You are on page 1of 21

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Bahan Peledak Bahan peledak (explosive) adalah bahan atau zat yang berbentuk cair, padat, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat yang lebih stabil yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang amat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang tinggi. Secara legal bahan peledak banyak digunakan dalam dunia industri yang digunakan dalam pertambangan seperti pada pengeboran minyak, mmenghancurkan batu-batuan dipegunungan dan kebutuhan pertambangan lainnya, demikian juga banyak digunakan untuk kepentingan militer misalnya sebagai demolisi, roket, propellant dan kebutuhan militer yang lain, dimana bahan peledak untuk kedua kegunaan tersebut diatas setelah diproduksi secara berkala dianalisa untuk quality control. Akan tetapi secara illegal bahan peledak juga digunakan oleh kelompok terorist dan pelakupelaku kriminal untuk pembuatan bom rakitan yaitu dengan rancangan sedemikian rupa dengan bahan-bahn lain secara tidak sah untuk tujuan dapat menimbulkan ledakan. Pada prinsipnya suatu ledakan adalah merupakan reaksi kimia yang terjadi secara spontan dimana pada umumnya kita mengenal reaksi kimia dapat terjadi secara termodinamika dan termokinetika. Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang

mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut: a) Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri

dan produknya

berupa pelepasan

gas-gas.

Reaksi

pembakaran

memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen. Contoh reaksi minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut: CH3(CH2)10CH3 + 18 O2 12 CO2 + 13 H2O

b) Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi permukaan yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 1000 m/s atau lebih rendah dari kecepatan suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakan low explosive (black powder) sebagai berikut: - Potassium nitrat + charcoal + sulfur 20NaNO3 + 30C + 10S 6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2 - Sodium nitrat + charcoal + sulfur 20KNO3 + 30C + 10S 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2 c) Ledakan adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain. d) Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan

panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000 7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wave mempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat menimbulkan symphatetic detonation. Oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain: - TNT : C7H5N3O6 - NG : C3H5N3O9 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C CO2 + 7 H2O + 3 N2 6 CO2 + 7 H2O + 4 N2 + O2 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2

- ANFO: 3 NH4NO3 + CH2 - NG + AN : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3

B. Sifat Bahan Peledak Sifat bahan peledak mempengaruhi hasil peledakan, diantaranya yaitu : 1. Kekuatan (Strength) Kekuatan suatu bahan peledak berkaitan dengan kandungan energi yang dimiliki oleh bahan peledak tersebut dan merupakan ukuran kemampuan bahan peledak tersebut untuk melakukan kerja, biasanya dinyatakan dalam %. 2. Kecepatan detonasi Kecepatan detonasi (velocity of detonation = VOD) merupakan kecepatan gelombang detonasi yang menerobos sepanjang kolom isian bahan peledak, dinyatakan dalam meter/detik. kecapatannya

tergantung dari : jenis bahan peledak (ukuran butir, bobot isi), diameter dodol (diameter lubang ledak), derajat pengurungan (degree of confinement), penyalaan awal (initiating).

3. Kepekaan (sensivity) Kepekaan (Sensivity) adalah ukuran besarnya impuls yang diperlukan oleh bahan peledak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledakan keseluruh isian. Kepekaan ini tergantung pada : komposisi kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air, dan temperatur. 4. Bobot isi bahan peledak (density) Bobot Isi Bahan Peledak (density) adalah perbandingan antara berat dan volume bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi ini biasanya dinyatakan dalam specific gravity (SG). stick count (SC) atau loading density (d). 5. Tekanan detonasi (Detonation Pressure) Tekanan Detonasi (Detonation Pressure) merupakan penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak, dinyatakan dalam kilobar (kb). 6. Ketahanan terhadap air (Water Resistance) Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance) merupakan kemampuan bahan peledak itu sendiri dalam menahan air dalam waktu tertentu tanpa merusak, merubah atau mengurangi kepekaannya, dinyatakan dalam jam. 7. Sifat Gas Beracun (Fumes) Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis gas yaitu smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap atau asap yang berwarna putih. Sedangkan fumes berwarna kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari karbon monoksida (CO) dan oksida nitrogen (NOx). Fumes dapat terjadi jika bahan peledak yang diledakkan tidak memiliki keseimbangan oksigen, dapat juga jika bahan peledak itu rusak atau sudah kadaluarsa selama penyimpanan dan oleh sebab lain.

