You are on page 1of 28

1

BAB I
RELATIVITAS
Sinar tampak (cahaya) termasuk gelombang elektromagnetik. Baik medan listrik maupun
medan magnetik tidak memerlukan medium untuk perambatannya, sehingga gelombang cahaya
dapat merambat melalui ruang hampa udara (ruang vakum). Berdasarkan teori gelombang
elektromagnetik, Maxwell telah menghitung besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik
yaitu sebesar c = 2,99792 x 10
8
m/s = 3 x 10
8
m/s. Kenyataannya dalam kehidupan manusia
sehari-hari selalu ditemukan bahwa kecepatan-kecepatan mobil, kereta api, pesawat terbang
merupakan kecepatan-kecepatan rendah, artinya kecepatan - kecepatan tersebut masih jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan cepat rambat gelombang cahaya. Elektron dengan massa 9,11 x
10
-31
kg yang dipercepat melalui beda potensial sekitar 36,5 kV baru dapat bergerak dengan
kelajuan sekitar 1,12 x 10
8
m/s.
Walaupun hukum Newton telah dapat menjelaskan peristiwa yang berhubungan dengan
benda-benda yang bergerak dengan kecepatan rendah, tetapi hukum ini gagal menjelaskan
peristriwa-peristiwa yang berhubungan dengan benda-benda yang bergerak dengan kecepatan
yang mendekati cepat rambat gelombang cahaya. Kecepatan yang mendekati cepat rambat
gelombang cahaya disebut kecepatan relativistik.
Salah satu uji kasus hukum ini adalah pada akselerator, yaitu alat untuk mempercepat
gerak partikel bermuatan listrik (misalnya elektron). Walaupun beda potensial yang sangat tinggi
(sampai jutaan volt) dioperasikan pada akselerator tersebut untuk mempercepat elektron, akan
tetapi kenyataannya diperoleh bahwa kelajuan elektron tersebut tidak melebihi dari 0,99 c.
Sedangkan secara eksperimen hubungan antara beda potensial dan kelajuan elektron adalah
2
AK
mv
2
1
e V =
Rumus ini menunjukkan bahwa apabila besar beda potensial
AK
V yang dioperasikan pada
sebuah akselerator ditingkatkan 4 kali semula, maka energi kinetik elektron juga akan meningkat
menjadi 4 kali semula dan kelajuan elektron akan meningkat mejadi 2 kali semula. Berarti bila
pada suatu saat kecepatan elektron yang dihasilkan oleh sebuah akselerator adalah 0,6 c,
kemudian beda potensial dinaikkan menjadi 4 kali semula, maka kelajuan elektron menjadi 2 x
0,6 c = 1,2 c. Tetapi dalam eksperimen hanya diperoleh kelajuan elektron tetap sebesar 0,99 c.
Ini menunjukkan bahwa hukum mekanika Newton bertentangan dengan hasil percobaan yang
berhubungan dengan kecepatan relativistik.
Pada tahun 1905 Einstein mengemukakan teori relativitas khusus untuk menjelaskan batas
kecepatan suatu partikel. Dalam teori ini, Eintein mengemukakan dua postulat dasar sebagai
berikut :
1. Hukum-hukum fisika berlaku sama pada semua kerangka acuan inersial
2. Kelajuan cahaya dalam vakum memiliki nilai sama, yaitu c = 3 x 10
8
m/s dalam semua
kerangka acuan inersial.
Dalam bab ini akan dibahas teori relativitas khusus, meliputi penjumlahan kecepatan
relativistik, penyusutan panjang (kontraksi panjang), pemuluran waktu (dilatasi waktu), massa
relativistik, energi dan momentum relativistik.
1.1.POSTULAT RELATIVITAS KHUSUS
a. Semua gerak relatif
Sebuah benda disebut bergerak apabila posisinya telah berubah relatif terhadap suatu
benda lain. Penumpang pesawat terbang berjalan dalam pesawat relatif terhadap pesawat
tersebut. Pesawat terbang tersebut bergerak relatif terhadap bumi. Bumi bergerak relatif
terhadap matahari. Matahari bergerak relatif terhadap galaksi bintang.
2
Misalkan seorang berada dalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan 50 km/jam
relatif terhadap orang yang berdiri dipinggir jalan. Kemudian orang tersebut berjalan dalam
mobil dengan kecepatan 5 km/jam searah dengan arah gerak mobil tersebut relatif terhadap
mobil. Penumpang lain yang sedang duduk dalam mobil menyatakan bahwa kecepatan orang
berjalan tetap 5 km/jam. Akan tetapi orang yang berdiri dipinggir jalan menyatakan bahwa
kecepatan orang berjalan dalam mobil adalah 55 km/jam.
b. Kejadian, pengamat dan kerangka acuan
Kejadian adalah suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu ruang dan pada waktu sesaat
tertentu.
Contoh kejadian adalah ledakan, kilat, tabrakan antara dua mobil, terlepasnya buah-
buahan dari pohonnya dan lain lain sebagainya.
Pengamat adalah orang yang mengamati, melakukan pengukuran koordinat dan waktu
terhadap suatu kejadian
Kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat untuk menyatakan posisi kejadian,
dinyatakan dengan (x, y, z)
c. Relativitas Newton
Hukum I Newton (hukum inersial) menyatakan bahwa jika pada suatu benda tidak
bekerja gaya resultan ( gaya resultan = 0), maka benda tersebut akan diam atau akan
bergerak lurus dengan kecepatan konstan .
Teori relativitas berhubungan dengan kejadian-kejadian yang diamati dari kerangka
acuan inersial, yaitu kerangka acuan di mana hukum I Newton (hukum inersial) berlaku.
Jadi kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam
atau bergerak lurus dengan kecepatan konstan terhadap kerangka acuan lainnya.
Galileo dan Newton mengemukakan tentang prinsip relativitas Newton, bahwa
hukum-hukum mekanika berlaku sama pada semua kerangka acuan inersial.
Untuk memahami prinsip ini perhatikanlah sebuah kejadian sebagai berikut :
Misalkan anda berada di dalam sebuah mobil yang sedang diam. Anda menjatuhkan sebuah
koin. Koin tersebut akan menempuh suatu lintasan lurus vertikal dan posisi tempat jatuhnya
koin di atas lantai mobil tepat vertikal di bawah posisi awal koin (sebelum dijatuhkan).
Kejadian ini akan sama bila diamati oleh pengamat yang juga berada dalam kerangka acuan
diam relatif terhadap bumi. Kemudian mobil tersebut bergerak dan pada saat mobil sedang
melaju dengan kecepatan konstan, anda menjatuhkan lagi koin. Menurut anda yang berada
di dalam mobil tersebut ternyata koin tersebut juga akan menempuh suatu lintasan lurus
vertikal dan posisi tempat jatuhnya koin di atas lantai mobil tepat vertikal di bawah posisi
awal koin. Kejadian yang kedua ini diamati oleh pengamat yang berada dalam kerangka
acuan yang sedang bergerak lurus dengan kecepatan konstan relatif terhadap bumi. Tetapi
menurut orang yang berada dalam kerangka acuan diam relatif terhadap bumi, koin
mengikuti lintasan berbentuk parabola. Berarti lintasan yang ditempuh oleh koin adalah
berbeda jika diamati dari kerangka acuan yang berbeda. Hal ini tidak bertentangan dengan
prinsip relativitas Newton, sebab prinsip ini menyatakan hukum-hukum mekanika berlaku
