You are on page 1of 8

BAB III METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Alat tulis, cutter, gunting, kapas, kertas koran, kertas label, sasak dari triplex, selotip, tali raffia, alat tuli, pisau, pot plastik, mikroskop, object glass, deck glass. III.1.2 Bahan Bahan yang digunakan yaitu air, aquades, alkohol 70%,

fluoroglusin, kapas, kertas Koran, kloral hidrat, tanaman kumis kucing (Orthosiphon sp)

III.2

Cara Kerja

III.2.1 Pengambilan Sampel 1. Sampel yang digunakan untuk pembuatan herbarium harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Masih segar b. Memiliki bagian-bagian (akar, batang, daun, rimpang dan bunga) yang masih utuh. c. Bebas dari gangguan serangga dan kotoran lainnya.

2. Sampel

yang

telah

memenuhi

syarat

dibersihkan

dengan

menggunakan aquades sehingga fragmen-fragmen asing dan kotoran yang melekat hilang. 3. Oles dengan alkohol 70% menggunakan kapas.

III.2.2 Pembuatan Herbarium Kering Letakkan tanaman di atas Koran. Bagian daun sedapat mungkin berselang-seling antara penampang atas dan bawah. Gunakan isolasi yang dilapisi kertas untuk merapikan letak tanaman sesuai yang diinginkan. Press menggunakan sasak. Simpan di tempat yang kering dan terlindung sinar matahari langsung. Biarkan selama 1-2 bulan. Herbarium yang telah terpilih dibingkai dan dilengkapi dengan etiket dan keterangan tentang kunci determinasis. III.2.3 Pembuatan Serbuk 1. Pengambilan Sampel Ketentuan saat pemanenan atau pengambilan tumbuhan atau bagian tumbuhan adalah sebagai berikut : a. Bunga Panen dapat dilakukan saat menjelang penyerbukan,saat bunga masih kuncup(seperti pada Jasminum sambac,melati), atau saat bunga sudah mulai mekar (misalnya Rosa sinensis,mawar)

b. Daun Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua. c. Kulit batang Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau sehingga kulit kayu mudah dikelupas. d. Rimpang Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau. e. Akar Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur (Ilmu Obat Alam : 25). 2. Penyortiran (segar)/sortasi basah Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.

3.

Pencucian Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang melekaa pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah pengambilan sampel karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian sebaiknya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng (PAM). Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : a. Perendaman bertingkat Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga dan buah. Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda. Metode ini akan menghemat penggunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan. b. Penyemprotan Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi. c. Penyikatan (manual maupun otomatis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pembilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat. Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih dibadingkan dengan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusakan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme. 4. Penirisan Setelah pencucian bahan langsung ditiriskan untuk

menghilangkan kadar air yang ada selama proses pencucian berlangsung. 5. Perajangan Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang buah dan lain-lain. Perajangan teralu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam

penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi jamur. Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas

permukaan maka bahan baku akan cepat kering. Proses pengubahan bahan bentuk ini meliputi beberapa perlakuan: a. Perajangan untuk rimpang, daun dan herba b. Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu, dan biji-bijian yang ukurannya besar. c. Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji di pisahkan dari bongkolnya. d. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting. e. Penyerutan untuk kayu. 6. Pengeringan Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau

pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Pengeringan akan menghindari terurainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan

mikroorganisme dan kapang (jamur). Menurut persyaratan obat tradisional, pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari

10%. Pengeringan sebaiknya jangan dibawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Waktu pengeringan bergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun kayu, ataupun bunga. 7. Penyortiran (kering) Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak sebagai akibat proses sebelumnya. 8. Pengemasan Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit

penanganan. Dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

9. Penyimpanan Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat pemnyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi.

You might also like