8. Mudah terbakar (Flammability) Kemudahan bahan peledak terhadap initasi dari bunga api atau nyala api. Beberapa kandungan bahan peledak dapat diledakkan dengan api. Flammability merupakan pertimbangan yang sangat penting untuk penyimpanan, transportasi, dan pemakaiannya. 9. Tahan beku (Resistance to Freezing) Pada negara-negara yang terjadi musim dingin dengan temperatur di bawah 0o C, dibutuhkan bahan peledak yang tahan beku. Dinamit menjadi lebih keras pada temperatur rendah dan akan merugikan dalam pengisian lubang tembak.

C.

Klasifikasi Bahan Peledak Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir. Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda (delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Bahan peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena tidak semua merupakan bahan peledak lemah. Bahan peledak permissible digunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan peledak kuat. Sampai saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan peledak kimia, namun pada umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar pengklasifikasian tersebut. Pengklasifikasian bahan peledak dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 1. Diagram Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan kelasnya bahan peledak dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Bardasarkan pemakaiannya a. Bahan peledak militer (bursting) Umumnya dipakai dalam operasi militer, misalnya untuk

peperangan, melukai, membunuh (bom napalm, granat,dsb). Karakteristik Bahan peledak militer harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain : Harus memiliki daya hancur yang dahsyat (very brissant). Tidak peka terhadap pukulan atau tumbukan. Tidak mudah terbakar. Dapat disimpan dengan stabil. Tidak menyerap air. Tidak reaktif terhadap logam. Dapat dibuat dengan cepat.

Macam-macam bahan peledak militer. Isian Utama (Main Charges): TNT, RDX, PTEN, TATP (Triacetontriperoksida), Tetryl, Asam Pikrat, Amatol, Tritonal, Pentolite, Tetrytol, Pikratol, Amonal, Ednatol, Explosive D, Composition B, HMK, Haleite, PBX, C-4, dan sejenisnya. Isian Pendorong (Propellants) 1. Nitro Glycerine Based, seperti : Single Base Propellants, Double Base Propellants (Ball Powder), Triple Base Propellants, Composite Elastomeric Extruded Modified Modified Impregnated Cast Cast Double Double Propellants Based Based (EIP),

(CMCDB), (EMCDB),

Crosslinked Cast Double Based (XLCBD), dan sejenisnya. 2. Composite, seperti : Hydroxyl Terminated Poly Butadieene (HTPB), Carboxyl Terminated Poly Butadiene (CTPB), Glycidyl Azide Polymer (GAP), Poly Urethane, Poly Sulfide dan sejenisnya. b. Bahan peledak komersial (blasting) Bahan peledak ini dalam pemakaian industri pertambangan, konstruksi, dll. Karakteristik bahan peledak komersial harus memiliki beberapa persyaratan antara lain: Peka terhadap suatu reaksi: panas, getaran, gesekan atau benturan. Mempunyai kecepatan detonasi teertentu (high dan low explosive). Memiliki daya tahan air (water resistance) terbatas. Dapat disimpan dengan stabil. Menghasilkan gas-gas hasil peledak, yaitu : gas dalam bentuk molekul lebih stabil Memerlukan stemming/penyumbatan dalam penggunaannya.