sama pada semua kerangka acuan inersial.
Pada kedua kerangka acuan inersial tersebut di atas terdapat dua hukum mekanika yang
sama, yaitu hukum percepatan gravitasi bumi dan hukum gerak lurus berubah
beraturan (gerak vertikal ke bawah) tanpa kecepatan awal.
Perbedaan antara kasus I dan II adalah bahwa dalam kerangka acuan bumi, koin
memiliki kecepatan awal horizontal yang sama dengan kecepatan mobil. Oleh karena itu
berdasarkan hukum-hukum mekanika, koin akan menempuh lintasan berbentuk parabola,
seperti gerak peluru yang ditembakkan horizontal. Dalam kerangka acuan mobil yang sedang
bergerak lurus, koin tidak memiliki kecepatan awal horizontal. Oleh karena itu berdasarkan
3
hukum-hukum mekanika, koin akan jatuh bebas menempuh lintasan lurus vertikal. Jadi,
hukum mekanika berlaku sama pada kedua kerangka acuan inersial tersebut walaupun
lintasan yang ditempuh berbeda.
1.2. TRANSFORMASI GALILEO
Transformasi Galileo dapat dibedakan atas dua bahagian yaitu :
a. Transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu
b. Transformasi Galileo untuk kecepatan dan percepatan
a. TRASFORMASI GALILEO UNTUK KOORDINAT DAN WAKTU
Gambar 1.2 menunjukkan dua buah kerangka inersial S dan S
1
. Misalkan kerangka
acuan S berhubungan dengan pengamat yang diam relatif terhadap bumi dan memiliki
sistem koordinat XYZ dengan titik asal O. Kerangka acuan S
1
berhubungan dengan
pengamat dan memiliki koordinat X
1
Y
1
Z
1
dengan titik asal O
1
, bergerak dengan kecepatan
konstan v sepanjang sumbu X relatif terhadap kerangka acuan S. Mula-mula (saat t = t
1
= 0)
titik asal kedua acuan berimpit. Dalam transformasi Galileo yang akan diturunkan ini, selang
waktu yang dicatat oleh pengamat di S dianggap sama dengan yang dicatat oleh pengamat di
S
1
. Jadi, t = t
1
, y = y
1
dan z =z
1
Y Y
1
v
x
vt x
1
O O
1
X =X
1
Z Z
1
Gambar 1.2 : Titik P adalah suatu kejadian. Setelah selang waktu t, titik asal
koordinat S
1
(titik O
1
) telah bergerak sejauh vt dari titik asal koordinat
S (titik O)
Setelah selang waktu t, maka titik asal koordinat S
1
(titik O
1
) telah bergerak sejauh vt
dari titik asal koordinat S (titik O). Misalkan OP = x = jarak kejadian P terhadap titik asal O
dan O
1
P= x
1
= jarak kejadian P terhadap titik asal O
1
. Dalam gambar berlaku persamaan
bahwa :
O
1
P = OP - OO
1
x
1
= x vt
Oleh karena itu Transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu ditulis dalam bentuk
(1-1)
Kejadian
. P(x,y,z)
x
1
= x - vt
y
1
= y
z
1
= z
t
1
= t
4
Sedangkan Transformasi Galileo kebalikannya untuk koordinat dan waktu adalah
(1-2)
b. TRANSFORMASI GALILEO UNTUK KECEPATAN DAN PERCEPATAN
Untuk memperoleh bentuk transformasi Galileo untuk kecepatan, adalah dengan cara
mendiferensialkan persamaan (1-1) terhadap waktu t, yaitu
x
1
= x - vt
t) (v
dt
d
dt
dx
dt
dx
1
=
(1-3)
v = kecepatan benda I diukur oleh pengamat di kerangka acuan S
1
x
v = kecepatan benda II diukur oleh pengamat di kerangka acuan S
1
v
x
= kecepatan benda II diukur oleh pengamat di kerangka acuan S
Untuk memperoleh bentuk transformasi Galileo kebalikan untuk kecepatan, adalah dengan
cara mendiferensialkan persamaan (1-2) terhadap waktu t, sehingga diperoleh :
(1-4)
Sedangkan bentuk Transformasi Galileo untuk percepatan dapat diperoleh dengan cara
mendiferensialkan persamaan (1-3) terhadap waktu t, yaitu
v v v
x
1
x
=
dt
dv
dt
dv
dt
dv
x
1
x
=
x
1
x
a a = - 0
x
1
x
a a =
Dengan cara yan sama dapat diperoleh percepatan menurut sumbu y dan z, yaitu
y
1
y
a a =
z
1
z
a a =
v v v
x
1
x
=
y
1
y
v v =
z
1
z
v v =
v v v
1
x x
+ =
1
y y
v v =
1
z z
v v =
x = x
1
+ vt
y = y
1
z = z
1
t = t
1
5
Oleh karena itu bentuk Transformasi Galileo untuk percepatan dapat ditulis dalam bentuk
persamaan di bawah ini
(1-5)
Dari persamaan (1-5) dapatlah disimpulkan bahwa F
1
= m a
1
sama dengan F = m a, sebab
ternyata a
1
= a. Hal ini menunjukkan bahwa hukum-hukum mekanika berlaku sama, baik pada
kerangka acuan S
1
ataupun pada kerangka acuan S. Ini adalah sesuai dengan prinsip relativita
Newton.
CONTOH 1.2
1. Seorang pengamat A berada dalam bus yang sedang bergerak dengan kelajuan 15 m/s
berpapasan dengan seorang pengamat lain B yang berdiri di tepi jalan. Dua puluh detik
setelah bus melewati pengamat B, maka pengamat B tersebut menyatakan bahwa jarak
sebuah sepeda motor yang sedang melaju dengan arah yang sama dengan arah bus adalah
400 m. Hitunglah koordinat sepeda motor menurut pengamat A.
Penyelesaian :
Diketahui : Pengamat B sebagai kerangka acuan diam S
Pengamat A sebagai kerangka acuan bergerak S
1
yang bergerak dengan
kelajuan v = 15 m/s
x = 400 m
t = 20 s
Ditanya : x
1
Jawab : Gunakan transformasi Galileo, yaitu persamaan (1-1)
x
1
= x vt
= 400 m 15 m/s. 20 s
= 400 m 300 m = 100 m
2. Seorang pengamat duduk 6 m dari bagian depan sebuah bus yang sedang bergerak dengan
kelajuan 20 m/s. Empat sekon setelah pengamat dalam bus melewati seorang pengamat lain
yang diam dipingir jalan, sang sopir menyalakan lampu bagaian depan bus. Tentukan
koordinat koordinat kejadian ini menurut tiap-tiap pengamat
Penyelesaian :
Diketahui : Pengamat dipinggir jalan sebagai kerangka acuan diam S
Pengamat dalam bus sebagai kerangka acuan bergerak S
1
yang bergerak
dengan kelajuan v = 20 m/s
x
1
= 6 m
t = 4 s
Ditanya : a. Koordinat kejadian menurut pengamat S
1
b. Koordinat kejadian menurut pengamat S
Jawab : a. Koordinat x dari kejadian menurut pengamat S
1
yang bererak bersama bus
adalah x
1
= 6 m
Jadi koordinat kejadian menurut pengamat S
1
adalah (6 m, 0, 0)
b. Koordinat x dari kejadian menurut pengamat S adalah
x = x
1
+ vt
= 6 m + 20 m/s. 4 s
= 86 m
Jadi koordinat kejadian menurut pengamat S adalah (86 m, 0, 0)
x
1
x
a a =
y
1
y
a a =
z
1
z
a a =
u=
1
y y
u u =
6
3. Seorang pemain sirkus berada dalam mobil bak terbuka yang bergerak dengan kelajuan 15
m/s. Pemain sirkus tersebut melemparkan sebuah bola vertikal ke atas dengan kecepatan
awal 6 m/s. Tulislah fungsi kedudukan terhadap waktu bola, bila diamati oleh
a. pemain sirkus
b. pengamat yang berdiri di pinggir jalan
Diketahui : Pengamat dipinggir jalan sebagai kerangka acuan diam S
Pemain sirkus dalam mobil sebagai kerangka acuan bergerak S
1
yang
bergerak dengan kelajuan v = 15 m/s melempar bola vertikal keatas
dengan v
o
= 6 m/s
Ditanya : a. Fungsi kedudukan terhadap waktu menurut menurut pengamat S
1
b. Fungsi kedudukan terhadap waktu menurut menurut pengamat S
Jawab : a. Gerak bola dalam kerangka acuan S
