Professional Documents
Culture Documents
XA = 90% XB = 100% XC = 50% Berhubung di laboratorium tempat Dora bekerja hanya terdapat alat analisa Spektrofotometer UV-VIS berkas tunggal, maka dengan sangat terpaksa Dora harus menggunakan alat tersebut dalam analisa. Boots sang sahabat sejati Dora pun ikut membantu dengan melakukan studi pustaka untuk mencari reagensia yang cocok dengan senyawa reaktan maupun produk yang terbentuk agar diperoleh hasil analisa spektrofotometri yang akurat sebagaimana tabel berikut: Senyawa Reagensia Warna larutan setelah penambahan reagensia A 1/2/3/4/5/6 TB/Merah/Jingga/TB/Kuning/TB B 1/2/3/4/5/6 TB/TB/Jingga/TB/Biru/Kuning-Hijau C 1/2/3/4/5/6 Ungu/Merah/TB/TB/TB/TB D 1/2/3/4/5/6 TB/Merah/TB/Kuning/Biru/TB E 1/2/3/4/5/6 TB/TB/Jingga/TB/TB/Kuning-Hijau F 1/2/3/4/5/6 Ungu/Merah/TB/Kuning/TB/Kuning-Hijau Keterangan: TB = Tidak terjadi perubahan warna (warna larutan tetap bening) X = Konversi
a. Berdasarkan keterangan di atas, bagaimana cara analisa hasil eksperimen yang dapat dilakukan oleh Dora dengan menggunakan Spektrofotometri UV-VIS berkas tunggal? b. Bila transmitansi 1 L larutan hasil reaksi mula-mula 20% pada = 485 nm, hitung transmitansi larutan tersebut jika larutan diencerkan menggunakan aquades sebanyak 5,4 L pada pengukuran dengan panjang gelombang yang sama! c. Bila dalam eksperimen, Dora dapat memisahkan senyawa C murni yang tersisa dalam reaksi dengan menggunakan distilasi sederhana, berapa volume aquades yang harus ditambahkan Dora pada 5 ml senyawa C yang terpisah tersebut agar absorbansinya menjadi seperempat absorbansi mula-mula pada pengukuran dengan panjang gelombang yang sama? d. Bila transmitansi senyawa C murni tersebut mula-mula 50%, hitung transmitansi larutan jika digunakan ukuran sel 1/4 dari semula pada pengukuran dengan panjang gelombang yang sama! 2. Larutan 0.001 M K2Cr2O7 menunjukkan absorbansi 0.200 pada 450 nm dan 0.050 pada 530 nm. Larutan 0.0001 M KMnO4 tidak menunjukkan absorbansi pada 450 nm, sedangkan pada 520 nm absorbansinya 0.420. Hitung konsentrasi masing-masing larutan K2Cr2O7 dan KMnO4 yang terdapat dalam suatu campuran larutan sampel yang menunjukkan absorbansi 0.370 dan 0.710 pada 450 nm dan 530 nm bila diketahui ukuran sel = 4 cm. C. Titrasi Potensiometri 1. Apa keunggulan titrasi potensiometri dibandingkan dengan titrasi menggunakan indicator? 2. Pada titrasi potensiometri, anda mendapat kurva E vs V. kurva ini bisa dirubah menjadi dE/dV dan d2E/dV2vs V. kurva manakah yang anda pakai untuk menentukan volume titran saat titik akhir titrasi? Mengapa? 3. Berikut ini dat titrasi potensiometri larutan Fe2+ dengan larutan Ce4+ 0,1095 M dengan menggunakan elektroda platinum dan kalomel Larutan Ce 4+ yang E (mV) ditambahkan (mL) 22,7 557 22,8 565 22,9 575 23 590 23,1 620 23,2 860 23,3 915 23,4 944 23,5 958 24 986 26 1067 a. b. Hitunglah volume titran (Ce4+) pada saat titik ekivalennya Tentukan volume titran (Ce4+) dengan metode-metode pengeplotan data titrasi potensiometri.
D. Gravimetri 1. Apa yang dimaksud dengan digestion? Jelaskan! 2. Sebutkan reaksi dalam percobaan Gravimetri 2 dan tunjukkan mana larutan tugas, reagen, endapan dan larutan induk !! 3. Apa syarat-syarat endapan yang didapatkan dalam analisa gravimetri? Jelaskan? 4. Suatu sampel zat sebanyak 9,35672 gram, diduga mengandung logam Ni. Sampel tersebut direaksikan dengan HCl pekat, kemudian diencerkan dengan aquadest, dipanaskan hingga
suhu 70OC, kemudian direaksikan dengan reagen DMG (dimetil glyoksim) berlebih. Setelah penambahan ammonia encer, terbentuk endapan merah Ni(DMG)2. Dianggap semua logam Ni yang terdapat dalam sampel tersebut terendapkan sebagai Ni(DMG)2. Ternyata setelah proses penyaringan dan pengovenan diperoleh endapan Ni(DMG)2 sebanyak 24,58423 gram. maka tentukan : a. massa Nikel dalam sampel tersebut b. kadar Nikel (%massa) dalam sampel tersebut 5. Bagaimana cara mendapatkan endapan hablur kasar pada gravimetric 1? E. Iodometri dengan Pengendapan 1. Jelaskan secara rinci perbedaan pada percobaan Pb2+ dan Cu2+ ! Mengapa bisa ada perbedaan pada kedua eksperimen tersebut? 2. Jelaskan secara rinci mengapa endapan yang terjadi pada percobaan Pb2+ dilarutkan oleh asam kuat HCl dan bukan asam kuat yang lainnya? 3. Mengapa pada modul iodometri ini digunakan indikator amylum? Bukankah iodine juga dapat dipakai sebagai indikator (auto-indicator)? 4. Penentuan kadar Cu dalam larutan sampel 15 ml, diencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Kemudian diambil 25 ml larutan tersebut, dan selanjutnya ditambah 10 ml larutan KI 0,1 N serta 10 ml larutan asam asetat. Larutan dititrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning pucat (perlu 5,8 ml larutan thiosulfat), lalu ditambah 2 tetes indicator amylum, sehingga warna larutan akan berubah menjadi abu-abu keruh. Titrasi dilanjutkan lagi sampai ada perubahan warna dari abu-abu keruh menjadi putih/bening sedikit keruh. Ternyata titrasi ini memerlukan larutan thiosulfat 6,2 ml. Hitunglah massa Cu2+ (dalam mg) yang terkandung dalam larutan sampel awal!