Macam-macam bahan peledak komersial, yaitu: Dinamit, yang dikenal dengan nama Nitro Glycerine Based Explosives, Blasting Agents (ANFO), Water Based Explosives (slurry, Watergel, Emulsion Explosives). Bahan peledak pembantu (Blasting Accessories) seperti Primer (Booster), Detonator, Sumbu Api, Sumbu Peledak, MS Connector (Detonating Relay), Igniter, Igniter Cord,

Connector dan sejenisnya. Shaped Charges seperti RDX, HMX, dan sejenisnya. Kegunaannya: Pekerjaan tambang yaitu untuk melepaskan batuan dari batuan induknya antara lain : batu bara, emas, tembaga, aspal industri semen, industri batu belah, industri batu kapur, dan sebagainya serta untuk operasi penambangan minyak dan gas bumi. Pekerjaan umum diantaranya, untuk pembuatan jalan raya, pembuatan jalan kereta api, pembuatan lapangan terbang, pembuatan terowongan, pembuatan waduk dan irigasi, untuk pekerjaan tambang, pembersihan pelabuhan, penghancuran kepal bekas, penghancuran bangunan tua. 2. Berdasarkan kecepatan rambatnya a. High Explosive (high action explosive) High explosive mempunyai karakteristik dengan: Kecepatan peledakan yang tinggi yang tinggi (>4000 m/s) Tekanan impact yang tinggi, densitas tinggi, dan sensitif High compressibility sampai dengan 100 kbar

Bahan peledak kuat berupa campuran ini banyak digunakan baik dalam bidang militer maupun sipil (komersial) dengan tujuan sebagai penghancur. Tergolong bahan peledak kuat disini adalah : Amatol, Ammona, Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO), Siklotol, Dinamit, Oktol, Pentolit, Pikratol, Torpeks, Tritoal, Bom plastik.

b. Low explosive atau blasting agent Umumnya berupa campuran antara fuel dengan oxidizer system, dimana tidak satu pun dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak. Cirri khasnya yaitu: Perubahan kimia di bawah kecepatan suara (<4000 m/s) Low compressibility (<3500 bar)

Bahan peledak lemah bukan merupakan bahan peledak penghancur, tetapi digunakan sebagai bahan isian pendorong pada amunisi. Bahan pendorong ini dikenal juga dengan nama propelan. Yang tergolog propelan ini antara lain : bubuk hitam (black powder), bubuk tak berasap (smokeless powder), bahan pendorong roket (rocket propellantas), bahan pendorong cair (liquid propelant). 3. Berdasarkan komposisinya a. Bahan peledak tunggal Bahan peledak senyawa tunggal yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu senyawa. Bahan peledak senyawa murni (tunggal) disebut juga primary explosive dan termasuk bahan peledak kuat (High Explosive). Yang termasuk bahan peledak utama (Primary Explosive) adalah : Mercury fulminat, Timbal azida, Sianurat triazia (CTA), Diazodinitrofenol (DDNP), Tetrasen, Heksametilendiamin peroksida (HMTD), Penta Erytritol Tetra Nitrat (PETN), Tri Nitro Toluen (TNT). b. Bahan peledak campuran Bahan peledak yang terdiri dari berbagai senyawa tunggal. Bahan peledak campuran banyak digunakan karena memiliki keuntungan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan bahan peledak tunggal. Contoh bahan peledak campuran yaitu dinamit (booster), black powder, Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO).

4. Berdasarkan Kepekaannya a. Initiating explosive Bahan peledak yang mudah meledak karena adanya api, panas, benturan, dan gesekan, misalnya : PbN6, Hg(ONC)2, C6H2N4O5 dan lain-lain. Bahan ini biasanya digunakan sebagai muatan primer dalam pemicu. b. Non Initiating explosive Peledak non inisiasi yaitu bahan peledak yang hanya meledak bila telah dipicu oleh peledak pertama, misalnya ANFO dan dinamit.

D.

