You are on page 1of 6

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia ekonomi dewasa ini adalah kegiatan usaha lembaga keuangan syariah. Secara umum lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu penghimpun dana, penyediaan dana, dan memberikan jasa bagi kelancaran lalu lintas dan peredaran uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai Syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, miminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu: menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Lembaga keuangan syariah pada dasarnya bersifat flexsibel yang dalam artian bahwa ketika laba yang dihasilkan dalam kegiatan usaha mengalami peningkatan, maka bagi hasilnyapun juga mengalami peningkatan, dan ketika dalam sebuah kegiatan usaha laba yang dihasilkan kecil maka bagi hasilpun juga kecil, terlebih jik akad yang digunakan adalah akad mudharabah. Akad mudharabah ini bersifat lebih flexsibel karena ketika dalam sebuah usaha mengalami kerugian dan ini disebabkan oleh faktor alam, bukan faktor human eror maka jika dikembalikan kepada esistensi akad syariah, hal ini tidak wajib mengembalikan modal kepada sohibul maal. Selain itu lemabaga keuangan syariah dengan system bagi hasil ini mampu menjawab tantangan global dan mampu bertahan dari lonjakan inflasi yang terjadi pada waktu itu dan menyebabkan krisis moneter di era tahun 1990. Bahkan banyak bank-bank

konvensional mengalami pailit dan akhirnya bangkrut, sehingga tidak heran sebagian besar bank-bank konvensional banyak yang tutup, kemudian sebagian bank-bank yang masih bertahan mulai melirik sistem keuangan syariah yang tahan dari goncangan krisis monoter dan hantaman inflasi. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah lembaga keuangan syariah, maka perlu diperlukan peningkatan dan perbaikan sistem akuntansi syariah. hal ini menjadi diskursus serius dikalangan akademisi akuntansi. Diskursus terutama berhubungan dengan pendekatan dan aplikasi laporan keuangan sebagai bentukan dari konsep dan teori akuntansinya. Perbedaan-perbedan yang terjadi mengarah pada posisi diametral pendekatan teoritis antara aliran akuntansi syariah pragmatis dan idealis. Dalam mekanisme lembaga kuangan dibagi menjadi dua yaitu, lembaga keuangan konvensional yang menganut ataupun menggunakan sistem bunga, sedangkan dalam islam sistem yang digunakan adalah bagi hasil. Diantara instrumen yang menerapkan sistem bagi hasil adalah bisnis dalam lembaga keuangan syariah, .karena bagi hasil merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat karena sangat adil bagi semua pihak. Banyaknya lembaga kuangan syariah dewasa ini dirasakan belum mampu menyentuh elemen masyarakat yang paling bawah dengan rata-rata masih menggunakan standar operasional prosedur dalam penyaluran dana atau pembiayaan sebagaimana yang telah diterapkan lembaga keuangan konvensional, yaitu lebih menitik beratkan pada jaminan (collateral). Sehingga pada masyarakat yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah, masih sangat sulit untuk menjangkau pembiayaan dari lembaga keuangan syariah. Selain dari pada itu bahwa terlalu rumitnya untuk mengajukan pembiayaan di lembaga keuangan syariah maka hal ini menjadikan kekecewaan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah, sehingga tidak heran ketika melihat masyarakat yang jarang mengajukan pembiayaan di lembaga keuangan syariah, terkadang malah mereka (nasabah) melah lebih memilih mengajukan pinjaman di lembaga keuangan konvensional dikarenakan procedural yang yang diterapkan dalam lembaga keuangan konvensional tidak serumit dari apa yang

