You are on page 1of 20

Kebutuhan Aktivitas Fisik (Mekanik Tubuh)

1)

Pendahuluan Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan

aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan muskuloskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktifitas fisik (Mekanik Tubuh) juga disebut sebagai irama sirkadian manusia. Tiap individu mempunyai irama atau pola tersendiri dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat, dll. Mekanik tubuh pada dasarnya adalah bagaimana menggunakan tubuh secara efesien, terkoordinasi, dan aman, sehingga menghasilkan gerakan yang baik bukan hanya untuk olahragawan, tetapi juga sangat penting untuk perawat dan klien. Perawat sangat beresiko mengalami cedera tulang belakang, karena aktifitas atau pekerjaan yang dilakukannya. Aktivitas tsb di antaranya adalah mengangkat klien ditempat tidur, membantu klien turun dari tempat tidur, memindahkan tempat tidur klien sendiri, mengangkat klien dan memindahkannya, serta membawa alat yang beratnya melebihi 15 kg. Dengan demikian apabila mekanik tubuh yang dilakukan tidak benar, dapat menyebabkan jatuh, tekanan fisika pada tulang belakang, dan cedera.

2)

MANFAAT DAN PRINSIP MEKANIK TUBUH Apabila dilakukan dengan baik dan benar, mekanik atau gerak tubuh sangat

bermanfaat bagi seseorang. Manfaat tsb antara lain :

a) b)

Gerak tubuh secara teratur dapat membuat tubuh menjadi segar. Gerak tubuh secara teratur dapat memeperbaiki tonus otot dan sikap tubuh,

mengontrol berat badan, mengurangi stres, serta dapat meningkatkan relaksasi. c) Gerak tubuh merangsang peredaran darah ke otot dan organ tubuh yang lain sehingga dapat meningkatkan kelenturan tubuh. d) Gerak tubuh pada anak dapat merangsang pertumbuhan badan.

Dalam kaitannya dengan keperawatan, prinsip mengenai mekanik tubuh diantaranya sebagai berikut : a) Penggunaan tubuh secara tepat dan benar dapat meningkatkan fungsi muskuloskeletal, serta mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan. Hal tersebut kemudian dapat menyebabkan peningkatan kesehatan tubuh. b) Mekanik tubuh yang baik dapat memberikan penampilan serta fungsi tubuh yang baik. c) Mekanik tubuh yang baik dicapai melalui pengetahuan sebagai pedoman dalam bertindak. d) Mekanik tubuh menyangkut berbagai usaha pencegahan cedera atau cacat pada sistem muskuloskeletal.

3)

KOORDINASI MEKANIK TUBUH

Koordinasi mekanik tubuh melibatkan fungsi sistem muskuloskeletal dan sistem sraf (neuromuskuler). Komponen sistem muskuloskeletal melibatkan : Tulang, otot, tendon, ligamen, kartilago, dan sendi.

Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas : 1. Tulang

Tulang Merupakan jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Tulang memrupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, antara lain : a. Mekanis : - Membentuk rangka tubuh atau postur tubuh. - Sebagai penunjang jaringan tubuh yang membentuk otot-otot tubuh atau tempat melekatnya berbagai otot. b. Tempat penyimpanan garam-garam mineral seperti Kalsium dan Fosfor. c. Membantu proses hematopoiesis yaitu proses pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. d. Pelindung organ-organ dalam tubuh yang lunak, seperti otak, jantung, paru-paru, dan sebagainya.

Jenis tulang, antara lain : a. Pipih ( kepala dan pelvis) b. Kuboid (Vertebra dan tarsal) c. Panjang (Femur dan Tibia)

2.

Otot

Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi atau memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot ada 3 macam, yaitu otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Otot rangka terdapat pada sistem skeletal dan merupakan otot yang paling berperan dalam mekanik tubuh. Otot rangka berfungsi dalam membantu pengontrolan gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan

menghasilkan panas.

Ketiga macam otot tersebut dipersyarafi oleh saraf tepi yang terdiri dari serabut motoris dari medula spinalis. Traktus piramidalis membawa pesan tonus, inhibisi, dan fasilitas terhadap otot-otot tubuh. Jaras piramidalis motoris mengadakan decussation (penyilangan) pada medula otak seperti korteks cerebri kanan mengatur otot-otot anggota gerak kiri dan korteks cerebri kiri mengatur otot-otot anggota gerak kanan.