1
hanya dalam arah vertikal (y
1
)
2
o
1
gt
2
1
t v y + =
) t (-10
2
1
t 6 y
2 1
+ = = 6 t 5 t
2
Jadi fungsi kedudukan terhadap waktu bola termenurut pengamat S
1
adalah
x
1
= 0 ; y
1
= 6 t 5 t
2
dan z = 0
b. Oleh karena kerangka acuan S
1
bergerak dengan kelajuan v = 15 m/s
dalam arah x terhadap kerangka acuan S, maka
x = x
1
+ vt
= 0 + 15 t = 15 t
Sedangkan y = y
1
= 6 t 5 t
2
dan z = z
1
= 0
Jadi fungsi kedudukan terhadap waktu bola termenurut pengamat S adalah
x = 15 t ; y = 6 t 5 t
2
dan z = 0
4. Sebuah bus melaju dengan kecepatan 50 km/jam relatif terhadap bumi. Seorang penumpang
berjalan dalam bus dengan kecepatan 5 km/jam relatif terhadap penumpang yang sedang
duduk, dengan arah searah dengan arah gerak bus. Berapakah kecepatan penumpang bus
yang berjalan, jika diukur oleh pengamat yang berdiri dipinggir jalan.
Penyelesaian :
Diketahui : kecepatan mobil v = 50 km/jam
kecepatan penumpang
1
x
v = 5 km/jam
Ditanya : v
x
Jawab : gunakan persamaan (1-4)
v v v
1
x x
+ =
= 5 km/jam + 50 km/jam = 55 km/jam
5. Sebuah pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan 0,7 c relatif terhadap bumi. Seorang
awak pesawat menembakkan sebuah peluru dengan kelajuan 0,8 c searah dengan arah gerak
pesawat. Berapakah kecepatan peluru tersebut menurut pengamat di bumi
Penyelesaian :
Diketahui : kecepatan pesawat v = 0,7 c
kecepatan peluru
1
x
v = 0,8 c
Ditanya : v
x
Jawab : gunakan persamaan (1-4)
v v v
1
x x
+ =
= 0,8 c + 0,7 c = 1,5 c
Hasil perhitungan contoh no.3 ternyata kecepatan peluru diperoleh sebesar 1,5 c. Hal ini akan
bertentangan dengan postulat kedua Einstein (akan dibahas) yang menyatakan kecepatan
terbesar yang mungkin terjadi adalah sama dengan dengan kecepatan cahaya dalam vakum,
yaitu 3 x 10
8
m/s. Tidak ada kecepatan yang dapat melampaui kecepatan cahaya.
7
LATIHAN 1.2
1. Seorang penumpang duduk 5 m dari bagian depan sebuah bus yang sedang bergerak dengan
kelajuan 10 m/s melewati sebuah terminal. Lima menit setelah bus melewati terminal
tersebut ban bagian depan bus pecah dan mengeluarkan bunyi yang keras. Tulislah fungsi
kedudukan terhadap waktu bunyi ledakan ban, bila diamati oleh
a. penumpang bus
b. orang yang berada di terminal
2. Seorang pemain sirkus berada dalam mobil bak terbuka yang bergerak dengan kelajuan 10
m/s. Pemain sirkus tersebut melemparkan sebuah bola vertikal ke atas dengan kecepatan
awal 4 m/s. Tulislah fungsi kedudukan terhadap waktu bola, bila diamati oleh
a. pemain sirkus
b. pengamat yang berdiri di pinggir jalan
3. Seorang penumpang A yang berada dalam kereta api yang sedang bergerak dengan kelajuan
30 m/s berpapasan dengan pengamat B yang sedang berdiri di peron stasiun. Sepuluh sekon
setelah kereta api melewati stasiun, pengamat B menyatakan bahwa jarak stasiun berikutnya
adalah 600 m. Tentukan koordinat stasiun menurut penumpang A.
4. Seorang penembak berada dalam mobil bak terbuka yang bergerak dengan kelajuan 10 m/s.
Penembak tersebut menembakkan peluru dengan kecepatan awal 20 m/s dengan arah
membentuk sudut 37
0
terhadap arah mendatar.
Tulislah fungsi kedudukan terhadap waktu peluru, bila diamati oleh
a. penembak
b. pengamat yang berdiri di pinggir jalan.
1.3. GELOMBANG CAHAYA TIDAK MEMERLUKAN MEDIUM
Gelombang cahaya merambat karena perambatan gelombang elektromagnetik. Dengan
demikian cahaya dapat merambat dalam vakum, buktinya adalah cahaya matahari untuk sampai
ke bumi menembus ruang hampa. Gejala perambatan gelombang cahaya menimbulkan
pertanyaan bagi pakar fisika apakah mungkin gelombang cahaya merambat dalam vakum.
Paham perambatan gelombang cahaya dalam vakum bertentangan dengan teori perambatan
gelombang pada umumnya, bahwa gelombang memerlukan medium untuk merambatkan
energinya.
Pada abad ke XIX para pakar fisika terpaksa menggunakan hipotesa keberadaan eter sebgai
medium perambatan gelombang elektromagnetik. Hipotesa itu mengatakan bahwa Alam
semesta di jagad raya ini banyak dipenuhi oleh ether yang tidak mempunyai wujud tetapi dapat
menghantarkan perambatan gelombang.
a. PERCOBAAN MICHELSON-MORLEY
Albert A. Michelson dan Edward Morley pada tahun 1887 melakukan eksperimen
untuk mengukur kelajuan ether, medium perambatan cahaya sehingga cahaya matahari dapat
sampai ke bumi. Ether suatu medium hipotesis yang memenuhi alam semesta, sehingga cahaya
matahari dapat merambat sampai ke permukaan bumi. Alat eksperimen ini disebut
interferometer. Untuk memahami prinsip kerja interferometer ini, maka angin eter yang
menyelubungi permukaan bumi dianalogikan dengan perahu dan arus air pada sebuah sungai
(Gambar 1-3).
8
C
v
1
Gambar 1-3 : Analogi gerak cahaya melalui angin eter dengan gerak perahu melalui arus air
sungai, dilengkapi diagram vektor untuk gerak perahu dan arah arus air sungai
( a ) Perahu A menyebrang sungai kemudian kembali ketempat semula ( titik A )
( b ) Perahu B kehilir sungai kemudian kembali ketempat semula ( titik A )
Gambar 1-4 : Diagram interferometer Michelson-Morley dengan pola rumbai yang
dihasilkan oleh peristiwa interferensi
Pada Gambar (1-4), apabila panjang gelombang lintasan ACA berubah sebesar
setengah panjang gelombang relatif terhadap lintasan ABA, maka semua daerah terang akan
berubah menjadi gelap dan yang gelap menjadi terang. Keadaan ini menggambarkan
perubahan fase sebesar 180
0
. Fringe atau frinji adalah pita terang dan gelap yang dihasilakn
oleh peristiwa interferensi
B
A
A
Angin ether
B
L
L
A
C
Arus Sungai
v
c
c
A
c
c
B
v
v
v
1
v
1
(a) (b)
Cermin C
Cermin B
Cermin A
Layar Pola Rumbai
Sumber
cahaya
9
Pada gambar (1-3) dan (1-4), dimisalkan bahwa :
v = kelajuan arus air terhadap tanah analog dengan kelajuan angin eter terhadap bumi,
c = kelajuann perahu terhadap arus air analog dengan kelajuan cahaya terhadap eter dan
v
1
= kelajuan perahu terhadap tanah analog dengan kelajuan cahaya terhadap bumi
L = lebar sungai analog dengan jarak antara cermin setengah perak (A) dengan masing-masing
cermin B dan C
Perahu B mula-mula bergerak ke hilir dari A ke B (searah dengan arus air), kemudian
bergerak menentang arus air dari B ke A. Kelajuan perahu B terhadap tanah yang bergerak
searah dengan arus air dari A ke B v
1
= c + v. Oleh karena itu selang waktu untuk menempuh
jarak AB adalah
v c
L
v
L
t
1
AB
+
= =
Sedangkan kelajuan perahu B terhadap tanah yang bergerak menentang arus air dari B ke
A, adalah v
1
= c v. Oleh karena itu selang waktu untuk menempuh jarak BA adalah
v c
L
v
L
t
1
BA

