Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan spare-part dan service, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan sebagaimana yang telah ditentukan dalam perencanaan strategi bisnis. Peramalan permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar (tanpa memperhatikan perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama periode waktu yang panjang. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompokk elompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan. Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi mi jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan produk. Perencanaan produksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan tingginya/rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos simpan/ongkos kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal, hal tersebut konsumen karena keterlambatan penyerahan produk. Perencanaan produksi sebagal suatu perencanaan taktis adalah bertujuan memberikan keputusan yang optimum berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi permintaan akan produk yang dihasilkan. Yang dimaksud dengan sumber daya yang dimiliki adalah kapasitas mesin, tenaga kerja, teknologi yang dimiliki, dan Iainnya. Keterlibatan manajemen puncak pada tahap perencanaan produksi sangat diperlukan, khususnya perencanaan mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran dan keuangannya. Dan sudut pandang pabrikasi, perencanaan produksi membantu dalam menentukan berapa peningkatan kapasitas yang dibutuhkan dan penyesuaian-penyesuaian kapasitas apa saja yang perlu dilakukan. Dan sudut pandang pemasaran, perencanaan produksi menentukan dapat mengurangi pelayanan kepada
Permasalahan yang akan di bahas adalah mengenai perencanaan agregat. Pengolahan data perhitungan yang berhubungan dengan Perencanaan Agregat. Penyelesaian persoalan yang berhubungan dengan perencanaan agregat.
3.
C. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dan praktikum ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui konsep mengenai agregat Mampu menyusun rencana agregat Mengetahui tujuan, dan sifat Perencanaan Agregat Mengetahui input dan output Perencanaan Agregat. Mengetahui ongkos-ongkos yang terlibat dalam Perencanaan Agregat. 6. Mengetahui strategi PerencanaanAgregat beserta keuntungan dan kerugiannya masing-masing. 7. Mengetahui contoh perhitungan yang berhubungan dengan Perencanaan Agregat. 8. Mengetahui metode dalam menyusun rencana agregat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perencanaan Agregat Perencanaan agregat ( agregat planning) juga dikenal sebagai penjadwalan agregat adalah suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah ( biasanya antara 3 hingga 12 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerja lembur, tingkat subkontrak dan variable lain yang dapat dikendalikan. Keputusan penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
B. Tujuan Perencanaan Agregat Pada dasarnya tujuan perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan starategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran strategis perusahan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja. Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output. Maksudnya
di sini adalah untuk meramalkan agregat yang 2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang
layak pada waktu agregat. 3. 4. metode untuk menentukan biaya. model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan
C. Sifat Perencanaan Agregat Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 12 bulan yang akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis dan produk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan pembuat mobil, hanya memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.
D. Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat Input Dan Output Perencanaan Agregat Pembatasan kapasitas produksi untuk alternatif produksi Keputusan menggunakan alternatif yang mungkin INPUTS Ramalan permintaan tiap periode Alternatif produksi yang mungkin Data biaya pada item 2 Kondisi inisial : P1, I1 Kriteria Performan OUTPUTS Rata-rata produksi Alokasi permintaan untuk
Perencana an Agregat
Berdasarkan keterangan diatas, maka ongkos-ongkos yang terlibat dalam perencanaan agregat adalah: 1. HIRING COST (Ongkos Penambahan Tenaga Kerja)
memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah. Penambahan tenaga kerja memerlukan biaya rekruitmen dan pelatihan. Biaya konpensasi dan reorganisasi sering kali harus dikeluarkan jika dilakukan pengurangan tenaga kerja. Biaya-biaya ini biasanya diikuti oleh biaya tak tampak seperti: kemerosotan moral kerja dan turn over tenaga kerja yang tinggi. Karena kapasitas fasilitas produksi adalah tetap, maka
G. Metode Perencanaan Agregat. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada perencanaan produksi agregat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: Jumlah Tenaga Kerjanya Tetap dan Struktur Biayanya Linier Trial and Error Program Linier Transportasi Programa Dinamis
Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biayanya Linier Programa Linier
Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biayanya Non Linier Linier Decision Rule Heuristic Search
Metode Trial-Error Metode trial-error ini merupakan metode yang paling sederhana, tetapi tidak menghasilkan keputusan yang optimal. Metode ini memerlukan ketelitian dalam perhitungannya, karena sekali langkah awal salah, maka langkah berikutnya akan salah. Metode Transportasi Perencanaan agregat dapat mengunakan metode transportasi yang merupakan bagian dari perencanaan produksi programa linier dengan jumlah tenaga kerja ( work force) tetap. Metode ini mengijinkan penggunaan produksi reguler, overtime, inventori, backorder, dan subkontrak. Hasil perencanaan yang diperoleh dapat dijamin optimal dengan asumsi optimistik bahwa tingkat produksi (yang dipengaruhi oleh hiring dan
Metode Programa Dinamis Tanpa Backorder Programa dinamis dapat diaplikasikan dalam menyelesaikan problem perencanaan produksi agregat dengan batasan-batasan tertentu. Ada 2 algoritma yang diperkenalkan, yaitu Algoritma Wagner Within yang digunakan untuk membuat perencanaan produksi tanpa ada kasus backorder, dan Algoritma Zangwill yang digunakan untuk membuat perencanaan produksi yang melibatkan kasus backorder. Asumsikan bahwa biaya produksi pada periode-t (C(Pt)) mengikuti tungsi sebagai berikut : 0 C(Pt) = At + bPt dimana : At = biaya produksi tetap pada periode-t b = biaya produksi variabel per-unit Pt = jumlah produksi pada periode t Bila kita definisikan variabel-variabel berikut ini sedemikian, dimana : Ft = peramalan (forecast) permintaan pada periode t It = persediaan (inventory) pada akhir periode t Maka Wagner dan Within menyatakan bahwa solusi optimal akan mempunyai sifatsifat sebagai berikut : , bila Pt > 0 (1.1) , bila Pt = 0
Persamaan (1.2) menyatakan bahwa untuk periode-t kapanpun kita dapat memakai persediaan dari periode sebelumnya untuk memenuhi semua permintaan pada periode sekarang (It-1 > Ft, Pt = 0) atau kita dapat memenuhi semua permintaan pada periode sekarang hanya memproduksi saja tanpa menggunakan persediaan (Pt > Ft , It-1 = 0). Persamaan (1.3) menyatakan bahwa jumlah produksi yang ditetapkan dalam periode kapanpun akan merupakan produksi keseluruhan periode atau kombinasi dari keseluruhan periode. Asumsikan bahwa akan dibuat perencanaan produksi yang sederhana untuk dua periode dengan peramalan permintaan F1 = F2 = 10. Jika backorder tidak diperbolehkan, maka akan ada 11 kombinasi yang mungkin dan jumlah produksi (Pt) sebagai berikut : P1 20 19 18 12 11 10 P2 0 1 2 8 9 10
P1 20 10
P2 0 10