Mekanisme kontraksi otot secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : Peristiwa kontraksi otot diawali dengan potensial aksi saraf motorikmenuju motor endplate di membran otot. Dengan adanya potensial aksi, pelepasan asetilkolin semakin banyak. Akibatnya, pintu kalsium di retikulum sarkoplasma membuka dan melepaskan ion kalsium ke sitoplasma sel otot. Ion kalsium kemudian menyebar ke seluruh sitoplasma dan berikatan dengan troposin C. Ikatan troponin C dengan ion kalsium mengakibatkan perubahan konformasi molekul troponin, membuka binding sites. Pembukaan binding sites tersebut memungkinkan terjadinya jembatan silang (cross bridges) antara filamin aktin dan myosin. Selanjutnya dengan katalis enzim myosin ATPase terjadi hidrolikis menjadi ADP + P + Energi, sehingga terjadilah kontraksi otot. Kontraksi otot terus berlangsung selama ion-ion kalsium tetap berada pada konsentrasi tinggi dalam cairan sarkoplasma.

Sarkolema yaitu membrane serabut otot

Mengandung beribu-ribu miofibril

Filamin miosin Filamin Tebal

Filamin Aktin Filamin tipis

Sebagian saling bertautan

Miofibril secara bergantian mempunyai pita terang dan pita gelap

Pita terang karena mengandung Filamin aktin

Pita gelap karena mengandung Filamin miosis

Penonjolan kecil dari sisi Filamin miosin

Jembatan penyebrangan

Interaksi

Kontraksi otot

(Mekanisme Kontraksi Otot)

Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot perlu dilakukan pemeriksaan derajat kekuatan otot yang dibuat ke dalam 6 derajat ( 0-5 ). Drajat ini menunjukkan tingkat kemampuan otot yang berbeda-beda. Keenam derajat kekuatan otot tersebut dapat dilihat pada table berikut ini : Derajat kekuatan otot

Derajat 5

: Kekuatan normal, dimana seluruh gerakan dapat dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan. : Dapat melakukan Range Of Motion (ROM) secara penuh dan dapat melawan tahanan ringan. : Dapat melakukan Range Of Motion (ROM) secara penuh dengan melawan gaya berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan tahanan. : Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan ROM secara penuh. : Kontraksi otot minimal terasa/teraba bersangkutan tanpa menimbulkan gerakkan. : Tidak ada kontraksi otot sama sekali. pada otot

Derajat 4 Derajat 3

Derajat 2 Derajat 1 Derajat 0

3.

Tendon

Tendon adalah sekumpulan jaringan ikat/fibrosa padat yang merupakan perpanjangan dari pembungkus otot dan membentuk ujung-ujung otot yang mengikatnya dan melekat pada tulang. Tendon ini dibatasi oleh membrane synovial yang berfungsi untuk memberikan pelican agar pergerakkan tendon menjadi mudah. Sedangkan, Origo adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon. Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang.

4.

Ligamen Ligamen adalah sekumpulan jaringan penyambung fibrosa padat, lentur, dan kuat.

Ligamen berfungsi menghubungkan ujung persendian dan menjaga kestabilan.

5.

Kartilago

Kartilago terdiri dari serat yang tertanam dalam suatu gel yang kuat, tetapi elastic dan tidak mempunyai pembuluh darah. Zat makanan yang sampai ke sel kartilago berasal dari kapiler di perikondrium (jaringan fibrosa yang menutupi kartilago) dengan proses difusi, atau pada kartilago sendi melalui cairan synovial.

6.

Sendi Persendian memfasilitasi pergerakan dengan memungkinkan terjadinya kelenturan.

Ada beberapa jenis persendian, antara lain sendi sinartroses (sendi yang tidak bergerak), sendi amfiartroses (sendi yang pergerakkannya terbatas hanya satu gerakan, seperti tulang vertebrae), dan sendi diartroses ( sendi yang bebar pergerakannya, seperti sendi bahu dan sendi leher). Pengetahuan mengenai pergerakan sendi dapat bermanfaat dalam kaitannya dengan pengukuran kekuatan otot dan penggunaannya pada program latihan gerak. Ada beberapa pergerakkan sendi, yaitu Fleksi, Ekstensi, Adduksi, Abduksi, Rotasi, Eversi, Inverse, pronasi, dan supinasi. a) Fleksi merupakan pergerakkan memperkecil sudut persendian b) Ekstensi merupakan pergerakkan memperbesar sudut persendian c) Adduksi merupakan pergerakkan mendekati garis tengah tubuh d) Abduksi merupakan pergerakkan menjauhi garis tengah tubuh e) Rotasi merupakan pergerakkan memutari pusat aksis dari tulang

f) Eversi merupakan pergerakkan perputaran bagian telapak kaki kebagian luar bergerak, membentuk sudut dari persendian g) Ineversi merupakan pergerakkan perputaran bagian telapak kaki kebagian dalam bergerak, membentuk sudut dari persendian h) Pronasi yaitu pergerakkan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak kebawah i) Supinasi yaitu pergerakkan telapak tangan dimanan permukaan tangan bergerak keatas

7.