= =
Total selang waktu perahu B untuk menempuh lintasan AB kemudian BA disebut t sejajar
(t
//
) adalah :
t
//
= t
AB
+ t
BA
v c
L
+
= +
v c
L

=
v) v)(c (c
v) L(c v) L(c
+
+ +
2
2
//
c
v
1
1
x
c
2L
t

= .......................................................(1-6)
Perahu A mula-mula menyeberang sungai secara tegak lurus menurut lintasan dari A ke C,
kemudian menyeberang kembali dari C ke A. Agar perahu A dapat menyeberang sungai secara
tegak lurus menurut lintasan dari A ke C, maka arah kecepatannya haruslah dimiringkan ke kiri,
sedangkan agar perahu A dapat menyeberang sungai secara tegak lurus menurut lintasan dari C
ke A, maka arah kecepatannya haruslah dimiringkan ke kanan.
Kelajuan perahu A terhadap tanah baik pada saat pergi dari A ke C maupun pada saat
kembali dari C ke A adalah sama besarnya, yaitu
2 2 1
v c v = , tetapi arah kecepatannya
berbeda. Oleh karena itu total selang waktu perahu A untuk menempuh lintasan AC kemudian
CA disebut t tegak lurus ) (t

, yaitu
2 2
1
v c
2L
v
L
x 2 t

= =

2
2
c
v
1
1
x
c
2L
t

.....................................................(1-7)
Dari persamaan (1-6) dan (1-7) dapat diperoleh beda waktu antara t
//
dan

t , yaitu :
2
2
2
2
//
c
v
1
1
.
c
2L
c
v
1
1
.
c
2L
t t t

= =

10
(
(
(
(


= 1
c
v
1
1
c
v
1
1
.
c
2L
t
2
2
2
2
(1-8)
Jarak antara matahari- bumi adalah 1,5 x 10
9
m dan kecepatan angin ether dianggap sama
dengan kecepatan revolusi bumi pada orbitnya dalam mengitari matahari, maka kecepatan ether
relatif terhadap bumi selama 1 tahun adalah :
m/s 10 x 3
s 3600 x 24 x 365
m 10 x 1,5 x 3,14 x 2
T
r 2
v
4
9
= = =
Oleh karena itu, maka harga dari
,
,
8
2
8
2
4
2
2
2
10
3x10
3x10
c
v
c
v

= =
|
.
|

\
|
= ( ternyata 10
-8
adalah jauh
lebih kecil dibandingkan dengan 1).
Menurut teorema binomial, bahwa
,
,
, ,
. ......
3!
x 2 n 1 n n
2!
x 1 n n
n x 1 x 1
3
2
n
+

+ =
Jika nilai x
2
dalam persamaan di atas ternyata jauh lebih kecil dibandingkan dengan 1,
maka nilai , n x 1 x 1
n
=
Berhubung
2
1
2
2
2
2
c
v
1
c
v
1
1

|
|
.
|

\
|
=

dan berdasarkan teorema binomial, dimana nilai


2
c
v
x
|
.
|

\
|
=
dan
2
1
n = diperoleh persamaan berikut
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2c
v
1
c
v
2
1
1
c
v
1
c
v
1
1
+ =
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=

(1-9)
Bila nilai pendekatan pada persamaan (1-9) dimasukkan ke dalam persamaan (1-8), akan
diperoleh beda waktu
(
(
(
(


= 1
1
1
c
v
1
1
.
c
2L
t
2
2
2
2
c
v
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
+ = 1
2c
v
1
2c
v
1
c
2L
t
2
2
2
2
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
+ =
2
2
2
2
2c
v
2c
v
1
c
2L
,
|
|
.
|

\
|
=
2
2
2c
v
1
c
2L
(1-10)
Pada alat percobaan Michelson dan Morley menggunakan panjang lengan L = 11 m,
sehingga dengan menggunakan persamaan (1-10) dieproleh beda waktu :
s 3,67x10
m/s 3x10
m/s 3x10
x
m/s 10 x 3
m 11
t
16
2
8
4
8

=
|
|
.
|

\
|
=
2
2
c
v
c
L
t =
11
Perbedaan lintasan (d) antara sinar yang berasal dari lintasan ABA dan ACA
bersesuaian dengan perbedaan waktu t , yaitu t c d = . Jika perbedaan lintasan tersebut
adalah satu kali cahaya, maka pola rumbai (fringe) bergeser sejauh satu rumbai, yaitu
rumbai yang tadinya terang sekarang menjadi rumbai yang terang lagi. Jadi d = n dengan
= panjang gelombang cahaya yang digunakan dan n adalah jumlah pergeseran rumbai.
Jika = 500 nm = 5 x 10
-7
m, maka jumlah pergeseran rumbai yang diharapkan adalah :
0,22 s 10 x 3,67 x
m 10 x 5
m/s 10 x 3
t

d
n
16
7
8
= = = =

fringe
Pergeseran rumbai yang diharapkan pada masing-masing lintasan bila peralatan
interferometer diputar melalui sudut 90
0
adalah sebesar 2 n = 2 x 0,22 = 0,44 rumbai. Akan
tetapi ternyata menurut pengamatan Michelson dan Morley tidak mendapatkan adanya
pergeseran fringe tersebut..
Dari hasil percobaan Michelson Morley dapat disimpulkan bahwa :
1. ether tidak ada
2. kecepatan cahaya dalam vakum adalah besaran mutlak, yaitu sama untuk semua kerangka
acuan inersial.
b. POSTULAT EINSTEIN TE0RI RELATIVITAS KHUSUS
Dengan tidak ditemukan kerangka acuan universal maka Einstein pada tahun 1905
menumumkan teori relativitasnya mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut gerakan
pada kerangka acuan inersial ( disebut teori relativitas khusus). Apabila hukum-hukum fisika
itu mengenai bentuk yang berbeda bagi pengamat lain yang bergerak relatif, maka harus
dinyatakan mana pengamat yang diam dan mana pengamat yang bergerak. Akan tetapi
berhubung tidak ada kerangka acuan universal, maka pernyataan tersebut tidak benar,
sehingga terciptalah postulat pertama Einstein. Postulat pertama ini merupakan perluasan
dari prinsip relativitas Newton untuk memasukkan tidak hanya hukum-hukum mekanika,
tetapi juga hukum-hukum fisika lainnya, termasuk listrik dan magnet.
Postulat pertama Einstein untuk teori relativita khusus berbunyi :
Hukum-hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka acuan
inersial
Dalam percobaan Michelson Morley telah diperoleh tidak terdapat beda waktu antara
cahaya yang merambat horizontal dan vertikal. Einsteian kemudian menyatakan Postulat
yang kedua untuk teori relativitas khusus yang berbunyi :
Cepat rambat cahaya dalam ruang hampa adalah 3 x 10
8
m/s yang tidak bergantung
dari kelajuan sumber cahaya maupun pengamatnya
Hukum penjumlahan kecepatan tidak berlaku untuk cahaya. Kelajuan cahaya dalam ruang
vakum merupakan besaran mutlak. Besarnya cepat rambat cahaya dalam ruang vakum
adalah tetap 3 x 10
8
m/s walaupun diukur dalam semua kerangka acuan bergerak.
1.4. TRANSFORMASI LORENTZ
Berdasarkan cara penyelesaian contoh 1.2. No.5 dengan menggunakan transformasi
Galileo persamaan (1-4), yaitu : v u u
1
x x
+ = = 0,8 c + 0,7 c = 1,5 c, maka transformasi
Lorentz mengatakan diperlukan suatu transformasi baru agar senantiasa berlaku bahwa pada
kerangka acuan apasaja, kelajuan cahaya dalam vakum adalah c.
Kekeliruan transformasi Galileo adalah karena menganggap selang waktu pada
kerangka acuan S
1
sama dengan selang waktu pada kerangka acuan S, yaitu (t = t
1
). Pada
transformasi Lorentz selang waktu tersebut tidak sama, berarti (t = t
1
). Oleh karena itu
12
tranformasi Lorentz mengandung suatu faktor pembanding k yang disebut tetapan
transformasi.
Transformasi Lorentz dapat dibagi kepada dua bahagian, yaitu :
a. Transformasi Lorentz untuk koordinat
b. Transformasi Lorentz untuk kecepatan
c. Transformasi Lorentz untuk selang waktu
a. TRANSFORMASI LORENTZ UNTUK KOORDINAT
Transformasi Lorentz untuk koordinat ditulis dalam bentuk persamaan
(1-11)
Sedangkan transformasi Lorentz kebalikannya berbentuk
(1-12)
Dari persamaan (1-12) , yaitu x = k (x
1
+ v t
1
)
ct = k (ct
1
+ v t
1
)
ct = k ( c + v ) t
1
v) k(c
ct
t
1
+
= ..................................(A)
Kemudian dari persamaan (1-11), yaitu x
1
= k (x - v t)
ct
1
= k ( ct v t )
ct
1
= k ( c v ) t
c
t ) v - c ( k
t
1
= ..............................(B)
Dengan menyamakan persamaan (A) dan (B) diperoleh
v) k(c
ct
+ c
t ) v - c ( k
=
(1-13)
Dengan demikian transformasi Lorentz berubah bentuk menjadi
(1-14)
x = k (x
1
+ v t
1
)
y = y
1
z = z
1
x
1
= k (x - v t)
y = y
1
z = z
1
2
2
c
v
1
1
k

