis, dan Refleks Periosteum Ulnaris. Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan bahwa refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks pada tendon fosa cubiti. Respons normal adalah fleksi pada siku dan kontraksi biseps. Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan bahwa untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan di samping badan. Pemeriksa menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps. Pemukulan langsung pada tendon fosa olekrani normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku. Pada pemeriksaan refleks brakhioradialis didapatkan dengan cara penguji menopang lengan pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep. Kemudian palu diketukkan pada tendon brakhioradialis di radius distal, normalnya menyebabkan gerakkan menyentak pada radius. Pada pemeriksaan refleks patella didapatkan bahwa refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk dengan posisi kaki rileks dan menggantung. Respon normalnya kontraksi otot kuadriseps dan ekstensi lutut. Pada pemeriksaan refleks periosteum radialis didapatkan bahwa refleks tersebut ditimbulkan dengan cara lengan bawah pasien sedikit di fleksikan pada sendi

siku dan tangan sedikit dipronasikan. Pengetukan dilakukan di periosteum lengan ujung distal os. Radialis normalnya fleksi lengan bawah dan supinasi lengan. Pada pemeriksaan refleks periosteum ulnaris, lengan bawaah sedikit difleksikan, sikap tangan antara supinasi dan pronasi diketuk pada periosteum os. Ulnaris normalnya pronasi tangan. Pemeriksaan refleks patologi yaitu refleks babinski, refleks Hoffman tromer, graspring refleks, refleks snouting. Respons Babinski diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka normalnya terjadi kontraksi jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari lainnya abduksi. Refleks babinski memiliki konsolidasi yaitu refleks oppenheim, timbul akibat penggoresan di tulang tibia dari proksimal ke distal, respon normalnya seperti refleks babinski. Selanjutnya refleks gordon, dengan cara pemeriksaan dengan memencet otot gastrocnemius, responnya normalnya sama seperti refleks babinski. Kemudian ada juga refleks schaefer yang keluar jika dilakukan pemencetan pada tendon achiles maka akan timbul efek seperti babinski. Selain itu, refleks caddock yang dilakukan goresan pada tepi lateral punggung kaki, efeknya sama seperti babinski. Pada pemeriksaan refleks patologi hoffman tromer dihasilkan respon ibu jari adduksi dan jari-jari tangan adduksi cara pemeriksaannya dengan tangan pasien disentilkan oleh pemeriksa. Kemudian grasping refleks menimbulkan reflek langsung menggenggam jari tangan pada orang yang abnormal.sedangkan untuk orang yang normal tidak ada genggaman. Dan selanjutnya pada refleks snouting timbul respon refleks menyusu dan pemeriksaan reflek ini dilakukan pada tendon orbicularis oris. Contohnya pada bayi.jika pada bayi akan menggaruk bibir dengan tongue spatel itu jika normal sedangkan untuk orang dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral pada refleks snouting.

C.

APLIKASI KLINIS
Aplikasi klinis refleks terjadi pada penyakit HIV. Keterlibatan sistim saraf pada

infeksi HIV dapat terjadi secara langsung karena virus tersebut dan tidak langsung akibat infeksi oportunistik immunocompromised. Studi dinegara barat melaporkan komplikasi pada sistim saraf terjadi pada 30-70% penderita HIV, bahkan terdapat laporan neuropatologik yang mendapat kelainan pada 90 spesimen post mortem dari penderita HIV yang diperiksa. Pemeriksaan neurologis dijumpai sensorium apatis, tanda peninggian tekanan intrakranial, dari saraf kranial dijumpai pupil anisokor, refleks cahaya (+) menurun pada mata kiri, mata kiri tidak bisa dibuka, dan digerakkan. Sudut mulut kesan tertarik ke kiri. Hipertonus, kekuatan motorik sulit dinilai kesan parese ke empat ekstremitas didapati peninggian refleks biceps, APR/KPR. Refleks patologis Babinski kiri dan kanan (+). (Silaban, 2010) Selain itu gangguan pada refleks dapat mengindikasikan suatu penyakit seperti cereberal palsy terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang di sertai klonus dan

refleks babinski yang positif. Tonus yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun seseorang dalam kedaan tidur. (Mardiani,2006)

BAB III KESIMPULAN 1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung refleks. Terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, area sentral di SSP (medulla spinalis) neuron eferen, dan organ reseptor. 2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks fisiologis dan refleks patologis. Refleks fisiologis adalah refleks yang harus terjadi pada orang normal. Sementara refleks patologis adalah refleks yang terjadi pada orang abnormal. 3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari pemeriksaan refleks bisep, trisep, brakhioradialis, periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan patella. Sedangkan refleks patologis terdiri dari refleks hoffman tromer, refleks grasping, refleks snouting, refleks babinski, refleks oppenheim, refleks gordon, refleks schaefer, refleks caddock. Dimana terjadi konsolidasi refleks babinski pada refleks oppenheim, gordon, schaefer, dan refleks caddock. 4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis berupa sebagai berikut: a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan kontraksi bisep b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan kontraksi trisep disendi siku c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan menyentak pada radius d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi lengan bawah dan supinasi tangan e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi tangan f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep dan ekstensi lutut 5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan muncul berupa sebagai berikut: a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari lainnya abduksi. b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi dan jari-jari tangan adduksi.

c. Grasping refleks berupa menggenggam jari tangan pada orang yang abnormal. d. Refleks snouting berupa timbul respon refleks menyusu.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiani, Elita. 2006. FAKTOR FAKTOR RISIKO PRENATAL DAN PERINATAL KEJADIAN CEREBRAL PALSY(Studi Kasus di YPAC Semarang). http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf. diakses pada 12 Mei 2012 Silaban, Dalton dkk. 2010. Ensefalitis Toksoplasmosis pada Penderita HIV-AIDS. repository.usu.ac.id/handle/123456789/18382. Diakses pada 12 Mei 2012.

You might also like