You are on page 1of 24

LAPORAN PELAKSANAAN OBSERVASI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SEMESTER II DI SD 2 NGEMPLAK UNDAAN KUDUS

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Tematik merupakan pendekatan yang cocok bagi kelas rendah karena pembelajarannya dikaitkan dengan satu tema yang terpadu. Menurut Permen No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dalam BAB II Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum yang menerangkan bahwa pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI pelajaran. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Pada kenyataan di lapangan banyak SD yang belum menggunakan pembelajaran secara tematik, salah satunya di SD 2 Ngemplak Undaan Kudus. Padahal tingkat perkembangan pada siswa kelas I s.d III masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan dilaksanakan melalui pendekatan mata

antara konsep secara sederhana. Pembelajaran tematik mempunyai keuntungan diantaranya adalah menyenangkan karena sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna, dan dapat menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Selain harus menggunakan pembelajaran secara tematik, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang cocok untuk siswa kelas I. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran CTL dengan media gambar. Karena proses pembelajaran pada siswa kelas I masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat dirumuskan: apakah model pembelajaran CTL dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar tematik untuk siswa kelas I semester II SD 2 Ngemplak Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012? C. TUJUAN Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tematik siswa kelas I semester II dengan model pembelajaran CTL melalui media gambar di SD 2 Ngemplak Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012.

PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN 1. Kajian Teori a. Teori Piaget tentang teori perkembangan anak Menurut Jean Piaget (1886-1980) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian,

perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif. Khususnya perkembangan kognitif sebagian besar bergangtung kepada seberapa jauh anak mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya. Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia berkembanga menurut empat tahap dari lahir sampai dewasa. Tahaptahap tersebut beserta urutannya berlaku untuk semua orang. Akan tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki sesuatu tahapan tertentu selalu sama untuk setiap orang. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap sensori-motor (sensory-motor stage) Tahap sensori motor berlangsung sejak manusia lahir sampai berusia 2 tahun. Pada tahap ini pemahaman anak mengenai berbagai hal terutama bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh beserta alat-alat indera. Sebagai contoh, pada tahap ini anak tahu bahwa di dekatnya ada sesuatu barang mainan kalau ia sentuh barang itu. Pada tahap ini, tanpa menggunakan kegiatan tubuh atau indera, anak belum bisa memahami sesuatu. 2. Tahap pra-operasional (pre-operational stage)

Tahap pra-operasional berlangsung dari kira-kira usia 2 tahun sampai 7 tahun. Pada tahap ini, dalam memahami segala sesuatu, anak tidak lagi hanya bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh atau inderanya. Dalam arti anak sudah menggunakan pemikirannya dalam berbagai hal. Akan tetapi, pada tahap ini pemikiran anak masih bersifat egosentris. Artinya, pemahamannya mengenai berbagai hal masih terpusat pada dirinya sendiri. 3. Tahap operasi konkret (concrete-operational stage) Tahap ini berlangsung kira-kira dari usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap ini tingkat egosentris anak sudah berkurang. Dalam arti bahwa anak sudah dapat memahami bahwa orang lain mungkin memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda dengan dirinya. Dengan kata lain, anak sudah bisa berfikir secara obyektif. Pada tahap ini anak juga sudah bisa berfikir logis tentang berbagai hal, termasuk yang agak rumit, tetapi dengan syarat bahwa hal tersebut disajikan secara konkret (disajikan dalam wujud yang bisa ditangkap dengan panca indera. Tanpa adanya benda-benda konkret, anak akan mengalami kesulitan dalam memahami banyak hal dan dalam berpikir logis. Sehingga, untuk anak yang berada dalam tahap ini, pengajaran lebih ditekankan pada hal-hal yang bersifat verbal. 4. Tahap operasi formal (formal operational stage) Tahap ini berlangsung kira-kira sejak usia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak atau orang sudah mampu berfikir secara logis tanpa kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain anak mampu melakukan abstraksi. Akan tetapi, perkembangan dari tahap operasi konkret ke tahap ini tidak terjadi secara mendadak, ataupun berlangsung sempurna. Tetapi terjadi secara gradual. Sehingga bisa terjadi pada tahun-tahun pertama ketika anak berada pada tahap ini. Kemampuan anak dalam berpikir secara abstrak masih belum berkembang sepenuhnya. Sehingga dalam berbagai hal, si anak mungkin masih memerlukan bantuan alat peraga.

b. Model Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning)

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning) Menurut Muslich (Trianto,2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lebih lanjut Komalasari (Agus Suprijono,2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan

pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning). Menurut Muslich (Trianto,2007:42) pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut. a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks otentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling mengoreksi antar teman (learning in group). e. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan rasa kebersamaan, berkerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerjasama (leaning to ask, to inquiry, to work together). g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). Komalasari (Agus Suprijono,2010:13) mengidentifikasi karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experience), konsep aplikasi (applying), konsep kerja sama (coorperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik (authentic assesment). 3. Komponen Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning). Ada beberapa komponen dalam pembelajaran kontekstual. (Muslich, 2007:43) mengungkapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut. 1) Konstruktivisme, membangun, dan membentuk (contructivism) adalah Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Bertanya (questioning), adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.