=
2
2
1
c
v
1
t v x
x

=
y = y
1
z = z
1
13
Sedangkan transformasi Lorentz kebalikan adalah
(1-15)
b. TRANSFORMASI LORENTZ UNTUK SELANG WAKTU
Bentuk persamaan (1-15) dapat dirubah menjadi
1
2
2
1
vt
c
v
1 x x = .....................................................................(C)
Dengan menyamakan persamaan (1-14) dan (C) diperoleh persamaan untuk t
1
, yaitu
(1-16)
Dengan cara yang sama tetapi mengeliminir nilai x diperoleh persamaan untuk t, yaitu
(1-17)
c. TRANSFORMASI LORENTZ UNTUK KECEPATAN
Persamaan (1-15) dibagi dengan persamaan (1-17) sehingga menghasilkan
2
1
1
1 1
c
vx
t
vt x
t
x
+
+
= .(D)
Kalikan setiap suku dalam ruas kanan persamaan (D) dengan faktor
1
t
1
, kemudian misalkan
x
v
t
x
= dan
1
x
1
1
v
t
x
= , sehingga diperoleh Transformasi Lorentz untuk kecepatan, yaitu
(1-18)
2
1
x
1
x
x
c
v v
1
v v
v
+
+
=
2
2
1 1
c
v
1
vt x
x

+
=
y = y
1
z = z
1
2
2
2
1
c
v
1
c
vx
t
t

=
2
2
2
1
1
c
v
1
c
vx
t
t

+
=
14
CONTOH 1.4.a
Sebuah pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan 0,7 c. Seorang awak pesawat menembakkan
peluru dengan kelajuan 0,8 c searah dengan arah gerak pesawat. Berapakah kecepatan peluru
tersebut menurut pengamat di bumi
Penyelesaian :
Diketahui : kecepatan pesawat v = 0,7 c
kecepatan peluru
1
x
v = 0,8 c
Ditanya : v
x
Jawab : Gunakan persamaan (1-18)
2
1
x
1
x
x
c
v v
1
v v
v
+
+
=
2
c
c 0,8 x c 0,7
1
c 0,7 c 0,8
+
+
= =
2
2
c
c 0,56
1
c 1,5
+
=
56 , 0 1
c 1,5
+
=
56 , 1
c 1,5
= = 0,96 c
Jika pada contoh 1.6.a peluru ditembakkan dengan arah searah dengan arah gerak pesawat
( arah sumbu x positif), maka bagaimanakah jika peluru ditembakkan ke arah sumbu y positif.
Telah diperoleh persamaan untuk menyatakan waktu relativistik, yaitu persamaan (1-17)
dt
dy
dt
dy
v
1
y
= =
2
2
2
1
1
1
c
v
1
c
dx v
dt
dy

+
= =
1
1
2 1
1
2
2
1
1
dt
dx
c
v
dt
dt
c
v
1
dt
dy
+

=
(1-19)
CONTOH 1.4.b
Andaikan dua roket A dan B bergerak saling meninggalkan stasiun ruang angkasa. Roket A
bergerak ke arah utara dengan kelajuan 0,8 c sedangkan roket B bergerak ke arah timur dengan
kelajuan 0,6 c masing masing relatif terhadap stasiun ruang angkasa. Berapakah kelajuan roket
A bila diamati oleh pengamat dalam roket B
Penyelesaian :
Diketahui : v
A
=
c 0,8 v
1
y
=
( arah ke utara)
v
B
= v = 0,6 c ( arah ke timur )
Ditanya : v
A-B
2
2
2
1
1
c
v
1
c
vx
t
t

+
=
2
1
x
2
2
1
y
y
c
v v
1
c
v
1 v
v
+

=
15
Jawab :
roket A
c 0,8 v
1
y
=
0 v
1
x
=
.
Stasiun
ruang roket B
angkasa v = 0,6 c
Misalkan stasiun ruang angkasa sebagai kerangka acuan S, sedangkan roket B sebagai
kerangka acuan S
1
yang bergerak dengan kelajuan v = 0,6 c ke arah timur. Roket A
memiliki komponen kecepatan
0 v
1
x
=
dan
c 0,8 v
1
y
=
Untuk menghitung v
x
digunakan persamaan (1-18), yaitu
2
1
x
1
x
x
c
v v
1
v v
v
+
+
= =
2
c
.0 c 0,6
1
c 0,6 0
+
+
= 0,6 c
Untuk menghitung v
y
digunakan persamaan (1-19), yaitu
=
+

=
2
1
x
2
2
1
y
y
c
v v
1
c
v
1 v
v
,
2
2
2
c
c.0 0,6
1
c
c 0,6
1 c 0,8
+

c 0,64
c
c.0 0,6
1
0,8 c. 0,8
2
=
+
=
Kelajuan roket A bila diamati oleh pengamat dalam roket B adalah
2
y
2
x AB
v v v + = , ,
2 2
c 0,64 c 0,6 + = = 0,88 c
CONTOH 1.4.c
Dua pesawat antariksa A dan B bergerak saling menjauhi. Kelajuan pesawat A adalah 0,7 c
relatif terhadap bumi (arah ke barat ), sedangkan kelajuan pesawat B adalah 0,8 c relatif terhadap
bumi (arah ke timur). Hitunglah kelajuan pesawat B relatif terhadap pesawat A
Diketahui : v
A
= v = 0,7 c (arah ke barat)
v
B
=
1
x
v
= 0,8 c (arah ke timur)
Ditanya : v
BA
Jawab : Untuk menghitung kelajuan pesawat B relatif terhadap pesawat B atau v
BA
gunakan persamaan (1-18) yang telah direkayasa seperti berikut :
2
1
x
1
x
x
c
v v
1
v v
v
+
+
= menjadi
2
A B
A B
BA
c
v v
1
v v
v


= dengan persyaratan bahwa jika arah
kecepatan ke timur diberi tanda + (v
B
= +) dan (-) jika arah arah ke barat (v
A
= -)
2
A B
A B
BA
c
v v
1
v v
v


=
,
,
2
c
c 0,70 - c 0,8
1
c 0,70 c 0,80


= =
2
2
c
c 0,56
1
c 0,70 c 0,80
+
+
=
1,56
c 1,5
= 0,96 c
S
1 S
16
LATIHAN 1.4
1. Dua buah roket A dan B bergerak saling mendekati. Masing-masing roket bergerak
dengan kelajuan 0,5 c. Hitunglah kelajuan roket A bila diamati oleh pengamat dalam
roket B.
2. Sebuah pesawat tempur terbang dalam arah x positif dengan laju 0,7 c relatif terhadap
bumi. Seorang prajurit menembakkan peluru dengan laju 0,5 c searah dengan arah
pesawat. Hitung laju peluru tersebut bila diukur oleh pengamat di bumi
3. Pesawat antariksa B bergerak terhadap pesawat A dengan laju 0,9 c arah ke utara,
sedangkan pesawat C bergerak terhadap pesawat B dengan laju 0,6 c juga arah ke utara.
Hitunglah laju pesawat C relatif terhadap pesawat A.
4. Andaikan dua roket A dan B bergerak saling meninggalkan stasiun ruang angkasa. Roket
B bergerak ke arah utara dengan kelajuan 0,6 c sedangkan roket A bergerak ke arah timur
dengan kelajuan 0,8 c masing masing relatif terhadap stasiun ruang angkasa. Berapakah
kelajuan roket B bila diamati oleh pengamat dalam roket A
1.5. KONSTRAKSI LORENTZ (PENYUSUTAN PANJANG)
Seorang pengamat dalam kerangka acuan diam S mengukur panjang pesawat antariksa
yang sedang diam relatif terhadap dirinya adalah sebesar L
o
=
2
x -
1
x (Gambar 1.5.a).
Kemudian pesawat tersebut bergerak dengan kelajuan v dengan arah sejajar dengan arah
memanjang pesawat relatif terhadap pengamat di kerangka diam S, maka panjang pesawat
tersebut menurut pengamat dalam kerangka acuan diam S adalah L =
1
2
x -
1
1
x (Gambar 1.5.b)
S
1
x
2
x S
1 1
1
x
1
2
x
L
o
L
(a) (b)
Gambar 1.5 : (a). Pengamat dalam kerangka acuan diam S mengukur panjang
pesawat L
o
=
2
x -
1
x . (b). Pengamat dari kerangka acuan diam S mengukur panjang
pesawat yang sedang bergerak relatif terhadap dirinya adalah L =
1
2
x -
1
1
x
Untuk menetapkan posisi masing-masing ujung pesawat x
1
dan x
2
, digunakan rumus
transformasi Lorentz kebalikan, yaitu
2
2
1 1
1
1
c
v
1
vt x
x