Struktur dari situasi perencanaan untuk banyak periode ditunjukkan pada gambar dibawah ini : Pada akhir periode ke-j kapanpun, dimana Ij = 0, maka akan ada sejumlah strategi produksi yang mungkin sehingga memenuhi seluruh permintaan yang masih tersisa dalam horison perencanaan, J+1 sampai T.
Bila Cjk = ongkos produksi pada periode j+1 untuk memenuhi permintaan pada j+1, j+2,....,k. Cjk diatas termasuk biaya produksi dan biaya persediaan selama sub-periode-j ke periode-k adalah sebagai berikut : C(Pjk) = AI + bI (Fj+1 + Fj+2 +.....+ Fk) = AI + bI PI ] j<r<k C (Ir) =
Oleh karena itu, total biaya produksi dan persediaan selama periode j ke k dapat ditulis sebagai berikut : TCjk = C(Pjk) + C(Ijk) = Aj+1 + bPj+1 + TCjk merupakan semua biaya-biaya yang terlibat dalam subperiode ke-k dalam keseluruhan horizon perencanaan dari 0 ke T. Untuk mendefinisikan persamaan, program dinamis rekursiv yang akan menghasilkan solusi optimal, maka diperoleh persamaan ; Zk = TCjk} , k = 1,2,......,T
Hal ini berarti bahwa setiap tahap rekursiv, kita mencari kombinasi biaya produksi mminimum diantara dua titik regenerasi (j dan k) ditambah dengan solusi optimal ke-j. Langkah rkursiv dihitung untuk ke T, dimana Zo* = 0. Metode Programa Dinamis Dengan Backorder Pada bagian sebelumnya, algoritma Wagner Within terlihat dapat dialokasikan pada kondisi dimana kurva biaya yang berbeda dari periode ke periode tanpa mempunyai sifat peningkatan biaya marginal. Hal ini berlaku pada kasus dimana biayabiaya bersifat konkav dan pada kasus khusus dengan: 0 C(Pt) = At + bPt , bila Pt > 0 dimana bt tidak konstan untuk semua periode-t. Zangwill memperbaki algoritma Wagner-Within untuk kasus yang , bila Pt = 0
memperbolehkan terjadinya backorder. Keputusan produksi pada kasus dengan backorder ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bila TCjk adalah biaya minimum untuk satu periode, j+1, j+2,....., k untuk memenuhi permintaan yang terjadi selama periode j+1 sampai k, dan bila kegiatan produksi terjadi selama periode I, dimana terjadi backorder terakumulasi dari periode j+1 sampai I, maka kegiatan produksi pada periode-I harus dapat dengan segera memenuhi kondisi backorder sebelumnya dan juga harus dapat menyediakan inventori untuk memenuhi permintaan dari periode I+1 sampai k, secara lebih tepatnya, karena C(Pjk) = AI + bI (Fj+1 + Fj+2 +.....+ Fk) = AI + bI PI dimana : PI =
C(Sjk) = dimana :
St = backorder pada akhir periode-t Pt = ongkos penalti per-unit terjadinya backorder (Pt biasanya disimbolkan juga dengan t)
11.8. Fase-Fase Perencanaan Agregat Pengembangan perencanaa agregat mengikuti prosedur yang terdiri dari empat fase. Setelah prosedur ini diaplikasikan beberapa kali dan persoalan-persoalan pokok yang terlibat pada fase 2 dan 3 telah dapat dipecahkan, maka pihak manajemen dapat memproses langsung dari fase 1 ke fase 4.
FASE 1 : Persiapan Peramalan Permintaan Agregat Peramalan permintaan agregat mencakup beberapa permintaan yang diperkirakan pada tiap-tiap periode selama horison perencanaan dalam satuan unit yang sama untuk semua jenis
PERMINTAAN 65 60 50 45 75 70
Bulan 1 2 3 4 Dik :
B.Bulan 1 = 50 x 1 = 50 B.Bulan 2 = (50x1,2) + (150x1,2) = 60 + 180 = 240 B.Bulan 3 = (150x1,4)= 210 B.Bulan 4 = (100x1,6) = 160 TOTAL BIAYA = B.Bln 1 + B.Bln 2+ B.Bln 3+B.Bln 4 = 50+240+210+160 = 470
PERSEDI AAN BULAN AWAL (UNIT) JANUA RI FEBRU ARI MARET APRIL MEI JUNI TOTAL 35
PRODU KSI
SUBKONT RAK
(UNIT) 25 25 25 25 25 25 150
(UNIT) 65 60 50 45 75 70 365
(UNIT) 5 35 25 20 50 45 180
UPAH TENAGA KERJA ( UNITX BIAYA T.KERJA/BLN) (Rp.500.000) (RP) 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 15.000.000
BIAYA SUBKONTRAK ( UNITX BIAYA SUBKONTRAK/BULAN) (Rp.30.000)) (RP) 150.000 1.050.000 750.000 600.000 1.500.000 1.350.000 5.400.000
Jadi biaya total produksi = biaya tenaga kerja + biaya subkontrak = Rp. 15.000.000 + Rp. 5.400.000 = Rp.20.400.000
PRODU KSI
PERMINTA AN
SUBKONT RAK
PEREKRU TAN
PHK