3) Menyelidiki, menemukan sendiri (inquiry), adalah kegiatan belajar yang mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga siswa berhasil menemukan sesuatu. 4) Masyarakat belajar (learning community), adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman yang lain. 5) Pemodelan (modeling), adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya. 6) Refleksi atau umpan balik (reflection), yaitu kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa. 7) Penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment), yaitu kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

No PENDEKATAN CTL 1

PENDEKATAN TRADISIONAL

Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima informasi proses pembelajaran secara pasif

Siswa belajar dari teman melalui Siswa belajar secara individual kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.

Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan

kehidupan nyata dan atau yang teoritis disimulasikan 4 Perilaku dibangun atas dasar Perilaku kesadaran diri 5 Keterampilan kebiasaan dikembangkan Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan baik Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor dibangun atas dasar

atas dasar pemahaman 6 Hadiah untuk perilaku

adalah kepuasan diri 7

Seseorang tidak melakukan yang Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu jelek karena dia takut hukuman keliru dan merugikan

Bahasa

diajarkan

dengan Bahasa

diajarkan struktural: sampai

dengan rumus paham

pendekatan komunikatif, yakni pendekatan siswa diajak menggunakan diterangkan

bahasa dalam konteks nyata 9 Pemahaman

kemudian dilatihkan

siswa Pemahaman ada di luar siswa, yang

dikembangkan atas dasar yang harus diterangkan, diterima, dan sudah ada dalam diri siswa 10 Siswa kemampuan dihafal secara pasif menerima pemahaman mendengarkan, menghafal) tanpa

menggunakan Siswa berfikir kritis, rumusan

atau

terlibat dalam mengupayakan (membaca, terjadinnya proses pembelajaran mencatat,

yang efektif, ikut bertanggung memberikan kontribusi ide dalam jawab atas terjadinya proses proses pembelajaran pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masingmasing pembelajaran 11 Pengetahuan manusia yang dimiliki Pengetahuan adalah penangkapan oleh terhadap serangkaian fakta, konsep, dalam proses

dikembangkan

manusia itu sendiri. Manusia atau hukum yang berada di luar diri diciptakan pengetahuan atau membangun manusia cara

dengan

memberi arti dan memahami pengalamannya 12 Karena ilmu pengetahuan itu Bersifat absolut dan bersifat final dikembangkan sendiri, selalu oleh manusia manusia peristiwa

sementara mengalami

baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang. 13 Siswa jawab diminta bertanggung Guru adalah penentu jalannya

memonitor

dan proses pembelajaran

mengembangkan

pembelajaran

mereka masing-masing 14 Penghargaan pengalaman diutamakan 15 Hasil belajar diukur dengan Hasil belajar hanya diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil tes hasil karya, penampilan, siswa terhadap Pembelajaran tidak memperhatikan sangat pengalaman siswa

rekaman, tes, dll. 16 Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya terjadi dalam tempat, konteks dan setting 17 kelas adalah hukuman dari

Penyesalan adalah hukuman dari Sanksi perilaku jelek

perilaku jelek

18

Perilaku baik berdasar motivasi Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic ekstrinsik Berbasis pada guru baik Seseorang berperilaku baik karena

19 20

Berbasis pada siswa Seseorang berperilaku

karena ia yakin itulah yang dia terbiasa melakukan begitu. terbaik dan bermanfaat Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan

C. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. 2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik

sebagaimana diungkapkan dalam www. pppg tertulis.or.id. sebagai berikut 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa

Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa. 2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. 5. Bersifat fleksibel Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran. 6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

d. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari oengirim ke penerima pesan. Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Sedangkan Assosiasi Teknologi dan Komunikasi (Association of Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika memberi batasan yaitu: Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang

untuk menyalurkan pesan/ informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara Bringgs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film, kaset adalah contoh-contohnya. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Arif S. Sadiman, 1984). Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detai, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan. Akan tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas. Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita, mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk mendemonstrasikan suatu obyek. Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin

penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa,

meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa.