diterapkan pada lembaga keuangan syariah. Melihat dari realita yang ada yaitu menurunnya minat masyarakat menengah kebawah terhadap lembaga keuangan syariah, hal ini dirasakan perlu untuk memberikan sublimasi ataupun masukanmasukan dan arahan-arahan kepada masyarakat tentang bahaya dan ancaman riba dan perlunya menerapkan dan memilih lembaga keuangan syariah dikarenakan masih minimnya pengetahuan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah sehingga mereka masih menganggap dan mengatakan bahwa lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah itu sama saja, hal inilah yang memicu sedikitnya minat masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah. Namun bagi beberapa masyarakat yang telah menyadari dan paham tentang pentingnya lembaga keuangan syariah dan berhati-hati dalam setiap bermuamalah demi menghindari sistem bunga ataupun riba, maka dirasakan perlu untuk membuat sebuah lembaga keuangan syariah yang mampu menyentuk elemen masyarakat tingkat menengah kebawah, sehingga nilai esensi dari taawan (tolong menolong) dan nilai-nilai kesyariahan yang memudahkan masyarakat dan dapat dirasakan adanya, Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkecukupan dan peduli terhadap agama islam, telah muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran lembaga keuangan syariah agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut. Maka dari permasalahan tersebutlah timbul sebuah ide dari beberapa masyarakat yang paham dan mengganggap perlu adanya lembaga keuangan syariah yang berbasis mikro dan dari ide itulah dipilih lembaga keuangan dengan sistem syariah yang pada sejarahnya pernah di terapkan oleh Rasulullah SAW yaitu dengan nama Baitul Maal Wat-Tamwiil (BMT) atau dengan istilahyang lebih moderen dinegara Indonesia yaitu KJKS (koperasi jasa keuangan Syariah). Pada kata Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan dan penyaluran dana komersial. Melihat peran penting dari BMT tersebut yaitu

sebagai lembaga yang berorientasi pada kegiatan sosial kemudian membangun financial masyarakat mikro (menengah kebawah) agar mempunyai perekonomian lebih baik, hal ini menjadi misi besar bagis etiap BMT yang juga masih tetap membutuhkan kerjasama dan dukungan dari elemen-elemen masyarakat agar dapat berjalan dengan optima. Namun dari kenyataan yang ada setelah BMT beroperasi yang tujuan dan harapan awalnya mampu memberikan payung terhadap perekonpmian mikro, ternyata masih terdapat kejanggalankejanggalan seperti kurang tepatnya antara akad dan pembukuan (sistem akuntansi syariahnya), dan dari salah satu BMT yang terjadi kejanggalan antara akad dan sistem akuntani syariah adalah BMT L-RISMA cabanga batang hari lampung timur, yaitu ketika merujuk pada teori dan hukum syariah, maka tidak diperbolehkan mengambil keuntungan ketika akad yang digunakan adalah pinjaman, namun pada BMT L-RISMA dalam pembukuan akuntansinya dengan menggunakan akad pinjaman akan tetapi masih diseratakan untuk mengambil keuntungan dari persentasi uang yang dipinjamkan. Berdasarkan fenomena di atas, serta mengingat pentingnya kesesuaian antara akad dan pembukuan (sistem akuntansi) yang merupakan salah satu komponen penting dalam pencapaian efektivitas BMT dan nilai kesyariahan, maka diperlukan penelitian lebih jauh mengenai : Laporan Keuangan BMT L-RISMA Batangharu Lampung Timur Dilihat Dari Sistem Akuntansi Syariah 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas bersumber pada hal pokok yaitu laporan keuangan dlihat dari sistem akuntansi syariah. Dari hal diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. 2. 3. tersebut dapat

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan, yang hasilnya akan digunakan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Diploma 3 pada jurusan D3 Perbankan Syariah STAIN Jurai Siwo Metro. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk lebih memahami konsep keuangan BMT dan sistem akuntansi syariah. Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk : 1. 2. 3. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : Bagi penulis 1) Untuk menambah wawasan dan pemahaman ilmu pengetahuan dibidang laporan keuangan dan sistem akuntansi, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan kesesuaian syariah. 2) Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai

perkembangan dan sistem akuntansi , terutama yang berhubungan dengan bidang yang sedang dipelajari yaitu laporan keuangan dan sistem akuntansi syariah.

Bagi perusahaan

1)

Dapat menjadi salah satu bahan evaluasi mengenai sejauh mana

efektivitas penerapan laporan keuangan dan sistem akuntansi 2) Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan mengenai faktor-

faktor yang turut mempengaruhi pencapaian efektivitas akuntansi yang dimiliki perusahaan. Bagi pihak-pihak lain 1) Semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat untuk

dipelajari sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan. 2) Dapat dijadikan sebagai dasar penelitian yang sama pada objek dan

lingkup penelitian yang berbeda sehingga dapat memajukan disiplin ilmu yang diteliti. 1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor BMT L-RISMA yang berkedudukan komplek pasar Batanghari lampung timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012.

You might also like