Industri Bahan Peledak 1. Agen Peledak dan Lumpur Eksplosif Agen peledakan dan lumpur eksplosif merupakan industri peledak utama karena hampir sepenuhnya dapat ditangani oleh mesin sederhana tanpa bahaya dan biaya sangat rendah. Ini biasanya campuran amonium Nitrat yang menghasilkan energi dengan bahan bakar non explosif seperti minyak atau lilin. Amonium nitrat merupakan zat yang paling banyak digunakan di dunia industri peledak. 2. Nitrogliserin dan Dinamit Nitrogliserin pertama kali ditemukan pada tahun 1846 oleh Sobrero, akan tetapi baru tahun 1860-an nitrogliserin mulai digunakan sebagai bahan peledak ketika Immanuel dan Alfred Nobel berhasil mengembangkan metode mengenai penggunaan nitrogliserin sebagai bahan peledak dengan cukup aman. Tahun-tahun berikutnya Alfred Nobel berhasil mengembangkan bahan peledak nitrogliserin yang lebih maju, seperti dinamit pada tahun 1868. Nitrogliserin merupakan salah satu bahan dasar dari propelan jenis double base. Campuran nitrogliserin dan nitroselulosa merupakan bahan yang umum digunakan dalam industri bahan peledak. Sampai saat ini kebutuhan bahan peledak masih diperoleh dari luar negeri termasuk nitrogliserin yang merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan propelan jenis double base. Nitrogliserin dapat dihasilkan melalui proses

10

nitrasi pada kondisi tertentu dengan menggunakan campuran asam nitrat 40 %, asam sulfat 59,5 %, dan air 0,5 %. Asam-asam tersebut pada saat ini telah dapat diproduksi di dalam negeri begitu pula gliserinnya. Dewasa merupakan hasil samping pada industri sabun telah dapat diperoleh dengan kadar 85-99,5 %. Dinamit adalah bahan peledak dengan bahan dasar nitrogliserin, awalnya menggunakan tanah diatom, atau zat lain penyerap seperti kerang bubuk, tanah liat, serbuk gergaji, atau pulp kayu. Dinamit menggunakan bahan organik seperti serbuk gergaji yang kurang stabil dan penggunaan tersebut umumnya telah dihentikan. Dinamit diciptakan oleh kimiawan Swedia dan insinyur Alfred Nobel di Krmmel (Geesthacht, Schleswig-Holstein, Jerman), dan dipatenkan pada tahun 1867. Dinamit memiliki daya ledak tinggi, trinitrotoluena digunakan sebagai standar untuk mengukur daya ledak, dinamit memiliki lebih dari kepadatan energi 60% lebih besar dari TNT. Dinamit ini terutama digunakan di pertambangan, penggalian, konstruksi, dan pembongkaran industri, dan telah memiliki beberapa penggunaan sejarah dalam peperangan. Bentuk lain dari dinamit terdiri dari nitrogliserin dilarutkan dalam nitroselulosa dan sejumlah kecil keton.

Gambar 2. Diagram dinamit A. Serbuk gergaji (atau jenis lainnya dari bahan penyerap) direndam dalam nitrogliserin. B. Lapisan pelindung yang mengelilingi bahan peledak.
11

C. Topi peledakan D. Kabel listrik (atau sekering ) yang terhubung ke topi peledakan. Bentuk dinamit mirip dengan mesiu, dan jauh lebih aman daripada campuran sederhana dari nitrogliserin dan tanah diatom. Dinamit militer mencapai stabilitas yang lebih besar untuk menghindari penggunaan nitrogliserin dan menggunakan bahan kimia jauh lebih stabil. 3. Propelan Propelan merupakan suatu bahan bakar yang proses

pembakarannya tidak memerlukan udara (oksigen) karena kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk proses pembakaran telah terkandung dalam Propelan itu sendiri. Berdasarkan fasa propelan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : a. Propelan padat terdiri dari : dasar tunggal (single base), dasar ganda (double base) dan komposisi. b. Propelan cair dapat dibedakan menjadi monopropelan dan

bipropelan. Monopropelan artinya dalam propelan tersebut telah mengandung unsur utama dalam tiap molekulnya. Bipropelan berarti bahan bakar dan oksidator terpisah dan baru akan tercampur didalam ruang bakar. Berdasarkan sifat campurannya, propelan padat dapat menjadi dua macam, yaitu a. Tipe propelan padat homogen, yaitu propelan padat dengan nitroselulosa sebagai bahan dasar dalam komposisinya dan bahan lain yang pada umumnya berupa senyawa organik. 1. Disebut single base propelan kalau propelan homogen tersebut dibuat dari nitroselulosa sebagai bahan utama dalam

komposisinya. 2. Disebut double base propelan bila propelan homogen tersebut dibuat dengan nitroselulosa dan nitrogliserin sebagai bahan utama dalam komposisinya.