Beberapa kelebihan yang lain dari media gambar adalah :

Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.

Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman.

Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus. Selain kelebihan-kelebihan tersebut gambar atau foto mempunyai

beberapa kelemahan yaitu :


Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata. Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar

2. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: a. Berdasarkan hasil penelitian dari Atik Winarni Rohmah tahun ajaran 2010/2011, berkesimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri Gumpang 01 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terutama tentang materi bangun datar. b. Berdasarkan penilitian yang dilaksanakan oleh Damayanti Rofiqo

tahun 2011 bahwa dengan penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan motivasi belajar IPS yaitu pada siswa kelas III B MI Islamiyah Sukun Malang. c. Penelitian yang dilaksanakan oleh Umi Nikmatu Rohmah tahun 2011 , berkesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas II SDN Turi 1 Kota Blitar melalui media gambar pada mata pelajaran IPS mengalami

peningkatan yang semula rata-rata hasil belajar siswa pra tindakan adalah 55 meningkat menjadi 78. d. Penelitian yang dilaksanakan oleh Nurul Hidayah tahun 2010 bahwa dengan melalui pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN MADYOPURO I Malang. e. Penelitian yang dilaksanakan oleh Toni Tulus Santoso berkesimpulan bahwa pemanfaatan media alam tahun 2010 dapat

sekitar

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema lingkungan di Kelas II C SDN Percobaan 2 Malang dapat diketahui dengan ketuntasan belajar klasikal pada pra tindakan adalah 20%, pada akhir siklus I adalah 80% dan pada akhir siklus II adalah 93%. Dari kelima hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar tematik untuk siswa kelas I semester II SD 2 Ngemplak Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. DESKRIPSI PEMECAHAN MASALAH a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan mengajar dan observasi pembelajaran tematik dengan model pembelajaran CTL dan media gambar dilaksanakan di SD N 2 Ngemplak, Undaan, Kudus. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Maret 2012, pukul 09.00 10.10 WIB. Sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Maret 2012 pukul 07.00 08.45 WIB. b) Deskripsi Data dan Pelakasanaan Pembelajaran a. Kondisi awal siswa Kondisi awal siswa di SD N 2 Ngemplak,Undaan Kudus, kelas 1 semester 2 pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan menunjukkan bahwa dari 16 siswa, ada 25% siswa yang belum mencapai ketentusan minimal, yang

berarti prestasi belajar siswa tersebut masih rendah. Hal tersebut, dikarenakan guru dalam mengajarkan materi penjumlahan dan

pengurangan masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran.

b. Proses pembelajaran Hari pertama, proses pembelajaran yang di lakukan di SD N 2 Ngemplak dimulai dengan bernyanyi bersama-sama, karena dengan itu siswa akan termotivasi untuk belajar. Pada kegiatan awal, guru tanya jawab dengan siswa tentang materi sebelumnya. Selanjutnya, guru menjelaskan secara garis besar tentang materi yang akan diajarkan . Setelah itu, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yaitu kelompok hijau, biru, merah dan kuning.

Kemudian masing-masing kelompok diberi 2 gambar yaitu gambar keluarga dan gambar denah rumah serta soal yang terkait dengan gambar untuk diamati dan didiskusikan bersama kelompoknya.

Guru membimbing jalannya diskusi dengan mendampingi masingmasing kelompok dalam mengerjakan lembar soal yang sudah dibagikan oleh guru.

Setelah itu, guru bersama-sama siswa membahas hasil diskusi dari masing-masing kelompok. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk membacakan hasil diskusinya di tempat duduk kelompok tersebut.

Setiap jawaban yang benar diberi poin berupa gambar bintang untuk ditempelkan di nama kelompoknya.

Guru menjumlah banyaknya bintang yang diperoleh oleh masingmasing kelompok. Setelah itu, masing-masing kelompok mendapatkan hadiah dari guru sejumlah banyaknya bintang yang diperoleh kelompoknya. c. Hari kedua, guru mengingatkan kembali materi yang telah disampaikan kemarin. Setelah itu, guru melanjutkan dengan memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk membuat arah mata angin.