+
= ..(A)
2
2
1 1
2
2
c
v
1
vt x
x

+
= .(B)
v
17
Persamaan (B) dikurangi oleh persamaan (A), kemudian misalkan (
2
x -
1
x ) = L
o
dan
1
2
x -
1
1
x = L, sehingga diperoleh persamaan untuk mengukur penyusutan panjang (
panjang relativistik), yaitu
(1-19)
L = panjang relativistik, yaitu panjang suatu benda pada saat benda tersebut bergerak
dengan kelajuan v relatif terhadap pengamat dalam kerangka acuan diam S
L
o
= panjang suatu benda pada saat benda tersebut diam relatif terhadap pengamat.
CONTOH 1.5
Panjang sebuah pesawat antariksa adalah 20 m ketika diukur pada saat diam di bumi.
Berapakah panjang pesawat tersebut menurut pengamat di bumi ketika pesawat tersebut
bergerak dengan kelajuan 0,6 c.
Penyelesaian :
Diketahui : Lo = 20 m
v = 0,6 c
Ditanya : L
Jawab : Persamaan (1-19)
2
2
0
c
v
1 L L =
,
2
2
c
c 0,6
1 m 20 = 36 , 0 1 m 20 = = 16 m
LATIHAN 1.5
1. Sebuah pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan 0,8 c melewati di atas dua buah
puncak gunung. Pengamat di bumi mengukur jarak antara dua puncak gunung tersebut
adalah 10 km
Hitunglah jarak antara dua puncak gunung itu bila diukur oleh pengamat di dalam
pesawat
2. Seorang pengamat yang berada di dalam pesawat ruang angkasa yang sedang bergerak
dengan laju 0,8 c mengukur panjang pesawat adalah 10 m. Hitunglah panjang pesawat
jika diukur oleh pengamat di bumi
3. Sebuah pesawat antariksa lewat melalui bumi dengan kelajuan c
13
5
v = . Sebuah tongkat
yang panjangnya 2,6 m berada dalam pesawat. Tentukan panjang tongkat bila diamati
oleh pengamat yang berada : a. Dalam pesawat b. Di bumi
4. Sebuah pesawat antariksa memiliki panjang 6,5 m ketika diukur dalam keadaan diam di
bumi. Berapakah kelajuan pesawat tersebut ketika panjang pesawat menurut pengamat di
bumi adalah 2,5 m.
1.6. PEMULURAN WAKTU ( WAKTU RELATIVISTIK )
Dua orang pengamat A dan B mula-mula berada dalam kerangka acuan S di bumi.
(Gambar 1.6.a ). Kemudian pengamat B berangkat dengan pesawat yang bergerak dengan
kecepatan v relatif terhadap pengamat A dalam kerangka acuan S. Pengamat B tersebut
mengukur beda waktu selama di perjalanan adalah
1
1
1
2 o
t t t = (Gambar 1.6.b). Beda
waktu selama diperjalanan menurut pengamat B akan diukur oleh pengamat A di bumi
adalah
1 2
t t t =
2
2
0
c
v
1 L L =
18
1 2
t t t =
1
1
1
2 o
t t t =
A B B
S S
1
(a) (b)
Gambar 1.6 : (a). Pengamat A dan B mula-mula dalam kerangka acuan diam S
(b). Pengamat B naik pesawat yang bergerak dengan kelajuan v relatif
terhadap pengamat A
Untuk menetapkan besarnya selang waktu t
2
dan t
1
antara dua kejadian pada tempat yang sama,
digunakan persamaan (1-17), yaitu :
2
2
2
1
1
1
1
c
v
1
c
vx
t
t

+
= (A)
2
2
2
1
1
2
2
c
v
1
c
vx
t
t

+
= ....(B)
Persamaan (B) dikurangi dengan persamaan (A), kemudian misalkan t ) t t (
1 2
= dan
o
1
1
1
2
t ) t t ( = , sehingga diperoleh persamaan untuk mengukur pemuluran waktu (waktu
relativistik), yaitu :
(1-19)
t = waktu relativistik, yaitu beda waktu yang diukur oleh pengamat dalam kerangka acuan
diam S terhadap beda waktu t
o
yang diukur oleh pengamat yang yang bergerak
dengan kecepatan v relatif terhadap pengamat dalam kerangka acuan diam S.
CONTOH 1.6 :
1. Seorang astronaut memiliki denyut jantung 65 detak/menit, ketika di bumi. Berapakah laju
denyut jantung astronaut tersebut ketika ia naik pesawat antariksa yang bergerak dengan
kelajuan 0,6 c, bila diukur oleh :
a. temannya di dalam pesawat
b. pengamat di bumi
Penyelesaian :
Diketahui : denyut jantung ketika di bumi = 65 detak/menit
Kelajuan pesawat v = 0,6 c
Ditanya : Jumlah denyut jantung yang diukur oleh :
a. temannya di dalam pesawat
b. pengamat di bumi
Jawab : Oleh karena denyut jantung ketika di bumi adalah 65 detak/menit, maka dalam
1 menit terjadi 65 detak.
2
2
0
c
v
1
t
t

=
19
Berarti t
o
=
65
1
menit/detak = 0,015 menit/detak
a. Yang diukur oleh teman astronaut di dalam pesawat adalah sama dengan yang diukur
ketika astrronaut masih di bumi, yaitu 65 detak/menit
b.
2
2
0
c
v
1
t
t

=
2
2
c
c) (0,6
1
0,015

= menit/detak =
0,8
0,015
menit/detak = 0,019 menit/detak
Berarti jumlah denyut jantung astronaut yang diukur oleh pengamat di bumi adalah
t
1
= =
019 , 0
1
detak/menit = 53,3 detak/menit
2. Seorang penerbang (pilot) ketika masih di bumi sebelum berangkat mencocokkan jamnya
sehingga sesuai dengan pukul 12.00 siang di bumi. Kemudian pilot menjalankan pesawat
roketnya sehingga roket bergerak dengan kelajuan 0,6 c. Tepat pada pukul 12.30 siang
menurut pilot, roketnya berpapasan dengan sebuah stasiun ruang angkasa yang diam
terhadap bumi.
Berapakah
a. Waktu yang ditunjukkan oleh jam di stasiun ruang angkasa pada saat roket
berpapasan dengannya
b. Jarak bumi ke stasiun ruang angkasa menurut pilot dan menurut pengamat di
bumi
c. Ketika roket berpapasan dengan stasiun ruang angkasa pilot mengirim laporan ini
ke bumi lewat radio. Kapan pengamat di bumi menerima sinyal ini menurut
waktu di bumi dan waktu di roket.
Penyelesaian :
Diketahui : v = 0,6 c
Beda waktu menurut di roket t
0
= 30 menit = 1800 detik
Ditanya :
a. Jam di stasiun ruang angkasa
b. Jarak bumi-stasiun menurut pilot dan pengamat di bumi
c. Jam saat menerima sinyal radio menurut waktu di bumi dan di roket
Jawab :
a.
2
2
roket
stasiun
c
v
1
t
t