12

3. Disebut triple base propelan bila propelan homogen tersebut dibuat dengan nitroselulosa, nitrogliserin, dan nitroguanidin sebagai bahan utama dalam komposisinya. b. Tipe komposisi propelan padat, yaitu suatu jenis propelan padat yang dibuat dengan mencampurkan bahan bakar dengan bahan pengikat lainnya dengan oksidator ditambah berbagai macam additive. Fuel/binder yang dipakai umumnya merupakan senyawa organik polimer tinggi (Poliviniklorida, Polibutadiena, Polisulfida,

Poliuretan), sedangkan oksidatornya berupa kristal anorganik yang diserbukkan halus (50-400) mesh. Propelan digunakan untuk bahan pengisi peluru dan roket. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: a. Propelan untuk peluru Proyektil peluru, mata peluru atau anak peluru (Peluru atau pelor dari bahasa Portugis: pelouro atau pellouro) adalah proyektil padat yang ditembakkan dari senjata api atau senapan angin, yang terbuat dari logam, umumnya dari timbal. Sebuah proyektil peluru merusak target dengan cara menembusnya dengan energi kinetik yang dihasilkan oleh kecepatannya yang sangat tinggi. Dalam konteks modern, sebuah proyektil peluru bersama dengan selongsong, bubuk mesiu, Rim, dan primer merupakan bagian dari amunisi. Cara kerja saat ditembakkan adalah dengan mendorong proyektil peluru dengan energi kinetik yang dihasilkan ledakan propelan, yang biasanya adalah bubuk mesiu. Bahan peledak ini dinyalakan oleh detonator kecil yang disebut primer.

Gambar 3. Bagian amunisi modern

13

Amunisi modern terdiri dari: 1. Proyeksi peluru, yang ditembakkan dengan kecepatan tinggi 2. Selongsong, yang menjadi wadah proyektil peluru dan mesiu 3. Propelan, misalnya mesiu dan cordite 4. Rim, bagian bawah selongsong 5. Primer, yang menyulut mesiu guna meledakkan atau

menembakkan proyektil peluru b. Propelan untuk roket Propelan roket adalah massa yang disalurkan pada sebuah tangki propelan yang menjadi massa propulsi untuk memproduksi daya dorong. Bahan bakar propelan umumnya dibakar bersama oksidator untuk memproduksi sejumlah besar volume gas panas. Gas itu kemudian mendorong nosel yang akan mengakselerasi roket sehingga roket dapat meluncur. Terkadang sebuah propelan tidak mesti terbakar untuk menghasilkan tenaga dorong, tetapi dapat secara eksternal dipanaskan agar performanya meningkat.

Gambar 4. Propelan pada roket Propelan roket berbahan dasar kimiawi merupakan propelan yang paling sering digunakan oleh para peneliti. Propelan itu memanfaatkan reaksi kimia elootermik yang memproduksi gas panas sehingga gas tersebut nantinya akan menjadi propulsi bagi roket. Ada banyak jenis
14