Sistem Syaraf - Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer). - Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom. - Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik.

4) PRINSIP DASAR MEKANIK TUBUH Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak menimbulkan cedera, antara lain : a. Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat atau mendorong beban. b. Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh bagian panggul dan melindungi organ-organ didalam perut sewaktu membungkuk, meraih,

mengangkat, dan menarik. c. Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak diangkat atau dipindahkan. d. Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong dengan cara berayun diatas kaki ataupun memiringkan tubuh kedepan/belakang untuk mengurangi ketegangan pada otot-otot lengan dan tungkai.

e. Sebuah benda lebih baik digeser atau digelindingkan, ditarik atau didorong daripada diangkat. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi tenaga yang diperlukan. f. Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar penopangan yang lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang lebih besar. Tekuk lutut dan turunkan tubuh didekat sebuah benda yang hendak diangkat.

5) POSTUR TUBUH (BODY ALIGNMENT) Postur tubuh (Body alignment) adalah kesesuaian susunan geometris bagian-bagian tubuh dalam hubungannya satu sama lain sesuai dengan faal tubuh (Taylor dkk. 1993). Postur tubuh yang baik dan tepat dapat meningkatkan pengembangan paru-paru, fungsi ginjal, dan sistem pencernaa, serta bertambah efisiennya sirkulasi darah, sedangkan postur tubuh yang buruk dapat menimbulkan cedera.

6) AMBULASI Ambulasi adalah kegiatan berjalan (Kozier dkk, 1995). Persiapan latihan fisik yang diperlukan klien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain : a Latihan otot-otot quadriceps femoris dan otot-otot gluteal : Kerutkan otot-otot quadriceps sambil berusaha menekan daerah popliteal. Seolaholah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk kasur sementara kaki-kakinya naik ke atas. Hitung sampai hitungan kelima. Ulangi latihan ini selama 10-5 kali/jam. Kerutkan otot-otot bokong sampai hitungan kelima. Istirahatkan sampai hitungan kelima. Ulangi latihan ini selama 10-15 kali/jam.

b Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstremitas atas dan lingkar bahu :

Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat traksi atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan jumlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan otot ekstremitas atas.

Latihan push-up dengan posisi tiarap Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kakuatan genggaman. Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin. Duduk ditempat tidur atau kursi. a) Angkat tubuh dari kursi, tekankan tangan ke pegangan kursi. b) Angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit

c) Latihan berjalan : Klien dilatih untuk duduk terlebih dahulu baru dilatih untuk turun dari tempat tidur. Perhatikan waktu klien turun dari tempat tidur apakah menunjukkan gejala-gejala pusing, sulit bernapas, dan lain-lain. Tidak jarang klien tiba-tiba lemas sebagai akibat hipotensi ortostatik. Istirahat sebentar, ukur denyut nadi. Bila nadi cepat dan tidak teratur, maka harus hati-hati. Mula-mula klien digeser ketempat tidur dan dibantu duduk. Bila klien merasa enak, maka perawat menyangganya dibawah bahu serta lutut dan memutarnya sehingga kedua tungkai dan kakinya berada disamping tempat tidur. Ketika membantu klien turun dari tempat tidurperawat harus berdiri tepat di depannya. Klien meletakkan tangannya dipundak perawat dan perawat meletakkan tangannya dibawah ketiak klien. Klien dibiarkan berdiri sebentar untuk memastikan bahwa ia tidak merasa pusing. Jika klien memerlukan bantuan, sebaiknya perawat berjalan di sampingnya dengan tangan dilengan klien. Terdapat teknik berjalan untuk melatih klien berjalan dengan menggunakan kruk (alat bantu berjalan). Teknik berjalan tsb antara lain :