=
,
2
2
c
0,6c
1
menit 30

= = 37,5 menit .
Jadi jam di stasiun ruang angkasa menunjukkan jam 12 lewat 37,5 menit
b. Jarak bumi- stasiun menurut pilot di roket adalah
x = v t
roket
= 0,6 ( 3 x 10
8
m/s) 1800 detik = 3,24 x 10
11
m = 3,24 x 10
8
km
Jarak bumi- stasiun menurut pengamat di bumi adalah
x = v t
stasiun
= 0,6 ( 3 x 10
8
m/s) 2250 detik = 4,05 x 10
11
m = 4,05 x 10
8
km
c. Waktu yang diperlukan oleh sinyal radio untuk menempuh jarak antara
stasiun dan bumi menurut waktu di roket adalah
kecepatan
jarak
t = =
m/s 10 x 3
m 10 x 3,24
8
11
= 18 menit
Jadi pada saat sinyal radio sampai kebumi menurut waktu di roket adalah
pukul 12 lewat 30 menit + 18 menit = pukul 12.48 menit
Waktu yang diperlukan oleh sinyal radio untuk menempuh jarak antara
stasiun dan bumi menurut waktu di bumi adalah
kecepatan
jarak
t = =
m/s 10 x 3
m 10 x 4,05
8
11
= 22,5 menit
20
Jadi pada saat sinyal radio sampai ke bumi menurut waktu di bumi adalah
pukul 12 lewat 37,5 menit + 22,5 menit = pukul 13.00
3. Pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan 0,75 c berangkat dari bumi menuju bintang Alfa
Centauri yang jauhnya 4 tahun cahaya dari bumi. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan
pesawat untuk sampai ke tujuan bila diukur oleh :
a. Awak pesawat
b. Pengamat di bumi
Penyelesaian :
Diketahui : v = 0,75 c
x = 4 thn cahaya
Ditanya : Lamanya perjalanan menurut
a. awak pesawat
b. pengamat di bumi
Jawab :
a. Lama perjalanan menurut awak pesawat adalah
c 0,75
cahaya thn 4
t
o
= = 5,33 thn
b. Lama perjalanan menurut pengamat di bumi
2
2
pesawat
bumi
c
v
1
t
t

=
2
2
bumi
c
c) (0,75
1
thn 5,33
t

= = 8,05 thn
LATIHAN 1.6
1. Sebuah pesawat angkasa yang bergerak menjauhi bumi dengan kelajuan 0,8 c memancarkan
informasi dengan laju 100 pulsa/s. Hitunglah pada laju berapakah informasi tersebut dapat
diukur oleh pengamat di bumi
2. Dua kembaran A dan B berpisah pada saat berumur 20 tahun. A tinggal di bumi dan B
berkelana di antariksa dengan menggunakan pesawat yang bergerak dengan laju 0,8 c.
Setelah B berkelana selama 14 tahun, ia kembali ke bumi. Bila A masih hidup, berapakah
umur B menurut pengukuran A
3. Dalam tahun 1969 pesawat angkasa Apollo 11 bergerak menuju bulan dengan kelajuan rata-
rata 1,08 x 10
4
m/s relatif terhadap bumi. Menurut pengamat di bumi berapakah kelebihan
waktu, jika sehari dalam pesawat itu dibandingkan dengan sehari di bumi
4. Berapakah kelajuan pesawat angkasa bergerak relatif terhadap bumi agar dua hari dalam
pesawat sama dengan tiga hari di bumi
5. Pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan 0,8 c menuju suatu bintang yang jauhnya 95
tahun cahaya dari bumi Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan pesawat untuk sampai ke
tujuan bila diukur oleh :
a. Awak pesawat
b. Pengamat di bumi
21
1.7. MASSA RELATIVISTIK
Misalkan tumbukan elastis antara dua partikel A dan B yang diamati oleh pengamat
dalam kerangka acuan S dan S
1
. Kerangka acuan S
1
bergerak dalam arah + x dengan
kecepatan v relatif terhadap kerangka acuan S (Gambar 1.7). Mula-mula partike A dan B
diam terhadap S dan partikel B diam terhadap S
1
. Jarak antara kedua partikel A dan B
adalah y. Kemudian pada saat yang sama partikel A dilemparkan ke arah +y dengan
kecepatan v
A
dan partikel B dilemparkan ke arah -y dengan kecepatan
1
B
v , dengan v
A
=
1
B
v .
Diharapkan kedua partikel A dan B dapat bertumbukan di y
2
1
. Setelah tumbukan
partikel A terpantul kearah y dengan kecepatan v
A
dan partikel B terpantul ke arah +y
dengan kecepatan
1
B
v , akhirnya kedua partikel A dan B kembali ketempat semula
Y
1
v
X
1
S
1
Z
1
B
v
1
B
v Y
2
1
Y
Y
2
1
Y v
A
S X
Z
Gambar 1.7 : Tumbukan elastis diamati dalam kerangka acuan yang berbeda.
Sebelum tumbukan kedua partikel A dan B dalam keadaan diam dan jarak
antara keduanya adalah y. Kedua partikel A dan B bertumbukan di Y
2
1
.
Waktu pergi-pulang partikel A diukur oleh pengamat dari kerangka acuan S adalah
t
o
=
A
v
y
sehingga v
A
=
o
t
y
A
Waktu pergi-pulang partikel B diukur oleh pengamat dari kerangka acuan S
1
adalah
t
o
=
1
B
v
y
Waktu pergi-pulang partikel B diukur oleh pengamat dari kerangka acuan S adalah
t =
1
B
v
y
sehingga
t
y
v
1
B
=
B
B B
A
A
22
Dari rumus pemuluran waktu dapat diperoleh bahwa persamaan
2
2
o
c
v
1
t
t
= ..............................................(A)
Momentum dianggap kekal dalam kerangka S, maka harus berlaku :
m
A
v
A
= m
B
v
B
Oleh karena partikel A mula mula dalam keadaan diam terhadap kerangka acuan S,
maka m
A
= m
o
dan m
B
= m, sehingga
t
t
t
y
t
y
v
v
m
m
o
0
A
1
B 0
= = =
t
t
m
m
o 0
=
.................................................(B)
Dengan cara menyamakan kedua persamaan (A) dan (B), dapat diperoleh persamaan untuk
menghitung massa relativitas, yaitu
2
2
0
1
m
m
c
v
=
(1-20)
m = massa relativistik, massa pada saat partikel bergerak dengan kelajuan v
m
o
= massa diam partikel
CONTOH 1.7
Berapakah kelajuan sebuah partikel, agar massa relativistik nya menjadi dua kali massa diamnya
Penyelesaian :
Diketahui : m = 2 m
o
Ditanya : v
Jawab : Karena m = 2 m
o
maka 2
m
m
o
=
Dengan menggunakan persamaan (1- 20 ), yaitu
2
2
0
c
v
1
m
m

=
2
2
o
c
v
- 1
1
m
m
=
2
2
c
v
- 1
1
2 =
2
2
1
1
4
c
v

= 4 - 4 1
c
v
2
2
=
4 3
c
v
2
2
= 75 , 0
c
v
2
2
= v
2
=
2
c 0,75
v = 0,86 c
2
2
0
c
v
1
m
m

=
23
LATIHAN 1.7
1. Berapakah kelajuan sebuah pesawat antariksa agar massanya menjadi 125 persen dari
massa diamnya
2. Panjang rusuk sebuah kubus adalah 10 cm dan massa jenisnya 75 kg/m
3
. Andaikan
kubus ini dapat bergerak dengan kelajuan 0,8 c relatif terhadap bumi dengan arah yang
sejajar dengan salah satu rususknya. Tentukan volume dan massa jenis kubus menurut
pengamat di bumi.
1.8. ENERGI RELATIVISTIK
Telah dipelajari bahwa Hukum II Newton dinyatakan dengan rumus F = m a. Jadi
apabila suatu gaya F yang besar sekali bekerja pada sebuah benda, maka percepatan benda
tersebut juga akan besar sekali. Oleh karena itu menurut hubungan v = v
o
+ at, maka ada
kemungkinan kecepatan benda akan melebihi harga c = 3 x 10
8
m/s), sehingga kasus ini
bertentangan dengan postulat kedua Einstein. Hal ini menunjukkan bahwa Hukum II Newton
ternyata tidak berlaku untuk benda-benda yang bergerak dengan kelajuan mendekati cepat
rambat cahaya (kecepatan relativistik).
Pada prinsipnya, hukum II Newton yang asli berbunyi : gaya adalah laju perubahan
momentum.
dt
d(mv)
dt
dp
F = =
Usaha adalah penambahan energi kinetik. Rumus energi kinetik menurut fisika klasik adalah
}
=
s
0
F.ds K =
,
ds .
dt
mv d
}
s
o
=
}
|
|
|
|
|
.
|