propelan selain yang berjenis padat dan cair. Beberapa di antaranya propelan gas dan propelan air. Propelan gas umumnya berupa gas yang dimampatkan sedemikian rupa. Namun, karena berat jenisnya rendah dan berat tekanan bejana yang dibutuhkan tinggi, maka propelan gas jarang digunakan. Propelan itu terkadang hanya difungsikan pada jenis jet tertentu dan bersama propelan gas mulia. Prinsip kerja dari roket berbahan bakar cair dan padat sama, di mana hasil pembakaran menghasilkan gaya dorong ke atas. Kelebihan dari roket berbahan bakar padat mampu menyimpan bahan bakar dengan dengan jumlah besar untuk ruang penyimpanan yang sama, karena telah dipadatkan, sedangkan bahan bakar cair tidak bisa dimampatkan. 4. Nitroselulosa Nitroselulosa (juga: selulosa nitrat, flash kertas) merupakan senyawa yang sangat mudah terbakar dibentuk oleh nitrating selulosa melalui paparan asam nitrat atau agen lain nitrating kuat. Ketika digunakan sebagai propelan atau bahan peledak, juga dikenal sebagai guncotton Nitroselulosa umumnya diproduksi dengan proses batch tipe

mekanik. Dalam batch, selulosa diproduksi dalam bentuk Linter kapas, serat, atau bubur kayu khusus disiapkan dimurnikan dengan pendidihan dan pemutihan. Linter kapas atau pulp kayu kering dan dimurnikan yang ditambahkan ke campuran nitrat dan asam sulfat dalam logam bejana reaksi yang dikenal sebagai pot pencelupan. Reaksi ini adalah sebagai berikut: (C6H7O2(OH)3)x + 3HNO3 + H2SO4 selulosa asam nitrat asam sulfat (C6H7O2(NO3)3)x + 3H2O + H2SO4 nitroselulosa air asam sulfat

5. Tri Nitro Toluen (TNT) Bahan peledak 2,4,6 Tri Nitro Toluena banyak digunakan sebagai bahan peledak militer dan industri karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain titik leleh rendah, dapat digunakan sebagai bahan

15

peledak senyawa tunggal atau tidak membutuhkan bahan reduktor, relatif stabil dan tidak sensitif terhadap benturan, gesekan, maupun suhu tinggi sehingga relatif aman untuk digunakan sebagai bahan peledak. Namun demikian bahan peledak ini sangat peka terhadap gelombang energi atau dengan kata lain apabila terhadap bahan peledak TNT dilewatkan shock wave ( gelombang kejut) maka segera terjadi ledakan, dengan demikian untuk meledakkan TNT selalu menggunakan detonator dan karena ledakan yang terjadi dipicu oleh gelombang energi maka yang terjadi adalah proses detonasi maka ledakan yang terjadi adalah bersifat high explosive. Rumus molekul dari TNT adalah C7H5N3O6 dengan berat molekul 227,15.

Gambar 2. Struktur Tri Nitro Toluena Diantara semua isomer yang ada 2,4,6 Tri Nitro Toluena merupakan isomer yang paling tidak sensitif terhadap benturan, gesekan dan energi elektrostatik. Jika ada benda asing yang kasar atau keras seperti adanya karat besi, maka dapat menyebabkan TNT lebih sensitif terhadap benturan, demikian juga TNT dalam bentuk cair lebih sensitif lagi terhadap benturan. Secara umum TNT larut dalam beberapa pelarut organik, antara lain dalam etanol, dietil eter, kloroform, toluena, benzena, dimetil sulfoksida, dan lain-lain. Karakteristik lain dari TNT adalah mempunyai energi aktivasi 34,18 kKal/mol, suhu ihnisi atau suhu deflagrasi adalah 3000C, panas ledakan diantara 4396 4564 kJ/kg dengan kecepatan detonasi 6900 m/det, volume gas dari detonasi 730 liter/kg. Penggunaan TNT sebagai bahan peledak dapat berupa komponen tunggal atau berupa campuran dengan komponen lain yang sudah banyak dikenal di pasaran, antara lain jika dicampur dengan amonium nitrat dikenal dengan amatol, dengan aluminium powder disebut tritonal,
16

dengan RDX disebut cyclonite dan beberapa campuran yang lain. Oleh karena itu TNT adalah satu komponen yang sangat penting dalam industri bahan peledak, tetapi karena sifatnya yang tidak sensitif maka TNT dalam penggunaanya sebagai bahan peledak dikelompokkan kedalam secondary explosive yang membutuhkan detonator untuk mengignisi ledakan (Yinon and Zitrin 1993) . Pembuatan TNT dapat dilakukan melalui nitrasi terhadap toluena dengan campuran asam nitrat dan asam sulfat yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan nitrasi membutuhkan campuran asam dalam konsentrasi tinggi dan bebas dari SO3. Diagram alir pembuatan TNT adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Diagram pembuatan Tri Nitro Toluen