B.PEREKRUTAN (PEKERJAXPENAMB AHAN T.K) (Rp.400 .000) (Rp) 400.000 2.800.000 2.000.000 1.600.000 4.000.000 3.600.000 14.400.000
BIAYA PHK
(UNIT) 25 25 25 25 25 25 150
(UNIT) 65 60 50 45 75 70 365
(UNIT) 5 35 25 20 50 45 180
(PEKERJA) 1 7 5 4 10 9 36
(PEKER JA)
(RP)
BIAYA TOTAL PRODUKSI = B.PEREKRUTAN+ BIAYA UPAH TENAGA KERJA = Rp. 14.400.000 + Rp. 15.000.000 = Rp.29. 400.000
2.c
PERSEDI AAN BULAN AWAL (UNIT) JANUA RI FEBRU ARI MARET APRIL MEI JUNI TOTAL 60 60 60 60 60 60 360
PERMINTA AN
SUBKONT RAK
UPAH TENAGA KERJA ( UNITX BIAYA T.KERJA/BLN) (Rp.500.000) (RP) 2.500.000 2.500.000
(UNIT) 65 60 50 45 75 70 365
(UNIT) 5
-10 -15 15 10
Jadi Biaya total Produksi = Biaya Tenaga Kerja + Biaya Subkontrak = Rp. 15.000.000 + Rp. 900.000 = Rp.15.900.000
2.d
PRODU KSI
PERMINTA AN
(UNIT) 25 25 25
(UNIT) 65 60 50
UPAH TENAGA KERJA ( UNITX BIAYA T.KERJA/BLN) (Rp.500.000) (RP) 2.500.000 2.500.000 2.500.000
25 25 25 150
45 75 70 365
20 50 45 215
Jadi Total Biaya Produksi = Biaya Penjualan Hilang+ Biaya Upah Tenaga Kerja = Rp. 1.290.000 + Rp. 15.000.000 = Rp.16.290.000
C
Model transportasi
Ada empat langkah dasar dalam model transportasi, yaitu (Krajewski dan Ritzman, 1993, 852) :
a. Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: pabrik pada baris dan
daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute pengiriman dari pabrik ke daerah tujuan. b. Menentukan solusi fisibel awal (initial fesible solution). c. Melakukan perbaikan pada solusi awal hingga kemungkinan perbaikan tidak mungkin dilakukan lagi (solusi optimal telah tercapai). d. Mengidentifikasi dan mengevaluasi solusi akhir. Contoh soal : Sebuah perusahaan pertanian Subur Makmur memproses dan melakukan pengalengan sayur mayur dan buah-buahan untuk dijual pada took makanan segar. Saat ini perusahaan memiliki dua pabrik yang berlokasi di kota A dan B. perusahaan juga memiliki dan mengoperasikan empat toko yang berlokasi di kota M, D, L dan J. Diperkirakan bahwa sebuah pabrik baru dengan kapasitas 8.000 kaleng dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan permintaan ini.
alokasi awal dari sel pada sisi paling kiri atas dengan cara: Mengalokasikan semua kapasitas pada setiap baris sebelum pindah pada baris berikutnya; c. Memenuhi semua kebutuhan pada setiap kolom sebelum pindah pada kolom sebelah kanan; dan d. Menyeimbangkan kapasitas dan kebutuhan.
b. b. Vogels Approximation Method (VAM)
Ada enam langkah dalam aplikasi VAM, yaitu: Menentukan selisih antara dua biaya transportasi terendah pada setiap kolom dan baris.
1.
2. 3.
Memilih kolom atau baris dengan selisih terbesar. Dalam kasus ini, kita Mengalokasikan unit semaksimal mungkin pada sel berbiaya
memilih kolom M. transportasi terkecil pada kolom atau baris terpilih. Dalam kasus ini, kita mengalokasikan 70 unit pada sel BM. 4. 5. Menghapus setiap kolom atau baris yang telah terpenuhi dengan Menghitung kembali selisih biaya transportasi setelah menghapus baris memberikan tanda X pada setiap sel. atau kolom pada tahap sebelumnya.
Langkah III: Melakukan perbaikan pada solusi awal 1. Metode Stepping Stone Jumlah rute atau sel yang mendapat alokasi harus sebanyak: Jumlah Kolom + Jumlah Baris 1 = 4 + 3 1 = 6 a.
b.
Memilih salah satu sel kosong (yang tidak mendapatkan alokasi) Mulai dari sel ini, kita membuat jalur tertutup melalui sel-sel yang
mendapatkan alokasi menuju sel kosong terpilih kembali. Jalur tertutup ini bergerak secara horisontal dan vertikal saja.
c.
Mulai dengan tanda (+) pada sel kosong terpilih, kita menempatkan Menghitung indeks perbaikan dengan cara menjumlahkan biaya
tanda (-) dan (+) secara bergantian pada setiap sudut jalur tertutup.
d.
transportasi pada sel bertanda (+) dan mengurangkan biaya transportasi pada sel bertanda (-).
e.
kosong telah terhitung. Jika indeks perbaikan dari sel-sel kosong lebih besar atau sama dengan nol, solusi optimal telah tercapai.