Selanjutnya guru memberi tugas secara individu untuk dikerjakan oleh masing masing siswa dengan bantuan alat peraga sedotan dalam mengerjakannya kemudian dikumpulkan.

d. Hasil akhir kondisi siswa setelah diberi perlakuan Setelah guru mengajar dengan menggunakan pembelajaran tematik dan model pembelajaran CTL serta penggunaan berbagai metode dan media

pembelajaran gambar, siswa menjadi lebih paham. Hal ini dapat dilihat dari hasi evaluasi yang di berikan oleh guru. 4. ANALISIS Sebelum menggunaan model pembelajaran CTL, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SDN 2 Ngemplak masih menggunakan pembelajaran klasikal. Siswa mudah jenuh serta kurang maksimal dalam menyerap materi yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran CTL adalah salah satu solusi yang dapat membantu guru di dalam proses pembelajaran agar siswa mampu menyerap materi yang disampaikan oleh guru secara maksimal. Dalam menggunakan model CTL siswa diharapkan mampu berfikir secara nyata ( kongkrit) dan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki ( pengalaman ) dengan lingkungan sekitar. Siswa akan tertantang manakala pembelajaran menggunakan model dan media yang menarik, salah satu contohnya dapat berupa media gambar. Gambar

disini memiliki peran sangat penting karena dapat membantu guru dalam proses pembelajaran. Langkah pertama yaitu, membentuk kelompok secara heterogen, kemudian siswa mengamati gambar. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan gambar dan siswa diminta berdiskusi secara kelompok. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru membahas hasil diskusi tersebut secara klasikal. Siswa berlomba tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sehubungan dengan gambar tersebut. Kelompok yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa bintang. Selain itu kelompok yang memperoleh bintang paling banyak akan mendapatkan hadiah dari guru. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan tugas individu sebagai evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil evaluasi tersebut setelah dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru kelas, yang tidak menggunakan model dan metode

yang baik ternyata hasilnya jauh berbeda. Setelah guru menggunakan model pembelajaran CTL dan menggunakan media gambar siswa lebih paham sehingga mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, kelemahan dari model pembelajaran CTL ini adalah terlalu banyak memakan waktu. Oleh karena itu guru harus pandai menyiasati waktu agar pembelajaran berjalan secara efisien. Keterangan Hasil Akhir Nilai Rata-rata nilai raport untuk semua nilai mata pelajaran adalah 78. Rata-rata nilai mata pelajaran PKn, Matematika, dan IPS adalah 75. Rata-rata nilai siswa setelah mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dan pembelajaran tematik serta

menggunakan media gambar adalah 78,7. Prosentase rata-rata nilai kelas I SD N 2 Ngemplak Undaan Kudus sesudah diberi perlakuan yang mencapai KKM adalah 87,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas 1 di SD 2 Ngemplak mengalami kenaikaan. Sehingga hasil pembelajaran dapat dikatakan BAIK.

Grafik Nilai Akhir


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Absen 1 Absen 2 Absen 3 Absen 4 Absen 5 Absen 6 Absen 7 Absen 8 Absen 9 Absen 10 Absen 11 Absen 12 Absen 13 Absen 14 Absen 15 Absen 16

Nilai Pretest Nilai sesudah test

Grafik KKM

Prosentase Nilai rata-rata kelas I

12,5% Mencapai KKM 87,5% Belum mencapai KKM

5. KESIMPULAN Dari hasil observasi yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa model pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman siswa karena didukung oleh beberapa faktor yaitu pembelajaran bersifat kontekstual (nyata), siswa mengalami sendiri dan menggunakan pembelajaran secara tematik serta penggunaan media yang tepat (gambar) dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, Nurul. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning ) Pada Siswa Kelas Iv Sdn Madyopuro I Di Malang. Terdapat pada http://www.lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/fullchapter/07140085.pdf. Diunduh tanggal 10 April 2012 jam 09.00

Permen No. 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI dalam BAB II Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Rofiqo, Damayanti. 2011. Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas III B MI Islamiyah Sukun Malang. Tersedia dalam http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/introduction/07140023-damayanti-rofiqo.ps. Diunduh pada tanggal 9 April 2012 jam 14.00 Rohmah, Atik Winarni. 2011. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Datar Siswa Kelas V SD N Gumpang 01 Tahun 2010/2011. Tersedia dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/11842/. Diunduh pada tanggal 9 April 2012 jam 14.00 Rohmah, Umi Nikmatu. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas II SDN Turi I Kota Blitar. Dalam http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/14230 di unduh pada tanggal 9 April 2012 jam 14.00 Santoso, Toni Tulus. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan di Kelas II C SDN Percobaan 2 Malang. http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/pemanfaatan-mediaalam-sekitar-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-dalampembelajaran-tematik-tema-lingkungan. Diunduh tanggal 10 April 2012 jam 09.00 Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (Sungkono). 2005. Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Sungkono,%20M.Pd./Pemb elajaran%20Tematik%20SD.doc. Diunduh tanggal 10 April 2012 jam

09.00

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-media-pemanfaatan-media.html http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kontekstual-ctl.html

You might also like