17

TNT dapat dibuat dengan baik terus menerus atau proses batch, menggunakan toluena, asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat sebagai bahan baku. Produksi TNT mengikuti proses kimia yang sama, terlepas dari apakah batch atau metode kontinyu yang digunakan. Diagram alir untuk produksi TNT ditunjukkan dalam Gambar 6,3-1.

Produksi TNT oleh nitrasi toluena adalah proses 3-tahap yang dilakukan dalam serangkaian reaktor, ditunjukkan dalam Gambar 6,3-2. Aliran campuran asam ditampilkan mengalir berlawanan dengan aliran organik. Toluena dan asam ditambahkan dengan larutan HNO3 60 persen dimasukkan ke dalam reaktor pertama. Lapisan organik yang terbentuk dalam reaktor pertama dipompa ke reaktor kedua, yang dikenakan nitrasi lebih lanjut dengan asam dari reaktor ketiga yang ditambahkan dengan HNO3 tambahan. Produk dari nitrasi langkah kedua, kemungkinan semua campuran dari semua isomer dinitrotoluene (DNT), dipompa ke reaktor ketiga. Pada akhir reaksi, DNT ditambahkan dengan umpan asam nitrat dan oleum (larutan

sulfur trioksida [SO3] dalam asam sulfat anhidrat). TNT mentah dari nitrasi ketiga ini terdiri dari 2,4,6-trinitrotoluene. TNT mentah dicuci untuk menghilangkan asam bebas dan air cuci (air kuning) didaur ulang ke tahap nitrasi awal. TNT hasil pencucian ini kemudian dinetralkan dengan soda abu dan ditambahkan dengan larutan natrium sulfit 16 persen (Sellite) untuk menghilangkan kontaminasi isomer. Limbah Sellite larutan (air merah) dari proses pemurnian dibuang secara langsung sebagai aliran limbah cair, dikumpulkan dan dijual, atau terkonsentrasi menjadi bubur dan dibakar. Akhirnya, kristal TNT meleleh dan melewati pengering udara panas, di mana sebagian besar air menguap. Produk dehidrasi dipadatkan dan butiran TNT dikemas untuk ditransfer ke penyimpanan. 6. Bubuk Mesiu Mesiu, dikenal di akhir abad 19 sebagai bubuk hitam, bahan

peledak kimia pertama dan satu-satunya yang dikenal sampai pertengahan 1800-an. Mesiu adalah campuran belerang, arang, dan

18

kalium nitrat dengan sulfur dan arang bertindak sebagai bahan bakar, sementara kalium nitrat bekerja sebagai oksidator. Karena sifat terbakar dan jumlah panas dan volume gas yang dihasilkannya, mesiu telah banyak digunakan sebagai propelan dalam senjata api dan sebagai komposisi piroteknik dalam kembang api .

Gambar 6. Bubuk Mesiu Bubuk mesiu diklasifikasikan sebagai bahan peledak yang rendah karena laju dekomposisi yang relatif lambat. Komposisi mesiu adalah sebagai berikut: sebuah nitrat , biasanya kalium nitrat (KNO3), yang memasok oksigen untuk reaksi arang , yang menyediakan karbon dan bahan bakar lainnya untuk reaksi, disederhanakan sebagai karbon (C); belerang (S), yang, sementara juga melayani sebagai bahan bakar, menurunkan suhu yang diperlukan untuk menyalakan campuran, sehingga meningkatkan laju pembakaran . Proporsi berat adalah 75% potasium nitrat (dikenal sebagai sendawa atau sendawa), arang kayu lunak 15%, dan belerang 10%.
[12]