Metode Modified Distribution (Modi) Metode Modi menghitung indeks perbaikan untuk setiap sel kosong tanpa menggunakan jalur tertutup. Indeks perbaikan dihi-tung dengan terlebih dahulu menentukan nilai baris dan kolom. Notasi dalam metode MODI terdiri dari: Ri = nilai yang ditetapkan untuk baris i Kj = nilai yang ditetapkan untuk kolom j Cij = biaya transportasi dari sumber i ke tujuan j Ada lima langkah dalam aplikasi metode MODI, yaitu: 1. Menghitung nilai setiap baris dan kolom, dengan menetapkan Ri + Kj = Cij. Formula tersebut berlaku untuk sel yang mendapat alokasi saja. 2. Setelah semua persamaan telah tertulis, tetapkan Ri = 0 3. Mencari solusi untuk semua R dan K. 4. Menghitung indeks perbaikan dengan menggunakan formula Iij = Cij - Ri - Kj . 5. Mengaplikasikan kriteria optimalitas sebagaimana pada metode stepping stone.
1. Pendahuluan
Lapisan engobe, merupakan lapisan dasar glazur keramik dan sebagai perekat. Glaze, memberi warna dasar pada permukaan ubin keramik. Printing, memberi corak atau motif permukaan.
d) Proses Pembakaran Ubin yang telah melalui proses printing kemudian dibakar dalam kiln dengan tujuan supaya terbentuk ikatan yang kuat antara body dan glaze dengan kualitas yang baik. Ubin yang keluar dari proses ini memiliki perubahan karakteristik dibandingkan sebelumnya yaitu tegangan lentur lebih tinggi, kepadatan lebih tinggi, kandungan kelembaban lebih rendah. Sepanjang roller kiln terdapat 3 bagian yaitu:
Preheating, temperatur antara 580C hingga 930C Firing, temperatur antara 1000C dan 1200C Cooling, temperatur antara 580C dan 700C
Ubin mengalami penyusutan sebesar 2-3% pada proses ini. e) Proses Sortir dan Pengepakan
Tanda A: tidak cacat body, glasir maupun printing. Tanda B : hanya cacat printing (kabur) Tanda C : cacat body dan cacat printing.
Proses selanjutnya adalah calibre sort, dimana mesin sensor memisahkan ubin-ubin berdasarkan kualitas dan ketelitian ukuran dimensinya. Ubin kemudian dikemas dalam dos oleh mesin packaging dan disimpan dalam gudang. 3. Data Awal 3.1 Data Permintaan Masa Lalu Data permintaan aktual selama 3 tahun yaitu dari April 1998 sampai dengan Maret 2001 dapat dilihat pada Gambar 1
3.2 Test Faktor Trend Dilakukan uji t statistik dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesa : H0 : r = 0 (tidak ada trend) H1 : r = 1 (menunjukkan adanya trend) Tolak H0 jika t hit > t tabel (t a/2, df = n-2). Diperoleh t hit = r [(n-2)/(1-r2)] = 4,162 > 2.0323. Tolak H0, berarti ada faktor trend, dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Faktor
Trend
3.3 Peramalan Metode peramalan yang cocok untuk kondisi berfaktor trend adalah double exponential smoothing, winter multiplicative dan multiplicative decomposition. Dari ketiga metode tersebut, dipilih metode peramalan dengan MAD terkecil dan hasil peramalan dapat dilihat pada Gambar 3.
3.5 Waktu Baku Penggunaan mesin secara otomatis mengakibatkan semua waktu proses di set-up melalui sistem komputerisasi dengan data seperti pada tabel dibawah ini.