a) Gaya berjalan empat titik tumpuan : Prinsipnya adalah berat badan dipikul oleh kedua kaki dengan pola berjalan sebagai berikut: Majukan kruk (kayu penopang) kanan, kaki kiri, kayu penopang kiri, dan kaki kanan. Ini adalah kebalikan dari pola berjalan yang normal. b) Gaya berjalan tiga titik tumpuan Prinsipnya adalah berat badan hanya dipikul oleh sebelah kaki, kaki yang satu lagi dapat dipakai sebagai penyangga, tetapi hanya dipakai sebagai pengimbang dalam proses berjalan. Pola berjalannya sebagai berikut : Kedua kayu penopang dan kaki yang tidak boleh menyangga dimajukan, kemudian disusul kaki yang sehat. Kedua kayu penopang lalu segera dipindahkan kemuka lagi dan pola tadi diulangi. c) Gaya berjalan dua titik tumpuan Prinsipnya adalah berat badan dipikul oleh kedua kaki dan polanya merupakan percepatan dari gaya jalan empat titik tumpuan yaitu kayu penopang kanan dan kaki kiri maju bersama-sama, kayu penopang kiri dan kaki kanan maju bersama-sama pula. d) Gaya berjalan berayun Prinsipnya dalah kedua kaki menahan berat badan, membutuhkan kekuatan lengan, dan dapat digunakan dengan walker. Langkahnya adalah sebagai berikut : majukan kedua kruk, angkat kedua kaki/berayun kedepan, dan begitu seterusnya

7) KEBUTUHAN MOBILISASI Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Jenis jenis mobilitas, anatara lain : 1. Mobilitas penuh

Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. 2. Mobilitas sebagian Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf motorik dan sensorik. a. Mobilitas sebagian temporer b. Mobilitas sebagian permanent Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas : 1. Gaya hidup 2. Proses penyakit 3. Kebudayaan 4. Tingkat energi 5. Usia dan status perkembangan

8) DAMPAK IMMOBILISASI TERHADAP TUBUH Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan atau dibatasi secara terapeutik, misalnya; trauma tulang belakang, cedera otak berat, dll. (Potter dan Perry 2006). Dalam hubungannya dengan perawatan klien, maka immobilisasi adalah keadaan dimana klien berbaring lama di tempat tidur. Immobilisasi pada klien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, trauma, atau menderita kecacatan.

Immobilisasi yang berlangsung lama menyebabkan dampak yang negative terhadap system tubuh. Adapun dampaknya antara lain : 1. Imobilitas fisik komplikasi. 2. Imobilitas Intelektual > Keterbatasan daya pikir akibat kerusakan otak. > pembatasan pergerakan fisik dengan tujuan mencegah

3. Imobilitas tumbuh kembang pada anak > Keterbatasan aktivitas dalam berinteraksi dan mengembangkan keterampilan. 4.Imobilitas Psikososial > pembatasan emosional karena adanya perubahan dalam

menyesuaiakan diri (misalnya; amputasi). 5.Imobilitas Sosial mempengeruhi perannya. > Individu yang mengalami hambatan interaksi sosial dan

1) Dampak Imobilisasi terhadap fisik : 1) Sistem Integumen Penurunan elastisitas kulit, krn penurunan sirkulasi, iskemia dan nekrosis dengan adanya dekubitus. 2) Sistem Kardiovaskuler Berupa ortostatik hipotension karena menurunnya kemampuan syaraf otonom, meningkatnya kerja jantung krn posisi yang horisontal, terjadinya trombus karena stasis vena. 3) Sistem Respirasi Akibat imobilitas kadar Hb menurun, ekspansi paru menurun, dan lemah otot yang menganggu metabolisme.

4) Sistem Pencernaan/Metabolisme Imobilitas menurunkan BMR, sehingga energi untuk perbaikan sel berkurang dan mengganggu oksigenasi, sel.Imobilitas juga menyebabkan menurunnya ekskresi urin dan peningkatan Nitrogen. 5) Ganguan fungsi Gastrointestinal Imobilitas menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga jumlah masukan menurun dan menyebabkan keluhan, misalnya; perut kembung, mual dan nyeri lambung. 6) Sistem Muskuloskeletal Menurunnya massa otot dapat menyebabkan turunnya otot secara langsung.Kontraktur dan Osteoporosis karena reabsorbsi tulang semakin besar sehingga menyebabkan jumlah kalsium dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urin makin besar 7) Sistem Neurosensoris Dampak terhadap system neurosensoris tampak nyata pada klien immobilisasi yang dipasang gips akibat fraktur. Pemasangan gips pada ekstremitas dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan gangguan saraf pada bagian distal dari gips.

8) Ketidakseimbangan Cairan dan elektrolit Imobilitas akan menyebabkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga mangganggu kebutuhan cairan tubuh.Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat menyebabkan edema. Imobilitas jg menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot sehingga meningkatkan reabsorbsi kalium.

9) Gangguan pengubahan zat gizi Menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tdk lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yg cukup untuk melaksanakan metabolisme.

10) Eliminasi Penurunan jumlah urin yg mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung.