Rasio ini telah bervariasi selama berabad-abad dan oleh negara, dan dapat diubah agak tergantung pada tujuan. Misalnya, daya nilai dari bubuk hitam, cocok untuk digunakan dalam senjata api tapi cukup untuk peledakan batuan dalam operasi penggalian, disebut peledakan bubuk daripada mesiu dengan proporsi standar nitrat 70%, arang 14%, dan 16% belerang, serbuk peledakan dilakukan dengan lebih murah
19

natrium nitrat menggantikan potasium nitrat dan proporsi mungkin serendah nitrat 40%, 30% arang, dan belerang 30%. Perang Perancis pada tahun 1879 menggunakan mesiu rasio 75% sendawa, arang 12,5%, 12,5% belerang. Perang Inggris pada tahun 1879 digunakan mesiu rasio 75% sendawa, 15% arang, sulfur 10%. Inggris digunakan Congreve roket 62,4% sendawa, arang 23,2% dan belerang 14,4%, namun Mesiu Mark VII diubah menjadi 65 % sendawa, 20% arang dan belerang 15%. Penjelasan untuk berbagai dalam formulasi berhubungan dengan penggunaan. Powder digunakan untuk peroketan dapat menggunakan tingkat membakar lebih lambat karena akan mempercepat proyektil untuk jangka waktu jauh lebih lama, sedangkan bubuk untuk digunakan dalam senjata seperti flintlocks, caplocks atau matchlocks membutuhkan tingkat yang lebih tinggi membakar karena mereka harus mempercepat proyektil dalam jauh lebih pendek jarak. Biasanya digunakan meriam tingkat rendah bubuk terbakar karena sebagian akan pecah jika lebih tinggi tingkat bakar mesiu digunakan.

E.

Limbah Bahan Peledak Limbah peledak termasuk semua perangkat atau bahan yang baik secara kimia atau sebaliknya tidak stabil, yang dapat menghasilkan ekspansi material mendadak dan disertai dengan produksi panas atau perubahan besar dalam tekanan. Limbah ledakan mencakup pada api, bahan peledak komersial, bahan peledak militer, rumah dibuat alat peledak, amunisi kecil dan besar, dan gas bertekanan besar. Pengolahan secara biologis atau bioremediasi adalah pengembangan teknologi yang menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi

kontaminan organik menjadi senyawa yang kurang berbahaya. Bioremediasi yang paling efektif adalah untuk larutan encer bahan peledak dan propelan. TNT dalam bentuk kristal sulit untuk diolah secara biologis. Degradasi TNT pada kondisi aerobik ke monoamina, diamino-hidroksilamin-DNT, dan tetranitro-azoxynitrotoluenes. RDX dan HMX mengurai menjadi karbon dioksida dan air dalam kondisi anaerobik. Para peneliti belum menemukan

20

organisme tertentu yang sangat efektif untuk menurunkan limbah bahan peledak. Teknologi lain untuk mengolah limbah bahan peledak yaitu teknologi yang dikembangkan disebut sebagai Advanced Oxidation Processes (AOPs). Teknologi ini menggunakan unit AOPs filter untuk menghilangkan kandungan bahan peledak dalam limbah cair. Dalam limbah bahan peledak terkandung bahan kimia bernama Diazo DiNitrophamol (DDNP). Bentuk senyawanya adalah kristal dengan ikatan karbon, hidrogen, dan oksigen yang sulit diuraikan secara alami. Bila airnya menguap, DDNP ini berpotensi meledak Teknologi AOPs ini menggunakan sistem yang mampu menguraikan ikatan senyawa karbon DDNP. Bahan baku DDNP adalah phenol (Natrium Pikramat atau asam pikrat) dengan bentuk lingkaran benzena yang berbahaya. DDNP ini digunakan sebagai pemicu ledak di bagian peluru AOPs menerapkan semacam filter yang menggunakan OH radikal kombinasi dari Ozon (O3) dan ultraviolet (UV) dengan campuran air (H2O).

21

You might also like