3.6 Kapasitas Produksi Perhitungan waktu baku digunakan untuk menentukan kapasitas produksi tiap mesin seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
3.7 Data Pekerja Total pekerja 108 orang yang terbagi dalam 3 shift. Data pekerja pada masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
Hari kerja sebulan 26 hari dengan 8 jam kerja per hari Jam lembur maksimal 8 jam per minggu, dilaksanakan pada hari minggu Sistem pengupahan : Upah pokok : Rp. 20.500,- per hari Upah lembur : Rp. 6.161,85 per jam
4. Model Integrasi Perencaan produksi dilakukan untuk 24 bulan yang terbagi dalam 8 periode perencanaan. 4.1 Perencanaan Produksi Agregat
body polos kilap : SYG, SYC, SYR, Malibu body bergelombang : ROB, ROGreen, ROT, Ob, Oc, Safari
Pengelompokan dilakukan karena kesamaan dalam proses produksi maupun bahan baku yang digunakan. Model Perencanaan Agregat : Variabel keputusan : P, I, S, Lr, Lo, Lu,L+,LMinimasi:
4.2 Perencanaan Kebutuhan Mesin Model ini digunakan untuk menentukan jumlah mesin atau peralatan kerja sesuai dengan jumlah permintaan pada tiap periode perencanaan. Pada model ini diasumsikan overtime dapat digunakan secara penuh, jadi tenaga kerja menyesuaikan dengan jam kerja mesin. Model Perencanaan Kebutuhan Mesin : Variabel keputusan : P, I, M, Mo Minimasi :
Model ini menggunakan notasi : (a)+ = max {a,0} dan (a)- = max {-a,0} yang menyebabkan model menjadi non-linier. Model Kebutuhan mesin diatas dapat dilinierkan dengan transformasi : Xt = ( Mt Mt-1 )+ dan X t = ( Mt Mt-1 )Pada kendala ditambahkan Mt Mt-1 = Xt - X t It = It+ - It4.3 Model Integrasi Pada model perencanaan agregat dan perencanaan kebutuhan mesin, tidak diperhitungkan adanya ketergantungan antara tingkat tenaga kerja dan mesin. Pada model perencanaan agregat biasanya diasumsikan kapasitas mesin cukup besar untuk memenuhi tingkat perencanaan produksi untuk pekerja. Sedangkan model perencanaan mesin mengasumsikan bahwa tenaga kerja yang tersedia selalu dapat memenuhi kebutuhan jumlah tenaga kerja manual untuk memproduksi suatu produk. Model integrasi menggabungkan kedua model tersebut sehingga diperhitungkan semua biaya baik yang terkait dengan mesin maupun tenaga kerja sebagai berikut : Variabel keputusan : P, I, W, M, Mo Minimasi:
Model ini juga menggunakan notasi (a)+ dan (a)- yang nantinya akan dilinierkan dengan transformasi yang sama seperti pada perencanaan kebutuhan mesin. 5. Hasil Perhitungan Dan Analisa Pada saat model perencanaan agregat yang digunakan, akan didapatkan perencanaan tingkat tenaga kerja yang paling optimal, sedangkan jumlah mesin dan penggunaannya akan menyesuaikan dari hasil ini. Dengan cara sama, saat model kebutuhan mesin yang digunakan maka tingkat tenaga kerja menyesuaikan berdasarkan jumlah optimal dan penggunaan optimal dari mesin. Hasil dari Perencanaan Agregat dan Perencanaan Kebutuhan Mesin dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 sedangkan hasil dari model integrasi dapat dilihat pada tabel 7. Pada model perencanaan agregat terlihat bahwa penggunaan tingkat tenaga kerja adalah lebih tinggi daripada pada kedua model perencanaan lainnya, namun tidak ada penugasan over time. Rendahnya biaya perekrutan dan pemecatan dibandingkan dengan biaya operasional keseluruhan proses produksi menyebabkan begitu mudahnya terjadi pengurangan dan penambahan tenaga kerja. Misalnya untuk model perencanaan agregat, pada periode 1 terjadi pemecatan 25 tenaga kerja tetapi pada periode 4, 6 dan 7 dimana
Mesin yang beroperasi secara penuh dan terus menerus adalah mesin kiln. Karena itu dengan penambahan mesin kiln maka biaya produksi akan dapat lebih ditekan. Sedangkan pada perencanaan kebutuhan mesin, jumlah mesin yang dioperasikan pada regular time sama
V.1. Kesimpulan 1. Perencanaan agregat ( agregat planning) adalah suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah ( biasanya antara 3 hingga 12 bulan ke depan).
2. Tujuan perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran strategis perusahan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
3. Ongkos-ongkos yang terlibat dalam perencanaan agregat yaitu Hiring cost (ongkos penambahan tenaga kerja), Firing cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja), Overtime cost dan undertime cost (ongkos lembur dan ongkos menganggur), Inventory cost dan backorder cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan persediaan), dan Subcontract cost (ongkos subkontrak).
4. Strategi-strategi perencanaan agregat: 5. Memproduksi banyak barang pada saat permintaan rendah, dan menyimpan kelebihannya sampai saat yang dibutuhkan. 6. Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan
V.2. Saran 1. 2. Ketenangan di laboratorium di jaga terutama keributan pada saat asisten menjelaskan. Volume suara diperbesar pada saat menjelaskan materi ke praktikan.