2) Dampak Imobilisasi terhadap Psikososial : 1) Depresi 2) Perubahan tingkah laku Rasa bermusuhan, cemas, bingung, depresi, emosional tinggi, mekanisme koping menurun. 3) Perubahan siklus bangun tidur 4) Penurunan kemampuan pemecahan masalah

3) Dampak Imobilisasi terhadap tumbuh kembang pada anak : Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh stimulus yang

diterimanya. Pada kondisi immobilisasi dimana anak mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Mengembangkan ketrampilan dan berinteraksi dengan teman akan menyebabkan proses tumbuh kembang anak menjadi terhambat. Situasi perawatan yang monoton selama anak immobilisasi semakin menambah besar dampak immobilisasi terhadap tumbuh kembang anak.

9) PENGKAJIAN KEBUTUHAN AKTIVITAS FISIK

A. Aspek Biologis 1. Usia, Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktivitas, terkait dengan kekuatan musculoskeletal. Hal yang perlu dikaji di antaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap perkembangan individu. 2. Riwayat keperawatan, Hal yang perlu dikaji di antaranya adalah riwayat adanya gangguan pada system musculoskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien, dan lain-lain. 3. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan

dampak immobilisasi terhadap system tubuh.

B. Aspek Psikologis Aspek psikologis yang perlu dikaji antaranya adalah bagaimana respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas, dan lain-lain.

C. Aspek Sosiokultural Pengkajian pada aspek sosiokultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktivitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya, bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik di rumah, kantor, maupun social, dan lain-lain.

D. Aspek Spiritual Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut klien terkait dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien menunjukkan keputusasaan?, Bagaimana pelaksaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya?, dan lain-lain.

10) DIAGNOSIS KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN KEBUTUHAN AKTIVITAS FISIK

a) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan mobilisasi, kesejajaran tubuh yang buruk. b) Risiko cedera yang berhubungan dengan ketidaktepatan mekanik tubuh, ketidaktepatan posisi tubuh dalam melakukan aktivitas, dan ketidaktepatan teknik pemindahan. c) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, tirah baring, dan penurunan kekuatan otot. d) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan status sekresi paru, ketidaktepatan posisi tubuh. e) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan pengembangan paru, penumpukkan sekresi paru, dan ketidaktepatan posisi tubuh. f) Gangguan integritas kulita atau resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, tekanan permukaan kulit, dan gaya gesek. g) Gangguan pola tidur berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, ketidaknyamanan. h) Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan pengurangan tingkat aktivitas, isolasi social.

11) LATIHAN RENTANG GERAK (RANGE OF MOTION-ROM) Kemampuan sendi untuk melakukan pergerakan pada klien berbeda sesuai dengan kondisi kesehatannya, apalagi pada klien yang immobilisasi. Untuk mencegah dampak buruk dari immobilasi, maka perlu dilakukan latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak (range of motion ROM) merupakan jumlah maksimalgerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu : sagital, frontal, dan transversal (Potter dan Perry 2006). Latihan rentang gerak ini dilakukan pada masingmasing persendian dengan melakukan gerakan yang tidak membahayakan.

Latihan ROM dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Latihan ROM secara pasif merupakan latihan dimana perawat menggerakan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. Sedangkan latihan ROM secara aktif adalah latihan ROM yang dilakukan oleh klien sendiri tanpa dibantu perawat. Dengan demikian, perbedaan latihan ROM pasif dan aktif bergantung pada ada tidaknya bantuan yang diberikan perawat pada klien dalam melakukan ROM. Latihan ROM mempunyai beberapa tujuan antara lain : a b c d Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, Mempertahankan fungsi kardiorespirasi, Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian, Mencegah kontraktur/kekakuan pada persendian. Hal yang terkait dengan kemampuan toleransi aktivitas klien perlu diperhatikan dalam melakukann latihan ROM. Oleh karena itu, perawat mesti mengkaji toleransi aktivitas klien. Toleransi aktivitas adalah jumlah dan jenis latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang (Potter dan Perry 2006). Adapu jenis-jenis pergerakan persendian yang dapat dilakukan untuk latihan ROM ini dapat dilihat pada penjelasan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/24/konsep-aktivitas-istirahat-tidur/ (Online) Diakses tanggal 27 Juni 2011

MAKALAH KONSEP DASAR MANUSIA


KEBUTUHAN AKTIVITAS FISIK (Mekanik Tubuh)
Dosen Pembimbing : Indah Dwi Pratiwi, S.Kep, Ns

Disusun oleh :
Kelompok VII WAHYU TISNA MAYANGSARI (09060130)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011

You might also like