\
|

v
0
2
2
0
c
v
1
v m
vd Misalkan : v = x dan dy
c
v
1
v m
d
2
2
0
=
|
|
|
|
|
.
|

\
|

Gunakan rumus
} }
= dx y xy dy x
K =
}

v
0
2
2
0
2
2
2
0
dv
c
v
1
v m
c
v
1
v m
y
c
v
1
v m
2
2
0
=
|
|
|
|
|
.
|

\
|

K =
}

+

v
0
2
1
2
0
2
2
2
0
dp p c m
2
1
c
v
1
v m
Misalkan lagi : p
c
v
1
2
2
=
dp
c
2vdv
2
= dp c
2
1
vdv
2
=
K =
2
1
2
0
2
2
2
0
p 2 c m
2
1
c
v
1
v m
+

K = p c m
c
v
1
v m
2
0
2
2
2
0
+

=
2
2
2
0
2
2
2
0
c
v
- 1 c m
c
v
1
v m
+


v
0
=
|
|
.
|

\
|
+

1
c
v
1 c m
c
v
1
v m
2
2
2
0
2
2
2
0
24
K =
2
0
2
2
2
0
2
2
2
0
c m 1 c m
c
v
1
v m

|
|
.
|

\
|
+

c
v
=
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
0
c
v
1
c
v
1
c m
c
v
- 1
c
v
1 c m
c
v
1
v m

|
|
.
|

\
|

K =
2
2
2
2
2
0
2
2
2
0
2
0
2
0
c
v
1
c
v
1 c m
c
v
c m c m v m

+
=
2
2
2
2
2
0
2
0
2
0
2
0
c
v
1
c
v
1 c m v m c m v m

+
K =
2
2
2
2
2
0
2
0
c
v
1
c
v
1 c m c m


=
2
0
2
2
2
0
c m
c
v
1
c m

K = mc
2
m
o
c
2
(1-21)
(1-22)
(1-23)
CONTOH 1.8
1. Massa diam elektron adalah 9,1 x 10
-31
kg.
Berapakah :
a. energi diam elektron dinyatakan dalam MeV
b. energi total elektron jika bergerak dengan kelajuan 0,6 c
c. energi kinetik elektron jika bergerak dengan kelajuan 0,6 c
Penyelesaian :
Diketahui : m
o
= 9,1 x 10
-31
kg
Ditanya : a. E
o
b. E, jika v = 0,6 c
c. K, jika v = 0,6 c
Jawab : 1 MeV = 1,6 x 10
-19
x 10
6
J = 1,6 x 10
-13
J
1 J = 6,25 x 10
12
MeV
a. Dengan menggunakan persamaan (1-22), yaitu
E
o
= m
o
c
2
= 9,1 x 10
-31
kg (3 x 10
8
m/s) = 81,9 x 10
-15
J
= 81,9 x 10
-15
J x 6,25 x 10
12
MeV/J = 0,51 MeV
b. Dengan menggunakan persamaan (1-23), yaitu
E = E
o
+ K
2
2
2
0 2
c
v
1
c m
mc E

= =
E
0
= m
o
c
2
25
2
2
2
0
c
v
1
c m
E

= =
,
2
2
c
c 0,6
1
MeV 0,51

=
0,8
MeV 0,51
= 0,63 MeV
c. Dengan menggunakan persamaan (1-21), yaitu
E = E
o
+ K
K = E E
o
= 0,63 MeV 0,51 MeV = 0,12 MeV
LATIHAN 1.8
1. Energi total proton adalah 3 kali energi diamnya. Massa diam proton adalah 1,67 x 10
-27
kg.
Berapakah : a. energi diam proton dinyatakan dalam MeV
b. kelajuan proton dinyatakan dalam m/s
c. energi kinetik proton dinyatakan dalam MeV
2. Sebuah elektron bergerak dengan kelajuan 0,8 c.
Hitunglah : a. energi total elektron
b. energi kinetik elektron
3. Elektron yang mula-mula diam dipercepat oleh beda potensial listrik sebesar 1,5 MV.
Hitunglah : a. Energi total
b. kecepatan dan
c. massa relativistik
4. Massa relativistik elektron adalah 5 kali massa diamnya
Hitunglah : a. kelajuan elektron
b. energi total elektron
c. energi kinetik eelektron
1.9. MOMENTUM RELATIVISTIK
Menurut hukum mekanika Newton bahwa momentum suatu benda yang massanya m
dan bergerak dengan kelajuan v diberikan oleh
p = m v
Untuk benda yang bergerak dengan kecepatan relativistik, massanya akan menjadi massa
relativistik. Oleh karena itu momentum relativistik adalah
(1-24)
p =
2
2
0
c
v
1
v m

=
2
2
2
2
0
c
v
1 c
v c m

=
2
2
2
0
c
v
1 c
v E

(1-25)
CONTOH 1.9
Hitunglah momentum sebuah elektron yang massanya dan bergerak dengan kelajuan 0,6 c
Penyelesaian
Diketahui : m
o
= 9,1 x 10
-31
kg
v = 0,6 c
Ditanya : p
p = mv =
2
2
0
c
v
1
v m

p =
2
2
2
0
c
v
1 c
v E

26
Jawab : Dengan menggunakan persamaan (1-24), yaitu
p =
2
2
0
c
v
1
v m

=
,
2
2
-31
c
0,6
1
c 0,6 x kg 10 x 9,1

=
8 , 0
m/s 10 x 3 x 0,6 x kg 10 x 9,1
8 -31
= 2 x 10
-22
kg. m/s
Atau, dengan menggunakan rumus (1-25)
p =
2
2
2
0
c
v
1 c
v E

=
,
2
2
2
c
c 0,6
1 c
c 0,6 x MeV 0,51

=
8 , 0 x c
c 0,6 x MeV 0,51
2
= 0,38 MeV/c
1 MeV/c = kg.m/s 10 x 5,33
m/s 10 x 3
J 10 x 1,6
22
8
13

=
1.10. HUBUNGAN ENERGI DAN MOMENTUM RELATIVISTIK
Telah diperoleh persamaan (1-23) untuk energi total relativis, yaitu
E = m c
2
=
2
2
2
0
c
v
1
c m

E
2
=
2
2
4 2
0
c
v
1
c m

.........................................................(A)
Dan persamaan (1-24) untuk momentum relativistik, yaitu
2
2
0
c
v
1
v m
p

=
p
2
c
2
=
2
2
2 2 2
0
c
v
1
c v m

....................................................(B)
Persamaan (A) dikurang oleh persamaan (B), yaitu
E
2
- p
2
c
2
=
2
2
4 2
0
c
v
1
c m

-
2
2
2 2 2
0
c
v
1
c v m

=
2
2
2
2
4 2
0
c
v
1
c
v
1 c m

|
|
.
|

\
|

= (m
o
c
2
)
2
(1-26)
1 MeV/c = kg.m/s 10 x 5,33
22
2
0
2 2 2
E c p E + =
27
CONTOH 1.10
Sebuah elektron dipercepat melalui beda potensial 2 MV. Massa diam elektron 9,1 x 10
-31
kg
Hitunglah :
a. Energi total elektron tersebut
b. Momentum relativistik
Penyelesaian
Diketahui : V
AK
= 2 MV
Ditanya : a. E
b. p
Jawab : V
AK
= 2 MV, berarti K = 2 MeV
a. E = E
o
+ K = 0,51 MeV + 2 MeV
= 2,51 MeV
= 2,51 MeV x 1,6 x 10
-13
J/MeV
= 4 x 10
-13
J
b. E
2
= p
2
c
2
+
2
0
E
p
2
c
2
= E
2
-
2
0
E
= (2,51 MeV)
2
- (0,51 MeV)
2
= 6,3 MeV
2
- 0,26 MeV
2
= 6,04 MeV
2
p
2
= 6,04 MeV
2
/c
2
p = 2,45 MeV/c
LATIHAN 1.10
1. Sebuah partikel memiliki energi total 900 MeV dan momentum 720 MeV/c.
Berapakah
a. massa diam partikel tersebut
b. energi kinetik
2. Sebuah proton dipercepat melalui beda potensial 2 MV. Jika massa diam proton adalah
1,67 x 10
-27
kg
Hitunglah : a. Energi diam proton
b. Energi Kintik elektron
c. Energi total proton
d. Kelajuan proton
e. Momentum relativistik proton
3. Hitunglah momentum dari
a. elektron yang mempunyai energi kinetik 1 MeV
b. proton yang mempunyai energi kinetik 1 MeV
c. foton yang mempunyai energi 1 MeV
4. Jika sebuah elektron bergerak dengan kelajuan 0,8 c,
Hitunglah
a. Energi total
b. Energi kinetik
c. Momentum relativistik
28

You might also like